Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang.
Tradisi Islam nusantara adalah sesuatu yang menggambarkan suatu tradisi Islam
dari berbagai daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan Islam dari daerah
tersebut.

Masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam ada yang sudah menganut


agama Hindu Budha maupun menganut kepercayaan adat setempat, Islam harus
menyesuaikan diri dengan budaya lokal maupun kepercayaan yang sudah dianut
daerah tersebut. 1

Selanjutnya terjadi proses akulturasi (pencampuran budaya). Proses ini


menghasilkan budaya baru yaitu perpaduan antara budaya setempat dengan budaya
Islam. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda, oleh karena itu
proses akulturasi budaya Islam dengan budaya setempat di setiap daerah terdapat
perbedaan.

Sejarah perkembangan Islam di Indonesia yang diperkirakan telah berlangsung


selama tiga belas abad, menunjukkan ragam perubahan pola, gerakan dan pemikiran
keagamaan seiring dengan perubahan sejarah bangsa. Keragaman demikian juga
dapat melahirkan berbagai bentuk studi mengenai Islam di negeri ini yang dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang. Islam dilihat dari perkembangan sosial
umpamanya, hampir dalam setiap periode terdapat model-model gerakan umat Islam.
Sebagaimana terjadi pada zaman atau periode modern dan kontemporer yang
mengalami perkembangan yang cukup pesat.2

Revolusi Islam yang bernapaskan Al-qur’an dan Sunnah, telah membangun suatu
kebudayaan baru di atas puing-puing kebudayaan Jahiliyyah yaitu kebudayaan Islam.
Dari latar belakang ini penulis akan membahas secara lebih luas lagi yang berkaitan
dengan kebudayaan Islam, seperti peninggalan-peninggalannya yang akan diuraikan
pada bab selanjutnya. 3

1
1.2. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud seni budaya lokal ?


2. Apa saja bentuk seni budaya lokal ?
3. Apa saja contoh bentuk seni budaya lokal ?
4. Bagaimana bentuk kebudayaan dan tradisi Islam di Nusantara ?
5. Bagaimana keterkaitan antara kebudayaan lokal dan kebudayaan Islam ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui seni budaya lokal
2. Untuk mengetahui bentuk seni budaya lokal
3. Untuk mengetahui contoh bentuk seni budaya lokal
4. Untuk mengetahui bentuk kebudayaan dan tradisi Islam di Nusantara
5. Untuk mengetahui keterkaitan antara kebudayaan lokal dan kebudayaan Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Bentuk Kebudayaan dan Tradisi Islam di Nusantara


2.1.1. Kebudayaan Nusantara
Kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil karya cipta
manusia. Kebudayaan dalam pandangan Islam adalah sebuah
tatan nilai dan tradisi yang berkembang dari ajaran Islam. Tata
nilai tersebut merupakan penerjemahan untuk mengaplikasikan
pokok pokok ajaran Al-Qur’an dan Hadist dalam kehidupan
nyata.
Kebudayaan dimanapun tempatnya, harus mengandung
tujuh unsur penting. Unsur unsur tersebut sebagai berikut.
a) Sistem religi dan upacara keagamaan.
b) Sistem organisasi dan kemasyarakatan.
c) Sistem pengetahuan.
d) Sistem mata pencaharian hidup.
e) Sistem teknologi dan perakitan.
f) Seni.
g) Bahasa.
2.1.2. Pengertian Tradisi Islam Nusantara
Tradisi menurut bahasa berarti adat istiadat, kebiasaan,
turun-menurun. Adapun tradisi menurut istilah adalah adat
kebiasaan turun-menurun (dari nenek moyang ) yang masih
dijalankan dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat di setiap
daerah di Indonesia sangat berpotensi menimbulkan beragam
tradisi sebelum Islam hadir.Tradisi Islam di Nusantara
merupakan akulturasi antara ajaran Islam dan adat kebudayaan
yang ada di Nusantara.

