Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KEBUDAYAAN ISLAM

Dosen Pengampu : H.M Miftahudin S.Ag.,M.Sy

Disusun Oleh :

Kelompok 11

1. Ayu Nurul Aini 2386206057

2. Elda Dwi Nitami 2386206069

3. Roma Putri Sella 2386206128

4. Nur Luthfiyatur Rohmah 2386206021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan
semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam
penyusunan makalah Pendidikan Agama Islam ini. Meskipun banyak hambatan
yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas


Pendidikan Agama Islam.Makalah ini juga menguraikan beberapa materi
mengenai Kebudayaan Islam juga untuk mempermudah pemahaman kepada kita
semua, khususnya mahasiswa Universitas Nahdlatul ulama lampung

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada


yang turut serta membantu dalam penyelasaian makalah ini.Tidak lupa kami
sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kami, kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Kami berharap semoga makalah yang kami buat ini bisa menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku penulis makalah ini menyadari bahwa
masih banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami
butuhkan untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………... i

Daftar Isi…………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang……………………………………………………………… 1

b. Rumusan Masalah…………………………………………………………...2

c. Tujuan………………………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengerian kebudayaan islam ……………………………………….………1


b. Konsep Kebudayaan Islam………………………………………………… 2
c. Sejarah Intelektual Islam……………………………………………………3
d. Masjid sebagai pusat peradaban islam ……………………………………..4
e. Nilai-nilai islam dalam budaya indonesia…………………………………..5

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan…………………………………………………………………1
b. Saran………………………………………………………………………..2

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat
ke seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis
Islam telah meletakkan nilai-nilai kebudayaannya. Yang harus dibiasakan dengan

Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan
sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan itu
melekat dengan diri manusia, artinya manusia yang menciptakan kebudayaan
sejak zaman dahulu hingga sekarang.

Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya
manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal
manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa
yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal
berkembang menjadi sebuah peradaban.

Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang


mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani,
sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk
membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beradab atau perdaban Islam.
b. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan Kebudayaan Islam ?

2. Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam ?

3. Sejarah Intelektual Islam ?

4. Masjid sebagai pusat peradaban islam

5. Nilai-nilai islam budaya indonesia

c. Tujuan

Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai
berikut :

1. Mengetahui Pengertian Kebudayaan Islam.

1. Mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam.

2. Mengetahui sejarah intelektual Islam.

3. Mengetahui masjid sebagai pusat peradaban Islam.

4. Mengetahui nilai –nilai dalam budaya Islam.


BAB II

PEMBAHASAAN

a. Pengertian Kebudayaan Islam

Kebudayaan merupakan perwujudan segala aktivitas manusia sebagai upaya


memenuhi kebutuhan hidupnya . Kebudyaan akan terus perkembang, tidak akan
berhenti selama masih ada kehidupan manusia. Hasil perkembangan kebudayaan
yang dilandasi oleh nilai – nilai ketuhanaan disebut kebudayaan islam.

Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya


merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani
yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada
proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan
Bakker, dalam bukunya “Filsafat Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada
hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama
merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas
panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari
Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak
bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah
satu unsur kebudayaan..

Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari


satu sisi saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting,
yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini
sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As Sajdah 7-9 : “ ( Allah)-lah Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya
dari saripati air yan hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya”

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk
selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian,
Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam
satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini,
mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri,

Kebudayaan muslim yang islami adalah kebudayaan atau karya budaya muslim
yang komitmen pada islam. Bukan yang malah keluar dari sumber nilai islam itu
sendiri. Sebagai contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari adalah fashion
dimana model busana dan pakaian lebih cenderung menampilkan gaya dan model
dari pada nilai ibadah, padahal didesaign oleh desaigner muslim tapi tidak
bereferensi pada nilai-nilai Islam sehingga budaya yang dihasilkan secara prinsipil
bertentangan dengan Al-Qur’an.

b. Konsep kebudayaan Islam

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan


bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan,
dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan
demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di
masyarakat. Istilah "kebudayaan" sering dikaitkan dengan istilah "peradaban".
Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra,
religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik,
ekonomi, dan teknologi.

Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-


Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi
manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.

‫َش ِهَد ُهَّللا َأَّنُه اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَو َو اْلَم اَل ِئَك ُة َو ُأوُلو اْلِع ْلِم َقاِئًم ا ِباْلِقْس ِط اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَو اْلَع ِزيُز اْلَحِكيُم‬

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS Ali Imran
: 18.

‫َو ما َأْر َس ْلناَك ِإَّال َر ْح َم ًة ِلْلعاَلِم يَن‬

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat


bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

Sehingga disimpulkan bahwa Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa


masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang
didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.

Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan


kepada umat. Manusia agar dalam mengembangkan kebudayaan tidak lepas dari
nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti, “Sesungguhnya aku
diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak.”

Dalam perkembangannya kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu dan


aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber
dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri.

Disini agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalammengembangkan


akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban
Islam. Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-
nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini
semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu
sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan
persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan menjadi
sasaran bimbingannya adalah umat manusia.

Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi
Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam.

Mengawali tugas utamanaya, Nabi meletakkan dasar – dasar perkembangan Islam


yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam
keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah
suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya - budaya setempat dengan
nilai – nilai Islam yang kemudian melahirkan budaya Islam. Kebudayaan ini
berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.

c. Sejarah Intelektual Islam

Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari
segi perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi
tiga masa, yaitu masa klasik, antara tahun 650 -1250 M, masa pertengahan, antara
tahun 1250 – 1800 M, dan masa modern atau kebangkitan intelektual Islam
kembali, antara tahun 1800 M hingga sekarang dan seterusnya.

Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Hambali,
Imam Syafi’i, dan Imam Maliki dibidang Hukum Islam. Di bidang filsafat Islam
seperti Al Kindi tahun 801 M, yang berpendapat bahwa kaum Muslimin
hendaknya menerima filsafat sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Kemudian
Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir tahun 870 M, sebagai pembangun
agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir pula filosof besar Ibnu
maskawaih pada tahun 930 M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang
pendidikan akhlak. Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun
1138M, Ibnu Tufail tahun 1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126 M. Pada masa
pertengahan, yaitu antara tahun 1250 M - 1800 M, dalam catatan sejarah
pemikiran Islam pada masa ini merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai
dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan
dengan Wahyu, iman depertentangkan dengan ilmu, dan dunia dipertentangkan
dengan akhirat. Jika diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih terasa
hingga sekarang. Sebagian ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan
kepada Al-Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan agama
sebagaimana dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan
Al-Ghazali itu dijawab Ibnu Rusyd dengan tulisan “TahafutuTahafut” (kerancuan
diatas kerancuan). Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan
oleh paraintelektual muda muslim. Mengapa umat Islam tidak bisa mengusai ilmu
danteknologi modern ?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat Islam
tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar
padamasa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan
yang bersifat material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir
para ilmuwan dan tokoh – tokoh caliber dunia dikalangan umat Islam dari Negara-
negara kaya di Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di
Negara bekas jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan intelektual
Islam karena keterbatasannya.

Diskusi sains dan Islam ada baiknya dimulai dari satu peristiwa monumental yang
menandai lahirnya sains modern, yakni Revolusi Ilmiah pada abad ke 17 di Eropa
Barat yang menjadi “cikal bakal” munculnya sains moderns sebagai sistem
pengetahuan “universal.” Dalam historiografi sains, salah satu pertanyaan besar
yang selalu menjadi daya tarik adalah: Mengapa Revolusi Ilmiah tersebut tidak
terjadi di peradaban Islam yang mengalami masa kejayaan berabad-abad sebelum
bangsa Eropa membangun sistem pengetahuan mereka?

