Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok 4

AMPHIBI

Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Zoologi Vertebrata
Dosen Pengampu : Ridha Nirmalasari, S.Si, M.Kes

Disusun Oleh:
Ahmad Karim : 1701140495
Ardiansyah : 1701140473
Budi Yusrifan : 1701140502
Dedy Idamansyah : 1701140472
Riski Adi Gunawan : 1601140454
Rahmad Fauzy : 1701140500
Sendi Okta Saputra : 1701140498
Yoga Hastiko Ardi : 1501140411

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PRODI STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN 2018 M / 1440 H
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amphibi
Amphibi (berasal dari kata amphibious, berarti ‘kedua cara hidup’)
mengacu pada tahap-tahap kehidupan dari spesies katak yang awalnya hidup
di air dan kemudian di daratan. Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang
belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi
oleh rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena itu
amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan
yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, Amphibi mempunyai siklus hidup
awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan.1
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan
insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa
hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi
bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan
kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka
insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai
mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara
melompat.
Amphibi memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang
berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi
untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang
menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi
seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan
hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir
tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang
menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua

1
Neil A. Campbell & Jane B. Reece, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2 (Jakarta: Erlangga,
2008), hlm. 285

1
amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada
beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam
perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu,
bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa
jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada
waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa
jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak
terdapat stadium larva dalam air.
 Amphibi mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
Penutup tubuh Kulit yang berlendir
Alat gerak Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan
kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
Alat Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang,
pernapasan setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan
kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang
mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika
menyelam
Suhu tubuh tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya
(berdarah dingin/poikiloterm)
Peredaran Tertutup
darah
Alat Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang
penglihatan disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu
menyelam
Berkembang Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang
biak jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal
Jantung Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik

2
 Sedangkan, ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu:
 Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik
 Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
 Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi
dan satu bilik
 Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi
untuk melompat dan berenang
 Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut
yang mempunyai klep untuk menahan air.
 Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat
dikeluarkan.
 Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membran
niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
 Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa
alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya
mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut
ketika menyelam.
 Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh
yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
 Otak memiliki 10 pasang sarang krainal.
 Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan
stadium larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
 Klasifikasi dalam Kelas Amphibi
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibi

3
Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda (Sesilia),
Urodela (Salamander), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah
punah).
1. Ordo Sesilia
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak
mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing
(gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini
mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau
tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ
sensori. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya.
Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase
dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam
tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara
internal.
Ordo Sesilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae,
Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae.
Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae.

Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota


famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek,
mata relatif berkembang. Reproduksi dengan ovipar. Larva berenang
bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera

4
hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum
metamorphosis.

2. Ordo Urodela (Caudata)


Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai
anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat
dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai
insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian
kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata
mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa.
Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari
air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea,
Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya
memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan
Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu
Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae.
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki
ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun
tungkai pada beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2
kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander
yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis
(adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa).

5
Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan
hidup tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar
Salamander yaitu Plethodontidae memiliki karakteristik tidak adanya
paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander
karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
Beberapa penjelasan telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari
hilangnya paru-paru pada Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah
diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah
spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat di dalam tenggorokan
sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk menangkap
mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu
pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada
Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai
alat bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami
modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap
mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota
dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada
panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine.
Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi
yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan
perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama
dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya.
Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic

6
dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya
kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis
merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic
seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa
spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander
dewasa yang terrestrial.
Urodela mempunya anggota sekitar 550 spesies, tersebar
terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia
Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota
Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi.
Kebanyakan family-family dari urodela terdapat di amerika dan tidak
terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat.
Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya
ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki
tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau
mereduksi.
Salamander merupakan kelompok Amphibi yang berekor.
Semua anggota dari famili ini memiliki ekor yang panjang, tubuh
silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar
memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek
tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan
adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya
memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini
yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan
mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina
melalui bibir kloakanya.
3. Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya,
anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala
bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang
baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini

7
mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa
famili terdapat selaput diantara jari-jarinya.
Membran tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran
yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat
digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik.
Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang
tenang dan dangkal.
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
Ascaphidae Leiopelmatidae
Bombinatoridae Discoglossidae
Pipidae Rhinophrynidae
Megophryidae Pelodytidae
Pelobatidae Allophrynidae
Bufonidae Branchycephalidae
Centrolenidae Heleophrynidae
Hylidae,Leptodactylidae Myobatrachidae
Pseudidae Rhinodermatidae
Sooglossidae Arthroleptidae
Dendrobatidae Hemisotidae
Hyperoliidae Microhylidae,
Ranidae Rachoporidae
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae,
Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun
penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-ciri umumnya
yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang
tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang
bahu arciferal.

8
Sacara diapophisis melebar, Bufo mempunyai mulut yang
lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih
panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai
selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal.
Famili ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih 300 spesies.
Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo
asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne
borbonica.

(Bufo melanostictus)
b. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya
bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan
modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini
berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga
pergerakannya lambat dan kurang lincah.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran
tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk
mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota
famili ini adalah Megophrys montana danLeptobranchium hasselti.

9
Megophrys montana
c. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya
relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya
terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin
dan ada beberapa yang berbintil.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada
pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi
seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis
gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar.
Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya
adalah: Rana chalco nota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana
nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis,
Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.( Eprilurahman,2007).

Rana temporaria

10
d. Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100
mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat
gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak
mempunyai gigi.
Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang
secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya
adalah: Microhyla achatina.

Microhyla achatina

e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis
mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.
Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi
seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig.
Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal.2

2
Ibid., hlm. 284

11
B. Morfologi Kelas Amphibi

Kelompok hewan amfibi adalah binatang bertulang belakang berkulit


lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amfibi pada
waktu berupa berudu hidup di air dan bernapas dengan insang. Selanjutnya
setelah dewasa hidup di darat dan bernapas dengan paru-paru dan kulit. Hewan
amfibi termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang
memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak
ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus
lunak. Pada kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2
lubang hidung/ nares externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi
dalam pernapasan, terdapat sepasang mata yang bulat, di
belakangnya terdapat 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang
berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata
mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai
selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada
di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil
untuk membuang sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/
telur atau sperma dari alat reproduksi.
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki
belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah

12
(antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang
terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti).

C. Anatomi dan Fisiologi Amphibi

Gambar anatomi amphibi

1. Sistem Peredaran darah (Transportasi)


Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu : atrium kiri, atrium
kanan, dan ventrikel (2 atrium, 1 ventrikel). Atrium kanan menerima darah
yang miskin oksigen dari seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima
darah dari paru – paru. Darah dari kedua atrium bersama – sama masuk
ventrikel. Walaupun tampaknya terjadi percampuran antara darah yang
miskin oksigen dengan darah yang kaya oksigen namun percampiurn
diminimalisasi oleh adanya sekat – sekat yang terdapat pada ventrikel.Dari
ventrikel, darah masuk ke pembuluh darah yang bercabang tiga. Arteri
anterior mengalirkan darah ke kepala dan ke otak.Cabang tengah (lung
aorta) mengalirkan darah ke jaringan internal dan organ dalam badan,
sedangkan arteri posterior dilewati oleh darah yang menuju kulit dan paru
– paru.
Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus
dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari atrium kanan, darah
mengalir ke ventrikel yang kemudian di pompa keluar melalui arteri
pulmonalis → paru–paru → vena pulmonalis → atrium kanan.Lintasan

13
peredaran darah ini disebut peredaran darah paru – paru.Selain peredaran
darah paru – paru, pada katak → sinus venosus → atrium kanan.
2. Sistem Pernapasan
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit,
dan paru–paru. Kecuali pada fase berudu bernafas dengan insang karena
hidupnya di air.Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat
pernafasan karena tipis dan banyak kapiler yang bermuara di tempat
itu.Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung
terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan
berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernafas
dengan selaput rongga mulut, katak bernafas pula dengan kulit, ini
dimungkinkan karea kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernafasan mudah berifusi.3
Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbondioksida dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari
jantung di pompa ke kulit dan paru – paru lewat arteri kulit paru – paru
(arteri pulmokutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbondioksida dapat terjadi di kulit. Setelah itu koane menutup dan otot
rahang bawah dan oto geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru –
paru lewat celah – celah.Dalam paru – paru terjadi pertukaran gas, oksigen
diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru – paru dan
sebaliknya karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.Mekanisme
ekspirasi adalah sebagai berikut.Otot-otot perut dan sternohioideus
berkontraksi sehingga udara dalam paru–paru tertekan keluar dan masuk
ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane
membuka bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang
juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut

3
Tracy I. Storer & Robert L. Usinger, Dasar-Dasar Zoologi (Jakarta: BINARUPA
AKSARA Publisher, 2008 ), hlm. 529

14
mengecil.Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya
karbondioksida keluar.

