Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIK PENAFSIRAN AYAT DENGAN METODE TEMATIK

(METODE MAUDHU’I)
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Al-Qur’an Hadist
Diampu : Sobirin, S.Pd, M.Pd

Oleh :
Muhammad Mareta Azis 12520.0038
Wardah Nurkhalida 12520.0051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SABILI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul Praktik Penafsiran Ayat Dengan Metode Tematik
(Metode Maudhu’i). Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan dalam setiap sikap dan tindakan kita
sebagai sorang muslim.
Adapaun tujuan dari penulisan dari maklah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Al-Qur’an Hadist di Sekolah/Madrasah II. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Sobirin, S.Pd, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah. Serta
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta masukan-masukan
yang bermanfaat dalam pembuatan tugas ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung, 12 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ................................................................................................................3
1. Pengertian Metode Tematik (Metode Maudhu’i) ...................................................3
2. Ide Munculnya Tafsir Maudhu’i.............................................................................4
3. Jenis MetodeTafsir Maudhu’i.................................................................................4
4. Cara Penafsiran Al-Qur’an Menggunakan Metode Tematik (Metode Maudhu’i) ..5
5. Kode Etik Penafsiran Metode Tematik (Metode Maudhu’i)...................................7
6. Urgensi dan Keutamaan Tafsir Maudhu’i ..............................................................8
BAB III ..............................................................................................................................9
KESIMPULAN ..................................................................................................................9
1. Kesimpulan ............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup
bagi umat manusia, dan sekaligus sebagai sumber nilai dan norma di samping
al-sunnah. Al-Qur’an juga memperkenalkan dirinya antara lain sebagai hudan
li al-nas, petunjuk bagi umat manusia pada umumnya dan orang-orang yang
bertaqwa pada khususnya. Sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Qur’an
dalam membicarakan suatu masalah sangat unik, tidak tersusun secara
sistematis sebagaimana buku-buku ilmiah yang dikarang oleh manusia. Al-
Qur’an jarang sekali membicarakan suatu masalah secara rinci, kecuali
masalah aqidah, pidana dan beberapa masalah hukum keluarga. Umumnya, Al-
Qur’an lebih banyak mengungkapkan suatu persoalan secara global, parsial
dan seringkali menampilkan suatu masalah dalam prinsip-prinsip dasar dan
garis besar.
Keadaan demikian, sama sekali tidak mengurangi keistimewaan
AlQur’an sebagai firman Allah. Bahkan sebaliknya, di situlah letak keunikan
dan keistimewaan Al-Qur’an yang membuatnya berbeda dari kitab-kitab lain
dan buku-buku ilmiah. Hal ini membuat Al-Qur’an menjadi objek kajian yang
selalu menarik dan tidak pernah kering bagi kalangan cendikiawan, baik
muslim maupun non muslim, sehingga Al-Qur’an tetap aktual sejak
diturunkannya. Kandungan Al-Qur’an yang luas dan tinggi, membuat para
ulama tafsir menggunakan berbagai metode dan corak yang beragam untuk
memahaminya. Ada empat metode yang sering dipergunakan, yaitu: metode
tafsir tahlili, metode tafsir ijmali, metode tafsir muqaran, dan metode tafsir
maudhu’i. Dalam penulisan makalah ini akan membahas mengenai metode
tafsit maudhu’i.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa penjelasan dari metode tematik (metode maudhu’i) ?
2. Apa ide munculnya metode tematik (matode maudhu’i) ?
3. Aapa saja jenis-jenis dari metode tematik (metode maudhu’i) ?
4. Bagaimana cara penafsiran menggunakan metode tematik (metode
maudhu’i) ?
5. Bagaimana kode etik metode tematik (metode maudhu’i) ?
6. Bagaimana urgensi dan keutamaan metode tematik (metode maudhu’i) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian metode tematik (metode maudhu’i).
2. Untuk mengetahui ide munculnya metode tematik (metode maushu’i).
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari metode tematik (metode maudhu’i).
4. Untuk mengetahui cara penafsiran menggunakan metode tematik (metode
maudhu’i).
5. Untuk mengetahui bagaimana kode etik metode tematik (metode maudhu’i).
6. Untuk mengetahui urgensi dan keutamaan metode tematik (matode
maudhu’i).
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoretis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai metode maudhu’i bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis.
Penulisan makalah ini dapat menambah pemahaman mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan praktik penafsiran Al-Qur’an menggunakan
metode maudhu’i.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Metode Tematik (Metode Maudhu’i)