Sekarang mari kita menengok ke sejarah yang lebih awal tentang peradaban Islam
dan sistem pengetahuan yang dibangunnya. Catatan A.I. Sabra dapat kita jadikan
salah satu pegangan untuk melihat kontribusi peradaban Islam dalam sains. Dalam
pengamatannya, peradaban Islam memang mengimpor tradisi intelektual dari
peradaban Yunani Klasik. Tetapi proses ini tidak dilakukan begitu saja secara
pasif, melainkan dilakukan melalui proses appropriation atau penyesuaian dengan
nilai-nilai Islam. Dengan demikian peradaban Islam mampu mengambil,
mengolah, dan memproduksi suatu sistem pengetahuan yang baru, unik, dan
terpadu yang tidak tidak pernah ada sebelumnya. Ada dua hal yang dicatat Sabra
sebagai kontribusi signifikan peradaban Islam dalam sains. Pertama adalah dalam
tingkat pemikiran ilmiah yang diilhami oleh kebutuhan dalam sistem kepercayaan
Islam. Penentuan arah kiblat secara akurat adalah salah satu hasil dari konjungsi
ini. Kedua dalam tingkat institusionalisasi sains. Sabra merujuk pada empat
institusi penting bagi perkembamgan sains yang pertama kali muncul dalam
peradaban Islam, yaitu rumah sakit, perpustakaan umum, sekolah tinggi, dan
observatorium astronomi. Semua kemajuan yang dicapai ini dimungkinkan oleh
dukungan dari penguasa pada waktu itu dalam bentuk pendanaan dan
penghargaan terhadap tradisi ilmiah.
Lalu mengapa sains dalam peradaban Islam tidak berhasil mempertahankan
kontinyuitasnya, gagal mencapai titik Revolusi Ilmiah, dan justru mengalami
penurunan? Salah satu tesis yang menarik datang dari Aydin Sadili. Seperti
dijelaskan di atas bahwa keunikan sains dalam Islam adalah masuknya unsur
agama dalam sistem pengetahuan. Tetapi, menurut Sadili, disini jugalah penyebab
kegagalan peradaban Islam mencapai Revolusi Ilmiah. Dalam asumsi Sadili,
tradisi intelektual Yunani Klasik yang diwarisi oleh peradaban Islam baru dapat
menghasilkan kemajuan ilmiah jika terjadi proses rekonsiliasi dengan kekuatan
agama. Rekonsiliasi antara sains dan agama tersebut terjadi di peradaban Eropa,
tetapi tidak terjadi di peradaban Islam.

d. Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam

Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah.Dalam
perjalanan sejarah Islam, masjid bukan sekadar tempat untuk menunaikan ibadah
shalat (terutama shalat berjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan
krusial dalam menunjang kehidupan masyarakat. Islam mengajarkan pendirian
masjid harus memberikan manfaat luas, terdalam dan lengkap mengingat seluruh
permukaan bumi adalah masjid namun Masjid pada umumnya hanya dipahami
oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid
mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal
berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai
peribadatan.

Pada umumnya,disamping tempat shalat. Masjid pada zaman Nabi dijadikan


sebagai pusat peradaban Islam. Nabi Muhammad SAW mensucikan jiwa kaum
muslimin,membina sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda
agama atau ras,hingga upaya – upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru
melaui Masjid. Masjid dijadikan symbol kesatuan dan persatuan umat Islam.
Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi Muhammad mendirikan masjid
pertama,,fungsi masjid masih sebagai pusat peribadatan umat islam.
Belajar dari sejarah Islam, seharusnya eksistensi masjid pada masa kini harus
lebih mampu memberi makna terdalam, terluas dan terlengkap bagi kehidupan
masyarakat Muslim. Karena itu, pengembangan dan pengayaan ulang atau
revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat berbagai kegiatan sosial-keagamaan,
pendidikan, politik, kesehatan dan sebagainya kini menjadi lebih diperlukan.
Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan dampak masjid yang maksimal serta
berkesinambungan dalam mengembangkan peradaban dunia Islam yang maju,
ramah, mandiri, damai dan modern.

e. Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia

Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam masuk dan
berkembang dari negri Arab, maka islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas
dari budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia
dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran islam dan mana budaya barat.
Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab
dengan perilaku ajaran islam. Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab tersebut
mencerminkan ajaran islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada
tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia
para da’i mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana
dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam
mengemas ajaran islam dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar
bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi teradisi dalam kehidupan sehari-
hri mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka.