3
2.1.3. Penyebar Agama dan Kebudayaan Islam di Nusantara
Ada beberapa pendapat mengenai tempat asal para
pembawa Islam ke Indonesia. Snouck Hurgronje berpendapat
bahwa para penyebar Islam di Gujarat pada abad ke-13 telah
lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia
daripada dengan orang Arab. Pijnappel berpendapat bahwa
para pembawa Islam di Indonesia berasal dari Gujarat dan
Malabar, alasanya adalah orang Arab yang bermazhab syafi’I
bermigrasi dan menetap ke suatu daerah, yaitu Gujarat.
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam berasal dari
Makkah, Arab, sebagaimana dikemukakan oleh Crawford.
Pendapat Crawford didukung oleh sejarahwan Indonesia,
seperti Hamka yang berpendapat bahwa islam yang masuk ke
Indonesia itu langsung dari Arab.tetapi Husein Djajadiningrat
lebih berpendapat bahwa islam di Indonesia berasal dari parsi
atau Persia. Ia lebih menitik beratkan pada kesamaan
kebudayaan dan tradisi yang berkembang antara masyarakat
Persia dan Indonesia, seperti tradisi perayaan 10 muharram dan
pengaruh bahasa yang banyak dipakai di Indonesia.
Faktor yang paling penting dalam proses islamisasi di
Indonesia adalah melalui perdagangan, seperti dikemukakan
oleh Wolters bahwa Indonesia merupakan tempat yang sangat
strategis sebagai tempat persinggahan dari bangsa-bangsa
sebelah barat, seperti Persia, arab, dan india yang hendak
menuju ke timur, yaitu ke Indonesia, tiongkok, dan jepang.
Di pulau jawa, proses islamisasi memiliki satu
kekhasan. Islamisasi di jawa dilakukan oleh sekelompok
muballigh islam yang dikenal dengan sebutan wali songo. Wali
memiliki arti harfiyah orang yang dekat dengan Allah,
sedangkan songo menunjukkan jumlah, yaitu Sembilan.

4
Adapula yang mengartikan songo itu bukan angka Sembilan
dalam pengertian jumlah, tetapi menunjukkan bahwa Sembilan
(songo) itu menunjukkan angka yang sakral atau yang suci.
Wali songo sangat dihormati serta dimuliakan oleh orang-
orang, terutama dipulau jawa.
2.1.4. Penyebab Agama Islam Mudah Diterima Masyarakat Di
Nusantara
a. Islam tidak membedakan-bedakan
Salah satu keunggulan islam adalah watak dan
semangat egaliternya. Pembawa agama islam di nusantara
terdiri atas para pedagang yang kaya, makmur, dan
terpelajar. Dengan memeluk agama ini, penduduk pribumi
berpeluang meningkatkan taraf hidup dan status sosialnya.
Misalnya, dapat berpartisipasi dalam perdagangan ragional
dan antarpulau, serta dapat memasukkan anak-anak mereka
ke lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan.
b. Dakwah dengan budaya lokal

Seorang sejarahwan Persia abad ke-15 M yang


tinggal lama di Malabar, Zainuddin Al Ma’bari, menulis
dalam bukunya tuhfat al mujahidin bahwa banyak
penduduk india selatan dan nusantara tertarik memeluk
agama islam setelah menyaksikan dan mendengar
pembacaan riwayat hidup dan perjuangan nabi Muhammad
S.A.W. yang disampaikan dalam bentuk syair dn
dinyanyikan. Penyampaian dalam bentuk syair yang
maksud oleh Zainuddiin Al Ma’bari adalah pembacaan
qasidah burdah, syaraful anam, syair rampai maulid, dan
yang sejenisnya.

5
c. Bertambahnya pemeluk islam
Bertambahnya pemeluk agama islam menyebabkan
terjadinya perubahan sosial dan ekonomi. Mereka yang
tinggal di kota-kota pelabuhan mulai banyak yang
meninggalkan pasar tradisional, menjadi perantau dan
pelayar yang tangguh. Dengan demikian, mobilitas sosial
terjadi, baik secara horizontal maupun vertikal.
d. Bahasa melayu sebagai media dakwah
Sejak abad ke-16 M, bahasa melayu digunakan sebagai
bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan. Hal itu
memudahkan penduduk nusantara di kota-kota pelabuhan
memahami ajaran islam dan sekaligus memudahkan orang-
orang islam dari berbagai etnik saling berkomunikasi dan
berinteraksi.
Bahasa melayu mengalami proses islamisasi yang
begitu deras dengan diserapnya ratusan kata-kata arab dan
Persia, yang tidak sedikit diantaranya adalah istilah-istilah
teknis ilmu-ilmu agama dan falsafah islam.
2.2.Keterkaitan Antara Kebudayaan Lokal dan Kebudayaan Islam
2.2.1. Seni budaya lokal yang bernuansa islami

Makna dari seni budaya lokal yang bernafaskan Islam


adalah segala macam bentuk kesenian yang berasal dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia serta telah mendapat
pengaruh dari agama Islam. Islam adalah agama yang mencintai
kesenian. Karena Islam bukanlah agama yang hanya mengatur
hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
makhluk lain dan manusia dengan Allah swt. Jika hubungan
tersebut terjalin secara komperehensif dan sehat, maka seluruh
aspek kehidupan umat Islam akan teratur dan islami.

