(METODE MAUDHU’I)
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Al-Qur’an Hadist
Diampu : Sobirin, S.Pd, M.Pd
Oleh :
Muhammad Mareta Azis 12520.0038
Wardah Nurkhalida 12520.0051
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup
bagi umat manusia, dan sekaligus sebagai sumber nilai dan norma di samping
al-sunnah. Al-Qur’an juga memperkenalkan dirinya antara lain sebagai hudan
li al-nas, petunjuk bagi umat manusia pada umumnya dan orang-orang yang
bertaqwa pada khususnya. Sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Qur’an
dalam membicarakan suatu masalah sangat unik, tidak tersusun secara
sistematis sebagaimana buku-buku ilmiah yang dikarang oleh manusia. Al-
Qur’an jarang sekali membicarakan suatu masalah secara rinci, kecuali
masalah aqidah, pidana dan beberapa masalah hukum keluarga. Umumnya, Al-
Qur’an lebih banyak mengungkapkan suatu persoalan secara global, parsial
dan seringkali menampilkan suatu masalah dalam prinsip-prinsip dasar dan
garis besar.
Keadaan demikian, sama sekali tidak mengurangi keistimewaan
AlQur’an sebagai firman Allah. Bahkan sebaliknya, di situlah letak keunikan
dan keistimewaan Al-Qur’an yang membuatnya berbeda dari kitab-kitab lain
dan buku-buku ilmiah. Hal ini membuat Al-Qur’an menjadi objek kajian yang
selalu menarik dan tidak pernah kering bagi kalangan cendikiawan, baik
muslim maupun non muslim, sehingga Al-Qur’an tetap aktual sejak
diturunkannya. Kandungan Al-Qur’an yang luas dan tinggi, membuat para
ulama tafsir menggunakan berbagai metode dan corak yang beragam untuk
memahaminya. Ada empat metode yang sering dipergunakan, yaitu: metode
tafsir tahlili, metode tafsir ijmali, metode tafsir muqaran, dan metode tafsir
maudhu’i. Dalam penulisan makalah ini akan membahas mengenai metode
tafsit maudhu’i.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa penjelasan dari metode tematik (metode maudhu’i) ?
2. Apa ide munculnya metode tematik (matode maudhu’i) ?
3. Aapa saja jenis-jenis dari metode tematik (metode maudhu’i) ?
4. Bagaimana cara penafsiran menggunakan metode tematik (metode
maudhu’i) ?
5. Bagaimana kode etik metode tematik (metode maudhu’i) ?
6. Bagaimana urgensi dan keutamaan metode tematik (metode maudhu’i) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian metode tematik (metode maudhu’i).
2. Untuk mengetahui ide munculnya metode tematik (metode maushu’i).
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari metode tematik (metode maudhu’i).
4. Untuk mengetahui cara penafsiran menggunakan metode tematik (metode
maudhu’i).
5. Untuk mengetahui bagaimana kode etik metode tematik (metode maudhu’i).
6. Untuk mengetahui urgensi dan keutamaan metode tematik (matode
maudhu’i).
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoretis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai metode maudhu’i bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis.
Penulisan makalah ini dapat menambah pemahaman mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan praktik penafsiran Al-Qur’an menggunakan
metode maudhu’i.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Fauzan, Imam, dkk. 2019. Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadist Vol 13 No 2. UIN Raden
Intan : Lampung. Hal. 198
2
Fauzan, Imam, dkk. 2019. Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadist Vol 13 No 2. UIN Raden
Intan : Lampung. Hal. 199
3
Purwanto, Tinggal. 2013. Pengantar Studi Tafsir Al-Qur’an. Adab press : Yogyakarta. Hal. 55
3
4
4
Yaman, Tulus. 2015. Jurnal PAI Vol 1 No 2. UIN Maulana Malik Ibrahim : Malang. Hal. 277
5
5
Anonim. 2020. Metode Maudhu’i. Tulungagung : IAIN. Hal. 64-65
6
maudhu'i itu sendiri diperkirakan baru lahir pada sekitar abad empat belas
Hijriah6
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seseorang yang
hendak membahas masalah-masalah tertentu berdasarkann tafsir al-maudhu'i.
Langkah-langkah penafsiran menggunaan metode maudhu/i menurut Abd al-
hayy al-Farmawi dan Musthafa Muslim) sebagai berikut :
a. Menentukan tema masalah yang akan dibahas dalam Al-Qur’an
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tersebut
c. Menyusun ayat sesuai dengan kronologis turunnya, disertai pengetahuan
tentang asbab al-nuzul.
d. Memahami munasabah (korelasi) ayat-ayat tersebut dalam surahnya
masing-masing.
e. Menyusun kerangka pembahasan yang sempurna.