3. Sistem Pencernaan (Digestoria)


Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan diakhiri
oleh anus.Pada beberapa bagian dari tractus digestoria mempunyai struktur
dan ukuruan yang berbeda. Dari cavum oris makanan akan melalui
pharynx, oesophagues yang menghasilkan sekresi alkalis (basis) dan
mendorong makanan masuk dalam ventriculus yang berfungsi sebagai
gudang percernaan. Bagain muka frentriculus yang besar disebut cardiarc,
sedang bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris.Kontraksi
dinding otot ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur
dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau verment, yang
merupakan katalisator.Beberapa penyerapan zat makanan terjadi di
ventriculus tetapi terutama terjadi di intestinum.Makanan masuk ke dalam
intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris.
Kelenjar pencernaan yang besar adalah hepardan pancreaticum
yang memberikan sekresinya pada intestinum kecuali itu intestinum
menghasilkan sekresi sendiri. Hepar yang besar terdiri atas beberapa lobus
dan bilus atau zat empedu yang dihasilkan akan ditampung sementara
dalam fesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum
melalui ductus cystcus dahulu kemudian melalui duktus cholydocus yang
merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi
bilus untuk mengilmusikan zat lemat.Bahan makanan yang merupakan
sisa di dalam intestinum mjor menjadi faeces dan selanjutnya dikeluarjkan
melalui anus.

15
4. Sistem Ekskresi
Ginjal amphibi berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih.
Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air,
banyak air masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di
darat harus melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Katak
menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan
lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh
glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan
yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui
glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih untuk
konserfadsi air.Apabila sedang berada dia air, kantung kemih terisi urin
yang encer.Pada saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah
menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang
mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.

5. Sistem Syaraf
Terdiri atas syaraf pusat dan syaraf tepi. Syaraf pusat tersusun atas
otak dan tali spinal,sedangkan saraf tepi tersusun atas saraf kranial,

16
saraf spinal. Otak dan tali spinal dibungkus oleh 2 membran yang tebal
yaitu durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang
batasan dengan jaringan saraf. Apabila dipanadang dari sebelah dorsal,
pada otak akan teradapat :
– 2 lobus olfactorius yang bertanggung jawab untuk organisasi rang
sang yang berupa ban.
– 2 erfhaemisphariumcerebri yang berfungsi menyiompan ingatan,
intelegensia dan mengontrol kebebasan.
– Diencephalonmedialis yang berhubungan dengan mata dan
keseimbangan.
– 2 bulatan lobus opticus untuk koordinasi pengelihatan.
– Otak kecil untuk koordiansi pergerakan.
– Medula obongata untuk koordinasi sebagian besar aktifitas tubuh.
6. Sistem Otot
Tubuh tersusun atas 3 macam otot. Otot polos yang kerjanya
involunter.Otot lurik yang kerjanya Volunter dan otot jantung yang
secara morfologi seperti otot lurik, namun involunter.Otot lurik disebut
juga otot skelet terbagi atas :
a. Otot daging lebar dan pipih, misalnya adalah oblicus externus dan
trans versus yang membentuk dinding perut.
b. Otot daging gilig misalnya otot bisep (pada lengan).
c. Otot daging sfingter dengan carat melintang, misalnya sfingter pada
anus atau kloaka.
d. Otot lurik mengikat atau melekat pada tulang dan pada saat kontraksi
atau relaksasi akan menggerakkan tulang tersebut. Koordinasi
kontraksi otot dilaksanakan oleh sistem saraf.

17
7. Sistem Kerangka

Sistem kerangka dibangun oleh kerangka dalam (endoskeleton)


yang tersusun atas tulang – tulang.Terdapat 2 skeleton yang menyusun
sistem kerangka yaitu skeleton aksial dan skeleton apendikular.Skeleton
aksial tersusun atas tempurung kepala, vertebrae (ruas – ruas belakang
dan tulang dada).Skeleton apendikular tersusun ekstremitas anterior dan
extrimitas posterior.

Tempurung kepala tersusun atas beberapa tulang yaitu cranium,


bebrapa kapsul sensoris (kapsul hidung, kapsul pendengar, kapsul besar
untuk mata, dan tulang – tualng rahang).

Pada katak terdapat 9 ruas tulang belakang dan terdapat 1 tulang


dada. Ekstrenitas anterior (lengan) dan ekstrenitas posterior (tungfkai)
tersusun atas tulang – tulang yang hampir sama.

8. Sistem Sensori
Mata, dengan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah, dan ada
lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan, yang disebut membran
niktitran. Bola mata kurang lebih sferis (bulat). Mata digerakkan oleh 6
otot, yaitu otot-otot superior, inferior, rektus internal, rektus eskternal,
oblikus inferior, dan oblikus superior.
Telinga, dengan organ-organ pendengar dan keseimbangan yang
berupa 3 saluran semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posteriorr

18
dan horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah dan telinga
luar), membawa impuls-impuls ke kolumella, yaitu tulang tipis dalam
telinga tengah yang memaancarkan impuls-impuls melalui stapes ke
koklea, yaitu organ pendengaran.