6
Sebagaimana seni adalah perpaduan antara berbagai
jenis suara, olah tubuh ataupun hal lainnya. Seni dalam Islam
bukan sesuatu yang diharamkan. Karena dengan seni,
kehidupan akan indah dan nyaman untuk dinikmati. Namun
satu hal yang harus diketahui bersama, bahwa seni memiliki
dampak yang luas bagi perkembangan jiwa umat Islam. Untuk
itu diperlukan sikap hati-hati dan waspada terhadap maraknya
seni yang berkembang di Indonesia.

Berikut ini beberapa tradisi dan upacara adat kesukuan


Nusantara yang memiliki nilai Islami.

a. Wayang
Dalam bahasa berarti ”ayang-ayang” atau bayangan.
Karena yang terlihat adalah bayangannya dalam kelir (tabir
kain putih sebagai gelanggang permainan wayang). Bisa
juga diberi penjelasan wayang adalah pertunjukkan yang
disajikan dalam berbagai bentuk, terutama yang
mengandung unsur pelajaran (wejangan). Pertunjukan ini
diiringi dengan teratur oleh seperangkat gamelan.
Pada tahun 1443 Saka, bersamaan dengan berdirinya
kerajaan Islam Demak, maka wujud wayang geber diganti
menjadi wayang kulit secara terperinci satu persatu tokoh-
tokohnya. Sumber cerita dalam mementaskan wayang
diilhami dari Kitab Ramayana dan Mahabarata. Tentunya
para Wali mengubahnya menjadi cerita-cerita keislaman,
sehingga tidak ada unsur kemusyrikan didalamnya. Salah
satu lakon yang terkenal dalam pewayangan ini
adalah jimad kalimasada yang dalam Islam diterjemahkan
menjadi Jimad Kalimat Syahadat. Dan masih banyak lagi

7
istilah-istilah Islam yang dipadukan dengan istilah dalam
pewayangan.
b. Hadrah dan Shalawat kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Hadrah adalah salah satu jenis alat musik yang
bernafaskan Islam. Seni suara yang diiringi dengan rebana
(perkusi dari kulit hewan) sebagai alat musiknya. Sedang
lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu yang bernuansakan
Islami yaitu tentang pujian kepada Allah swt dan sanjungan
kepada Nabi Muhammad saw. Dalam menyelenggarakan
pesta musik yang diiringi rebana ini juga menampilkan
lagu cinta, nasehat dan sejarah-sejarah kenabian.
c. Qasidah
Qasidah artinya suatu jenis seni suara yang menamilkan
nasehat-nasehat keislaman. Dalam lagu dan syairnya
banyak mengandung dakwah Islamiyah yang berupa
nasehat-nasehat, shalawat kepada Nabi dan do’a-do’a.
Biasanya qasidah diiringi dengan musik rebana. Kejadian
pertama kali menggunakan musik rebana adalah ketika
Rasulullah saw disambut dengan meriah di Madinah.
d. Tari zapin
Tari Zapin adalah sebuah tarian yang mengiringi musik
qasidah dan gambus. Tari Zapin diperagakan dengan gerak
tubuh yang indah dan lincah. Musik yang mengiringinya
berirama padang pasir atau daerah Timur Tengah. Tari
Zapin biasa dipentaskan pada upacara atau perayaan
tertentu misalnya : khitanan, pernikahan dan peringatan
hari besar Islam lainnya.
e. Mauludan
Setiap bulan Rabi’ulawwal tahun Hijriah, sebagian besar
umat Islam Indonesia menyelenggarakan acara mauludan.

8
Maksud dari acara tersebut adalah untuk mengenang hari
kelahiran Rasulullah saw.. dalam acara tersebut diadakan
pembacaan sejarah hidup Nabi Muhammad S.A.W. melalui
kitab AlBarzanji atau situddurar. Puncak acara biasanya
terjadi pada tanggal 12 Rabi’ulawwal, dimana tanggal
tersebut Rasulullah saw. dilahirkan. Di Aceh tradisi
mauludan adalah sebagai pengganti upeti atau pajak bagi
kerajaan Turki, karena Kerajaan Aceh memiliki hubungan
diplomasi yang baik dengan Turki.
f. Didong
Didong adalah salah satu jenis kesenian tradisional
masyarakat Gayo yang masih bertahan hingga zaman
modren ini, mempunyai sosial interest yang tinggi dari
setiap lapisan masyarakatnya. Kesenian Didong merupakan
perpaduan antara seni tari dan seni suara dengan unsur
sastra berupa syair-syair sebagai unsur utamanya,
berkembang dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat
yang berada di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Bener Meriah Provinsi Aceh
g. Sekaten

Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan


milik keraton. Pertama kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi
ini sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada
mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali
Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi dengan
lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap
pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca
syahadatain. Yang pada akhirnya tradisi ini disebut
dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah syahadatain.