Istilah metode tafsir mauḍu’i terdiri atas dua kata, tafsir dan mauḍu’i.
Kata tafsir dari sisi bahasa (etimologi) diambil dari akar kata al-fasr yang
berarti menjelaskan, menyingkap dan memperlihatkan makna yang logis (al-
ibanah wa al-Kasyf wa Izhar al-Ma’na al-Ma’qul).1 Dari sini dapat dipahami
bahwa secara bahasa kata tafsir mengandung arti menerangkan, menjelaskan
serta mengungkapkan sesuatu yang belum atau tidak jelas maknanya.
Sementara kata mauḍu’i secara bahasa berasal dari kata mauḍu’, isim
maf’ul dari fi’il madhiwadha’a yang memiliki makna beraneka ragam, yaitu
yang diletakkan, yang diantar, yang ditaruk, atau yang dibuat-buat, yang
dibicarakan, tema, topik.2 Dalam hal ini kata mauḍu’i dimaknai sebagai tema
atau topik. Sehingga dapat dipahami bahwa metode tafsir mauḍu’i adalah
metode tafsir yang berusaha mencari suatu jawaban Al-Qur’an tentang tema
tertentu, maka dari itu metode tafsir ini juga d iberi nama dengan metode tafsir
tematik.
Secara terminologi metode tematik adalah metode yang membahas
ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.
Semua ayat yang berkaitan, dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam dan
tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti asbab al-nuzul,
kosakata, dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta
didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggung-jawabkan
secara ilmiah, baik argumen itu berasal dari Al-Qur’an, hadis, maupun
pemikiran rasional.3
Sedangkan Muhammad Baqir al-Shadr berpendapat bahwa metode
tematik adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur’an

1
Fauzan, Imam, dkk. 2019. Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadist Vol 13 No 2. UIN Raden
Intan : Lampung. Hal. 198
2
Fauzan, Imam, dkk. 2019. Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadist Vol 13 No 2. UIN Raden
Intan : Lampung. Hal. 199
3
Purwanto, Tinggal. 2013. Pengantar Studi Tafsir Al-Qur’an. Adab press : Yogyakarta. Hal. 55

3
4

dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang


satu dan bersama-sama membahas topik atau judul tertentu serta
menertibkannya sesuai dengan masa turunnya dan selaras dengan sebab-sebab
turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-
penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-
ayat yang lain, lalu mengistimbatkan hukum-hukum.4
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode tafsir jenis ini adalah metode tafsir yang menjelaskan beberapa
ayat Al-Qur’an mengenai suatu judul atau tema tertentu, dengan
memperhatikan urutan tertib turunnya masing-masing ayat, sesuai dengan
sebab-sebab turunnya yang dijelaskan dengan berbagai macam keterangan dari
segala seginya dan diperbandingkannya dengan keterangan berbagai ilmu
pengetahuan yang benar yang membahas judul atau tema yang sama, sehingga
lebih mempermudah dan memperjelas dalam menyelesaikan masalah yang
terjadi.
2. Ide Munculnya Tafsir Maudhu’i
a. Ibrahim bin Umar al-Bigai (809-885 H): semua ayat-surat Al-Quran
memiliki keterkaitan/munasabah. Karena itu tidak dibenarkan menafsirkan
satu ayat tanpa melihat ayat lain yang berkaitan
b. Pendapat ini ditegaskan oleh Imam al-Syathibi, Al-Quran itu satu kesatuan
karenanya harus dipahami secara integral/menyeluruh dan tidak boleh
sepotong-sepotong.
c. Tahun 1960, Syaikh Mahmud Syaltut (Rektor Al-Azhar Mesir)
menggalakkan kajian-kajian tematik Al-Quran. Sehingga muncul,
sejumlah karya tentang tafsir tematik: al-insan fil Qurand an al-Marah fil
Qur'an karya Abbas Mahmud al-Aqqad. Dan al-Riba fil Quran karya Abul
A'la al-Maududi.
3. Jenis MetodeTafsir Maudhu’i
Secara umum menurut al-Farmawi, metode tafsir maudhu’i
memiliki dua macam bentuk. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu

4
Yaman, Tulus. 2015. Jurnal PAI Vol 1 No 2. UIN Maulana Malik Ibrahim : Malang. Hal. 277
5

menyingkap hukum-hukum, keterkaitan, dan keterkaitan di dalam Al-Qur’an.


