Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SUMBER AJARAN ISLAM

Dosen Pengampu: Akhmad Zamakhsari, MA. Pd

Kelompok 3:
1. Audy Putri Mursitaningrum (202010235009)
2. Faradilla Aulia Davi (202010235018)
3. Siti Fatimah Az Zahra (202010235017)

Prodi Teknik Kimia


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis sehingga penulis dapat melaksanakan makalah Pendidikan Islam yang berjudul
“Sumber Ajaran Islam”

Banyak sekali rintangan dan godaan yang penulis hadapi dalam menulis makalah kali ini,
saat mencari referensi, terutama dari penulis sendiri yaitu rasa bosan dan malas yang sering
datang, namun berkat bantuan dan dorongan dari teman-teman akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan. Oleh karna itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada:

1. Bapak Akhmad Zamakhsari, MA. Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama
2. Teman kelompok selaku dan penulis makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, namun demikian
penulis berusaha seoptimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang baik untuk penulis.

Mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam meningkatkan


kemampuan. Akhir kata, penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan penulis khusus nya.

Bekasi, 27 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
3. Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Sumber Ajaran Islam....................................................................................3
2. Sumber-Sumber Ajaran Islam Primer ............................................................................3
3. Sumber-Sumber Ajaran Islam Sekunder.........................................................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan...................................................................................................................11
2. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................III

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber ajaran Islam yang pokok adalah al-Qur’an dan hadis. Keduanya memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun terdapat perbedaan
dari segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat bahwa keduanya harus
dijadikan rujukan. Dari keduanya, ajaran Islam diambil dan dijadikan pedoman utama.
Oleh karena itu, kajian-kajian terhadapnya tidak pernah keruh bahkan terus berjalan dan
berkembang seiring dengan kebutuhan umat Islam. Akan tetapi terdapat perbedaan yang
mendasar antara al-Qur’an dan Hadis. Untuk al-Qur’an, semua periwayatan ayat-ayatnya
berlangsung secara mutawatir, sedangkan untuk hadis sebagian periwayatannya
berlangsung secara mutawatir dan sebagian berlangsung secara ahad.
Selain itu al-Qur’an sudah ditulis sejak zaman Rasulullah saw dan dilakukan oleh
sekretaris resmi yang di tugaskan langsung oleh Rasulullah saw. Sedangkan, secara
keseluruhan hadis belum ditulis di zaman Nabi Muhammad saw, bahkan beliau dalam
suatu kesempatan melarang sahabat yang menulis hadis. Namun, upaya sahabat dalam
menulis hadis sudah ada sejak masa Rasulullah saw. Hadis, yaitu ucapan-ucapan dan
tindakan-tindakan nabi. Tidak diragukan lagi bahwa nabi adalah manusia yang paling
baik dalam memahami maksud-maksud kitab suci. Dia dapat secara tepat menafsirkan
ayat-ayat tersebut dan bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkannya. Dia juga
seorang petunjuk par excellence bagi umat Islam. Umat Islam akan datang kepada nabi
dan bertanya tentang berbagai persoalan dan mencari petunjuk di hampir semua masalah.
Nabi memberikan petunjuk langsung kepada mereka, atau menunggu wahyu dari Allah
swt. Ketika dia berkata atau bertindak sesuatu, hal itu secara hati-hati dicatat dan kata-
katanya dihafal untuk disampaikan kepada orang lain.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sumber ajaran islam?
2. Apa saja yang menjadi sumber ajaran islam?
3. Apa saja yang terkandung pada al-Qur’an?
4. Apa saja yang terkandung Hadist?
5. Apa saja yang terkandung pada Ijtihad?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi
sumber ajaran islam dan apa saja yang terkandung pada al-Qur’an, Hadist, Ijtihad.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Ajaran Islam


Istilah “sumber” (di sini dalam konteksnya dengan sumber ajaran Islam), dalam
bahasa Arab, disebut mashdar, bentuk jamaknya adalah mashadir. Kata mashdar itu
sendiri, menurut makna kebahasaan (etimologi), mempunyai arti, antara lain: asal atau
permulaan sesuatu, sumber, tempat kemunculan sesuatu. Sementara itu, dalam bahasa
Indonesia kata “sumber” diartikan sebagai “mata air, perigi” misalnya, mengambil air di
sumber, dan berarti pula “asal” (dalam berbagai arti), misalnya kabar dari sumber yang
boleh dipercaya, dan sekalian kutipan harus disebutkan sumbernya. Dengan demikian
Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber ajaran islam ialah
segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Sumber ajaran islam ada tiga, yakni Al-Quran, Hadist (As-sunnah), dan Ijtihad.
Ajaran yang tidak bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam. Al-Quran dan Hadist
merupakan ajaran Islam yang langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW,
sedang Ijtihad merupakan hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid dengan
tetap mengacu pada Al-Quran dan Hadist.

B. Sumber-Sumber Ajaran Islam Primer


1. Al-Qur’an
Secara etimologi, Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan atau
qur’aanan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu).
Huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian lain secara teratur dikatakan al-
Qur’an karena ia berisikan intisari dari semua kitabullah dan intisari dari ilmu
pengetahuan.
Sedangkan secara terminologi, Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul terakhir melalui perantara

3
malaikat Jibril, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Sedangkan menurut para ulama, Alquran adalah Kalamullah yang diturunkan pada
Rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara
mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
a. Adapun kandungan dalam al-Qur’an antara lain:
1. Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah dan semua kepercayaan
yang berhubungan dengan-Nya.
2. Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan
ajaran tauhid.
3. Janji dan ancaman (al wa’d wal wa’iid), yaitu janji pahala bagi orang yang
percaya dan mau mengamalkan isi al-Qur’an dan ancaman siksa bagi orang
yang mengingkarinya.
4. Kisah umat terdahulu, seperti para nabi dan rasul dalam menyiarkan risalah
Allah swt maupun kisah orang-orang shaleh ataupun orang yang mengingkari
kebenaran al-Qur’an agar dapat dijadikan pembelajaran bagi umat setelahnya.
5. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir
manusia yang disebut kehidupan akhirat.
6. Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, yakni informasi-informasi
tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, langit, bumi, matahari dan lain
sebagainya.
b. Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, yaitu:
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia
dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan.
Hukum ini tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut
Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan
manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta
manusia dengan lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam
Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang
mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.

4
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal
manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk
sosial. Hukum ini tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang
mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.
c. Sedangkan khusus hukum syara, dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1) Hukum ibadah, yaitu mencakup hubungan vertikal atau dalam bahas arab
biasa disebut dengan hablum minallah, hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah SWT, misalnya salat, puasa, zakat, haji, dank urban.
2) Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama
manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya hukum tersebut bisa dikatakan
sebagai Hablum Minannas.
2. As-Sunnah atau Al-Hadits
Ditinjau dari segi bahasa terdapat perbedaan arti antara kata “Sunnah” dengan
“Hadis”. Sunnah berarti tata cara, tradisi, atau perjalanan, sedangkan Hadis berarti,
ucapan atau pernyataan atau sesuatu yang baru. As-Sunnah juga berarti pula jalan
hidup yang dibiasakan, baik jalan hidup yang baik atau buruk, terpuji atau tercela.
[8] Jumhurul Ulama mengartikan Al-Hadis, Al-Sunnah, Al-Khabar dan Al-Atsar
sama saja, tetapi ada sebagian lainya yang membedakannya. Sunnah diartikan sebagai
sesuatu yang dibiasakan atau lebih banyak dikerjakan dari pada ditinggalkan.
Sebaliknya, Hadis adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, namun jarang
dikerjakan. Selanjutnya Khabar adalah ucapan, perbuatan, dan ketetapan yang berasal
dari sahabat, dan Atsar berasal dari tabi’in.
a. Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua berfungsi:
1. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an, sehingga
kedua-duanya (Al-Qur’an dan Al-Hadits) menjadi sumber hukum. Seperti
ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan keimanan kemudian dikuatkan oleh
sunnah Rasul.
2. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang masih
bersifat global. Misalnya ayat Al Qur’an yang memerintahkan shalat,
membayar zakat, dan menunaikan haji, semuanya itu bersifat garis besar,
Tetapi semua itu telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam Haditsnya.

5
3. Mengkhususkan atau menberi pengecualian terhadap pernyataan Al-Qur’an
yang bersifat umum (takhsish al‘amm). Misalnya, Al-Qur’an mengharamkan
bangkai dan darah “diharamkan bagimu (memekan) bangkai, darah dan
daging babi...”, kemudian sunnah memberikan pengecualian “dihalalkan
kepada kita dua bangkai dan dua macam darah. Adapun dua bangkai adalah
ikan dan belalang, dan dua darah adalah hati dan limpa.” (HR.Ahmad, Ibnu
Majah, dan Baihaqi).
4. Menetapkan hukum atau aturan yang tidak didapati dalam Al-Qur’an.
Misalnya cara mensucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuh tujuh
kali, salah satu dicampur dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing, sebanyak tujuh kali, salah
satunya menyucikan dicampur dengan tanah.” (H.R. Muslim Ahmad, Abu
Daud dan Baihaqi).
b. As-Sunnah dibagi menjadi empat macam, yakni:
1. Sunnah Qauliyah
Yang dimaksud dengan Sunnah Qauliyah adalah segala yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang berupa perkataan atau ucapan yang
memuat berbagai maksud syara’, peristiwa, dan keadaan, baik yang berkaitan
dengan aqidah, syari’ah, ahlak maupun yang lainnya. Contonya tentang do’a
Rasul SAW dan bacaan Al-Fatihah dalam shalat.
2. Sunnah Fi’liyah
Yang dimaksudkan dengan Sunnah Fi’liyah adalah segala yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, berupa perbuatannya sampai kepada kita.
Seperti Hadist tentang Shalat dan Haji.
3. Sunnah Taqririyah
Yang dimaksud Sunnah Taqririyah adalah segala hadts yang berupa ketetapan
Nabi Muhammad SAW. Membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh
para sahabat, setelah memenuhi beberapa syarat, baik mengenai pelakunya
maupun perbuatannya. Diantara contoh hadis Taqriri, ialah sikap Rasul SAW.
Membiarkan para sahabat membakar dan memakan daging biawak.

