Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman Materi

Tanah Melayu

Istilah Melayu ditafsirkan oleh UNESCO pada tahun 1972 sebagai suatu suku bangsa
Melayu yang mendiami Semenanjung Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Madagaskar.

Istilah Melayu dipakai untuk merujuk kepada nama bangsa atau bahasa adalah suatu hal
yang baru dalam sejarah. Pada awalnya istilah melayu hanya dipakai untuk merujuk kepada
keturunan raja-raja Melayu dari Sumatera atau Malaka. Tetapi sejak abad ke-17 istilah melayu
mulai dipakai untuk merujuk kepada suatu bangsa.

Penggunaan istilah Melayu muncul pertama kali sekitar 100-150 Masehi. Ptolemy, dalam
bukunya yang berjudul Geographike Sintaxis, menggunakan istilah "maleu-kolon". G. E. Gerini
menganggap istilah itu berasal dari perkataan Sanskrit, malayakom atau malaikurram, yaitu
suatu tempat yang sekarang dikenal sebagai Tanjung Kuantan di Semenanjung Malaysia.
Sebaliknya, Roland Bradell menganggap tempat itu adalah Tanjung Penyabung.

Istilah Malaya Dwipa muncul dalam kitab Purana, sebuah kitab Hindu purba, yang
ditulis sebelum zaman Buddha Gautama sekitar abad ke-6 Masehi. Dwipa disini bermaksudkan
sebagai "tanah yang dikelilingi air" yang didefinisikan sebagai sebuah pulau dan berdasarkan
catatan-catatan yang lain dalam kitab itu, para pengkaji beranggapan bahwa Malaya dwipa ialah
Pulau Sumatera.

Istilah "Mo-lo-yeu" juga dicatat dalam manuskrip Cina pada sekitar tahun 644-645
Masehi semasa zaman Dinasti Tang. Disana tertulis bahwa mo-lo-yeu mengirimkann utusan ke
cina, membawa barang hasil bumi untuk dipersembahkan kepada kaisar. Para sejarahwan
berpendapat bahwa perkataan Mo-lo-yeu yang dimaksudkan itu ialah kerajaan yang terletak di
Jambi, atau daerah Sriwijaya yang terletak di daerah Palembang.

Istilah Melayu mungkin berasal daripada nama sebuah anak sungai disekitar pantai timur
sumatera yang bernama Sungai Melayu di hulu Sungai Batang Hari. Di sana terletak Kerajaan
Melayu yang berdiri sebelum atau semasa berdirinya Kerajaan Sriwijaya (abad 6-7 masehi).
Secara etimologis, istilah "Melayu" berasal dari perkataan Sanskrit "Malaya" yang berarti
"bukit" atau tanah tinggi
ISTILAH MELAYU BERDASARKAN CERITA RAKYAT

Burhanuddin Elhulaimy dalam bukunya falsafah kebudayaan melayu, menuliskan bahwa


istilah melayu berasal dari kata mala (mula) dan yu (negeri) yang berarti tanah yang pertama.
Dalam cerita rakyat melayu, si kelambai, menyebutkan bahwa berbagai negeri, patung, gua,
ukiran, dan sebagainya yang dihuni atau yang disentuh si kelambai akan mendapatkan keajaiban.
Hal ini memberi petunjuk bahwa negeri yang pertama-tama didiami oleh orang melayu telam
memiliki peradaban yang tinggi.

Secara etimologi, istilah "Melayu" berasal dari perkataan Sanskrit "Malaya" yang berarti
"bukit" ataupun tanah tinggi. Disamping itu istilah melayu pun berarti hujan. Hal diatas sesuai
dengan tanah-tanah orang melayu yang pada awalnya terletak diperbukitan, seperti tersebut
dalam sejarah melayu, bukit siguntang mahameru. Negeri tersebut dikenal sebagai negeri yang
bercurah hujan tinggi yang terletak antara Asia dan Australia. Dalam bahasa jawa, istilah melayu
berarti lari atau berjalan cepat. Dikenal juga adanya sungai melayu yang terletak diantara Johor
dan bangkahulu.

Dari semua pengertian diatas istilah melayu dapat diartikan sebagai sebuah negeri yang
mula-mula didiami, berada di sekitar atau tepian sungai dan mendapat banyak hujan.