Jenis-jenis dari metode maudhu’i, antara lain :
a. Membahas satu surat Al-Qur’an secara menyeluruh, memperkenalkan dan
menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis besar,
dengan cara menghubungkan ayat yang satu dengan yang lain, atau antara
satu pokok masalah dengan pokok masalah yang lain. Dengan metode ini
surat tersebut tampak dalam bentuknya yang utuh, teratur, betul-betul
cermat, teliti, dan sempurna. Metode maudhu’i seperti ini juga bisa disebut
sebagai tematik plural (al-maudhu’i al-jāmi’), karena tema-tema yang
dibahas lebih dari satu.
Contoh :
‫اۡل ٰخ َر ٰةؕ َوه َُو ۡال َح ٰك ۡي ُم ۡال َخ ٰب ۡي ُر‬
ٰ ۡ ‫ض َولَـهُ ۡال َحمۡ د ُ ٰفى‬ ٰ ‫اۡل ۡر‬َ ۡ ‫ت َو َما ٰفى‬ ٰ ‫ا َ ۡل َحمۡ د ُ ٰ ه‬
ۡ ‫ّلِل الَّذ‬
ٰ ‫ٰى لَهٗ َما ٰفى السَّمٰ ٰو‬
‫الر ٰح ۡي ُم ۡالغَفُ ۡو ُر‬ ٰ ‫يَعۡ لَ ُم َما يَ ٰل ُج فٰى ۡاۡلَ ۡر‬
َّ ‫ض َو َما يَ ۡخ ُر ُج ٰم ۡن َها َو َما يَ ۡن ٰز ُل ٰمنَ ال َّس َما ٓ ٰء َو َما يَعۡ ُر ُج فٰ ۡي َهاؕ َوه َُو‬
Artinya :
1. Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi dan segala puji di akhirat bagi Allah. Dan Dialah
Yang Mahabijaksana, Mahateliti.
2. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar
darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan
Dialah Yang Maha Penyayang, Maha Pengampun.
Surat ini diawali pujian bagi Allah dengan menyebutkan
kekuasaan-Nya. Setelah itu, mengemukakan pengetahuannya yang
universal, kekuasaan-Nya yang menyeluruh, dan kehendak-Nya yang
bijak
b. Tafsir metode maudhu’i yang menghimpun dan menyusun ayat-ayat Al-
Qur’an yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian memberikan
penjelasan dan mengambil kesimpulan.5
4. Cara Penafsiran Al-Qur’an Menggunakan Metode Tematik (Metode
Maudhu’i)
Dalam prakteknya, sejarah tafsir al-maudhu'i sesungguhnya telah lama
ada, bahkan disinyalir sejak masa-masa awal Islam. Tetapi, istilah tafsir al-

5
Anonim. 2020. Metode Maudhu’i. Tulungagung : IAIN. Hal. 64-65
6

maudhu'i itu sendiri diperkirakan baru lahir pada sekitar abad empat belas
Hijriah6
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seseorang yang
hendak membahas masalah-masalah tertentu berdasarkann tafsir al-maudhu'i.
Langkah-langkah penafsiran menggunaan metode maudhu/i menurut Abd al-
hayy al-Farmawi dan Musthafa Muslim) sebagai berikut :
a. Menentukan tema masalah yang akan dibahas dalam Al-Qur’an
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tersebut
c. Menyusun ayat sesuai dengan kronologis turunnya, disertai pengetahuan
tentang asbab al-nuzul.
d. Memahami munasabah (korelasi) ayat-ayat tersebut dalam surahnya
masing-masing.
e. Menyusun kerangka pembahasan yang sempurna.
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan.
g. Meneliti ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan cara menghimpun
ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian sama, atau mengkompromikan
antara yang ‘am (umum) dan yang khash (khusus), mutlak dan muqayyad
(terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya
bertemu dalam satu, tanpa perbedaan atau pemaksaan.
Sebagai contoh seorang mufassir menghimpun sejumlah ayat yang
bersifat mutlak seperti :
‫وأحل هللا البيع وحرم الرتا‬
“...padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Dan ayat yang bersifat muqoyyad seperti:

‫يا أيها الذين آمنوا ۡل تأكلوا الزنا أضعافا مضاعفة‬


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba 47 dengan
berlipat ganda"."

