Anda di halaman 1dari 43

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Kerr (1999 : 6) menyebutkan pengertian citizenship atau civic

education (PPKn dalam nomenklatur pendidikan di Indonesia) sebagai

berikut :

Citizenship or civic education is construed broadly to


encompass the preparation of young people for their roles and
responsibilities as citizens and, in particular, the role of
education (through schooling, teaching and learning ) in that
prepatory process.

Kerr berpendapat PPKn merupakan proses bagi generasi muda dalam

mempersiapkan diri mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warga

negara. Mata pelajaran PPKn sebaiknya tidak hanya menghasilkan nilai

angka di akhir semester melainkan dipandang sebagai proses jangka

panjang untuk mempersiapkan anak menjadi warga negara yang baik.

Hasil yang ingin dicapai dalam pendidikan kewarganegaraan adalah ketika

peserta didik sudah menjadi bagian dari masyarakat dewasa yang memiliki

kewenangan dalam melakukan tindakan dan bertanggung jawab secara

penuh terhadap dirinya sendiri sebagai subjek hukum melakukan hak dan

kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Contoh hak warga negara

adalah mendapatkan pelayanan kesehatan, perlindungan hukum, akses

pendidikan dan lain-lain. Contoh kewajiban warga negara adalah mentaati

8
peraturan lalu lintas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,

membayar pajak, dan lain sebagainya. Sekolah dan kegiatan belajar

mengajar adalah wadah bagi berlangsungnya proses tersebut. Proses

pembentukan karakter yang baik. Hasil jangka panjang dari kurikulum

upaya menuju pengajaran kewarganegaraan mungkin perlu dinilai dalam

hal apakah pada akhirnya sebagai orang dewasa yang berpartisipasi murid

akan gencar dan aktif, dalam tindakan sukarela mereka sendiri atau

sebagai pemilih masa depan, dalam mendukung kebijakan nasional

mengatasi ketidaksetaraan dan masalah pembangunan dalam ranah

nasional maupun global (MacKenzie, Enslina , & Hedgea, 2016: 134).

Cogan (1999: 4) mengartikan civic education sebagai “ the

foundational course work in school designed to prepare young citizens for

an active role in their communities in their adult lives”. Pengertian

tersebut menjabarkan civic education atau PPKn sebagai mata pelajaran

dasar di sekolah yang didesain menyiapkan warga negara muda untuk aktif

di masyarakatnya ketika sudah dewasa. Dengan demikian PPKn

merupakan pelajaran yang membekali generasi muda dengan kecakapan-

kecakapan yang dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat. Keberhasilan

pendidikan kewarganegaraan akan terlihat saat warga negara dewasa aktif

dalam kegiatan bermasyarakat. Ada banyak kegiatan bermasyarakat di

Indonesia, misalnya gotong royong, menjenguk tetangga yang sakit,

membentuk struktur oragnisasi kampung dan lain-lain. Tidak hanya itu

pendidikan kewarganegaraan juga menyiapkan generasi muda menjadi

9
warga negara dewasa yang aktif dalam bernegara. Misalnya saat pemilihan

umum. Jumlah warga negara yang mengikuti pemilihan umum menjadi

salah satu tolak ukur kepedulian warga negara terhadap negaranya. Warga

negara yang baik akan menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum

sebagai bentuk tanggung jawabnya memilih pemimpin negara yang baik

menurutnya. Bisa juga dengan mencalonkan dirinya untuk menjadi calon

legislatif maupun eksekutif.

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membekali dan

memantapkan peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar

hubungan warganegara Indonesia yang Pancasilais dengan negara dan

sesama warganegara (Dwiyatmi, 2012: 5). Pendidikan kewarganegaraan

diartikan sebagai bekal bagi warga negara untuk mengatur hubungan

antara warga negara tersebut dengan negara atau sesama warga negara

lainnya. Hubungan warga negara dengan negara misalnya hubungan dalam

bidang hukum. Warga negara berhak mendapat hak dan perlindungan dari

negara Indonesia selama masih menjadi warga negara Indonesia. Hak ini

melekat meskipun warga negara tersebut tidak sedang berada di wilayah

Indonesia. contohnya adalah tenaga kerja Indonesia, pelajar yang kuliah di

luar negeri, jamaah haji, pelancong yang sedang mengunjungi negara lain,

warga negara yang bertempat tinggal di negara lain karena pernikahan

maupun pekerjaan selama masih menjadi warga negara Indonesia maka

warga negara tersebut berhak mendapatkan perlindungan dari negara

10
Indonesia. Hubungan warga negara dengan sesama warga negara misalnya

dikarenakan tinggal berdekatan atau bertetangga.

Masyarakat menjadi tempat partisipasi yang dilakukan warga negara

yang dipersiapkan pendidikan kewarganegaraan. Persiapan yang dilakukan

meliputi pengetahuan, keterampilan, dan karakter warga negara yang baik

(Arif, 2014:2). Di dalam masyarakat terdapat aturan bersama yang

membentuk norma di dalam masyarakat. Norma adalah aturan yang

menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat. Norma biasanya berisi

sanksi sosial. Selain norma terdapat pula kebiasaan-kebiasaan yang bukan

merupakan peraturan. Misalnya membantu persiapan pesta pernikahan,

arisan, kerja bakti bersih-bersih kampung dan kegiatan yang berhubungan

dengan masyarakat lainnya. PPKn mempersiapkan peserta didik untuk

menghadapi dan bersosialisasi dalam masyarakat.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mendidik

peserta didik menjadi warga negara yang dewasa dan berkemampuan.

Terbentuknya masyarakat demokratis bergantung pada pendidikan

kewarganegaraan dan komitmen politik. Dapat disimpulkan pendidikan

kewarganegaraan memainkan peran penting dalam budaya politik

demokrasi modern. Pada titik ini, institusi 'sekolah' masuk ke dalam

gambar yang bertanggung jawab untuk mengajarkan politik kepada anak-

anak dan remaja dan memberdayakan mereka untuk menjadi warga negara

yang kritis dan sadar dengan penilaian mereka sendiri tentang partisipasi

politik. Selain sekolah media massa merupakan penghubung penting

11
antara partisipasi dan politik karena kaum muda belajar politik melalui

media. Media massa saat ini mulai berkembang tidak hanya surat kabar

dan berita dalam bentuk lama namun mulai bermunculan berita berupa

teks, gambar maupun video dalam media sosial. Media sosial menjadi

media baru yang diminati dan menjamur dimasyarakat. Selain itu diskusi

dan percakapan politik dengan keluarga, teman atau di sekolah dapat

memengaruhi pengetahuan dan keterlibatan politik secara positif.

Pembincangan mengenai politik di keluarga akan memancing pembiasaan

demokrasi di luar institusi formal. Sehingga demokrasi menjadi sesuatu

yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang santai dan tidak kaku

(Yoldas, 2014 : 548).

Upaya untuk memperluas dan meningkatkan peluang untuk pendidikan

kewarganegaraan lebih awal dalam kehidupan mungkin memiliki efek

yang jauh menjangkau keikutsertaan masyarakat dalam jangka waktu yang

lama. dengan mempersiapkan siswa sejak dini untuk menjadi warga negara

yang terlibat, kita dapat memberdayakan generasi yang akan datang dan

membangun elektrorat yang bertanggung jawab, demokratis dan

berkelanjutan, memastikan kesehatan demokrasi kita selama bertahun-

tahun yang akan datang. Masyarakat tradisional memiliki sedikit tempat

dalam masyarakat sipil yang bercita-cita untuk demokrasi, karena

kecenderungan mereka terhadap alokasi bantuan atau kekuasaan yang

tidak merata sering sepanjang kekerabatan (Stechler , 2018: 10)).

12
Pembelajaran PPKn lebih banyak didapatkan peserta didik di sekolah.

Penelitian yang dilakukan Nogueira & Moreira (2012 : 1182)

menyimpulkam guru yang bertanggung jawab untuk bidang kurikulum

non-disipliner ini tidak memiliki pengetahuan khusus apa pun terkait

dengan masalah kewarganegaraan utama. Mempertimbangkan bahwa guru

bergantung pada pengetahuan konten pedagogis mereka, yaitu,

kemampuan mereka untuk mengubah topik atau mata pelajaran tertentu

dan untuk mengajar dengan cara yang efektif, berguna dan menarik, guru

Pendidikan Kewarganegaraan kurang terlatih dalam berbagai dimensi. Hal

ini disayangkan karena guru adalah ujung tombak pembelajaran PPKn di

sekolah. Padahal masalah kontroversial sangat mungkin ditangani dalam

konteks kewarganegaraan (masalah budaya atau agama; pandangan

politik; nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral; dll.) Analisis yang akurat

tentang karakteristik peserta didik dan kemungkinan kesalahpahaman

sangat penting, bersama dengan interpretasi yang benar dari konteks siswa

dan sekolah dalam pembelajaran PPKn. Sehingga guru PPKn idealnya

tidak hanya membelajarkan materi tetapi juga mengajak siswa untuk

berpikir kritis. Peserta didik sebagai pemeran utama dari masyarakat kelak

harus mampu menyoroti permasalahan-permasalahan dalam masyarakat,

berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu guru dituntut untuk melatih

peserta didik menganalisis dan memecahkan masalah kewarganegaraan.