Karena adanya pencairan es di kutub utara yang menyebabkan banyak pulau dan daerah
dataran rendah terendam air (dalam pengertian lain pencairan es kutub utara ini diartikan sebagai
banjir pada masa nabi Nuh) masyarakat melayu yang semula mendiami wilayah sekitar sungai
mengungsi ke tempat yang lebih tinggi (perbukitan) dan membuat sebuah negeri baru.

MELAYU DALAM ARTI SEMPIT

Secara sempit istilah melayu merujuk kepada ras atau suku yang mendiami sebagian wilayah
Asia Tenggara. Indonesia menafsirkan melayu sebagai salah satu suku dintara beratus-ratus suku
yang ada. Menempati sebagian pulau Sumatera dan Kalimantan.

Pemerintah malaysia mendefinisikan melayu sebagai sekumpulan orang yang beragama islam,
mengunakan bahasa dan adat istiadat melayu, serta lahir di tanah malaysia atau singapura.
Pemerintah malaysia mengakui bahwa hanya terdapat 25 suku yang dapat dikategorikan sebagai
melayu, sebagian besar diantaranya mendiami semenajung malaysia, kepulauan riau, dan pantai
timur sumatera. Malaysia mendefinisikan masyarakat melayu berasal dari keturunan prabu
Parameswara beserta pengikutnya yang hizrah dari Palembang ke Malaka.

Sementara itu peneliti-peneliti Eropa dan Amerika menafsirkan melayu sebagai masyarakat asli
Nusantara.
Pengertian diatas dinilai sempit karena melayu pada hakikatnya merupakan suatu hal
yang kompleks. Pengertian diatas tidak memasukkan melayu-melayu lain yang mendiami
wilayah sekitar selatan Thailand yang notabene beragama Budha tetapi menggunakan budaya
melayu, masyarakat sekitar Filipina yang beragama kristen yang juga berkebudayan melayu, atau
masyarakat Malagasy di Madagaskar yang menggunakan bahasa dari rumpun austronesia.

Melayu tidak hanya sebatas masyarakat yang mendiami wilayah sekitar selat malaka dan
beragama islam. Tetapi juga mereka juga yang berasal dari ras Austronesia dan menggunakan
rumpun bahasa melayu polinesia.

MELAYU DALAM ARTI LUAS

Pengertian melayu pada hakikatnya merupakan suatu yang luas dan kompleks. Karena pada
dasarnya melayu bangsa yang besar. Secara terminologis para pakar berpendapat berbeda tentng
definisi melayu terkhusus pengertian melayu secara luas.

Muchtar Lutfi membagi pengertian “Melayu” dalam tiga pengertian. Pertama, Melayu
dalam arti satu ras diantara ras-ras lain. Ras Melayu adalah ras yang berkulit cokelat. Ras
Melayu adalah hasil campuran dari ras Mongol yang berkulit kuning, Dravida yang berkulit
hitam, dan Aria yang berkulit putih. Kedua, Melayu dalam arti sebagai suku bangsa. Akibat
perkembangan sejarah dan perubahan politik, ras Melayu sekarang terbagi dalam beberapa
negara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina dan Madagaskar.
Dalam kesatuan bangsa masing-masing negara, Melayu tidak dipandang sebagai ras, tetapi
sebagai suku bangsa. Ketiga, Melayu dalam pengertian suku atau etnis.

Tengku Luckman Sinar mendeskripsikan bahwa seseorang dianggap sebagai Melayu


apabila telah memenuhi syarat sebagai orang Islam, berbicara bahasa Melayu, mempergunakan
adat istiadat Melayu, dan memenuhi syarat menetap di tempat tertentu. Jadi, istilah Melayu
adalah berdasarkan kultural.

M. Junus Melalatoa menunjukkan fakta sejarah tentang asal-usul orang Melayu di


nusantara. Bahwa telah terjadi 3 (tiga) tahapan migrasi ras yang menjadi cikal bakal orang
Melayu.

