TUGAS KELOMPOK 1
MAKALAH
Jual Beli, Hutang Piutang dan Riba
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Disusun oleh:
Mahliana
NIM: 1701140494
Emeilia Afitri
NIM: 1701140503
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
serta telah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi pedoman hidup manusia.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga, sahabat dan pengikutnya. Alhamdulillahirobbil’alamiin atas karunia
Allah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Jual beli, hutang
piutang dan riba.
Tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqihdan
untuk menambah pengetahuan agar pembaca lebih mengetahui dan memahami
tentang jual beli, hutang piutang dan riba.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Semoga Allah SWT. Selalu memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada
kita semua. Amin.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan................................................................................................... 2
C. Riba ...................................................................................................... 9
A. Simpulan............................................................................................. 15
B. Saran ................................................................................................... 15
iii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yakni tidak dapat hidup sendiri dan
selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan
hidupnya. Terutama dalam hal muamalah, seperti jual beli, pinjam
meminjam, sewa menyewa hingga urusan utang piutang maupun usaha-
usaha yang lain, baik dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan
umum.Namun sering kali dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui
kecurangan-kecurangan dalam urusan muamalah ini, seperti riba yang
sangat meresahkan dan merugikan masyarakat.Untuk menjawab segala
problema tersebut, agama memberikan peraturan dan pengajaran yang
sebaik-baiknya kepada kita yang telah diatur sedemikian rupa dan termaktub
dalam Al-Qur’an dan hadits, dan tentunya untuk kita pelajari dengan sebaik-
baiknya pula agar hubungan antar manusia berjalan dengan lancar dan
teratur.
Jual beli adalah kegiatan tukar menukar barang dengan cara tertentu
yang setiap hari pasti dilakukan namun kadang kala kita tidak mengetahui
apakah caranya sudah memenuhi syara’ ataukah belum. Begitu pula dengan
utang piutang yang sering kali tidak dapat kita hindari karena sangat kental
dengan kehidupan manusia. Kita perlu mengetahui bagaimana cara utang
piutang menurut syariat. Kegiatan jual beli dan utang piutang ini juga sering
dikait-kaitkan dengan yang namanya riba. Riba menurut syariat hukumnya
adalah haram karena tidak menunbuhkan manfaat tetapi menimbulkan
madharat.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, sengaja kami bahas mengenai jual
beli, utang piutang dan riba karena ketiganya sangat kental dengan
kehidupan masyarakat. Disini pula akan banyak dibahas mulai dari tata cara
jual beli dan utang piutang yang benar sampai hal-hal yang diharamkan atau
1
2
dilarang. Begitu pula dengan riba juga akan dibahas mulai dari
hukumnya,sampai macam-macam bentuk riba, untuk mempermudah
praktek muamalah kita dalam kehidupan sehari-hari dan supaya kita tidak
mudah untuk terjerat dalam lingkaran riba yang sangat meresahkan dan
merugikan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang jual beli?
2. Bagaimana penjelasan tentang hutang piutang?
3. Bagaimana penjelasan tentang riba?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang jual beli.
2. Untuk mengetahui tentang hutang piutang.
3. Untuk mengetahui tentang riba.
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Jual Beli
“Qaradh adalah harta yang diberikan seseorang dari harta mitsil (yang
memiliki perumpamaan) untuk kemudian dibayar atau dikembalikan.
Atau dengan ungkapan yang lain, qaradh adalah suatu perjanjian yang
khusus untuk menyerahkan harta (mal mitsil) kepada orang lain untuk
kemudian dikembalikan persis seperti yang diterimanya.”
3
4
ُ ض ِل ْل ُم ْقت َِر
َ ض ِليَ ُردَّ ِمثْلَهُ ِإلَ ْي ِه ِع ْندَ قُد َْرتِ ِه
علَ ْي ِه ُ ِي يُ ْع ِط ْي ِه ْال ُم ْق ِر
ْ ض ُه َو ْال َما ُل الَّذ
ُ ْالقَ ْر
Artinya:
ُ ا َ ْلقَ ْر
ض دَ ْف ُع َما ٍل ِل َم ْن َي ْنت َ ِف ُع بِ ِه َو َي ُردُّ َبدَلَه
Artinya:
Artinya:
b. Aqidain
Yang dimaksud dengan ‘aqidain (dua pihak yang melakukan
transaksi) adalah pemberi hutang dan penghutang. Keduanya
mempunyai beberapa syarat berikut.
1) Syarat-syarat bagi pemberi hutang
Fuqaha’ sepakat bahwa syarat bagi pemberi hutang adalah
termasuk ahli tabarru’ (orang yang boleh memberikan derma),
yakni merdeka, baligh, berakal shat, dan pandai (rasyid, dapat
membedakan yang baik dan yang buruk). Mereka
berargumentasi bahwa hutang piutang adalah transaksi irfaq
(memberi manfaat). Oleh karenanya tidak sah kecuali
dilakukan oleh orang yang sah amal kebaikannya, seperti
shadaqah.