6
Ahmad, Izzan. Metodologi Ilmu Tafsir. Tafakur : Kota Bandung. Hal. 144
7

Jika mufassir tersebut hanya mengambil pengertian ayat yang


muqayyad semata dan mengesampingkan ayat yang bersifat mutlak. Maka ia
akan sampai pada kesimpulan bahwa riba yang diharamkan adalah riba yang
berlipat ganda. Sedangkan riba yang tidak berlipat ganda tidak haram.
Penafsiran semacam ini bisa menimbulkan kekeliruan, sebab pengertian ayat
yang mutlak tidak selamanya mengikuti ayat yang muqayyad, dan sebaliknya.
Dalam hal ini untuk menentukan pengertian ayat mana yang dapat
diambil penafsiran itu harus melihat pada masa dan konteks turunnya ayat
tersebut, serta harus mengetahui proses serta tahapan penetapan hukum oleh
Al-Qur’an. Pada contoh kasus di atas, seorang penafsir harusnya mengetahui
bahwa ayat yang bersifat muqayyad tersebut justru lebih mutlak. Ayat
muqayyad ini menunjukkan pada praktek riba yang paling tua, yaitu yang
berlaku pada masa Jahiliyah. Kemudian setelah itu turunlah ayat yang bersifat
mutlak sebagaimana di atas, yang mengharamkan riba yang sedikit dan riba
yang banyak. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
‫الذين يأكلون الزنا ۡل يقومون إۡل كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس‬
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila‛.”
Dengan mengetahui proses atau tahapan yang ditempuh Al-Qur’an
dalam menetapkan hukum, maka seorang mufassir tidak akan keliru dalam
penafsirannya.
5. Kode Etik Penafsiran Metode Tematik (Metode Maudhu’i)
Salah ‘Abd al-Fattah al-Khalidi mengutip pendapat ‘Abd al-Sattar al-
Sa’id, menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang penafsir
maudu’i diantaranya:
a. Memahami secara komprehensif ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan tema
yang dibahas.
b. Menggunakan riwayat-riwayat hadis yang sahih dalam menjelaskan makna
ayat-ayat yang tengah dikaji.
c. Menjauhkan diri dari fanatisme madzhab, baik dalam bidang teologi
(akidah) maupun dalam bidang fikih.
8

d. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua yang terdapat di dalam Al-
Qur’an merupakan sesuatu yang haq (mutlak kebenarannya), karena
bersumber dari Allah Swt.
e. Memahami dengan penuh kesungguhan bahwa Al-Qur’an adalah kitab
hidayah.
f. Mengakui secara benar bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang selalu up to
date (salih li kulli zaman wa makan).
g. Membekali diri dengan pengetahuan yang mendalam tentang ‘ulum Al-
Qur’an
6. Urgensi dan Keutamaan Tafsir Maudhu’i
Untuk mengenal betapa pentingnya keberadaan corak dan metode tafsir
maudhu’i ada beberapa faedah dan keistimewaan metode maudhu’i yang
dimaksud, yaitu :
a. Dengan menghimpun beberapa ayat para mufassir akan menemukan
adanya keserasian dan korelasi antara ayat satu dengan ayat yang lain.
b. Dengan mengumpulkan beberapa ayat atau sebagian ayat penafsir akan
dapat menemukan hasil yang relatif sempurna terhadap pokok masalah
yang dibahas.
c. Corak kajian tafsir maudhu’i ini sesuai dengan semangat zaman modern
yang menuntut kita berupaya melahirkan suatu hukum yang bersifat
universal untuk masyarakat Islam yang bersumber Al-Quran yang mudah
dipahami dan diterapkan.
Adapun keutamaan metode tafsir maudhu’i adalah kesimpulan yang
dihasilkan oleh metode tafsir maudhu’i mudah dipahami. Sedangkan
kelemahan metode tafsir maudhu’i adalah seorang penafsir harus
memfokuskan diri pada satu pokok bahasan7

