KEBUDAYAAN ISLAM
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan
semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam
penyusunan makalah Pendidikan Agama Islam ini. Meskipun banyak hambatan
yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Kami berharap semoga makalah yang kami buat ini bisa menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku penulis makalah ini menyadari bahwa
masih banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami
butuhkan untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
b. Rumusan Masalah…………………………………………………………...2
c. Tujuan………………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan…………………………………………………………………1
b. Saran………………………………………………………………………..2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat
ke seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis
Islam telah meletakkan nilai-nilai kebudayaannya. Yang harus dibiasakan dengan
Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan
sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan itu
melekat dengan diri manusia, artinya manusia yang menciptakan kebudayaan
sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya
manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal
manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa
yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal
berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
c. Tujuan
Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai
berikut :
PEMBAHASAAN
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk
selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian,
Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam
satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini,
mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri,
Kebudayaan muslim yang islami adalah kebudayaan atau karya budaya muslim
yang komitmen pada islam. Bukan yang malah keluar dari sumber nilai islam itu
sendiri. Sebagai contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari adalah fashion
dimana model busana dan pakaian lebih cenderung menampilkan gaya dan model
dari pada nilai ibadah, padahal didesaign oleh desaigner muslim tapi tidak
bereferensi pada nilai-nilai Islam sehingga budaya yang dihasilkan secara prinsipil
bertentangan dengan Al-Qur’an.
َش ِهَد ُهَّللا َأَّنُه اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَو َو اْلَم اَل ِئَك ُة َو ُأوُلو اْلِع ْلِم َقاِئًم ا ِباْلِقْس ِط اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَو اْلَع ِزيُز اْلَحِكيُم
Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi
Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam.
Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari
segi perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi
tiga masa, yaitu masa klasik, antara tahun 650 -1250 M, masa pertengahan, antara
tahun 1250 – 1800 M, dan masa modern atau kebangkitan intelektual Islam
kembali, antara tahun 1800 M hingga sekarang dan seterusnya.
Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Hambali,
Imam Syafi’i, dan Imam Maliki dibidang Hukum Islam. Di bidang filsafat Islam
seperti Al Kindi tahun 801 M, yang berpendapat bahwa kaum Muslimin
hendaknya menerima filsafat sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Kemudian
Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir tahun 870 M, sebagai pembangun
agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir pula filosof besar Ibnu
maskawaih pada tahun 930 M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang
pendidikan akhlak. Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun
1138M, Ibnu Tufail tahun 1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126 M. Pada masa
pertengahan, yaitu antara tahun 1250 M - 1800 M, dalam catatan sejarah
pemikiran Islam pada masa ini merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai
dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan
dengan Wahyu, iman depertentangkan dengan ilmu, dan dunia dipertentangkan
dengan akhirat. Jika diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih terasa
hingga sekarang. Sebagian ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan
kepada Al-Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan agama
sebagaimana dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan
Al-Ghazali itu dijawab Ibnu Rusyd dengan tulisan “TahafutuTahafut” (kerancuan
diatas kerancuan). Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan
oleh paraintelektual muda muslim. Mengapa umat Islam tidak bisa mengusai ilmu
danteknologi modern ?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat Islam
tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar
padamasa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan
yang bersifat material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir
para ilmuwan dan tokoh – tokoh caliber dunia dikalangan umat Islam dari Negara-
negara kaya di Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di
Negara bekas jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan intelektual
Islam karena keterbatasannya.
Diskusi sains dan Islam ada baiknya dimulai dari satu peristiwa monumental yang
menandai lahirnya sains modern, yakni Revolusi Ilmiah pada abad ke 17 di Eropa
Barat yang menjadi “cikal bakal” munculnya sains moderns sebagai sistem
pengetahuan “universal.” Dalam historiografi sains, salah satu pertanyaan besar
yang selalu menjadi daya tarik adalah: Mengapa Revolusi Ilmiah tersebut tidak
terjadi di peradaban Islam yang mengalami masa kejayaan berabad-abad sebelum
bangsa Eropa membangun sistem pengetahuan mereka?
Sekarang mari kita menengok ke sejarah yang lebih awal tentang peradaban Islam
dan sistem pengetahuan yang dibangunnya. Catatan A.I. Sabra dapat kita jadikan
salah satu pegangan untuk melihat kontribusi peradaban Islam dalam sains. Dalam
pengamatannya, peradaban Islam memang mengimpor tradisi intelektual dari
peradaban Yunani Klasik. Tetapi proses ini tidak dilakukan begitu saja secara
pasif, melainkan dilakukan melalui proses appropriation atau penyesuaian dengan
nilai-nilai Islam. Dengan demikian peradaban Islam mampu mengambil,
mengolah, dan memproduksi suatu sistem pengetahuan yang baru, unik, dan
terpadu yang tidak tidak pernah ada sebelumnya. Ada dua hal yang dicatat Sabra
sebagai kontribusi signifikan peradaban Islam dalam sains. Pertama adalah dalam
tingkat pemikiran ilmiah yang diilhami oleh kebutuhan dalam sistem kepercayaan
Islam. Penentuan arah kiblat secara akurat adalah salah satu hasil dari konjungsi
ini. Kedua dalam tingkat institusionalisasi sains. Sabra merujuk pada empat
institusi penting bagi perkembamgan sains yang pertama kali muncul dalam
peradaban Islam, yaitu rumah sakit, perpustakaan umum, sekolah tinggi, dan
observatorium astronomi. Semua kemajuan yang dicapai ini dimungkinkan oleh
dukungan dari penguasa pada waktu itu dalam bentuk pendanaan dan
penghargaan terhadap tradisi ilmiah.