2) Syarat bagi penghutang
Syafi’iyah mensyaratkan penghutang termasuk kategori
orang yang mempunyai ahliyah al-mu’amalah (kelayakan
melakukan transaksi) bukan ahliyah at-tabarru’ (kelayakan
memberi derma). Adapun kalangan ahnaf mensyaratkan
penghutangkan mempunyai ahliyah at-tasharrufat (kelayakan
memberikan harta) secara lisan, yakni merdeka, baligh, dan
berakal sehat.
Hanabilah mensyaratkan penghutang mampu menanggung
karena hutang tidak ada kecuali dalam tanggungan. Misalnya,
tidak sah member hutangi kepada masjid, sekolah, atau ribath
(berjaga diperbatasan dengan musuh) karena semua ini tidak
mempunyai potensi menanggung.
c. Harta yang dihutangkan
Rukun yang ketiga ini mempunyai beberapa syarat berikut.
1) Harta yang dihutangkan berupa harta yang ada padanannya,
maksudnya harta yang satu sama lain dalam jenis yang sama
tidak banyak berbeda yang megakibatkan perbedaan nilai,
8
C. Riba
1. Pengertian Riba
Riba menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu:
a. Bertambah, karena salah satu perbuatan riba adalah meminta
tambahan dari sesuatu yang dihutangkan.
b. Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah
membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan
kepada orang lain.
c. Berlebihan atau menggelembung
10
2. Macam-macam Riba
Riba bisa diklasifikasikan menjadi : Riba Al-Fadl, riba Al-yadd, riba
Qardhi dan riba An-nasi’ah. Berikut penjelasan lengkap macam-
macamnya:
a. Riba Al-Fadhl
11
b. Riba Al-Yadd
Riba Al-Yadd, yaitu riba dengan berpisah dari tempat akad jual
beli sebelum serah terima antara penjual dan pembeli. Misalnya,
seseorang membeli satu kuintal beras. Setelah dibayar, sipenjual
langsung pergi sedangkan berasnya dalam karung belum
ditimbang apakah cukup atau tidak.
ب ِربًا إِ ََّّل هَا َء َوهَا َء َو ْالب ُُّر بِ ْالب ُِر ِربًا ِإ ََّّل هَا َء َوهَا َء
ِ َب بِالذَّ َه ُ الذَّه
ير ِربًا إِ ََّّل هَا َء َّ ير بِال
ِ ش ِع ُ ش ِع َّ َوالت َّ ْم ُر بِالت َّ ْم ِر ِربًا إِ ََّّل هَا َء َوهَا َء َوال
َوهَا َء
“Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan,
gandum dengan gandum riba kecuali dengan dibayarkan kontan;
kurma dengan kurma riba kecuali dengan dibayarkan kontan;
kismis dengan kismis riba, kecuali dengan dibayarkan kontan
(HR al-Bukhari dari Umar bin al-Khathab)
12
c. Riba An-Nasi’ah
Riba Nasi’ah, adalah tambahan yang disyaratkan oleh orang
yang mengutangi dari orang yang berutang sebagai imbalan atas
penangguhan (penundaan) pembayaran utangnya. Misalnya si A
meminjam uang Rp. 1.000.000,- kepada si B dengan perjanjian
waktu mengembalikannya satu bulan, setelah jatuh tempo si A
belum dapat mengembalikan utangnya. Untuk itu, si A
menyanggupi memberi tambahan pembayaran jika si B mau
menunda jangka waktunya. Contoh lain, si B menawarkan
kepada si A untuk membayar utangnya sekarang atau minta
ditunda dengan memberikan tambahan.
Mengenai hal ini Rasulullah Saw. menegaskan bahwa:
َ سلَّ َم نَهى
ع ْن بَي ِْع َ ُصلَّىاهلل
َ علَ ْي ِه َو ٍ س َم َرةِ ب ِْن ُج ْن ُد
َّ ب ا َ َّن النَّ ِب
َ ي َ ع ْن
َ
ِ ان ِب ْال َحيَ َو
ًان نَ ِس ْيئَة ِ الَ َحيَ َو
“Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi Muhammad saw.
Telah melarang jual beli hewan dengan hewan dengan
bertenggang waktu.” (Riwayat Imam Lima dan dishahihkan oleh
Turmudzi dan Ibnu Jarud)”
d. Riba Qardhi
Riba Qardhi adalah riba yang terjadi karena adanya proses utang
piutang atau pinjam meminjam dengan syarat keuntungan
(bunga) dari orang yang meminjam atau yang berhutang.
Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar sebesar Rp.
1.000.000,- (satu juta) kemudian diharuskan membayarnya Rp.
1.300.000,- (satu juta Tiga ratus ribu rupiah).
Terhadap bentuk transaksi seperti ini dapat dikategorikan
menjadi riba, seperti sabda Rasulullah Saw.:
ِ سلَّ َم آ ِك َل
ُالربا َ َو ُم ْو ِكلَهُ َو َكا ِت َبه َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ِس ْو ُل هللاُ لَ َعنَ َر
َ ُه ْم: َو َقا َل,َوشَا ِه َد ْي ِه
س َواء
“Rasulullah saw melaknat orang memakan riba, yang memberi makan
riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Belia bersabda; Mereka
semua sama”. (HR Muslim).
14
BAB III PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16