Hasan Muarif Ambary berpendapat lain. Ia mengungkapkan bahwa pada awal masuknya
Islam di Nusantara, sultan-sultan Melayu mengaitkan asal-usulnya dengan Iskandar Zulkarnaen
(Alexander the Great). Hal ini diketahui dari prasasti makam-makam kuno yang bertulis huruf
Arab di beberapa daerah di Nusantara. Pada makam-makam kuno di kota Ternate misalnya,
memuat nama-nama Sultan Ternate, yang umumnya memakai gelar resmi yang selalu dipakai
oleh para raja, yaitu Iskandar Qulainshah. Dengan demikian, raja-raja Ternate yang dari segi
etnis tidak dikelompokkan sebagai raja-raja Melayu, sebenarnya memakai tradisi Melayu dengan
mengaitkan nama diri pada Iskandar Zulkarnaen.

Berdasarkan beberapa pengertian Melayu yang dikemukakan oleh para ahli/pakar di atas,
dapat disimpulkan bahwa istilah Melayu dimaknai sebagai sebuah kultur. Bukan Melayu sebagai
suku, etnis, atau entitas budaya dalam arti sempit lainnya. Artinya Melayu adalah setiap tempat,
komunitas, kelompok masyarakat ataupun daerah di belahan dunia manapun yang masih atau
pernah menjalankan tradisi Melayu.

Dengan kata lain, kebudayaan atau budaya Melayu yang melatarbelakangi ikatan warga
masyarakat yang berlandaskan kenyataan sejarah sejak dahulu kala, tidaklah merupakan ikatan
sempit berdasarkan darah keturunan (genealogis) ansich tetapi lebih pada suatu ikatan kultural
(cultural bondage). Dengan demikian kata “Melayu” merujuk pada setiap masyarakat keturunan
melayu, baik proto melayu, deutro melayu atau ras austronesia lainnya, penutur bahasa Melayu
(tepatnya melayu polinesia) dan/atau mengamalkan adat resam budaya Melayu. Tradisi atau adat
resam Melayu yang dijalankan/diberlakukan tersebut merupakan kepribadian orang Melayu yang
dibentuk oleh adat istiadat Melayu yang terimplementasikan dalam cara berpikir, bersikap, dan
bertingkah laku.

Guru

Guru adalah poros utama pendidikan. Ia menjadi penentu kemajuan suatu negara di masa
depan. Secara umum, tugas guru adalah mengajar siswa-siswi agar memilki pengetahuan dan
keterampilan dalam masing-masing bidang pelajaran.

Selain itu guru juga mempunyai tanggung jawab dalam mendidik siswa agar mempunyai sikap
dan tingkah laku baik, entah itu ketika berada di lingkungan sekolah ataupun masyarakat.

Nah, untuk lebih jelasnya kita akan sedikit membahas lebih detail tentang apa itu pengertian
guru, apa tugasnya dan bagaimana perannya dalam dunia pendidikan Nasional. Berikut
ulasannya, Semoga bermanfaat.

PENGERTIAN GURU

Pengertian guru adalah orang yang mendidik, mengadakan pengajaran, memberi bimbingan,
menambahkan pelatihan fisik atau non fisik, memberikan penilaian, dan melakukan evaluasi
berkala berkaitan dengan satu ilmu atau lebih kepada seluruh peserta didik.

Selain itu, guru mempunyai beberapa definisi lain, baik itu menurut para ahli maupun
perundang-undangan. Diantaranya adalah:
• Guru adalah tenaga pendidik profesional di bidangnya yang memiliki tugas utama dalam
mendidik, mengajar, membimbing, memberi arahan, memberi pelatihan, memberi
penilaian, dan mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya
sejak usia dini melalui jalur formal pemerintahan berupa Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah. (Undang Undang No 14 Tahun 2005)
• Guru adalah seseorang yang memiliki kewenangan dan tugas dalam dunia pendidikan
serta pengajaran pada lembaga pendidikan formal. (M. Uzer Usman)
• Guru adalah orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar (KBBI)

TUGAS GURU

Sesuai dengan pengertian atau definisi guru diatas, tugas seorang guru antara lain:

1. Mengajar Peserta Didik

Tugas pertama dari seorang guru adalah mengajar seluruh peserta didik terkait ilmu pengetahuan
yang diketahuinya secara mendalam.

Berkaitan dengan tugas pengajaran, seorang guru diharapkan bisa menyampaikan materi yang
tertulis di buku atau media lainnya kepada peserta didik, agar di kemudian hari peserta didik
yang bersangkutan bisa menerapkan ilmu yang didapatkannya di kehidupan sehari-hari.

2. Mendidik Peserta Didik

Setiap peserta didik atau murid memiliki karakter masing-masing yang terkadang membantu
jalannya proses belajar mengajar atau sebaliknya. Hal inilah yang menjadi tugas seorang guru
untuk mendidik sang murid agar berjalan di koridor yang semestinya di dunia pendidikan.

Seorang guru wajib memberikan teladan kepada sang murid untuk mengubah tingkah laku dan
karakter, agar menjadi lebih baik. Nantinya dampak positif yang timbul adalah pola pergaulan
dari sang peserta didik sendiri yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya.

3. Memberi Bimbingan dan Pengarahan pada Peserta Didik

Tugas seorang guru yang lainnya adalah memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta
didik. Bimbingan dan arahan ini diharapkan mengembangkan kemampuan motorik maupun
kemampuan lain yang dimiliki seorang anak didik.

Bimbingan dan arahan ini bisa dilakukan dalam beragam bentuk, diantaranya memberikan tugas
kepada anak didik dengan terlebih dahulu menekankan apa yang harus dikerjakan. Memberikan
pembenaran atau revisi apabila anak didik melakukan kesalahan pada tugas yang diberikan.
4. Melatih Peserta Didik

Memberikan pelatihan kepada peserta didik, memiliki fungsi yang hampir sama seperti pada saat
seorang guru memberikan bimbingan dan pengarahan. Pelatihan dalam dunia pendidikan, dapat
dilakukan dalam beberapa hal, seperti:

1. Memberikan pekerjaan rumah yang membantu meningkatkan kreativitas anak, seperti


membuat prakarya seni gambar atau seni rupa.
2. Menerapkan diskusi kelompok dalam membahas sebuah masalah berkaitan dengan ilmu
pengetahuan yang diberikan, untuk melatih keterampilan berbicara dan mengemukakan
sebuah pendapat.
3. Memberikan pelatihan kecakapan atau pelatihan dasar berkaitan dengan ketertarikan atau
bakat anak didik, seperti pelatihan menjahit, pelatihan bahasa, pelatihan mekanik,
pelatihan kelistrikan, dan beragam pelatihan lain yang mampu mengembangkan bakat
alami yang dimiliki.

5. Memberikan Penilaian

Seorang guru memiliki kewajiban memberikan penilaian kepada anak didik, secara langsung
maupun tidak langsung untuk membantu sang anak memahami kesalahan dan kekurangan yang
dimiliki, untuk kemudian merubahnya menuju kearah yang lebih positif.

Di dunia pendidikan formal, penilaian ini bisa dilakukan dengan mengadakan ujian tertulis
maupun tidak terkait bidang ilmu tertentu.

6. Memberi Evaluasi

Evaluasi di bidang pendidikan tidak sama dengan pemberian nilai. Evaluasi juga bisa berkaitan
dengan sang guru sendiri mengingat evaluasi ini akan memberikan pandangan seberapa berhasil
seorang guru dalam memberikan pendidikan kepada anak didiknya.

Evaluasi memiliki arti luas, dimana evaluasi bisa dilakukan secara tertulis maupun tidak.

7. Memberikan Dorongan Moral dan Mental

Seorang guru memiliki tugas dan kewajiban untuk memberikan dorongan moral maupun mental
kepada anak didiknya agar sang anak didik mampu menghadapi segala jenis permasalahan yang
terjadi dalam hidupnya selama mengenyam pendidikan formal maupun non formal.

Misalnya saja saat seorang anak mendapatkan nilai paling rendah diantara teman sekelasnya,
seorang guru yang baik akan memberikan semangat kepada anak yang bersangkutan agar belajar
lebih baik lagi kedepannya dengan memberikan hadiah sebagai perangsang niat belajar atau
penghargaan lainnya.
PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN

Terkait dengan tugas yang dimiliki seorang guru, ada peran guru yang tidak bisa digantikan oleh
orang lain bahkan orangtua murid, diantaranya:

• Sebagai seorang pengajar, dimana seseorang yang menjadi guru dianggap sanggup
mengajarkan suatu ilmu pengetahuan di bidang tertentu kepada anak didiknya.
• Sebagai seorang pendidik, dimana seorang guru sanggup mengarahkan dan memberikan
teladan kepada anak didik agar sang anak mengikuti norma maupun aturan yang berlaku
di masyarakat.
• Sebagai seorang pembimbing, dimana seorang guru sanggup membimbing agar seluruh
anak didik tetap berada di jalur yang tepat selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
di jalur formal maupun non formal.