9. Kelenjar Endokrin
Kelenjar pitutari (hipofisis) terletak di bawah otak, mempunyai 3
lobus, masing-masing menghasilkan hormon. Lobus anterior membuat
hormon perangsang pertumbuhan dan perangsang metamorfosis, dan
juga hormon perangsang gonad. Lobus internedius membuat hormon
untuk mengendalikan perluasan (ekspansi) sel-sel pigmen, dan berakibat
menjadi lebih gelapnya warna kulit. Lobus posterior membuat hormon
yang berhubungan dengan keseimbangan air dan untuk kontraksi otot-
otot polos.
Kelenjar tiroidi, terdiri dari 2 buah lobus, masing-masing di dekat
dasar arter internal. Sekretnya (hormon) mungkin merangsang aktifitas
metabolik pada umumnya atau merangsang metamorfosis dari berudu
menjadi katak dewasa.
Kelenjar adrenal, mengandung dua tipe jaringan yang khas seperti
pada manusia, yaitu jaringan kortek (luar) dan medulla (dalam). Pada
katak kelenjar adrenalnya terletak di sepanjang permukaan ginjal.
Medulla menghasilkan epinefrin (adrenalin) yang menyebabkan
kontraksi otot polos pada beberapa arteri (abdomen dan kulit).
Gonad juga membuat hormon yang berhubungan dengan
karakteristik seksual sekunder, yaitu ibu jari yang membengkak pada
katak jantan selama musim kawin itu disebabkan oleh hormon yang
dibuat oleh testes.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Amphibi (berasal dari kata amphibious, berarti ‘kedua cara hidup’)
mengacu pada tahap-tahap kehidupan dari spesies katak yang awalnya
hidup di air dan kemudian di daratan.
2. Morfologi Amphibi terdiri atas mata, kepala, punggung, perut, kaki
belakang, kaki berselaput, selaput, kaki depan, jari, timpani (pendengaran)
dan nostril.
3. Anatomi dan fisiologi pada amphibi terdiri atas sistem peredaran darah
(Transportasi), Sistem pernapasan, sistem pencernaan (Digestoria), sistem
ekskresi, sistem syaraf, sistem otot, sistem serangka, sistem sensori dan
kelenjar endokrin.

B. Saran

Melalui pembahasan makalah diatas masih jauh dari kesempurnaan


maka penyusun berharap pada pembaca untuk kritik dan masukan yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah yang penyusun buat,
Penyusun menyarankan untuk pembaca tidak hanya terpacu terhadap makalah
yang kami telah buat demi memperluas wawasan tentang relevansi ilmu
Zoologi Vertebrata pada materi Amphibi khususnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A Neil & Jane B. Recce. 2008. Biologi Edisi kedelapan jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Campbell, dkk. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2003.
Campbell, dkk. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 2004.
Jasin, Maskoeri. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Wijaya utama. 1984.
Storer, I Tracy & Robert L. Usinger .2008. Dasar-Dasar Zoologi. Jakarta:
BINARUPA AKSARA Publisher, hlm. 529

Pertanyaan :

1. Pada famili Bufonidae (kodok), apa yang dimaksud dengan terdapat


kelenjar paratoid (bupotoxin) di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala ?
2. Apa fungsi lidah dan gigi katak? Apa yang terdapat di dalam lendir lidah?
Apa fungsi kelenjar/kantong suara?
3. Apa yang membedakan 3 sub kelas pada amphibi? Apa yang dimaksud dg
lobus olfaktori?
4. Apakah kelenjar paratoid hanya ada pada katak beracun?
5. Bagaimana pernapasan pada salamander

Jawaban :

1. Kelenjar paratoid : kelenjar racun yg dibelakang gendang telinga.


Tympanum : gendang telinga. Biasanya berwarna kehitaman. Pematang :
bintik tanduk dikepala, untuk melindungi dari sinar
2. Lidah : untuk menangkap serangga sebagai makanan.
Kantong suara untuk memikat individu lain ketika musim kawin, terletak
pada esofagus. Nama lain kantong suara : sacus vokalis

21
3. Urodela (memiliki ekor & kaki) misalnya salamander, sesilia (tidak
memiliki kaki, berekor) misalnya hewan seperti belut, anura (katak).
4. Semua katak memiliki kelenjar, tidak semua memiliki kelenjar racun.
Kelenjar yang tidak beracun sebagai kelenjar lendir, yang melindungi
tubuhnya. Racun pada kelenjar paratoid juga didapatkan dari makanannya
(serangga) yang beracun. Racun dari serangga tersebut lalu disebarkan ke
seluruh tubuh (khususnya punggung).
5. Memiliki insang eksternal

Beda kodok jantan dan betina


Jantan : suara lebih keras, ukuran tubuh lebih ramping, telinga lebih besar dari
mata, warna lebih terang, ketika bereproduksi jantan di atas, jantan yang
menjaga telur, memiliki bantalan kawin pada kaki untuk menekan betina.
Betina : ukuran lebih besar, telinga lebih kecil dari jantan, warna lebih gelap,

22

Anda mungkin juga menyukai