Seperti dalam upacara-upacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa


Arab/ Al Qur’an sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam
bahasa Indonesia baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya
merupakan bagian dari ajaran Islam.

‫َو َلَقْد َأْر َس ْلَنا ُم وَس ى ِبَآَياِتَنا َأْن َأْخ ِر ْج َقْو َم َك ِم َن الُّظُلَم اِت ِإَلى الُّنوِر َو َذِّك ْر ُهْم ِبَأَّياِم ِهَّللا ِإَّن ِفي َذ ِلَك َآَلَياٍت ِلُك ِّل‬
)5:‫َص َّباٍر َش ُك وٍر (ابراهيم‬
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-
ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap
gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari
Allah". sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur” (Ibrahim:5).

‫صلى هللا‬- ‫َع ْبُد ِهَّللا ْبُن ُع َم َر رضى هللا عنهما َأَّن َأْهَل اْلَج اِهِلَّيِة َك اُنوا َيُصوُم وَن َيْو َم َعاُش وَر اَء َو َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا‬
‫صلى هللا عليه‬- ‫ َص اَم ُه َو اْلُم ْس ِلُم وَن َقْبَل َأْن ُيْفَتَر َض َر َم َض اُن َفَلَّم ا اْفُتِر َض َر َم َض اُن َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬-‫عليه وسلم‬
)‫ (رواه مسلم‬.» ‫ « ِإَّن َعاُش وَر اَء َيْو ٌم ِم ْن َأَّياِم ِهَّللا َفَم ْن َش اَء َص اَم ُه َو َم ْن َش اَء َتَر َك ُه‬-‫وسلم‬

Artinya: Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum Jahiliyah biasa berpuasa
pada hari Hari Asyura (10Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum
Muslimin pun mempuasainya sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa
Ramadhan difardukan, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu
di antara Hari-Hari Allah. Siapa mau berpuasa silahkan, bagi yang tidak mau pun
tidak mengapa”. (HR Muslim).

Banyak tradisi masyarakat indonesia yang bernuansa islami, biasanya


tradisi tersebut dilaksanakan untuk memperingati hari besar umat islam, seperti
misalnya perayaan sekaten yang diselenggarakan untuk menyambut maulid nabi,
ada juga perayaan yang dimaksudkan untuk memperingati perjuangan penyebaran
ajaran islam seperti perayaan tabuik di Pariaman ( Sumatera Barat ) yang
diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu
yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat
manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan
masyarakat.

Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk


nyata dari agama islam itu sendiri.

Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan


segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung
atau berbau keislaman.

b. Saran

Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan islam dalam
kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan islam dengan
landasan konsep yang berasal dari islam pula.
DAFTAR PUSTAKA

https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=
%2F294694%2Fmod_resource%2Fcontent%2F3%2F5.%20KEBUDAYAAN
%20ISLAM.pdf

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad-Takari/publication/
327231492_KONSEP_KEBUDAYAAN_DALAM_ISLAM/links/
5b828905299bf1d5a72905a1/KONSEP-KEBUDAYAAN-DALAM-
ISLAM.pdf

https://kalsel.kemenag.go.id/opini/415/Nilai-

https://www.unisba.ac.id/griya-ilmu-masjid-sebagai-pusat-peradaban-islam-
dan-pemberdayaan-umat/

Anda mungkin juga menyukai