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

Terkait bahasan diatas, peran guru dalam dunia pembelajaran juga tidak kalah penting,
mengingat seorang guru akan berperan sebagai:

1. Motivator

Sebagai seorang motivator, seorang guru diharapkan mampu memberikan dorongan mental dan
moral kepada anak didik agar kedepannya, mereka selalu memiliki semangat dan tujuan dalam
belajar. Seorang motivator yang handal akan menjadikan muridnya sebagai seseorang yang
handal dan berani dalam menghadapi setiap masalah yang ada di kehidupan.

2. Administrator

Seorang guru berperan sebagai administrator, dimana guru yang bersangkutan akan mencatat
perkembangan individual muridnya dan menyampaikannya kepada orangtua. Hal ini diharapkan
dapat menjaga anak yang bersangkutan untuk selalu berjalan di jalur yang benar.

3. Evaluator

Sebagai seorang evaluator, seorang guru berhak memberikan penilaian dan masukan-masukan
untuk kemajuan peserta didik.

PERBEDAAN GURU HONORER DAN PNS

Sekarang ini ada dua jenis guru, yaitu guru honorer dan PNS. Keduanya bisa dibedakan berdasar
beberapa aspek berikut:

• Guru PNS umumnya ditempatkan ke sekolah-sekolah formal tertentu sesuai instruksi dari
instansi induk seperti Kemendikbud, sedangkan guru honorer umumnya direkrut sesuai
kebutuhan langsung dari sekolah yang bersangkutan dan tidak menginduk pada instansi
tertinggi di dunia pendidikan.
• Dari segi pendapatan, guru PNS memiliki patokan pendapatan yang sudah ditetapkan
oleh instansi induk sedangkan guru honorer umumnya memiliki pendapatan yang
dihitung dari jam belajar yang dilakukan maupun sistem gaji sukarela karena pengabdian
yang diberikan.
• Secara aturan, guru PNS terikat aturan sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku,
seperti seragam, hak dan kewajiban, jam masuk maupun hal lainnya. Sedangkan untuk
guru honorer, seringkali aturan tersebut tidak berlaku maksimal.

Remaja Unggul

Maraknya pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, pencurian,


perampokan, begal ada disekitar kita, semua sudah tercipta dalam lingkungan kita sehari-hari.
Kemudian di zaman yang serbah canggih ini, segala informasi komunikasi begitu muda diakses,
terlahirlah tontonan tidak menjadi tuntunan untuk anak-anak, para remaja dalam pertumbuhan
dan perkembangan jiwanya. Di perparah lagi dari keadaan keluarga tidak menerapakan pola
pendidikan yang kurang baik terhadap para remaja, yang membutuhkan perhatian dan pembinaan
khusus sessuai usia perkembangan jiwanya penuh gejolak, penuh tanda Tanya, dan selalu ingin
mencoba segala sesuatu yang dianggap baru.