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan.
g. Meneliti ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan cara menghimpun
ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian sama, atau mengkompromikan
antara yang ‘am (umum) dan yang khash (khusus), mutlak dan muqayyad
(terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya
bertemu dalam satu, tanpa perbedaan atau pemaksaan.
Sebagai contoh seorang mufassir menghimpun sejumlah ayat yang
bersifat mutlak seperti :
وأحل هللا البيع وحرم الرتا
“...padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
6
Ahmad, Izzan. Metodologi Ilmu Tafsir. Tafakur : Kota Bandung. Hal. 144
7
d. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua yang terdapat di dalam Al-
Qur’an merupakan sesuatu yang haq (mutlak kebenarannya), karena
bersumber dari Allah Swt.
e. Memahami dengan penuh kesungguhan bahwa Al-Qur’an adalah kitab
hidayah.
f. Mengakui secara benar bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang selalu up to
date (salih li kulli zaman wa makan).
g. Membekali diri dengan pengetahuan yang mendalam tentang ‘ulum Al-
Qur’an
6. Urgensi dan Keutamaan Tafsir Maudhu’i
Untuk mengenal betapa pentingnya keberadaan corak dan metode tafsir
maudhu’i ada beberapa faedah dan keistimewaan metode maudhu’i yang
dimaksud, yaitu :
a. Dengan menghimpun beberapa ayat para mufassir akan menemukan
adanya keserasian dan korelasi antara ayat satu dengan ayat yang lain.
b. Dengan mengumpulkan beberapa ayat atau sebagian ayat penafsir akan
dapat menemukan hasil yang relatif sempurna terhadap pokok masalah
yang dibahas.
c. Corak kajian tafsir maudhu’i ini sesuai dengan semangat zaman modern
yang menuntut kita berupaya melahirkan suatu hukum yang bersifat
universal untuk masyarakat Islam yang bersumber Al-Quran yang mudah
dipahami dan diterapkan.
Adapun keutamaan metode tafsir maudhu’i adalah kesimpulan yang
dihasilkan oleh metode tafsir maudhu’i mudah dipahami. Sedangkan
kelemahan metode tafsir maudhu’i adalah seorang penafsir harus
memfokuskan diri pada satu pokok bahasan7
7
Muslimin. 2019. Kontribusi Tafsir Maudhu’i Dalam Memahami Al-Quran. Kediri : Institut Agama
Islam Tribakti
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari uraian diatas penulis daat menarik beberapa kesimpulan
diantaranya :
a. Metode tafsir maudhu’i adalah metode tafsir yang menjelaskan beberapa
ayat Al-Qur’an mengenai suatu judul atau tema tertentu dan dikaji secara
mendalam dalam lingkup judul atau tema tersebut.
b. Adanya metode tematik (metode maudhu’i) ini dilatar belakanagi oleh
pernyataan dari beberapa para ahli mengenai ayat Al-Qur’an yang saling
terhubung dengan ayat yang lainnya. Kemudian pada tahun 1960, Syaikh
Mahmud Syaltut menggalakkan kajian-kajian tematik Al-Quran dan
menciptakan beberapa karya metode tematik (metode maudhu’i).
c. Metode tafsir maudhu’i memiliki dua macam bentuk, yaitu pertama;
membahas satu surat Al-Qur’an secara menyeluruh, memperkenalkan
dan menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis
besar. Kedua; tafsir metode maudhu’i yang menghimpun dan menyusun
ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian
memberikan penjelasan dan mengambil kesimpulan.
d. Cara menggunakan metode maudhui dapat dilakukan dengan beberapa
langkah yaitu menentukan tema masalah yang akan dibahas dalam Al-
Qur’an, menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tersebut,
menyusun ayat sesuai dengan kronologis turunnya, disertai pengetahuan
tentang asbab al-nuzul, memahami munasabah (korelasi) ayat-ayat
tersebut dalam surahnya masing-masing, menyusun kerangka
pembahasan yang sempurna, melengkapi pembahasan dengan hadis-
hadis yang relevan. meneliti ayat-ayat tersebut secara keseluruhan
dengan cara menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian
sama, atau mengkompromikan antara yang ‘am (umum) dan yang khash
(khusus), mutlak dan muqayyad (terikat), atau yang pada lahirnya
bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu, tanpa
perbedaan atau pemaksaan.
9
10
11