7
Muslimin. 2019. Kontribusi Tafsir Maudhu’i Dalam Memahami Al-Quran. Kediri : Institut Agama
Islam Tribakti
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari uraian diatas penulis daat menarik beberapa kesimpulan
diantaranya :
a. Metode tafsir maudhu’i adalah metode tafsir yang menjelaskan beberapa
ayat Al-Qur’an mengenai suatu judul atau tema tertentu dan dikaji secara
mendalam dalam lingkup judul atau tema tersebut.
b. Adanya metode tematik (metode maudhu’i) ini dilatar belakanagi oleh
pernyataan dari beberapa para ahli mengenai ayat Al-Qur’an yang saling
terhubung dengan ayat yang lainnya. Kemudian pada tahun 1960, Syaikh
Mahmud Syaltut menggalakkan kajian-kajian tematik Al-Quran dan
menciptakan beberapa karya metode tematik (metode maudhu’i).
c. Metode tafsir maudhu’i memiliki dua macam bentuk, yaitu pertama;
membahas satu surat Al-Qur’an secara menyeluruh, memperkenalkan
dan menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis
besar. Kedua; tafsir metode maudhu’i yang menghimpun dan menyusun
ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian
memberikan penjelasan dan mengambil kesimpulan.
d. Cara menggunakan metode maudhui dapat dilakukan dengan beberapa
langkah yaitu menentukan tema masalah yang akan dibahas dalam Al-
Qur’an, menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tersebut,
menyusun ayat sesuai dengan kronologis turunnya, disertai pengetahuan
tentang asbab al-nuzul, memahami munasabah (korelasi) ayat-ayat
tersebut dalam surahnya masing-masing, menyusun kerangka
pembahasan yang sempurna, melengkapi pembahasan dengan hadis-
hadis yang relevan. meneliti ayat-ayat tersebut secara keseluruhan
dengan cara menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian
sama, atau mengkompromikan antara yang ‘am (umum) dan yang khash
(khusus), mutlak dan muqayyad (terikat), atau yang pada lahirnya
bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu, tanpa
perbedaan atau pemaksaan.

9
10

e. Kode etik yang harus diperhatikan dalam penafsiran Al-Qur’an


menggunakan metode tematik antara lain memahami secara
komprehensif ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan tema yang dibahas,
menggunakan riwayat-riwayat hadis yang sahih dalam menjelaskan
makna ayat-ayat yang tengah dikaji, menjauhkan diri dari fanatisme
madzhab, yakin bahwa semua yang terdapat di dalam Al-Qur’an
merupakan sesuatu yang haq (mutlak kebenarannya), karena bersumber
dari Allah SWT, memahami dengan penuh kesungguhan bahwa Al-
Qur’an adalah kitab hidayah, mengakui secara benar bahwa Al-Qur’an
adalah kitab yang selalu up to date (salih li kulli zaman wa makan),
membekali diri dengan pengetahuan yang mendalam tentang ‘ulum Al-
Qur’an.
f. Urgensi dan keutamaan metode maudhu’i yaitu akan menemukan adanya
keserasian dan korelasi antara ayat satu dengan ayat yang lain, dapat
menemukan hasil yang relatif sempurna terhadap pokok masalah yang
dibahas, dapat menuntut kita berupaya melahirkan suatu hukum yang
bersifat universal untuk masyarakat Islam yang bersumber Al-Quran
yang mudah dipahami dan diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Izzan. Metodologi Ilmu Tafsir. Tafakur : Kota Bandung.


Anonim. 2020. Metode Maudhu’i. Tulungagung : IAIN.
Farmawi, Abd. Al-Hayyi al-. 1994. Al-Bidayah fi al-Tafsir alMaudhu’iy, terj.
Suryan A. Jamrah, Metode Tafsir alMawdhu’iy. Jakarta PT. RajaGrafindo
Persada.
Fauzan, Imam, dkk. 2019. Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadist Vol 13 No 2.
UIN Raden Intan : Lampung.
Muslimin. 2019. Kontribusi Tafsir Maudhu’i Dalam Memahami Al-Quran. Kediri
: Institut Agama Islam Tribakti
Purwanto, Tinggal. 2013. Pengantar Studi Tafsir Al-Qur’an. Adab press :
Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai