Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DINAMIKA ISLAM KONTEMPORER

oleh:

Muhammad Agung

Inrawan

Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam

Dosen Pembimbing : Nurdalia, S. Pd.i., M. Pd

PROGRAM STUDI PAI/AFI

INSTITUT AGAMA ISLAM AS’ADIYAH (IAIA) SENGKANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “ Dinamika Islam Kontemporer”.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Sengkang,14 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................3

A. Islam Kontemporer ...............................................................3


B. Pluralisme .............................................................................3
C. Terorisme .............................................................................6
D. Hak Asasi Manusia (HAM) ..................................................7

BAB III PENUTUP ..............................................................................11

A. Kesimpulan .................................................................................11
B. Saran ...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam selalu mengalami perkembangan. Dimana perkembangan

perkembangan itu mengundang berbagai dinamika didalamnya, dan islam

hadir membawa tatanan baru dalam segala aspek kehidupan, mulai dari politik

hingga hubungan sosial antar manusia, yang dalam perkembanganya ini, islam

diharapkan dapat menjawab dinamika yang terjadi saat ini.

Indonesia adalah Negara kesatuan yang terbentuk dari berbagai suku

bangsa, bahasa, budaya, dan juga kepercayaan, yang dari kesemua itu

kemudian disatukan dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

atau bisa disingkat sebagai NKRI. Dan pluralism dikaitkan dengan istilah

tentang kehidupan yang damai dan rukun antar perbedaan yang ada tersebut.

Arus globalisasi kini semakin kuat, yang berdampak pada tingginya

kesadaran masyarakat akan kemajuan teknologi, namun dibalik itu, globalisasi

juga dapat menjadi penyebab perpecahan dan timbulnya terorisme. Dalam

hidupnya, setiap manusia memiliki berbagai hak yang dapat menjamin

ketenangan dan kelangsungan hidupnya. Hak-hak tersebut adalah Hak Asasi

Manusia (HAM) dimana manusia diberi banyak hal untuk tetap

mempertahankan ketentraman dan kedamaian hidupnya.

Islam sebagai agma rahmatalil’alamiin diharapkan dapat mengatasi

dinamika-dinamika yang muncul pada saat ini, seperti Pluralisme, Terorisme,

dan juga HAM yang akan penulis bahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Islam Kontemporer?

2. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Pluralisme?

1
3. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Terorisme?

4. Apa yang dimaksud dengan Hakikat HAM?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Islam Kontemporer.

2. Untuk Mengetahui Hakikat Pluralisme.

3. Untuk Mengetahui Hakikat Terorisme.

4. Untuk Mengetahui Hakikat HAM.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam Kontemporer

Kontemporer artinya dari masa atau dari waktu ke waktu. Menurut

etimologi, Islam kontemporer adalah agama yang diajarkan oleh Nabi

Muhammad Saw. pada masa lampau dan berkembang hingga sekarang.1

Sedangkan menurut terminologi Islam kontemporer adalah gagasan untuk

mengkaji Islam sebagai nilai alternative baik dalam perspektif interprestasi

tekstual ataupun kajian kontekstual mengenai kemampuan Islam memberikan

solusi baru kepada teman-teman dari semua dimensi kehidupan dari masa

lampau hingga sekarang.2

B. Pluralisme

Pluralisme adalah gagasan atau pandangan yang mengakui adanya hal-

hal yang sifatnya banyak dan berbeda-beda (heterogen) disuatu komunitas

masyarakat. Semnagat pluralism sebagai penghargaan atas perbedaan-

perbedaan dan heterogenitas merupakan moralitas yang harus dimiliki oleh

manusia. Terlebih lebih di Indonesia, proses membumikan semangat pluralism

menjadi urgent mengingat fenomena sosio-historia, cultural, dan geografis,

masyarakat Indonesia sarat dengan heterogenitas yang ditandai dengan

banyaknnya pulau, perbedaan adat istiadat, agama, dan kebudayaan.3

Pluralism tidak dapat dipahami dengan mengatakan bahwa masyarakat

kita majemuk, beranekaragam, terdiri atas berbagai suku dan agama, yang

justru hanya menggambarkkan kesan fragmentasi, bukan pluralism. Pluralism

juga tidak boleh dipahami sekedar sebagai “kebaikan negative” (Negatif


1
Tim Penyusun Kamus, Kamus Bahasa Indonesia, Cet.II, (Jakarta: Balai Pustaka, 189), h.
458.
2
Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: AMZAH, 2006), h. 202.
3
Imam Sukardi dkk, Pillar Islam Bagi Pluralisme Modern, (Solo: Tiga Serangkai, 2003).
h. 131.

3
good), hanya ditilik Dari kegunaanya untuk menyingkirkan fanatisme.

Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati Kebhinekaan ikatan-ikatan

keadaban.4

Karena Islam yang benar adalah agama yang tidak menutup diri,

mengajak pada keterbukaan, menjunjung tinggi nilai toleransi, maka kaum

muslimin sudah sepantasnya mempertahankan tradisi pluralism dan toleransi

serta kebebasan beragama, yang dimana Islam tidak memaksakan orang lain

untuk mengikuti ajaran ajaranya, terlebih dengan kekerasan, karena Islam

agama yang penuh kasih sayang.

Pluralism merupakan sebuah realitas yang tidak dapat diingkari,

karena pluralism juga merupakan hukum Allah yang harus dihadapi oleh

masyarakat, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. Asy-Syura/42:8


         
          
Terjemahnya:
“Dan jika Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia
memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan orang-orang
yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong”.5
Q.S. Al-Maidah/5:48

       


         
          
         
        
        

Terjemahnya:

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
4
Munir Mulkhan dkk, Pluralisme, Konflik, Pendidikan Agama di Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), h. 153.
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Cet.X; Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), h. 483.

4
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”

Allah sengaja menjadikan bermacam-macam golongan untuk menguji


berkenaan dengan apa yang telah Allah anugerahkan dan mempersilahkan
hambanya berlomba-lomba dalam kebaikan.6

Menurut John Hick dalam ceramahnya dihadapan audience Institute

for Islamic Cultuure and Tought Teheran menyebutkan bahwa masalah

hubungan antar agama merupakan peroalan yang sangat penting sekarang ini,

bahkan lebih penting dibandingkan masa lalu. Selama berabad-abad, hampir

semua peperangan yang terjadi itu melibatkan agama. Meskipun bukan

sebagai faktor penyebab utamnya, akan tetapi agama banyak berperan sebagai

faktor pembenar dan penguat atas terjadinya peperangan tersebut.7

Terkait dengan fenomena pluralisme agama, kaum muslimin Indonesia

terbagi menjadi dua faksi, yaitu menolak dan menerima fenomena pluralisme.

Kaum yang menolak fenomena pluralisme, dilatarbelakangi oleh berbagai

persepsi. Yang pertama dilatar belakangi oleh pluralitas diakui sebagai


sunnatullah, plurallisme diaanggap sebagai ancaman akidah, pengakuan

terhadap pluralitas dianggap akan melemahkan iman. Kedua, pluralisme juga

dianggap sebagai ancaman identitas, karena dalam plural;isme, identitas akan

lebih kedalam monolitas masyarakat. Dasar pemikiranya dalam pluralitas

kebenaran mutlak akan digantikan dengan kebenaran relatif. Kebenaran tidak

lagi tunggal melainkan plural. Padahal umat Islam berpedoman pada yat al-

Qur’an. Agama yang diakui Allah adalh agama Islam. Ketiga, ancaman

6
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif, 2005),
h. 15
7
Fauzan Shaleh, Kajian Filsafat Tentang Keberadaan Tuhan dan P;uralisme Agama,
(Kediri: STAIN Kediri Press, 2011) h. 171.

5
terhadap eksistensi agama akan timbul dengan diakuinya kebenaran agama-

agama sehingga dikhawatirkan akan terjadi sinkretisasi yang akan melahirkan

agama publik yang meramu semua ajaran agma.8

C. Terorisme

Terorisme berasal dari kata teror, yang secara etimologis mencakup

arti: perbuatan yang sewenang-wenang, kekejaman yang dilakukan oleh

seseorang. Terorisme berarti penggunaan kekerasan atau menimbulkam

ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan terutama tujuan politik.9

Menurut Smith dan Jungman terorisme adalah tindakan yang dengan

sengaja menggunakan atau mengancam menggunakan kekerasan terhadapo

sipil untuk mencapai tujuan politik.(Hasnan Habib,2002). Smith dan

junngman dalam definisinya lebih menekankan pada cara, sasaran dan tujuan.

Tidak pada subjeknya. Hal ini memberi kesan, bahwa terorisme dapat

dilakukan oleh siapa saja. Adapun yang penting di dalamnya termuat indikasi

berupa: perbuatan sengaja (direncanakan, sistematis, dan terorganisasi),

penggunaan kekerasan (ancaman, langsung) sasaran (sipil, non militer), dan

tujuanya terkait dengan kepentingan politik.

Merujuk tujuan yang menjadi targetnya adalah politik, sebenarnya

terorisme sama sekali tidak terkait dengan agama. Namun akhir-akhir ini

mulai berkembang suara bernada “miring” untuk mengaitkan terorisme

dengan gerakan keagamaan. Adanya hubungan seperti itu, dinyatakan oleh

seorang pakar strategi keamanan dan terorisme dari Pusat Analisa Strategi

Internasional (CISA), yakni profesor Ross Babbage.

D. Hak Asasi Mnausia (HAM)

8
Budhiy Munnawar Rachman,ed. Membela Kebebasan Beragama Percakapan tentang
Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme, Cet. II (Jakarta: LSAF Paramadina, 2010), h. 1313
9
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018), h. 358.

6
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki manusia

karena martabatnya sebagai manusia dan bukan diberikan oleh masyarakat

atay Negara.

Imam Al-Ghazali mencoba merumuskan tujuan dasar syariat islam

(Maqashid al-Syariah) yaitu Islam menjamin hak kelangsungan hidup (Hifdz

an-Nafs). Kedua, islam menjamin hak kebebasdan beropini dan berekspresi

(Hifdz al-Aql). Ketiga, Islam menjamin kebebasan beragama (Hifdz al-Din).

Keempat, Islam menjamin hak kesehatan reproduksi (Hifdz an-Nas) untuk

menjaga kelangsungan hidup manusia. Kelima, islam menjamin hak properti

(Hifdz al-Maal) yakni hak mendapatklan pekerjaan dan upah yang layak serta

hak untuk memperoleh jaminan perlindungan dan kesejahteraan.10

a) Hak untuk hidup

Hak asasi yang paling utama yang diusung oleh Islam adalah hak

untuk hidup dan menghargai hidup manusia. Perbuatan menghilangkan

nyawa karena alasan dendam atau menebar kerusakan hanya dapat

diputuskan oleh pengadilan yang berwenang. Allah Swt. menganugrahkan

hak hidup kepada seluruh insan hambanya dengan tidak melihat ras, jenis

kelamin, bangsa, dan agma. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw yang

diriwayatkan oleh imam Bukhori yang bersumber dari “Amr bin’Ash yang

artinya : seseorang yang membunuh orang dibawah perjanjian (seseorang

warga negara non muslim dalam negara islam) tidak akan mencium bau

syurga walau hanya mencium wanginyaa. Selain itu Rasulullah Saw.

Bersabda: “Barang siapa yang membunuh seorang ahli zimmi, sungguh

Allah haramkan dia dari surga-Nya.(HR. An-Nasa’i)

b) Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup

10
Edi Susanto, Dimensi Studi Kontemporer, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2016). h. 153.

7
Mengenai hak ekonomi, islam telah mengajarkankepada setiap

individu untuk dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya sesuai

dengan prestasi hidup skil yang dimiliki. Namun di balik harta yang

dimilikinya itu, didalmnya terkandung hak orang lain, khususnya kalangan

dhafah dari golongan fakir miskin, yang dikeluarkan melalui zakat, infak

dan sedekah.
     

Terjemahnya:

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian”

c) Hak untuk mendaapatkan kemerdekaan dan kebebasan

Islam secara tegas melarang praktekk perbudakan dalam bentuk

orang yang merdeka menjadi hamba sahaya, kemudian diperjualbelikanya.

Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadits

yang bersumber dari ‘amr bin ‘Ash yaitu “ada tiga kategori manusia yang

aku sendiri akan menggugatnya pada hari kiamat. Diantaranya adalah

mereka yang menyebabkan seseorang yang merdeka menjadi hamba

sahaya, lalu menjualnya dan memakan uang hasil pejualanya.

Menurut Abu al-A’la al Maududi, kenyataan hadits Rasulullah

tersebut tidak hanya berlaku bagi satu bangsa tertentu, atau ras tertentu,

atau hanya berlaku bagi penganut agama tertentu saja. Akan tetapi berlaku

secara umum dan universal mencakup pada seluruh lapisan manusia.

Sehingga, islam menurut al-Maududi, berusaha secara maksimal untuk

memecahkan persoalan perbudakan yang telah berlangsung di Arabia dan

seluruh dunia, dengan mendesak para tuan (pemilik hamba sahaya) untuk

8
membebaskan para budak. Selain itu, islam juga menegaskan bahwa tidak

ada seorang pun yang dapat dipenjara, kecuali jika ia besangkutan, telah

dinyatakan bersalah oleh lembaga pengadilan dengan proses persidangan

secara terbuka.

d) Kebebasan berpendapat dan berekspresi

Islam menganugrahkan hak kebebasan untuk berfikir dan hal untuk

mengungkapkan pendapat kepada seluruh umat manusia. Kebebasan

berekspresi ini tidak hanya diberikan kepada warga negara ketika melawan

tirani, namun juga bagi setiap individu untuk bebas mengeluarkan

pendapat dan sekaligus mengekspresikannya terkait dengan berbagai

masalah.

Rasulullah Saw. Selama hidupnya telah memberikan kebebasan

kepada para sahabatnya untuk mengungkapkan pendapat sekalipun

berbeda pendapat dengan beliau. Rasulullah Saw, telah menempa

kepribadian para sahabat sedemikian rupa sehingga mereka dapat

mengekspresikan perbedaan pendapat tanpa ragu-ragu.

e) Hak untuk mendapatkan tempat tinggal

Islam memandang bahwa bertempat tinggal merupakan hak asasi

dalam kehidupan manusia yang sangat urgen. Ibn Hazem berpendapat jika

seseorang tidak mempunyai rumah kediaman dan tempat tinggal yang

jelas, maka menjadi sebuah kewajiban bagi pihak yang kaya untuk

membangunkan tempat pemukiman mereka yang dhu’afa (yang lemah

ekonomi).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam perkembanganya studi islam mengalami banyak dinamika,

diantaranya yaitu Pluralisme dan Teorisme, dimana pluralisme ini banyak

terjadi perdebatan antara kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak

setuju. Kelompok yang mendukung dan tang tidak mendukung tentang

pluralisme

Dari banyak perdebatan yang ada , maka mulailah timbul kelompok-

kelompok yang merasa bahwa kelompoknya yang paling benar, dan kelompok

10
lain adalah salah. Pemikiran seperti inilah yang kemudian menjadikan banyak

pertentangan yang kemudian mengatasnamakan jihad tetapi dengan jalan yang

salah sehingga muncullah terorisme.

Manusia dsalam hidupnya memiliki hak-hak dasar yang sudah ada

sejak manusia itu lahir sebagai anugrah Tuhan yang Maha Kuasa, ialah HAM

atau Hak Asasi Manusia yang didalnya terdapat hak untuk hidup, hak memilih

agama dan hak asasi lainya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini, kami sadar bahwa makalah ini masih banyak

kekurangan yang harus diperbaiki karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh

karena itu, masukan, saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan

dalam rangka untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pemakalah, pembaca dan kita semua. Aamiin

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al- Karim
Abdullah, Yatimin. Studi Islam Kontemporer, Jakarta: AMZAH, 2006
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018
Malik Thoha, Anis . Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, Jakarta: Perspektif, 2005
Mulkhan, Munir . Pluralisme, Konflik, Pendidikan Agama di Indonesia, Yogyakarta
Pustaka Pelajar, 2005
Munnawar Rachman, Budhiy. ed. Membela Kebebasan Beragama Percakapan tentang
Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme, Cet. II, Jakarta: LSAF Paramadina, 2010
Shaleh, Fauzan . Kajian Filsafat Tentang Keberadaan Tuhan dan P;uralisme Agama,
Kediri: STAIN Kediri Press, 2011
Sukardi, Imam . Pillar Islam Bagi Pluralisme Modern, Solo: Tiga Serangkai, 2003
Susanto, Edi. Dimensi Studi Kontemporer, Jakarta: Prenada Media Grup, 2016.

11

Anda mungkin juga menyukai