Anda di halaman 1dari 15

Makalah Kelompok I

KEANEKARAGAMAN HAYATI, TAKSONOMI DAN DETERMINASI

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Zoologi Vertebrata
Dosen Pengampu : Ridha Nirmalasari, S.Si, M.Kes

Disusun Oleh:
Niken Seftia (150 114 0405)
Lilita Silpia (150 114 0419)
Rinda Ayu Mutia (150 114 0428)
Ilham Mu’amar (150 114 0423)
Misgirawanti (150 114 0426)
Diah Sutra Febriani (150 114 0427)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN 2018 M / 1439 H

ii
PEMBAHASAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI, TAKSONOMI DAN DETERMINASI
ZOOLOGI VERTEBRATA

A. Keanekaragaman Hayati
1. Pengertian Keanekaragaman Hayati
a. Menurut UU No. 5 Tahun 1994, “keanekaragamana hayati adalah
keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di
antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-
kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya,
mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan
ekosistem.”
b. Menurut Soerjani (1996), “keanekaragaman hayati menyangkut
keunikan suatu spesies dan genetik di mana mahluk hidup tersebut
berada.”
c. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman genetik
merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-
populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-
individu dalam satu populasi.”
d. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman spesies
mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri
dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan,
jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat
diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa
karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara
morfologi, fisiologi atau biokimia.”
e. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman ekosistem
merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan
lingkungan fisik (ekosistem) masing masing.”

1
2

f. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman


organisme yang menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen,
jenis, dan ekosistem pada daerah. Keanekaragaman makhluk hidup ini
merupakan kekayaan bumi yang meliputi hewan, tumbuhan,
mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di dalamnya, serta
ekosistem yang dibangunnya.
2. Tingkat Keanekaragaman Hayati
a. Keanekaragaman Tingkat Gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang
terjadi dalam suatu jenis atau spesies mahluk hidup. Contohnya, buah
durian (Durio ziberhinus) ada yang berkulit tebal, berkulit tipis,
berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji
kecil. Sementara keanekaragaman genetik pada spesies hewan,
misalnya warna rambut pada kucing (Felis silvestris catus) ada yang
berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme
dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam kromosom yang di
milikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya dari
pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme juga
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi
atau perkawinan silang antara organisme satu spesies yang berbeda
sifat, atau melalui proses domestikasi atau budidaya hewan atau
tumbuhan liar oleh manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat
genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies.
Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut
varietas atau ras.
b. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)
Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat
ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup
disuatu tempat. Contohnya disuatu halaman terdapat pohon mangga,
3

kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit,


burung, kumbang, lebah, semut, kupu-kupuu, dan cacing.

c. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem


Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap
unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju
kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus
materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber
dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai
suatu sistem. Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya
yang berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai
jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang termasuk faktor abiotik
adalah iklim, cahaya, suhu, air, tanah, kelembapan, dan sebagainya.
Baik faktor biotik maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh karena itu,
ekostem yang merupakan kesatuan dari biotik dan abiotik pun
bervariasi pula.
Komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen
biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan
hidup. Jadi, interaksi antar organisme didalam ekosistem ditentukan
oleh komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya.Komponen biotik
sangat beranekaragam dan komponen abiotik berbeda kulitas dan
kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen penyusun tersebut
mengakibatkan perubahan dari interaksi yang ada sehingga
menciptakan ekosistem yang berbeda pula. Jadi jelaslah bahwa
keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan akan menyusun
ekosistem yang berbeda.
4

3. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar
dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa
fungsi, yaitu sebagai berikut.
a. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai
kemanfaatan dari berbagai sumber hayati yang dapat menghasilkan
keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat di perjual belikan.
Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain
sebagai bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan, dan
memiliki aspek budaya.
1) Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.
Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan
pokok yang di konsumsi oleh manusia misalnya dari tumbuhan
yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar, talas kentang, sorgum
dan lain lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging
ayam, ikan laut dan telur.
2) Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan
Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan
sebagai sumber obat-obatan, misalnya : mengkudu untuk
menurunkan tekanan darah tinggi, kina untuk obat malaria, buah
merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes.
Sedangkan yang berasal dari hewan contohnya madu lebah
dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian
daging dan lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit
3) Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik
Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetika, antara
lain sebagai berikut misalnya : Bunga mawar, melati, cendana,
kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk wewangian
(parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan
sebagai lulur tradisional untuk menghaluskan kulit. Sedangkan
5

urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah buaya


digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut. Air liur walet
digunakan sebagai sabun muka.
4) Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang,
misalnya : rami, kapas, pisang hutan atau abaca, dan jute,
dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain atau bahan pakaian,
ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai
ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat
jaket, bulu burung untuk membuat aksesoris pakaian.
5) Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan
Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati
dimanfaatkan untuk membuat rumah dan sejenisnya misalnya
kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing, rasamala, ulin dan
bambu dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu,
tiang dan atap rumah.
6) Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan
antara lain : Budaya nyeka (ziarah kubur) pada masyarakat jawa
menggunakan bunga mawar, kenanga, kuntil, dan melati. Umat
islam menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing dan
kerbau pada hari qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan
39 jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau
harum, antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan
cendana.
b. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan manusia. Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan
untuk bahan percobaan untuk kedokteran dan eksperimen eksperimen
tertentu.
6

c. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati


Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai
perlindungan terhadap kerusakan lahan karena akar tanaman akan
melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan, menyerap air hujan
sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.
4. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati
Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat
disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini :
a. Hilangnya Habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of
Nature) menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan
manajemen pertanian dan hutan yang tidak berkelanjutan menjadi
penyebab terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati. Bertambahnya
jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan
yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan
dan hewan semakin sempit karena digunakan untuk tempat tinggal
penduduk, dibabat untuk digunakan sebai lahan pertanian atau
dijadikan lahan industri.
b. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan
dari aktivitas manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah,
dan udara. Beberapa polutan berbahaya bagi organisme misalnya,
nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor
jika bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang merusak
ekosistem. Pembuangan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan
menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. Akibatnya
intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat dan
menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa
fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan
rantai makanan organisme.
7

c. Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara
oleh gas karbon dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca.
Menurut Raven (1995), “ efek rumah kaca meningkatkan suhu udara
1-30C dalam kurn waktu 100 tahun.” Kenaikan suhu tersebut
menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut
sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi
ekosistem lautan.
d. Eksploitasi Tanaman dan Hewan
Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya
dilakukan terhadap komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
misalnya kayu hutan yang digunakan untuk bahan bangunan dan ikan
tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak diminati oleh
pencinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat
menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila tidak
diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya.
e. Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara
hewan yang bersifat unggul dan menguntungkan, sedangkan
tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang menguntungkan
akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau hutan industri
umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman (monokultur) misalnya
teh, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan keanekaragaman hayati
tingkat spesies.
5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit
pula manfaat yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman
hayati dapat dicegah dengan melakukan pelestarian (konservasi)
keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati memiliki
beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
8

a. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;


b. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat
dan pemanfaatan yang tidak terkendali;
c. Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan
dan budidaya tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.
Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU
No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan tiga azas, yaitu
tanggung jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.
Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara
terpadu dan melibatkan banyak pihak. Beikut ini akan dijelaskan dua jenis
pelestarian yaitu pelestarian secara In Situ dan Pelestarian Ek Situ.
a. Pelestarian Secara In Situ
Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam
hayati yang dilakukan di habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia
arnoldi di Bengkulu, badak jawa di Ujung Kulon, dan komodo di Pulau
Komodo.
b. Pelestarian Secara Ek Situ
Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam
hayati yang dilakukan di luar habitat asalnya atau dipelihara di tempat
lain. Pelestarian secara ek situ ada beberapa macam, misalnya kebun
koleksi, kebun plasma nuftah, dan kebun binatang.
9

B. Taksonomi
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk
mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu.
Taksonomi dari hewan vertebrata, yaitu:
1. Ikan (Pisces), yaitu Hewan yang hidup didalam air, bernafas dengan
insang dengan alat gerak berupa sirip dan berkembang biak dengan cara
bertelur.

Gambar. Rangka Ikan


2. Amfibi (Amphibia), yaitu Hewan yang dapat hidup di dua alam (darat dan
air), berdarah dingin (tidak dapat mengatur suhu badan sendiri) dan
bernafas dengan paru-paru. Contoh Hewan Amfibi seperti Katak,
Salamander dan kadal air.

Gambar. Rangka Katak


10

3. Reptil (Reptilia), adalah hewan melata yang berdarah dingin dan memiliki
sisik yang menutup tubuhnya. Contoh Hewan Reptil adalah buaya, kadal
dan ular.