9
Sekaten juga biasanya bersamaan dengan acara grebek
maulud. Puncak dari acara sekaten adalah keluarnya
sepasang gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan
oleh ulama’-ulama’ keraton. Banyak orang yang percaya,
siapapun yang mendapatkan makanan baik sedikit ataupun
banyak dari gunungan itu akan mendapatkan keberkahan
dalam kehidupannya. Beberapa hari menjelang dibukanya
sekaten diselenggarakan pesta rakyat.

h. Pesta tabuik
Upacara untuk memperingati gugurnya Husen bin Ali
ra. Husein gugur saat mempertahankan haknya sebagai
pewaris tahta ayahnya yang pro pada khalifah Ali bin Abi
Thalib. Pesta tabuik diselenggarakan di Sumatera dengan
pertunjukan berbentuk prosesi benda ritual.
i. Rebo wekasan
Rebo Wekasan adalah istilah yang dipakai untuk
menamai hari Rabu terakhir pada bulan Shafar. Dalam
bahasa jawa ‘Rebo’ artinya hari Rabu dan ‘Wekasan’
artinya terakhir. Jadi pengertian Rebo Wekasan adalah hari
Rabu yang terakhir. Kemudian istilah ini digunakan untuk
menyebut hari Rabu terakhir pada bulan Shafar. Pada hari
tersebut diyakini bahwa Allah SWT. menurunkan berbagai
macam malapetaka atau bala’ yang akan terjadi pada satu
tahun itu.

j. Burdah pengayaman
Burdah merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu) yang
berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi
Muhammad s.a.w.. Syair tsb diciptakan oleh Imam al

10
Busiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah tsb sering
dilantunkan terutama oleh kaum Nahdliyin.

Qashidah Burdah adalah salah satu karya paling


populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya sajak sajak
pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-
nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Hingga kini
Burdah masih sering dibacakan di berbagai pesantren salaf
dan pada peringatan Maulid Nabi. Banyak pula yang
menghafalnya. Karya itu telah diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi,
Swahili, Pastum, Indonesia/Melayu, Inggris, Prancis,
Jerman, Italia.

Pengarang qashidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-


695H/1213-1296 M). Nama lengkapnya Syarafuddin Abu
Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri. Selain menulis
Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa qashidah lain.
Di antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-
Qashidah Al-Hamziyah.

2.2.2. Seni budaya lokal nusantara sebagai bagian dari tradisi


islam
Salah satu aspek dalam budaya adalah seni. Oleh karena
itu, hadirnya kebudayaan Islam di Nusantara yang mampu
memengaruhi kebudayaan yang telah ada, juga memengaruhi
dalam hal berkesenian. Akibatnya, beberapa seni budaya yang
sesungguhnya merupakan produk asli local dan telah lama
berlangsung, kemudian mendapat corak warna Islam. Jadi, seni
budaya tersebut telah bernuansa Islami atau terislamkan. Seni
itu pun mengandung mengandung makna dan nilai-niali ajaran
Islam.

11
Salah satu contoh corak warna Isalam dalam seni musik
adalah music gamelan di Jawa yang ternyata berbeda dengan
gamelan Bali. Setelah tersentuh oleh para wali yang
mengembangkan Islam dengan mengakomodasi budaya lokal
dan memolesnya dengan nilai-nilai Islam, gamelan Jawa
terdengar lebih tenang dan lembut. Adapun gamelan Bali
tampak eksotis karena musik-musik ini memang dipakai untuk
mengiringi persembahan kepada para dewa.
Masih banyak seni budaya lain yang ada di beberapa
wilayah Nusantara yang mendapatkan corak Islam.
a. Seni arsitektur/Bangunan
Kehadiran Islam telah mendorong lahirnya ciptaan-ciptaan
baru dalam seni arsitektur bangunan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Islam, misalnya bangunan masjid
dan makam.
1) Masjid
Bukti yang sangat terlihat adanya akulturasi
budaya lokal dengan budaya Islam tampak pada
beberapa banguna masjid sebagai tempat peribadatan.
Bangunan masjid yang berdiri di beberapa daerah
menunjukkan arsitektur lokal.
Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid-masjid
kuno di Indonesia menampakkan gaya arsitektur asli
Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut.
 Atapnya bertingkah/tumpang da nada puncaknya
(mustaka).
 Pondasinya kuat dan agak tinggi.
 Ada serambi di depan atau di samping.
 Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.