Lalu mengapa sains dalam peradaban Islam tidak berhasil mempertahankan
kontinyuitasnya, gagal mencapai titik Revolusi Ilmiah, dan justru mengalami
penurunan? Salah satu tesis yang menarik datang dari Aydin Sadili. Seperti
dijelaskan di atas bahwa keunikan sains dalam Islam adalah masuknya unsur
agama dalam sistem pengetahuan. Tetapi, menurut Sadili, disini jugalah penyebab
kegagalan peradaban Islam mencapai Revolusi Ilmiah. Dalam asumsi Sadili,
tradisi intelektual Yunani Klasik yang diwarisi oleh peradaban Islam baru dapat
menghasilkan kemajuan ilmiah jika terjadi proses rekonsiliasi dengan kekuatan
agama. Rekonsiliasi antara sains dan agama tersebut terjadi di peradaban Eropa,
tetapi tidak terjadi di peradaban Islam.
Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah.Dalam
perjalanan sejarah Islam, masjid bukan sekadar tempat untuk menunaikan ibadah
shalat (terutama shalat berjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan
krusial dalam menunjang kehidupan masyarakat. Islam mengajarkan pendirian
masjid harus memberikan manfaat luas, terdalam dan lengkap mengingat seluruh
permukaan bumi adalah masjid namun Masjid pada umumnya hanya dipahami
oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid
mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal
berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai
peribadatan.
Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam masuk dan
berkembang dari negri Arab, maka islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas
dari budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia
dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran islam dan mana budaya barat.
Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab
dengan perilaku ajaran islam. Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab tersebut
mencerminkan ajaran islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada
tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia
para da’i mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana
dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam
mengemas ajaran islam dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar
bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi teradisi dalam kehidupan sehari-
hri mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka.
َو َلَقْد َأْر َس ْلَنا ُم وَس ى ِبَآَياِتَنا َأْن َأْخ ِر ْج َقْو َم َك ِم َن الُّظُلَم اِت ِإَلى الُّنوِر َو َذِّك ْر ُهْم ِبَأَّياِم ِهَّللا ِإَّن ِفي َذ ِلَك َآَلَياٍت ِلُك ِّل
)5:َص َّباٍر َش ُك وٍر (ابراهيم
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-
ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap
gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari
Allah". sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur” (Ibrahim:5).
صلى هللا- َع ْبُد ِهَّللا ْبُن ُع َم َر رضى هللا عنهما َأَّن َأْهَل اْلَج اِهِلَّيِة َك اُنوا َيُصوُم وَن َيْو َم َعاُش وَر اَء َو َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا
صلى هللا عليه- َص اَم ُه َو اْلُم ْس ِلُم وَن َقْبَل َأْن ُيْفَتَر َض َر َم َض اُن َفَلَّم ا اْفُتِر َض َر َم َض اُن َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا-عليه وسلم
) (رواه مسلم.» « ِإَّن َعاُش وَر اَء َيْو ٌم ِم ْن َأَّياِم ِهَّللا َفَم ْن َش اَء َص اَم ُه َو َم ْن َش اَء َتَر َك ُه-وسلم
Artinya: Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum Jahiliyah biasa berpuasa
pada hari Hari Asyura (10Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum
Muslimin pun mempuasainya sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa
Ramadhan difardukan, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu
di antara Hari-Hari Allah. Siapa mau berpuasa silahkan, bagi yang tidak mau pun
tidak mengapa”. (HR Muslim).
PENUTUP
a. Kesimpulan
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu
yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat
manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan
masyarakat.
b. Saran
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan islam dalam
kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan islam dengan
landasan konsep yang berasal dari islam pula.
DAFTAR PUSTAKA
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=
%2F294694%2Fmod_resource%2Fcontent%2F3%2F5.%20KEBUDAYAAN
%20ISLAM.pdf
https://www.researchgate.net/profile/Muhammad-Takari/publication/
327231492_KONSEP_KEBUDAYAAN_DALAM_ISLAM/links/
5b828905299bf1d5a72905a1/KONSEP-KEBUDAYAAN-DALAM-
ISLAM.pdf
https://kalsel.kemenag.go.id/opini/415/Nilai-
https://www.unisba.ac.id/griya-ilmu-masjid-sebagai-pusat-peradaban-islam-
dan-pemberdayaan-umat/