Gambar. Rangka Kadal


4. Burung (Aves), yaitu Hewan yang bisa terbang, Hewan Aves atau Burung
ini memiliki bulu yang menutupi tubuhnya dengan alat gerak berupa kaki
dan sayap. Meskipun Aves sering disebut sebagai hewan yang bisa
terbang, ada beberapa jenis hewan yang tergolong dalam Aves tetapi tidak
bisa terbang seperti Ayam, Bebek, Angsa dan Kalkun.

Gambar. Rangka Burung


5. Hewan Menyusui (Mammalia), yaitu hewan yang memiliki kelenjar susu
(betina) yang berfungsi untuk menghasilkan susu sebagai sumber makanan
anaknya. Hewan Mammalia pada umumnya adalah hewan yang berdarah
panas dan bereproduksi secara kawin. Hewan Menyusui atau mammalia
11

ini ada yang hidup di darat dan ada juga hidup di air. Contoh Hewan
Mammalia yang hidup di darat seperti Sapi, Domba, Monyet, Rusa, Kuda
dan Gajah. Sedangkan Hewan Mammalia yang habitatnya di air seperti
Paus, Lumba-lumba dan Duyung.

Gambar. Tulang Belakang Manusia

Gambar. Rangka Kangguru


12

C. Determinasi
1. Pengertian Determinasi
Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu
tumbuhan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau
dipersamakan). Karena di dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau
persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine = menentukan,
memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggeris to
identify = mempersamakan (Rifai,1976).
Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali adalah
mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk,
ukuran dan jumlah bagian-bagian daun, bunga, buah dan lain- lainnya).
Cara menggunakan kunci determinasi antara lain sebagai berikut:
a. Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu
nomor.
b. Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang
terdapat pada makhluk hidup yang diamati.
c. Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang
diamati, harus beralih pada pertanyaan yang ada dibawahnya dengan
nomor yang sesuai.
d. Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri
yang dimiliki organisme yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan
pembacaan kunci pada nomor yang sesuai dengan nomor yang tertulis
dibelakang setiap pernyataan pada kunci.
e. Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk
hidup yang diamati, alternatif lainnya akan gugur. Sebagai contoh,
kunci determinasi memuat pilihan: (a) paku kayu, atau (b) paku seng.
f. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan
divisio atau fillum dari makhluk hidup yang diamati.
13

Contoh menggunakan kunci determinasi sebagai berikut:


1. a. Tidak bertulang belakang. 2 (bila ya lanjutkan ke nomor 2)
b. Memiliki ruas-ruas tulang belakang. 3 (bila ya lanjutkan ke nomor 3)
2. a. Tubuh lunak, kaki tidak berbuku-buku. Siput (bila ya jawabannya
siput)
b. Tubuh tidak lunak dan berbuku-buku. 4 (bila ya lanjutkan ke nomor
4)
3. a. Bergerak dengan sirip. Ikan (bila ya jawabannya kelas pisces)
b. Bergerak bukan dengan sirip. 5 (bila ya lanjutkan ke nomor 5)
4. a. Bersayap. 6 (bila ya lanjutkan ke nomor 6)
b. Tidak bersayap. Lipan (bila ya jawabannya lipan)
5. a. Menyusui anaknya. Mamalia (bila ya jawabannya kelas Mamalia)
b. Tidak menyusui anaknya. 7 (bila ya lanjutkan ke nomor 7)
6. a. Sayapnya sisik. Kupu-kupu (bila ya jawabannya kupu-kupu)
b. Sayapnya lurus. Belalang (bila ya maka belalang)
7. a. Mengalami metamorfosis. Katak (bila ya jawabannya kelas Amfibia)
b. Tidak mengalami metamorfosis. 8 (bila ya lanjutkan ke nomor 8)
8. a. Tidak mengerami. Buaya (bila ya jawabannya kelas Reptilia)
b. Mengerami telurnya. Burung (bila ya jawabannya kelas Aves)

Dari kunci itu diperoleh:


Nomor Kunci Nama Makhluk Hidupnya
1a – 2a Siput
1a – 2b – 4a – 6a Kupu-kupu
1a – 2b – 4b Lipan
1b – 3a Ikan
1b – 3b – 5a Kerbau
1b – 3b – 5b – 7a Katak
1b – 3b – 5b -7b – 8a Buaya
1b – 3b – 5b – 7b – 8b Burung
Tabel: Kunci Determinasi
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Henny Riandari. (2014). Biologi untuk Kelas X SMA dan MA. Solo : Global.

Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia.

Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas
X. (cetakan ke-1). Bandung : Yrama Widya.

Supardi. (1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni.

14

Anda mungkin juga menyukai