Sehingga pembelajaran di dalam kelas bersifat nyata. Pendidik dan

pembuat kebijakan yang berfokus pada pendidikan kewarganegaraan harus

13
mempertimbangkan konteks dan pengaruh yang berbeda yang

mempengaruhi bagaimana ideologi pendidikan kewarganegaraan dibentuk

dan bagaimana mereka dapat berdampak pada praktik di ruang kelas

(Knowles, 2019 : 235). Diskusi dan proses pembelajaran mengajak peserta

didik untuk berpikir dan menemukan pemecahan masalah

kewarganegaraan. Dengan begitu peserta didik akan terlatih dan lebih siap

saat menghadapi kehidupan nyatanya kelak ketika sudah menjadi warga

negara dewasa.

Hasil penelitian Murdiono (2014 : 349) menyimpulkan dua nilai dasar

penting yang perlu dikembangkan dalam pendidikan kewarganegaraan

global, yakni keadilan sosial dan semangat berkompetisi. Keadilan sosial

diartikan sebagai kemampuan berbuat adil terhadap setiap manusia tanpa

memandang latar belakangnya. Semangat berkompetisi diartikan sebagai

kesiapan menghadapi persaingan. Persaingan yang dimaksud meliputi

dunia kreatif, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya.

Ujung tombak pengembangan kedua nilai dasar tersebut adalah guru

PPKn.

Guru-guru yang kritis mengajar dengan mengajarkan ide-ide

kewarganegaraan yang lebih luas dengan memasukkan gagasan, konsep,

dan keterampilan yang mengubah keanggotaan, identitas, dan agensi.

Kemampuan analisis peserta didik dipengaruhi oleh pembelajaran yang

dipimpin guru. Proses pembelajaran yang kritis sangat penting untuk

pengembangan kesadaran kritis peserta didik terhadap dunia sosial.

14
Biasanya guru-guru yang kritis akan mengantarkan peserta didik kepada

kesimpulan penting (Magill, 2018 : 15).

Proses pembelajaran PPKn memiliki tantangan tersendiri. Tidak semua

peserta didik menyukai pembelajaran PPKn. Sebagian peserta didik yang

tampaknya tidak tertarik dalam mempelajari klasik dapat menimbulkan

tantangan bagi pendidik yang berusaha untuk memastikan bahwa peserta

didik memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan. Penugasan melibatkan

peserta didik dalam inkonstruksi pengetahuan yang dikaitkan dengan studi

karakter. Tujuannya untuk membantu peserta didik menjadi warga negara

produktif dan kritis dalam berdemokrasi (Sardone, 2012: 70).

b. Obyek Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Obyek studi pendidikan kewarganegaraan adalah warga negara dalam

hubungannya dengan organisasi kewarganegaraan, sosial, ekonomi,

agama, kebudayaan dan negara. Hubungan warga negara dengan

organisasi sosial, ekonomi, agama dan kebudayaan diatur dalam peraturan

yang dibuat bersama. Sedangkan hubungan warga negara dengan negara di

atur dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pendidikan

kewarganegaraan harusnya tidak hanya berisi tentang nilai-nilai pancasila

saja seperti yang dilakukan pada masa orde baru atau hanya mengajarkan

pasal UUD1945 saja. Akan tetapi hendaknya memasukkan unsur-unsur

lingkungan fisik; sosial, pendidikan dan kesehatan; ekonomi keuangan;

politik, hukum dan pemerintahan; agama dan etika; dan ilmu pengetahuan

dan teknologi (Somantri, 2001: 276).

15
PPKn adalah mata pelajaran yang mempelajari proses berdirinya NKRI

dan pentingnya persatuan Indonesia. Muhammadiyah, salah satu

organisasi terbesar di Indonesia secara khusus menyampaikan konsep

Negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah dalam muktamar

Muhammadiyah ke-47 di Makassar. Konsep ini menunjukkan sikap dan

pandangan Muhammadiyah dalam bernegara. Muhammadiyah

memandang bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

diproklamasikan 17 Agustus 1945 adalah Negara Pancasila yang

ditegakkan di atas falsafah kebangsaan yang luhur dan sejalan dengan

ajaran Islam. Negara Pancasila merupakan hasil konsensus nasional (dar

al-„ahdi) dan tempat pembuktian atau kesaksian (dar alsyahadah) untuk

menjadi negeri yang aman dan damai (dar alsalam) menuju kehidupan

yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridla

Allah SWT. Pandangan kebangsaan tersebut sejalan dengan cita-cita Islam

tentang negara idaman “Baldatun Thayyiabtun Wa Rabbun Ghafur”, yaitu

suatu negeri yang baik dan berada dalam ampunan Allah ( Pimpinan pusat

Muhammadiyah, 2015 :12).

Saat ini kurikulum pendidikan kewarganegaraan atau PPKn sudah

berisi politik, hukum, sejarah, ekonomi, sosiologi dan segala bidang

keilmuan yang dianggap dapat menjadi bekal peserta didik menjadi warga

negara yang baik. Menghafal UUD 1945 dianggap tidak cukup membekali

peserta didik menjadi warga negara yang baik. Pengetahuan-pengetahuan

yang dapat dijadikan bekal peserta didik berproses menjadi warga negara

16
yang baik diramu dalam sebuah kurikulum PPKn untuk dibelajarkan

disekolah.

Target pencapaian PPKn juga tidak hanya berupa kognitif, tetapi juga

afektif dan psikomotorik. Jika kognitif hanya bersifat pengetahuan, maka

afektif membentuk sikap dan karakter peserta didik. Peserta didik

diharapkan memiliki pemahaman dan sikap yang memenuhi kriteria warga

negara yang baik. Setelah keduanya terbentuk diharapkan peserta didik

juga memiliki perilaku sebagai warga negara yang baik. Hubungan

ketiganya sangat erat. Peserta didik yang tidak memiliki pengetahuan

kewarganegaraan yang baik kecil kemungkinan dia akan memiliki sikap

dan perilaku yang sesuai dengan warga negara yang baik.

Teknologi yang berkembang pesat juga mempengaruhi

kewarganegaraan. Banyak nya penggunaan tekhnologi memunculkan

kebiasaan dan masalah baru bagi warga negara. Positifnya tekhnologi

dapat membawa informasi lebih cepat. Sehingga warga negara lebih

mudah menegtahui hal-hal diluar lingkungan terdekatnya. Saat ini banyak

teknologi yang memudahkan warga negara dalam mengeluarkan

pendapatnya. Hal ini berakibat baik pada demokrasi, karena aspirasi

masyarakat lebih mudah ditangkap. Negatifnya teknologi juga

memunculkan masalah-masalah sosial. Hal ini terjadi jika penggunaan

teknologi tidak dilakukan secara bijaksana. Contohnya adalah kasus

pencemaran nama baik melalui akun media sosial. Kebebasan dalam

berpendapat yang tidak berdasar pada nilai penghormatan kepada sesama

17
mausia memunculkan banyak kasus pencemaran nama baik yang berujung

pada penjara. Selain itu tekhnologi yang digunakan secara tidak tepat

menyebabkan banyaknya kasus berita hoak. Berita hoak adalah berita yang

tidak benar atau berita yang keberannya belum teruji. Hal ini dapat

menimbulkan kegaduhan di dalam masyarakat. Oleh karena itu teknologi

dapat berakibat baik dan dapat pula berakibat buruk pada masalah

kewarganegaraaan.

Winataputra (2012 : 250) menjelaskan secara sistemik bidang kajian

pendidikan kewarganegaraan memiliki tiga dimensi yaitu:

1) Program kurikuler kewarganegaraan pada pendidikan formal untuk

pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi, dan pada

pendidikan non-formal kesetaraan yang disebut dengan school civic

education.

2) Program sosial-kultural kewarganegaraan yang secara akdemis

dikenal sebagai community civic education.

3) Kajian ilmiah kewarganegaraan yang didalamnya tercakup civics

research and development.

Terdapat tiga komponen utama pengetahuan kewarganegaraan.

Pertama, civic knowledge yaitu pengetahuan yang seharusnya diketahui

warga negara. Pengetahuan ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengetahuan

bermasyarakat adalah pengetahuan segala sesuatu di masyarakat. Contoh

pengetahuan bermasyarakat di Indonesia adalah menggunakan pakaian

18
yang rapi saat menghadiri acara pernikahan. Pengetahuan berbangsa

meliputi pengetahuan tentang berbangsa di Indonesia. Contohnya adalah

bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku yang memiliki kebudayaan yang

berbeda-beda. Pengetahuan bernegara adalah pengetahuan terkait

kehidupan bernegara. Contoh pengetahuan bernegara adalah pengetahuan

tentang tertib lalu lintas. Kedua, civic skill yaitu kecakapan warga negara

dalam mempraktekkan hak-haknya dan menunaikan tanggung jawabnya

sebagai anggota masyarakat. Praktek kewarganegaraan ini dapat terlihat

dari perbuatan yang dilakukan warga negara. Misalnya menggunakan helm

saat menggunakan sepeda motor. Ketiga, civic disposition yaitu watak-

watak kewarganegaraan. Watak kewarganegaraan dianggap sebagai muara

pengembangan dari civic knowledge dan civic skill. Civic disposition akan

membuat warga negara percaya diri dalam melakukan tindakan sebagai

warga negara yang baik (Branson, 1999: 8-17). Ketiga komponen ini

adalah output yang ingin di capai dalam pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan. Jika ketiga komponen ini bertemu maka akan

menghasilkan kecerdasan kewarganegaraan dalam diri warga negara.

Warga negara yang memiliki civic skills dan civic disposition akan

menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dalam dirinya.

Warga negara yang memiliki civic knowledge dan civic skill akan

menjadikan warga negara tersebut cerdas secara pengetahuan dan memiliki

kepribadian yang kuat.

19
2. Komik Digital

a. Definisi Komik

Komik berasal dari kata comic yang berarti lucu. Kata "komik" berasal

dari kata Yunani "kōmōidía" atau "komedi". Komik menggunakan gambar

dengan kata-kata yang sering dikombinasikan dengan humor dan dapat

ditemukan dalam berbagai konteks, seperti koran (Bolton & Gary, 2012:

389). Komik merupakan cabang dari karikatur yang pada kemunculan

kelucuannya dimaksudkan untuk mengejek kebijakan tokoh-tokoh

(Ajidarma, 2011:36). Dalam pengertian ini komik dijadikan sebagai wadah

untuk menyindir situasi politik.

Pengertian lain menyebutkan komik adalah urutan-urutan gambar yang

ditata sesuai tujuan dan filosofi pembuatnya hingga pesan tersampaikan,

komik cenderung diberi lettering yang diperlukan sesuai dengan

kebutuhan (Gumelar, 2011 : 7). Dalam pengertian ini komik diartikan

sebagai media komunikasi antara pembuat komik dengan pembaca. Pesan

yang di buat oleh pembuat komik di buat sedemikian rupa supaya pembaca

dapat memahami isi pemikiran pembuat komik.

Komik adalah suatu bahasa. Kosakatanya adalah segenap simbol visual

termasuk kekuatan metode kartun dan realisme, baik mandiri maupun

dalam kombinasi yang mengejutkan (McCloud, 2008 :1). Simbol visual

pada komik adalah pesan yang ingin disampaikan pembuat komik kepada

pembaca. Pesan dibuat dengan cara berbeda untuk menimbulkan kesan

yang mendalam bagi pembaca. Cara menyampaikan pesan melalui simbol

20
visual dilakukan dengan cara diluar kebiasaan dan tak terduga. Sehingga

dalam komik segalanya sangat berbeda. Dalam komik, kata-kata dan

gambar tidak hanya saling mencerminkan satu sama lain, tetapi

berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda, dan masing-masing dari

keduanya memberikan kontribusi bagiannya sendiri untuk interpretasi teks.

Komik memunculkan bahasa tidak hanya dari teks, tetapi juga dari

ekspresi gambar (Saraceni, 2001 : 28).

Pengertian lain menyebutkan komik adalah suatu bentuk sajian cerita

dengan seri gambar yang lucu. Buku komik menyediakan ceritera-ceritera

yang sederhana, mudah ditangkap dan dipahami isinya, sehingga sangat

digemari baik oleh anak-anak maupun orang dewasa (Daryanto, 2010:27).

Oleh karena itu komik dapat pula didefinisikan sebagai gambar-gambar

serta lambang-lambang lain yang saling sanding dalam urutan dan

sistematika tertentu dengan maksud tujuan menyampaikan pesan tertentu.

Gerak dalam komik merupakan ilusi (Koendoro, 2007 : 28). Komik

digerakkan imajinasi yang ada di dalam pikiran pembacanya. Pusat komik

terletak pada ruang di antara panel-panel tempat daya khayal pembaca

membuat gambar-gambar diam jadi hidup. Melalui gambar diam yang

hanya menggunakan indera visual komik menampilkan semua indera dan

melalui karakter garis komik menampilkan dunia emosi yang tak kasat

mata (Mc Cloud, 2008 : 1-2). Komik bercerita mengalir dengan kekuatan

imajinasi manusia. Gambar-gambar di dalam komik seperti sandi yang

menuntun perjalanan imajinatif pembaca dari lembaran pertama sampai

21
akhir cerita. Daya pikir pembaca membuat komik berjalan mengalir

menceritakan yang ada didalamnya.

Komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan disertai gambar yang

lucu. Meskipun dikemudian hari juga bermunculan komik bergambar

seram, namun awalnya komik dibuat dalam bentuk karakter lucu. Karakter

komik diadaptasi dari hewan, manusia maupun tumbuhan. Pembuat komik

menggamabr sedekian rupa sehingga menghasilkan karakter yang unik dan

lucu. Cerita di dalam komik sederhana, mudah ditangkap dan dipahami

isinya. Komik mudah dibaca dan dimengerti. Pesan-pesan sederhana tapi

mengena adalah ciri khas komik. Tidak seperti buku atau novel, komik

lebih banyak mengekspresikan jalan cerita melalui gambar. Kata-kata

dibuat terbatas dalam dialog atau keterangan singkat. Hal tersebut

membuat komik sangat digemari segala kalangan dari anak-anak sampai

orang dewasa (Danaswari, Kartini dan Roviati. 2013: 4). Selaras dengan

itu Upson dan Hall menyampaikan komik sebagai hiburan cocok untuk

anak-anak, remaja, dan orang yang buta huruf. Komik dapat dinikmati

tanpa membaca teks yang ada dilamnya. Bahkan ada pembuat komik yang

sama sekali tidak memasukkan teks dalam komiknya, semua pesan

disampaikan melalui gambar. Komik berbicara dalam bahasa global.

Semua orang dapat menikmati komik (2013:29).

Istilah lain komik yang dikenal adalah graphic novel (novel gambar)

yaitu komik yang dibuat sebagai karya mandiri tidak terbit di surat kabar

terlebih dahulu dan tidak bermaksud untuk melucu. Komik jenis ini

22
cenderung bersifat serius. Cerita yang diangkat dapat berupa tragedi,

drama, action dan horror. Semacam reaksi terhadap komik underground di

Amerika Serikat sejak awal tahun 1970-an, yang mempermainkan segenap

nilai mapan yang diwajibkan oleh Comics Code Authority, dan karya

komik mereka kemudian disebut comix. Huruf “x” dihubungkan untuk

mengungkapkan hal yang ditabukan seperti seksualitas. Namun teori

paling awal menyebutnya sebagai picture story (cerita gambar) (Ajidarma,

2011: 36).

Di Jepang komik disebut manga (Gumilar, 2011:8). Ciri khusus dari

manga adalah mata tokoh karakter besar. Saat ini manga tersebar di

berbagai belahan dunia. Manga dari Jepang merupakan salah satu jenis

komik yang dengan mudah dapat ditemukan di pasaran. Banyaknya

penjualan berarti sebanding dengan tingginya peminat komik jenis manga.

Pembuat komik dari negara lain banyak yang menggambar komik jenis

manga. Di pasaran Indonesia komik jenis manga banyak yang merupakan

komik terjemahan dari komik Jepang. Namun ada juga yang merupakan

karya pembuat komik Indonesia. Penggambaran manga yang lucu

membuatnya menempati banyak pembaca komik.

Sebagian besar pembaca akrab dengan dua bentuk dasar komik, yaitu

komik (hanya serangkaian kartun, paling sering empat panel panjang) di

koran atau majalah, dan buku komik dan novel grafis, yang merupakan

cerita komik yang lebih panjang (Timensma, 2009: 6). Namun saat ini

komik berkembang pesat dengan ide-ide baru dari pembuat komik. Komik

23
tidak selalu dalam panel, tetapi diluar panel. Ide-ide baru pembuat komik

membuat komik semakin variatif dan memanjakan penggemar komik

dengan desain-desain unik yang tidak membosankan.

Komik telah ada selama lebih dari seratus tahun. Dari lukisan dinding

sampai bentuk digital seperti yang banyak beredar sekarang. Budaya yang

berbeda menghasilkan strip komik yang berbeda. Komik mengadaptasi

budaya mencakup proses seperti domestikasi, internasionalisasi, sensor

dan lelucon budaya. Kemunculan komik dari budaya yang berbeda

menghasilkan komik yang beragam (Honavar, 2011: 1066).

Di Indonesia perkembangan awal cerita bergambar (komik) dapat

dilihat di relief candi Borobudur dan candi-candi lainnya. Komik

Indonesia bermula dari jaman prasejarah. Relief candi, wayang beber dan

wayang kulit merupakan bentuk ungkapan manusia dalam bentuk bahasa

rupa/gambar yang bercerita . Relief candi Borobudur sering dianggap

„prasejarah‟ komik karena mengandung 11 seri bas-relief yang mencakup

sekitar 1460 adegan/gambar. Begitupula dengan candi-candi yang lain

seperti misalnya candi Penataran di Blitar dan candi Jago di Malang.

Hanya saja adegan relief-relief tersebut digunakan untuk membimbing

umat dalam melakukan kegiatan ritual dan berfungsi sebagai sarana ritual

keagamaan. Fungsi relief lainnya sebagai tanda atau petunjuk dalam

bentuk bahasa gambar. Misalnya untuk menyebutkan tahun seperti yang

tampak di candi Sawentar di Blitar. Relief di candi Sawentar berupa

24
sengkalan lamba “Ganeca Inapit Mong Anahut Surya” yang menunjukkan

angka 1328 C (tahun Saka) (Ranang A.S. dkk, 2010 : 8-10).

Pada saat itu media batu dikenal orang untuk menyampaikan pesan

monumental yang tahan lama. Pada abad ke delapan kisah-kisah Jataka,

Awadana, Lalitawistara, sampai Gandawyuda bisa dilihat di Candi

Borobudur dan Mendut. Pada abad ke Sembilan dibuat kisah-kisah

Ramayana dan Krisnayana di Candi Prambanan, lalu di abad ke sepuluh

sampai abad kelima belas tercipta berbagai relief mulai Arjunawiwaha,

Sudamala dan macam-macam kisah lainnya. komik dalam bentuk relief ini

disebut “cerlang budaya” atau “local genius” (Koendoro, 2007 : 42-43).

Pada masa pra-kemerdekaan komik muncul dalam bentuk media cetak.

Pada awalnya media massa memuat komik-komik Barat yang

mempengaruhi kemunculan Komik Timur yaitu komik lucu berupa strip

yang berciri khas Indonesia. tahun 1930 surat kabar Sin Po memuat cerita

bergambar karya Kho Wan Gie yang menceritakan tokoh lucu yang gendut

dan bermata sipit yang bercerita Indonesia sebagai tanah kelahirannya.

Setahun kemudian muncul kartun Put on yang menggambarkan seorang

pemuda bernasib sial, gendut, baik hati tetapi bodoh, sok pintar namun

selalu gagal, hidup sederhana dan berdialek Jakarta. Pada tahun 1939

Nasroen AS membuat komik yang mengusung legenda kuno. Judulnya

Mentjari Puteri Hidjau yang diterbitkan oleh surat kabar mingguan Ratoe

Timoer di Solo (Ranang A.S dkk, 2010:10-11).

25
Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, media massa dimanfaatkan

sebagai alat propaganda. Namun komik masih berkembang dengan

munculnya cerita legenda Roro Mendoet karya B. Margono dan Pak

Leloer yang dimuat di koran harian Sinar Matahari di Yogyakarta (Ranang

A.S dkk, 2010:12). Komik merupakan bentuk bacaan popular yang sangat

lentur. Komik bisa dijadikan penyampai pesan perjuangan atau sebaliknya

menjadi anomali di antara maraknya propaganda.

Pada masa awal kemerdekaan RI komik Amerika menyerbu media

massa Indonesia. salah satu komiknya adalah Tarzan yang dimuat diharian

Keng Po pada tahun 1947. Tahun 1948 koran harian Kedaulatan Rakjat di

Yogyakarta memuat komik Pemberontakan Pangeran Diponegoro, Joko

Tingkir dan cerita Kisah KependudukanJepang karya Abdul Salam. Komik

lainnya antara lain karya RA. Kosasih yang berjudul Sri Asih terbit pada

tahun 1952, Kapten Jani, Panglima Najan karya Tino Sidin dan Mala

Pahlawan Rimba yang terbit pada tahun 1957. Pada masa ini komik

didominasi kisah kepahlawanan yang diangkat dari cerita rakyat. Hal ini

tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang penuh gejolak politik pada

masa itu (Ranang A.S dkk, 2010:13).

Pada tahun 1980 corak komik yang popular adalah komik roman

remaja. Beberapa komikus yang terkenal adalah Budijanto, Zaldy, Sim,

dan Mintaraga. Selain itu komik yang bertemakan petualangan-

petualangan silat juga terkenal. Misalnya komik serial SiButa dari Gua

Hantu , Siluman Serigala Putih,Tuan Tanah Kedaung,Si Djampang, Panji

26
Tengkorak,Godam dan Gundala (Ranang A.S dkk, 2010:14). Komik

tersebut merupakan komik lokal yang best seller di pasaran pada masa

tersebut.

Pada awal tahun 1990 Indonesia mulai dibanjiri oleh komik-komik

Jepang. Kebanyakan penyuka komik Jepang adalah remaja dan anak-anak.

Hal ini dikarenakan kualitas cerita dan tampilannya sangat menarik

sehingga mampu mengalahkan pasar komik Walt Disney dari Amerika.

Komik-komik ini bertemakan adegan laga, komik jenaka dan cerita-cerita

ringan untuk kalangan remaja ABG. Komik Jepang yang populer antara

lain Kenji, Saint Seiya, Candy-candy, Kobo Chan, Sailor Moon dan

Dragon Ball (Ranang A.S dkk, 2010:15). Komik Jepang disebut manga,

akan tetapi komik tidak dapat mendeskripsikan pengertian komik secara

utuh. Manga mencakup seluruh gaya, tidak hanya kisah petualangan saja

seperti komik Barat tapi juga romantika, opera sabun, dan komik lucu.

Komik Jepang ditujukan untuk banyak usia, mulai dari usia anak-anak,

remaja, sampai dewasa atau dari usia sekolah hingga ibu rumah tangga.

Berkembangnya teknologi berpengaruh pada perkembangan komik.

Komik tadinya berupa cetakan. Saat ini banyak komik beredar dalam

bentuk digital. Komik digital dibuat dalam bentuk piranti lunak yang

membutuhkan piranti keras untuk mengaksesnya (Scoot McCloud, 2008:

203). Piranti keras yang dibutuhkan dapat berupa smartphone, laptop atau

komputer. Dapat disimpulkan komik digital merupakan evolusi dari

bentuk komik yang sebelumnya. Kehadiran komik dalam bentuk digital

27
menjadikan pembaca komik lebih mudah mengakses dan

menggunakannya. Berbekal salah satu piranti keras yang dimiliki komik

digital dapat dengan mudah diakses.

b. Fungsi Komik

Komik dibedakan atas komik komersial dan komik pendidikan

berdasarkan fungsinya. Komik komersial cenderung untuk memenuhi

pasaran karena : bersifat personal, menyediakan humor yang kasar,

dikemas dengan bahasa percakapan dan bahasa pasaran, memiliki

kesederhanaan jiwa dan moral, dan adanya kecenderungan manusiawi

universal terhadap pemujaan pahlawan. Komik komersial mementingkan

selera pasar sehingga muatan komik tidak terikat pada nilai tertentu. Pada

umumnya pembuat komik komersial membuat komik berdasarkan ide

untuk memenuhi keinginan pasar. Target utama komik komersial adalah

penjualan komik yang tinggi sehingga mendapatkan keuntungan yang

banyak. Besar kemungkinan konten yang termuat dalam komik komersial

memuat unsur-unsur tidak mendidik. Berbeda dari komik komersial,

komik pendidikan banyak diterbitkan oleh industri, dinas kesehatan, dan

lembaga-lembaga non profit. Fungsinya sebagai media pendidikan

(Daryanto, 2010:27). Komik pendidikan diproduksi dalam misi untuk

mendidik. Misi ini menjadikan komik pendidikan di susun berdasarkan

nilai-nilai yang ingin di ajarkan.

Konten komik pendidikan di dasari ilmu pengetahuan tertentu atau

nilai moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Media visual berupa

28
komik pendidikan dirancang khusus untuk memperluas pengetahuan

peserta didik dan mendorong keterlibatan di luar batas-batas kelas. Komik

pendidikan perlu mempertimbangkan efek komersial supaya digemari dan

memudahkan penyampaian pesan. Membuat komik pendidikan yang

digemari oleh masyarakat adalah tatangan tersendiri. Mengemas komik

supaya tidak kaku adalah pekerjaan pembuat komik namun menyusun

materi atau nilai-nilai yang ingin diajarkan adalah tugas ahli materi.

Kolaborasi keduanya menerbitkan banyak komik pendidikan yang

merupakan hasil bersama. Komik pendidikan membutuhkan pemikiran

yang lebih mendalam dalam pembuatan. Tidak semua hal dapat

dimasukkan ke dalam komik pendidikan. Komik pendidikan perlu

mempertimbangkan gambar bersifat sopan dan tidak asusila,

menggambarkan hal yang baik-baik, menghindari kekerasan yang dapat

memperovokasi pembaca untuk melakukan hal yang sama, tidak

memunculkan kata-kata, gambar maupun humor yang dapat menyinggung

masyarakat kebudayaan tertentu dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Komik pendidikan tidak seperti komik komersial yang dapat dibuat sesuka

ide pembuat komik tanpa terikat nilai-nilai tertentu (Azman, Zaibon dan

Shiratuddin, 2016 : 37).

Tujuan utama pembuatan komik adalah menghibur para pembaca

dengan bacaan ringan , cerita rekaan yang dilukiskannya relatif panjang

dan tidak selamanya mengangkat isu hangat di masyarakat maupun

menyampaikan nilai moral tertentu (Ranang A.S dkk,2010: 8). Komik

29
sebagai mana asal katanya yang berarti lucu mampu menampilkan suatu

peristiwa dari sudut pandang yang berbeda dan menarik sesuai perspektif

pembuatnya. Tujuan ini juga mencakup tujuan pembuatan komik

pendidikan. Meskipun tujuan lain yang lebih utama adalah untuk

mendidik, namun komik pendidikan juga harus mampu menghibur

pembaca. Komik pendidikan dituntut menyampaikan materi dalam kalimat

sederhana namun dapat menjelaskan materi sesuai indikator yang ingin

dicapai.

c. Gaya Menggambar Komik

Pembuatan komik dipengaruhi oleh gaya menggambar komik. Secara

garis besar ada empat aliran gaya menggambar komik di seluruh dunia.

Pertama, cartoon style atau gaya gambar lucu. Contohnya di Amerika dan

Eropa adalah Mighty Mouse, Donal Duck, Asterix&Obelix. Di Jepang

contohnya ada SinChan, Kobo Chan, Doraemon dan lain-lain. Di

Indonesia contohnya Panji Koming, Benny & Mice. Kedua, semi cartoon

style disebut juga semi realism style. Ciri khas gambarnya adalah

gabungan realis dan cartoon. Di Amerika dan Eropa contohnya adalah

Teen Titans dan Batman. Di Jepang contohnya adalah Sailormoon, Dragon

Balls dan Naruto. Di Indonesia contohnya Sawung Kampret, Doyok dan

Ali Topan. Ketiga, realism style yaitu gaya gambar yang dibuat semirip

mungkin mendekati anatomi dan fisiologi, postur tubuh, wajah dan ras

manusia, satwa, tumbuhan dan makhluk cerdas lainnya. Contoh realism

style di Amerika dan Eropa adalah Kingdom Come, Trigan dan Storm.

30
Contoh di Jepang adalah Y‟s, City Hunter dan Cruying Freeman. Contoh

di Indonesia adalah Godam, Gundala dan Komodo. Keempat, fine art style

yaitu gaya gambar yang menggambar sesuai dengan apa yang timbul di

pikiran artisnya (M.S. Gumelar,2011: 10-23)

d. Desain Komik

Tahapan pembuatan komik salah satunya adalah mendesain komik.

Elemen-elemen desain adalah bahan-bahan atau bagian-bagian yang

membentuk desain komik secara menyeluruh dalam suatu komposisi, dan

bagian-bagian pembentuknya tersebut dapat dipisah-pisah menjadi bagian-

bagian tersendiri. Elemen-elemen desain dalam komik adalah: pertama,

Space. Space adalah penempatan gambar dan ruang di dalam komik. Space

di dalam komik dibuat agar pembaca merasakan “kelegaan”. Kelegaan ini

akan membuat pembaca lebih nyaman dalam menikmati komik. Space

yang terlalu penuh akan tampak seperti kerubunan gambar yang sesak

yang tidak nyaman dilihat. Kedua, image yaitu gambar goresan tangan

yang membentuk sebagian besar komik. Image adalah jantung komik.

Ketiga, teks. Teks sebenarnya adalah image dari symbol suara dan angka.

Symbol antara negara yang satu dengan negara yang lain belum tentu

sama, oleh karena itu agar tidak membingungkan akan ditulis sebagai teks.

Keempat, point & dot. Point tidak berbentuk bulat tetapi bisa berbentuk

segitiga kecil, kotak kecil, atau bintang kecil. Akan tetapi dot lebih ke

bentuk bulat kecil (bintik). Kelima, line atau garis yang merupakan

merupakan bagian dari point atau dot yang saling menindih dan

31
menyambung. Keenam, Shape yaitu bentuk dalam dua dimensi ukuran.

Keenam, form yaitu bentuk dalam tiga dimensi ukuran dari bentuk

beraturan sampai bentuk tak beraturan. Ketujuh, Tone atau value. Tone

adalah penekanan warna ke arah lebih gelap atau lebih terang. Kedelapan,

colour atau warna yang terbagi menjadi tiga. Yaitu warna cahaya, warna

cat transparan, dan warna tidak transparan. Kesembilan, Pattern yaitu pola

yang bisa sangat rancu juga dengan arsiran. Kesepuluh, tekstur kertas.

Dalam komik yang berbentuk soft file atau komik online tekstur di buat

dalam bentuk 2D yang berupa ilusi yang mirip dengan bentuk aslinya.

Kesebelas, voice, sound, & audio. Voice cenderung merupakan hasil

ucapan atau kata-kata. Sound merupakan bunyi apapun yang bukan dari

audio. Audio cenderung merupakan suara alat-alat elektronik (Gumilar,

2011: 26-35).

Pembuatan komik dapat dilakukan dengan cara berpikir

sinematografis. Maksudnya melihat komik dari dua sudut yakni sinema

atau gambar dan grafika atau ilmu cetak. Komik dalam hal ini dibuat

dengan memikirkan efek sinema tidak hanya berupa gambar. Gambar akan

dibuat seolah-olah berhgerak meskipun yang sebenarnya menggerakkan

adalah pikiran pembaca. Koendoro (2007: 59-71) menyebutkan

pembuatan komik secara sinema terdiri dari elemen sosok gambar atau

ilustrasi, unsur tulisan dan teks, unsur kotak, dan balon kata. Sedangkan

unsur grafika yaitu melihat komik sebagai karya grafis yang berkenaan

dengan ukuran format komik. Penjelasan sebagai berikut :

32
1) Pembuatan komik secara sinema:

Seorang komikus setidaknya mengenal empat elemen utama yang

akan membangun komik. Keempat elemen tersebut sebagai berikut :

a) Sosok gambar atau ilustrasi

Kreatifitas komikus menentukan ilustrasi atau sosok gambar

yang dihasilkan. Gambar memiliki peranan paling penting. Hal ini

dikarenakan gambar mampu memberi pesan, pembaca komik

mampu menangkap suasana batin lewat gambar.

b) Unsur tulisan atau teks

Unsur ini berupa dialog (bicara lebih dari satu orang),

monolog (bicara seorang diri), narasi (keterangan, penceritaan),

dan efek suara. Dialog adalah pembicaraan lebih dari satu orang.

Monolog adalah saat tokoh bicara seoranng diri. Narasi adalahh

keterangan atau penceritaan. Efek suara adalah kata-kata yang

dituliskan seperti bunyi aslinya, misalnya pranggg untuk suara

piring pecah.

c) Unsur kotak (frame)

Pembagian kotak ini mirip dengan pembedaan adegan dalam

film. Bentuknya bervariasi tergantung kreatifitas komikusnya.

33
d) Balon kata (ballon)

Balon kata adalah ruang tempat menaruh teks narasi atau

juga menampilkan kata-kata. Ia pun merupakan elemen ilustrasi

sehingga teks sebaiknya tidak terlalu padat.

Desain komik sebagai sinema juga mengenal jarak pandang. Jarak

pandang berkaitan dengan posisi jauh atau dekatnya obyek. Jarak pandang

terdiri dari long shot, full shot, medium shot, close up, extreme close up

dan kombinasi. Selain itu komikus harus memperhatikan pengambilan

sudut pandang atau sudut gambar. Sudut pandang ini dapat

diklasifikasikan menjadi sudut pandang atas, bawah, sejajar dan sudut

pandang burung ( Alexander & Irfansyah, 2010 : 14).

2) Komik sebagai Karya Grafis

Kita mengenal beberapa ukuran (format) kertas sebagai salah

satu bahan baku utama , dan ujud jaringan pola grafis (grid) buku

komik. Antara lain format majalah (lebar 21 cm, tinggi 27,6 cm, jalur

putih kiri, kanan dan atas 1,5 cm, jalur putih bawah 2 cm), format

komik Amerika(lebar 18 cm, tinggi 26 cm, jalur putih kiri, kanan, atas

dan bawah 1,5 cm), format komik Mizan dan Jepang (Lebar 13,7 cm,

tinggi 19,7 cm, jalur putih kiri, kanan dan atas 1 cm), format komik

strip (lebar 20,2 cm, tinggi 13,7 cm, jalur putih kiri, kanan, atas dan

bawah 1,5 cm) dan masih banyak lagi.

34
e. Komik Digital

Berdasarkan wadahnya komik dapat dikalsifikasikan menjadi komik

yang dibuat di atas kertas dan dalam bentuk digital. Komik digital adalah

komik yang di buat dengan menggunakan program digital yang ada dalam

lingkungan digital (Scoot McCloud, 2008: 207). Mudahnya, media komik

digital dapat diartikan sebagai visualisasi suatu cerita dalam bentuk

gambar kartun yang tersusun dan bermakna dalam bentuk aplikasi

komputer (Purnomo, Mulyoto, Deny Tri Ardianto, 2015: 20). Komik yang

biasanya dinikmati dalam bentuk kertas berupa koran, buku, novel grafis

dituangkan dalam bentuk baru yaitu digital. Komik digital menempati

wadah baru berupa alat-alat elektronik. Alat elektronik seperti telepon

seluler dan komputer akan menjadi pengganti kertas. Oleh karena itu

komik digital merupakan dampak dari kemajuan teknologi. Saat ini

masyarakat telah terbiasa menggunakan alat-alat elektronik, sehingga

menempatkan komik dalam bentuk digital yang disimpan dalam alat

elektronik menjadi pilihan yang ekonomis dan ramah lingkungan.

f. Kelebihan Komik Sebagai Media Pembelajaran

Marta Kounikova (2017: 89-92) menyatakan bahwa komik merupakan

cara terbaik untuk mendorong anak-anak berpikir kreatif. Gambar di dalam

komik dapat difahami oleh orang-orang dalam pendidikan formal, non-

formal dan informal. Bahkan anak yang memiliki kondisi istimewa seperti

down syndrome dan memiliki kesulitan membaca karena disleksia dapat

terbantu oleh komik. Penyampaian menggunakan komik akan

35
memudahkan beban anak dalam belajar membaca. Anak akan merasa

bahagia karena gambarnya yang lucu sehingga perasaan berat untuk

belajar terkurangi. Sehingga komik merupakan alat penyampai pesan yang

efektif. Saat ini komik banyak digunakan sebagai buku teks dalam

pendidikan non-formal maupun pendidikan informal. Buku teks berupa

komik ini dibuat dalam berbagai bentuk mulai dari buklet instruksi,

latihan, serta sarana lingkungan pendidikan bagi populasi di wilayah

bermasalah di dunia.

Komik bisa sangat efektif dalam pengaturan akademik.

Pikiran manusia menyukai narasi visual, keinginan yang hampir intuitif

untuk mengeksplorasi bentuk, dan kecenderungan ini adalah kunci untuk

memahami potensi keberhasilan komik, kartun, dan novel grafis di kelas.

Komik memiliki sifat yang menarik dan partisipatif. Komik juga memiliki

kemampuan untuk memodelkan perilaku dan menanamkan pelajaran

dalam narasi yang lebih besar. (Upson, 2013: 28-30). Komik dapat

digunakan untuk menyampaikan pelajaran sosial, ilmu pengetahuan alam,

matematika dan keagamaan.

Nixon (2012: 91) menyatakan bahwa komik adalah sumber literasi

yang kaya untuk guru berikan kepada siswanya. Komik dapat dijadikan

media penyampai materi yang efektif. Komik tidak hanya berupa tulisan

tetapi memiliki gambar yang juga dapat menyampaikan pesan melalui

ekspresi yang dibuat komikus. Ekspresi tokoh komik menyampaikan pesan

lebih dari sekedar kata-kata. Pembaca langsung faham hanya dengan

36
melihat gambar. Kedepan diperlukan tentang bagaimana komik

diperkenalkan kepada siswa sebagai media baru yang membantu dan

mendukung pemahaman mereka. Pendapat ini diperkuat oleh Wisman dan

Costello (2014: 115) yang menyampaikan komik yang dibuat dengan

dialog di dalamnya tidak hanya membantu peserta didik menikmati

pembelajaran yang runtut namun juga memungkinkan mereka untuk

menambah pemahaman mereka.

Cerita dalam narasi komik berpotensi memperkenalkan aktivitas yang

berarti. Seni dan gambar di dalam komik dapat menjadikannya sebagai

sumber belajar yang interaktif. Membaca komik tentu tidak sekaku

membaca buku teks. Grafik, gambar dan seni fundamental di dalam komik

dapat menceritakan kisah, menjelaskan prosedur, mengajarkan teori,

mendatangkan hipotesis, menjawab pertanyaan dan mengikutsertakan

pembaca (Babaian dan Chalian, 2014: 414). Komik dapat melibatkan

pembaca melalui pengalaman membaca tek dan melihat gambar komik.

Buku komik atau novel grafis adalah cara kreatif untuk mengajar dan

belajar. Mereka adalah sumber yang sebagian besar belum dimanfaatkan

yang mungkin secara unik cocok untuk Generasi Y. Komik memiliki nilai

sebagai alat inovatif dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut tentang

penggunaan yang bermanfaat dalam mengarahkan pembelajaran

(Muzumdar, 2016: 7).

Jepang adalah salah satu negara yang penduduknya menyukai komik

yang disebut dengan manga. Manga saat ini tidak hanya terkenal di Jepang

37
tetapi juga diseluruh dunia. Tidak sulit mendapatkan manga di berbagai

negara dengan menggunakan bahasa masing-masing negara. Manga telah

disarankan sebagai berpotensi berguna dalam memotivasi belajar dan

membantu pemula belajar materi yang sulit melalui bantuan visual. Manga

dapat memudahkan pembaca memahami materi pembelajaran dengan cara

yang ringan. Mengingat fungsi yang diterima sebagai media pendidikan,

Onyura dan Leslie (2016 : 290) mengusulkan menggunakan manga

sebagai media dalam mengajar. Namun hal ini tergantung pada

kemampuan guru dalam memilih atau membuat manga untuk

pembelajaran. Tidak semua guru mampu membuat manga. Sebaliknya

manga yang beredar dipasaran belum tentu bisa dipakai dalam

pembelajaran. Oleh karena itu pembuat manga sebaiknya juga mulai

memperhatikan pembuatan manga yang dapat digunakan dalam

pembelajaran. Hal ini akan sangat membantu guru dalam melakukan

proses pembelajaran.

Arsyad (2011: 38) mengatakan kelebihan komik antara lain: (a) cerita

komik yang runtut dapat memudahkan peserta didik dalam mengikuti

urutan pikiran secara logis, (b) perpaduan teks dan gambar pada media

komik dapat menambah daya tarik dan minat siswa, dan (c) komik dapat

memudahkan pemahaman terhadap informasi atau materi pembelajaran

yang disampaikan dalam dua fomat, verbal dan visual. Kelebihan-

kelebihan komik menjadi daya tarik untuk menggunakan komik dalam

pembelajaran di kelas.

38
Komik dapat menjadi sangat efektif dalam pembelajaran akademik.

Banyak universitas dan lembaga yang menggunakan komik di kelas untuk

pembelajaran. Komik adalah hal yang akrab dengan kehidupan manusia

dan diakui sebagai media yang menghibur, kemampuan untuk mendidik

sama baiknya dengan menghibur akan tetapi di kalangan akademis hal ini

belum dipahami secara universal. Komik memiliki kekuatan luar biasa

dalam bidang pendidikan dan memiliki potensi akademisi dan pendidik

telah mulai untuk memahami. (Upson dan Hall, 2013: 28). Saat ini mulai

banyak dikembangkan komik-komik yang dapat dipakai dalam

pembelajaran. Namun perlu juga diperhatikan komik yang dapat

digunakan dalam pembelajaran adalah komik yang memperhatikan kondisi

dan situasi peserta didik. Komik pembelajaran untuk mahasiswa tentu

berbeda tingkatan dari segi bahasa penyamapaian, karakter dan jalan cerita

dengan komik pembelajaran untuk anak sekolah dasar. Sehingga potensi

komik dalam pembelajaran juga harus disertai dengan ilmu pendidikan dan

paedagogis, supaya komik pembelajaran yang dibuat tepat sasaran.

Komik merupakan cerita ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi

aksi dan warna-warna yang membuat komik lebih hidup. Terdapat pula

komik yang tidak diwarnai. Namun penikmat komik tetap bisa menyukai

semua jenis komik selama cerita dan gambar mengenak dihati mereka.

Biasanya komik yang berwarna-warni lebih disukai oleh banyak kalangan

dibanding komik yang tidak berwana atau hitam putih saja. Teknik komik

dapat diterapkan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan, semua itu

39
disebabkan karena penampilannya luas. Komik tak hanya berisi hiburan

semata seperti yang masyarakat pikirkan, namun komik juga bisa berisi

sesuatu yang berbobot (Anggara, 2011 : 18).

Anak-anak senang membaca komik. Sangat masuk akal untuk

menggunakan sumber daya semacam komik untuk meningkatkan

pembelajaran (Steven Graham, 2011: 92). Nana Sudjana dan Ahmad Rivai

(2017:68) menyebutkan komik merupakan suatu bacaan yang siswa mau

membacanya tanpa dibujuk. Supaya komik dapat menjadi alat pengajaran

yang efektif, sebaiknya penggunaan komik dalam pengajaran dipadu

dengan metode mengajar .

Anderson (1994: 169) mengatakan bahwa komik sangat praktis untuk

digunakan dalam pembelajaran. Komik mudah dibawa, sehingga peserta

didik dapat mempelajari dimana pun dan kapan pun sesukanya.

Pembelajaran menggunakan komik tidak terbatas hanya dalam

pembelajaran kelas saja. Namun bisa dilakukan dimanapun tempat anak

berada. Apalagi komik biasanya dikemas dalam ukuran yang ringan dan

tidak terlalu besar. Sehingga gampang di bawa kemana-mana.

Daryanto (2010: 128) mengatakan bahwa komik memiliki banyak

kelebihan. Kelebihan komik antara lain mengembangkan kemampuan

membaca peserta didik, menambah penguasaan kosa kata, mengandung

unsur visual dan cerita yang kuat dan ekspresi yang divisualisasikan

membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga mendorong untuk

membacanya hingga selesai. Keempat keunggulan tersebut menjadikan

40
komik sebagai media pembelajaran yang cocok digunakan dalam

pembelajaran dari anak-anak sampai usia dewasa. Komik yang ditujukan

untuk pembelajaran anak-anak dibedakan dengan komik yang ditujukan

untuk usia dewasa. Pembedaan penggunaan komik berdasarkan usia

dilakukan untuk memudahkan pemahaman pembaca yang disasar. Komik

pembelajaran untuk anak-anak menggunakan kalimat sederhana. Komik

pembelajaran untuk dewasa dapat menggunakan istilah tertentu yang dapat

difahami oleh orang dewasa.

Smith (2006:7) menjelaskan penggunaan komik dalam pembelajaran

dapat membantu peserta didik yang membutuhkan kerja keras dalam

belajar . Berikut di bawah ini alasannya :

a) Kombinasi antara teks dan ilustrasi merupakan alat bantu yang baik

untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan visual atau peserta

didik yang memiliki rentang konsentrasi yang rendah. Tidak semua

memiliki kemampuan konsentrasi dalam waktu yang panjang.

Beberapa peserta didik mudah teralihkan oleh lingkungan sekitar.

Gambar-gambar dalam komik akan memfokuskan kembali peserta

didik untuk melanjutkan membaca;

b) Komik sangat mendorong perkembangan imajinasi. Gambar-

gambar di dalam komik meransang peserta didik untuk berpikir

kreatif, menimbulkan daya hayal dan menggerakkan ilusi di dalam

kepalanya. Peserta didik akan melihat gambar-gambar komik

bergerak sesuai dengan imajinasi dalam pikirannya;

41
c) Ilustrasi di dalam komik dapat memperdalam analisis sastra peserta

didik dan memperkuat kata-kata;

Keunggulan penggunaan media komik dalam pembelajaran adalah

dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga

menumbuhkan minat belajar peserta didik. Komik dapat mengilustrasikan

materi untuk mempermudah contoh konkret dari suatu materi ajar yang

terkadang tidak bisa dihadirkan langsung dalam pembelajaran. Gambar

komik dapat menjelaskan suatu peristiwa atau organ tubuh manusia yang

ingin diajarkan tanpa menuliskan banyak kata. Gambar dalam komik juga

akan membuat pesan menjadi lebih kongkrit. Peserta didik lebih mudah

memahami dengan melihat gambar. Komik juga dapat menumbuhkan

minat baca anak karena kemasan komik lebih menarik daripada materi ajar

biasa (Purnama dkk. 2015 : 20).

Beberapa orang tua membeli buku komik untuk mendorong anak-anak

membaca, terutama untuk anak-anak yang mengalami kesulitan membaca

teks saja. Anak cenderung merasa bosan dan terbebani membaca buku

dalam bentuk teks. Banyak anak menjadi terintimidasi dan kewalahan dan

menyerah ketika mereka dihadapkan pada halaman-halaman teks. Apalagi

teks berukuran kecil dan padat. Komik adalah alternatif pilihan yang

bagus. Komik yang dipenuhi dengan gambar-gambar akan membuat

peserta didik merasa tertarik untuk membaca buku. Membaca komik dapat

memotivasi mereka untuk membaca (Tiemensma, 2009:7).

42
Komik merupakan alat yang sangat baik untuk membantu para

pendidik mengajar mata pelajaran yang kompleks dan menjelaskan dunia

yang tidak terlihat. Tidak semua materi pelajaran dapat ditunjukkan secara

langsung. Ada yang berbentuk terlalu kecil untuk langsung dilihat oleh

mata manusia atau ada nilai-nilai abstrak yang tidak bisa dilihat langsung

namun terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Komik dapat menjadi

media pembelajaran yang berharga untuk dibaca atau dipergunakan di

kelas. Sebelumnya sudah diketahui bahwa keterampilan literasi visual

membantu peserta didik dalam memahami konsep penting dan

pembelajaran keterampilan (McVicker, 2007 : 88).

Gambar di dalam komik akan memudahkan penjelasan. Guru tidak

kesulitan menjelaskan kepada peserta didik karena bantuan gambar dalam

komik. Berdasarkan fakta tersebut, para guru diharapkan akan termotivasi

untuk menggunakan komik sebagai salah satu alat dalam proses belajar

peserta didik yang mereka ajar (Morel, Peruzzo, Juele, and Amarelle,

2019: 3).

Kemajuan tekhnologi juga berdampak pada komik. Komik yang

tadinya dalam bentuk cetakan sekarang dapat dinikmati dalam bentuk

digital. Penggunaan komik digital ini juga dimodifikasi menjadi perangkat

pembelajaran supaya terkoneksi dengan para pembaca. Komik digital

dapat dipasangkan dengan internet. Komik yang diunggah ke internet

dapat memudahkan peserta didik untuk mengakses komik tanpa terbatas

tempat dan waktu. Pembelajaran menjadi sangat dinamis. Tidak lagi

43
terbentur ruang dan waktu. Guru dan peserta didik tidak perlu berkumpul

dalam waktu dan ruang yang sama. Kedepan pembelajaran afektif dan

kognitif akan lebih mudah menggunakan komik digital (Azman, Zaibon,

dan Shiratuddin, 2014 : 593).