Dari masalah yang terjadi, seperti disampaikan di atas, maka penulis merasa prihatin.
Sebagai wujud dari keprihatinan itu, tulisan ini dibuat untuk memberikan sumbangsih meskipun
kecil artinya, mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.
Siapa remaja?
Menurut Zakiah Darajat (1982 : 28) remaja adalah umur yang menjembatani antara
umur anak-anak dan umur dewasa. Pada usia ini terjadi perubahan-perubahan cepat pada
jasmani, emosi, sosial, akhlak dan kecerdasan. Sedangkan menurut Y. Singgih D. Gunarso
(1998 : 8) bahwa masa remaja adalah permulaannya ditandai oleh perubahan-perubahan fisik
yang mendahului kematangan seksual. Kurang lebih bersamaan dengan perubahan fisik ini,
juga akan dimulai proses perkembangan psikis remaja pada waktu mereka melepaskan diri dari
ikatan orang tuanya, kemudian terlihat perubahan-perubahan kepribadian yang terwujud dalam
cara hidup untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Menyinggung batasan remaja, Sofyan Willis (1986 : 23) mengemukakan bahwa usia
remaja berkisar antara usia 13 sampai 21 tahun, dengan pembagian pubertas antara 13 sampai
15 tahun dan fase pubertas antara 16 sampai 19 tahun. Menurut Moh. Surya (1990 : 90) bahwa
masa adolesen berawal dari 13 sampai 15 tahun untuk perempuan, 15 sampai 17 tahun untuk
laki-laki sedangkan masa adolesen yang sebenarnya antara 15 sampai usia 18 tahun untuk
perempuan, 17 sampai 19 tahun untuk laki-laki.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa remaja adalah masa yang ditandai
dengan perubahan-perubahan cepat pada jasmani yang berbarengan dengan matangnya organ
seks, yang selanjutnya diikuti oleh perkembangan psikis yang meliputi perubahan emosi
dengan melepaskan diri dari ikatan orangtua ketika anak harus dapat berdiri sendiri.
Perkembangan kecerdasan dan kepribadian terwujud dalam cara hidup untuk menyesuaikan
diri dalam masyarakat. Usia mereka berkisar antara 13 sampai 21 tahun, dengan pembagian
masa remaja tingkat awal yaitu antara 13 sampai 15 tahun, sedangkan usia remaja sebenarnya
adalah antara 16 sampai 19 tahun dan remaja akhir 20 sampai 21 tahun. Sehingga usia remaja
laki-laki berbeda dengan usia remaja perempuan.
Dalam penjelasan lain remaja juga disebut masa peralihan dari masa anak-anak menuju
manusia dewasa. Masa peralihan ini penuh gejolak dan ruang ketidak pastian dan ketidak
jelasan. Maksudnya remaja bisa dikatakan masa yang serba tanggung, di bilang manusia
dewasa masih terlihat kekanak-kanakan, dibilang anak-anak tapi ukuran tubuhnya sudah besar.
Oleh sebab itu remaja di cirikan oleh Hurlock sebagai berikut:
1. Masa remaja sebagai periode penting
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
6. Masa remaja sebagai sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realististik
Dari ke tujuh cirri-ciri tersebut, merupakan gambaran umum yang terjadi pada usia
remaja memerlukan perhatian dan perlakuan khusus oleh orang tua, guru, lingkungan, dan
masyarakat, bahkan pembuat kebijakan dan pemegang kekuasaan. Masa remaja inilah menjadi
tantangan terberat sekaligus peluang terbesar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Karena merekalah kelak menjadi generasi pelanjut. Masa depan bangsa dan Negara tergantung
para remajanya. Remaja yang baik tergantung cara pembinaan pada usia ini. Kalau pembinaan
remaja gagal, maka gagal pula membangun bangsa ini.

Unggul
Apa itu unggul? Secara bahasa atau sering didengar unggul berarti banyak hal:
keutamaan, kelebihan dalam hal yang positif. Sederhananya bukan hanya bermanfaat untuk
dirinya sendiri tetapi manfaatnya juga untuk orang lain, keluarga,lingkungannya, daerah, hingga
bangsa dan Negara. Keunggulan berada pada kutub kebaikan yang melahirkan kebaikan-
kebaikan berikutnya.
Mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yuduyono, saat memberikan sambutan dalam
peluncuran buku The Eight Effectifly People (8 ciri Manusia Efektif) karya Stephen Covey.
Menyampaikan bahwa Manusia Indonesia harus memberdayakan budaya unggul dalam
kehidupan sehari hari. Budaya unggul dimulai dari kehidupan dan kebiasaan sederhana, rutinitas
yang sudah menetap hingga kebijakan pembangunan. Sehingga budaya unggul di pahami, dan di
lakukan dengan kesungguhan. Sehingga nantinya menjadi kebiasaan yang baik, terus menerus,
dari generasi ke generasi. Jadilah tradisi yang mengakar kuat dan menbentuk etos kerja rakyat,
dan bangsa Indonesia.
Keterkaitan dengan remaja, pelajar, sebagai generasi penerus bangsa, maka remaja
unggul berarti memiliki nilai lebih, remaja yang membawa nilai kebaikan, remaja yang
membekali dirinya nilai-nilai positif atau remaja yang visi dan misinya dan misi hidupnya adalah
pencapaian prestasi.
Bagaimana Remaja Unggul?
Menjadi remaja yang punya nilai lebih,bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya merupakan
tantangan sekaligus peluang tersendiri, untuk menghadirkan remaja unggul . Masa remaja adalah
masa pertaruhan masa depan bangsa dan Negara . Mau lihat Negara dan bangsa Indonesia ke
depan lihatlah remajanya.
Oleh karena itu berikut bagaimana cara-cara remaja itu menjadi unggul. Konsep ini di paparkan
dalam rangka pembelajaran secara umum artinya pembelajaran yang terus menerus mulai dalam
kehidupan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.