12
Gaya arsitektur bangunan yang mendapat
pengaruh Islam ialah sebagai berikut:
 Hiasan kaligrafi.
 Kubah.
 Bentuk masjid.
Adapun bangunan masjid kuno yang beratap tumpang
sebagai berikut.
a) Masjid beratap tumpang dua, misalnya:
1) Masjid Agung Cirebon dibangun pada abad
ke-16.
2) Masjid Angke Tambora dan Marunda di
Jakarta dibangun pada abad ke-18.
3) Masjid Katangka di Sulawesi Selatan
dibangun pada abad ke-17.
b) Masjid beratap tumpang tiga, misalnya:
1) Masjid Agung Demak dibangun pada abad
ke-16.
2) Masjid Baiturahman di Aceh, dibangun
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda, yakni pada abad ke-17.
3) Masjid Jepara.
4) Masjid Ternate.
c) Masjid beratap tumpang lima, Masjid Banten
yang dibangun pada abad ke-17.
Berikut beberapa masjid tua yang
berasitektur perpaduan islam dan budaya lokal :
1. Masjid Saka Tunggal (1288 M)
2. Masjid Wapaue (1414 M)
3. Masjid Ampel (1421 M)
4. Masjid Agung Demak (1474 M)

13
5. Masjid Agung Cirebon (1480 M)
6. Masjid Sultan Suriyansyah (1526 M)
7. Masjid Menara Kudus (1549 M)
8. Masjid Agung Banten (1552 M)
9. Masjid Mantingan (1599 M)
10. Masjid Al-Hilal Katangka (1603 M)
11. Masjid Tua Palopo (1604 M)
12. Masjid Raya Baiturrahman Aceh (1612 M)
13. Masjid Raya Ganting Padang (1700 M)
14. Masjid Raya Medan (1906 M)
15. Masjid Istiqlal Jakarta (1961 M)

b. Makam
Bangunan makam setelah masuknya agama dan ajaran
islam di nusantara mengalami perkembangan. Makam para
raja biasanya dibuat megah dan lengkap dengan makam
keluarga serta pengiringnya. Makam tertua di Indonesia
yang bercorak islam adalah makam Fatimah binti Maimun
di Leran, Gresik (1082).
c. Seni ukir
Seni ukir hias digunakan untuk memperindah masjid
pada mimbar dan bangunan pada makam.

d. Seni kaligrafi
Kaligrafi adalah tulisan indah dengan merangkai huruf-
huruf arab atau ayat suci Alqur’an.

14
e. Seni tari
Di beberapa daerah Indonesia terdapat bentuk tarian
yang berkaitan dengan bacaan shalawat. Seperti, tari zapin
dan tari gambus.
f. Seni musik/suara
Di kebudayaan islam ada juga seni musik misalnya
rebana, hadrah, qasidah, nasyid, gambus yang biasanya
melantunkan lagu bernuansa islami.
g. Seni pertunjukan
Wayang kulit adalah salah satu seni pertunjukan yang
memadukan antara budaya lokal dengan unsur keislaman.
Wayang diberin warna islam oleh para wali sebagai
instrumen dakwah untuk menyebarkan agama islam.
h. Seni sastra
Seni sastra berkembang pada zaman islam umumnya
berkembang didaerah sekitar selat Malaka (daerah Melayu)
dan di Jawa. Jenis-jenis karya sastra zaman islam seperti
hikayat, babad, dan suluk.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari
kehidupan manusia. Seni dan budaya ini selalu berkembang di setiap zamannya.
Islam, sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga menjadi salah satu bagian dari
perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan nilai-nilai islam
dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya. Dalam setiap karya
yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga merupakan sebagai syiar Islam di
kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-nilai Islam
didalamnya.

Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai


agama. Sebaliknya apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secera
keras. Kesenian dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis, ukir,
suara, tari dan berbagai macam seni lainnya. Apabila seni membawa manfaat bagi
manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan
nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus rasa
keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya.
Karena ketika itu ia telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan
kepada manusia.

16

Anda mungkin juga menyukai