Beberapa kelebihan komik digital di bandingkan dengan komik cetak

adalah sebagai berikut : (1) lebih praktis dalam membuat garis dengan

ketebalan berbeda dengan peralatan virtual tanpa harus berganti-ganti pena

dan kuas, (2) gambar bisa di perbesar dan diperkecil sehingga

memudahkan dalam pembuatan detail, (3) alat yang di genggam tidak

berubah tapi tangan yang lain mengganti peralatan melalui serangkaian

kunci fungsi pra-program, (4) meningkatkan presisi, (5) stempel dan kuas

pola mempercepat bagian pengulangan, (6) pengubahan ukuran dan

pengaturan letak berbagai elemen dalam lapisan terpisah membuat

seniman komik mampu menciptakan karya yang indah, (7) terdapat ribuan

pilihan warna tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pewarna,

kecuali untuk ukuran file yang lebih besar, (8) para kartunis web juga

mempraktekkan kesan kedalaman yang tak ada di komik cetak seperti latar

belakang tanpa ouline atau buram, kontur memudar atau efek lapisan

udara, (9) para seniman yang menggunakan media tradisional memerlukan

banyak peralatan warna sementara para seniman digital menggunakan

penggayaan vector dan bentuk seni digital lain, (10) penghurufan komik

lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga, serta memastikan tampilan

44
dan spacing konsistem dalam kotak dan balon kata (McCloud, 2007 : 198-

202).

Ahmad Hafiz (2009) menyatakan komik digital dapat dibagi menjadi

empat kategori berdasarkan aplikasi digital yang digunakan :

a) Produksi digital

Prosesnya 100% menggunakan perangkat digital.

b) Bentuk digital

Komik dalam bentuk digital memiliki bentuk tanpa batas dan selalu

dapat digunakan tanpa batas waktu. Jika komik dalam bentuk buku,

kertas buku memiliki masa tertentu sebelum rusak, maka komik

digital tidak rusak karena di simpan dalam bentuk digital dan dapat

di transfer ke perangkat digital lainnya.

c) Pengiriman digital

Pengiriman digital mengacu pada metode distribusi dan pengiriman

komik digital dalam bentuk mobilitas tanpa kertas. Pengiriman ini

dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi tertentu atau penggunaan

internet. Banyak aplikasi pengiriman digital yang dapat dipakai

saat ini, misalnya bluetooth dan aplikasi yang dikembangkan

pengembang telepon seluler. Pengiriman yang menggunakan

internet dalam dilakukan melalui surel atau media sosial yang

memiliki fasilitas pengiriman pesan.

d) Konvergensi digital

45
Konvergensi digital adalah perkembangan komik yang bertautan

dengan media lain yang juga berbasis digital, seperti game,

animasi, film, konten seluler, dan sebagainya. Konversi digital

mengembangkan komik ke tingkat atas. Komik tidak hanya diam

berupa tapi bisa diringi musik untuk menambah memasukkan

pembaca ke suasana yang diinginkan pembuat komik.

Pengiriman digital mengacu pada metode distribusi dan

pengiriman komik digital dalam bentuk mobilitas tanpa kertas. Tanpa

kertas memungkinkan distribusi komik digital memotong banyak rantai

proses distribusi jika dilakukan dalam analog (misalnya dari pencetakan,

distributor, pengecer, pembeli). Distribusi komik digital dilakukan

dengan biaya yang murah atau tanpa biaya. Hal menggembirakan ini

menjadi daya tarik tambah untuk menggunakan komik digital.

g. Teori Pengembangan Media Pembelajaran Komik Digital

Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014 : 172) menyebutkan prinsip

pengembangan media pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) mulai

dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkrit untuk

memahami yang abstrak; (2) pengulangan akan memperkuat

pemahaman; (3) umpan balik positif akan memberikan penguatan

terhadap peserta didik; (4) motivasi belajar yang tinggi merupakan salah

satu faktor penentu keberhasilan belajar; (5) mencapai tujuan ibarat naik

tangga, setahap demi setahap akhirnya mencapai keberhasilan tertentu;

46
(6) mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik

untuk terus mencapai tujuan.

Menurut Mukminan dan Saliman (2008, 3-4) media pembelajaran

yang dirancang secara baik dan kreatif dalam batas-batas tertentu akan

dapat memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak,

memahami materi yang dipelajarinya lebih baik dan meningkatkan

kemampuan siswa dalam melakukan keterampilan-keterampilan tertentu

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Gumilar (2007: 92) menyebutkan secara garis besar ada 3 tekhnik

dalam pembuatan komik, yaitu traditionaltechnique, hybrid technique

dan digital technique.

1) Traditional technique adalah pembuatan komik dengan

menggunakan alat dan bahan yang relatif tradisional seperti

pensil. Pena, tinta tahan air, spidol, kertas gambar, kertas HVS,

POcutter dan alat lain yang relevan dan menunjang pembuatan

komik. Pembuatan komik tekhnik ini harus hati-hati dan

meminimalisir kesalahan.

2) Hybrid technique adalah gabungan antara cara tradisional dan

cara digital. Berapa jumlah persentase kedua tekhnik ini dalam

suatu pembuatan komik tidak dipermasalahkan. Pembuatan

komik dilakukan dengan menggambar di kertas terlebih dahulu,

kemudian gambar dipindai atau di scan. Hasil nya berupa file

diolah menggunakan program pengolah gambar atau foto.

47
3) Digital technique adalah pembuatan komik dengan cara murni

digital. Semua proses dilakukan murni secara digital tanpa

menggunakan alat dan bahan tradisional sama sekali, misalnya

menggambar nya menggunakan tablet atau alat komputer (PC

Tablet). Pembuatan komik menggunakan tekhnik ini

membutuhkan biaya awal yang besar untuk pembelian perangkat

keras dan perangkat lunak. Pembelian perangkat lunak dapat

dibeli pasar online.

Alur penyusunan media pembelajaran komik digital adalah

menyusun sinopsis, membuat skenario, sketching, scanning, digital

coloring, lettering, penyatuan gambar (Maharani, 2017 : 394). Alur

penyusunan ini menggabungkan antara tekhnik cetak (tekhnik

tradisional) dengan tekhnik digital atau yang dikenal dengan hybrid

technique. Tahapan membuat skenario, sketching adalah tahapan

pembuatan komik secara tradisional dalam media cetak. Tekhnik

scanning, digital coloring, lettering, penyatuan gambar merupakan

tekhnik pembuatan komik secara digital.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Heryu Anasti (2010) tentang Pengembangan Media

Pembelajaran Geografi Berbentuk Komik untuk Siswa SMA menyebutkan

pengembangan media pembelajaran berbentuk komik pada layak untuk digunakan

dalam pembelajaran tingkat SMA. Komik berwarna sebagai media pembelajaran

yang dikembangkan terbukti mempunyai keunggulan yaitu dapat menarik minat

48
baca dan motivasi siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Persamaan

penelitian dan pengembangan ini dengan yang dilakukan oleh Heryu Anasti

memiliki kesamaan dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh

peneliti yaitu terletak pada media dan metode penelitian. Sedangkan

perbedaannya yaitu terletak pada mata pelajaran dan materi yang dikembangkan

dalam media komik.

Hasil penelitian Dholina Inang Pambudi (2012)cerita bergambar untuk SMA

layak untuk digunakan. Cerita bergambar yang digunakan terbukti membantu

peserta didik mencapai kompetensi dan meningkatkan pemahaman terhadap

materi. Penelitian pengembangan yang dilakukan Dholina Inang Pambudi

memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terletak pada

media cerita bergambar. Sedangkan perbedaannya terletak pada mata pelajaran

dan materi yang dikembangkan.

Hasil penelitian La Jika (2008) pengembangan media gambar berbantuan

komputer untuk SMP layak untuk digunakan di SMP, karena terbukti

meningkatkan kosakata bahasa inggris siswa. Penelitian pengembangan yang

dilakukan La Jika memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.

Kesamaan terdapat pada media gambar dan berbantuan komputer. Sedangkan

perbedaan terletak tidak adanya cerita.

C. Kerangka Pikir

Media pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan di MA Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta hanya terbatas

pada buku LKS dan video dari youtube. Dibutuhkan bahan ajar yang disukai

49
siswa dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Media

pembelajaran komik digital menyajikan materi mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dalam bentuk komik digital yang berwarna dan berisi ringkasan

materi PPKn. Media pembelajaran komik digital diasumsikan dapat

mempermudah siswi dalam memahami materi mata pelajaran PPKn.

Media pembelajaran terbatas pada LKS dan video dari


youtube

Diperlukan media pembelajaran komik digital

Siswa lebih mudah memahami materi pelajaran

Gambar 5. Kerangka Pikir Pengembangan Media Pembelajaran Komik


Digital Komik Digital untuk Mata Pelajaran PPKn pada kelas 1 MA
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teoritik, dan kerangka berpikir ang

telah dikemukakan di atas maka pertanyaan penelitian yang diajukan dan

diharapkan dapat diperoleh jawabannya melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kelayakan komik digital sebagai media pembelajaran

menurut ahli materi?

2. Bagaimana kelayakan komik digital sebagai media pembelajaran

menurut ahli media?

3. Bagaimana kelayakan komik digital sebagai media pembelajaran

menurut peserta didik?

50

Anda mungkin juga menyukai