Pahlawan
1. Abdoel Kahar Moezakir (anggota BPUPKI/PPKI)
Abdoel Kahar Moezakir (anggota BPUPKI/PPKI)
Prof. KH. Abdoel Kahar Moezakir atau ejaan baru Abdul Kahar Muzakir, lahir di Gading,
Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta, 16 April 1907 dan meninggal di Yogyakarta pada 2
Desember 1973 di umur 66 tahun.
Abdoel Kahar Moezakir adalah Rektor Magnificus yang dipilih Universitas Islam Indonesia
untuk pertama kali dengan nama STI selama 2 periode 1945—1948 dan 1948—1960.
Ia adalah anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

2. Alexander Andries (AA) Maramis (anggota BPUPKI/PPKI)


Alexander Andries (AA) Maramis (anggota BPUPKI/PPKI)
Mr. Alexander Andries Maramis lahir di Manado, Sulawesi Utara, 20 Juni 1897 dan meninggal
di Jakarta, 31 Juli 1977 pada umur 80 tahun.
Alexander Andries (AA) Maramis adalah pejuang kemerdekaan Indonesia.
Dia pernah menjadi anggota BPUPKI dan KNIP.

3. KH Masykur (anggota BPUPKI/PPKI)


KH Masykur (anggota BPUPKI/PPKI)
K.H. Masjkur atau KH Masykur, lahir di Malang, Jawa Timur, 30 Desember 1904 dan
meninggal pada 19 Desember 1994 pada umur 89 tahun.
KH Masykur adalah Menteri Agama Indonesia pada tahun 1947-1949 dan tahun 1953-1955.
Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI tahun 1956-1971 dan anggota
Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1968.

4. Prof M Sardjito (dokter dan eks Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada)
Pahlawan Nasional Prof. Dr. M. Sardjito
Prof. Dr. M. Sardjito lahir di Magetan, Jawa Timur, 13 Agustus 1889 dan meninggal pada 5 Mei
1970 pada umur 80 tahun.
Prof M Sardjito adalah dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada.
Pada masa perang kemerdekaan, ia ikut serta dalam proses pemindahan Institut Pasteur di
Bandung ke Klaten.
5. Ruhana Kudus (wartawan dan pendiri Sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang)
Ruhana Kudus (wartawan dan pendiri Sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang)
Roehana Koeddoes atau Ruhana Kudus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat,
20 Desember 1884 dan meninggal pada 17 Agustus 1972 di Jakarta, pada umur 87 tahun.
Ruhana Kudus adalah wartawan Indonesia.
Pada 1911, Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang.
Sembari aktif di bidang pendidikan yang disenanginya, Ruhana menulis di surat kabar
perempuan, Poetri Hindia.
Ketika dibredel pemerintah Belanda, Ruhana berinisiatif mendirikan surat kabar, bernama
Sunting Melayu, yang tercatat sebagai salah satu surat kabar perempuan pertama di Indonesia.

6. Sultan Himayatuddin (Sultan Buton)


Sultan Himayatuddin (Sultan Buton)
Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yi Koo adalah seorang Sultan Buton ke-20
pada 1752-1755 dan ke-23 pada 1760-1763.
Ia giat bergerilya melawan menentang pemerintahan Hindia Belanda dalam Perang Buton.
Sejak 1755, tidak lama setelah perang Buton, Sultan Himayatuddin menetap di Siontapina
hingga meninggal pada 1776.
Sultan Himayatuddin dimakamkan di puncak Gunung Siontapina.

Anda mungkin juga menyukai