6
4. Sunnah Hammiyah
Yang dimaksud dengan Sunnah Hammiyah adalah hadis yang berupa hasrat
Nabi Muhammad SAW yang belum terealisasikan, seperti halnya hasrat
berpuasa tanggal 9 ‘Asyura.

C. Sumber-Sumber Ajaran Islam Sekunder


1. Ijtihad
Ijtihad (Arab: ‫اد‬MMMM‫ )اجته‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang
sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu
untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis
dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada
perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para
ahli agama Islam.Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia
akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau
pada suatu waktu tertentu.
a. Jenis-Jenis Ijtihad
1. Ijma
Ijma’ artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan
suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam
suatu perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh
para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati.
Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli
agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyas
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu
hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya
namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek
dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan
Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum
ditetapkan pada masa-masa sebelumnya.

7
3. Istihsan
Beberapa definisi istihsan, yaitu:
a. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih(ahli fikih), hanya karena dia
merasa hal itu adalah benar.
b. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqihtanpa bisa diekspresikan secara
lisan olehnya
c. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat
orang banyak.
d. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
e. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara
yang ada sebelumnya.
4. Muslahah Murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan
pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik
manfaat dan menghindari kemudharatan.
5. Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram
demi kepentingan umat.
6. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan
yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang
perempuan menikah lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya
bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya? maka dalam hal ini yang
berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan tersebut statusnya adalah
istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas kematian
suaminya atau jelas perceraian keduanya.
7. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan
kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan
dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

8
b. Tingkatan-Tingkatan Ijtihad
1. Ijtihad Muthlaq
Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan
menemukan ‘illah-‘illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-
Qur’an dan sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-
tujuan syara’, serta setelah lebih dahulu mendalami persoalan hukum, dengan
bantuan disiplin-disiplin ilmu.
2. Ijtihad fi al-Madzhab
Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum
syara’, dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan
oleh imam mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum
syara’ yang tidak terdapat dalam kitab imam mazhabnya, meneliti pendapat
paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut, maupun untuk
memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat.

Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan ini:

1. Ijtihad at-Takhrij
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab tertentu
untuk melahirkan hukum syara’ yang tidak terdapat dalam kumpulan hasil
ijtihad imam mazhabnya, dengan berpegang kepada kaidah-kaidah atau
rumusan-rumusan hukum imam mazhabnya. Pada tingkatan ini kegiatan
ijtihad terbatas hanya pada masalah-masalah yang belum pernah difatwakan
imam mazhabnya, ataupun yang belum pernah difatwakan oleh murid-murid
imam mazhabnya.
2. Ijtihad at-Tarjih
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang
dipandang lebih kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau
antara pendapat imam dan pendapat murid-murid imam mazhab, atau antara
pendapat imam mazhabnya dan pendapat imam mazhab lainnya.
Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan pendapat, dan
tidak melakukan istinbath hukum syara’.

9
3. Ijtihad al-Futya
Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-pendapat
hukum imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan
pendapat-pendapat terebut kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan
ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada memfatwakan pendapat-
pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan sama sekali tidak melakukan
istinbath hukum dan tidak pula memilah pendapat yang ada di dalamnya.

10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber ajaran islam ada tiga, yakni Al-
Quran, Hadist (As-sunnah), dan Ijtihad. Ajaran yang tidak bersumber dari ketiganya
bukan ajaran Islam. Al-Quran dan Hadist merupakan ajaran Islam yang langsung dari
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, sedangkan Ijtihad merupakan hasil pemikiran
umat Islam, yakni para ulama mujtahid dengan tetap mengacu pada Al-Quran dan Hadist.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat yang berjudul Sumber Ajaran Islam. Kami
meminta maaf sebesar-besarnya apabila ada salah kata dalam penulisan makalah kami,
semoga di makalah selanjutnya kami dapat memperbaiki kesalahan tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, S., Rizky, F.I., Baihaqi., Ainunhayati, R., (2013) Makalah Sumber Ajaran Islam
Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang http://baihaqi-
annizar.blogspot.com/2014/11/sumber-ajaran-islam.html diakses pada 28 Maret 2021, 18.42
WIB

Nasmin, A.N.A., Hardiyanti, A.S., Krisda., Nurbin, A., Erdilla, N., (2015) Makalah Sumber
Ajaran Islam Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar
https://sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com/2015/11/13/makalah-sumber-ajaran-islam/
diakses pada 28 Maret 2021, 18.43 WIB

Syuhudi, I., (1994) Perkembangan Pemikiran Hadis Yogyakarta: LPPI Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta http://eprints.walisongo.ac.id/6992/2/BAB%20I.pdf diakses pada
27 Maret 2021, 19.47 WIB

iii

Anda mungkin juga menyukai