Anda di halaman 1dari 18

KEWARGANEGARAN

PENDAHULUAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA
KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Fakultas :
Program studi : SI MANAJEMEN

Tatap Muka

Kode Matakuliah : Kode MK


Disusun oleh : Rani Purwanti Kemalasari SH.,MH

1
ABSTRAK TUJUAN

Pada Bab Pendahuluan ini akan Mahasiswa Mampu Memahami Fungsi,


dijelaskan mengenai pendidikan Tujuan dan Landasan Pendidikan
kewarganegaraan sebagai mata kuliah kewarganegaraan
pengembangan kepribadian.

2
A. Pendahuluan.
B. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mengembangkan
Kemampuan Utuh Sarjana Atau Profesional
C. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.
D. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ( visi dan misi )
E. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
F. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
G. Hakikat Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan
H. Assesment
DAFTAR PUSTAKA

3
MODUL 2

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan merubah kurikulum mulai dari pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi. Sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2012, bahwa
perguruan tinggi memiliki otonomi dalam penyusunan kurikulum, namun pada
pelaksanaannya diperlukan rambu-rambu yang sama agar dapat mencapai hasil yang
optimal. Disamping itu, peserta didik di Perguruan Tinggi merupakan insan dewasa,
sehingga dianggap sudah memiliki kesadaran dalam mengembangkan potensi diri untuk
menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan atau professional. Sehubungan dengan itu, maka
perubahan pada proses pembelajaran menjadi penting dan akan menciptakan iklim
akademik yang akan meningkatkan kompetensi mahasiswa baik hardskills maupun
softskills. Hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Tinggi dalam UU No 12 Tahun 12 yaitu
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk
kepentingan bangsa.

4
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seluruh mahasiswa harus mengikuti pembelajaran mata
kuliah dasar umum yang dikenal dengan MKDU (general education). Sebagian dari MKDU
telah dinyatakan dalam UU No 12 Tahun 2012 sebagai mata kuliah wajib, yaitu Agama,
Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Dalam rangka menyempurnakan
capaian pembelajaran, maka MKDU ditambah dengan Bahasa Inggris, Kewirausahaan, dan
mata kuliah yang mendorong pada pengembangan karakter lainnya, baik yang terintegrasi
maupun individu.

Pendidikan kewarganegaraan dikembangkan di seluruh dunia dalam istilah yang


berbeda beda. Pendidikan kewarganegaraan sering disebut dengan istilah Civic Education,
Citizenship Education dan bahkan ada yang menyebut sebagai Democracy Education.
Sebagai mata kuliah wajib di Perguruan Tinggi, mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan pelajaran yang menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, hukum,
multikultural bagi mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga Negara yang sadar akan
hak dan kewajiban, serta cerdas, terampil dan berkarakter sehingga dapat diandalkan untuk
membangun bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai bidang
keilmuan dan profesinya.

Menurut Juliardi ( 2014 : 2 – 4 ) ada dua alasan yang melatarbelakangi pentingnya


pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi yaitu :

1. Eksternal.
Pengaruh eksternal yakni didasarkan atas kuatnya pengarul globalisasi dan modernisasi
dewasa ini. Globalisasi menjadi realitas yang tak terelakkan yang membawa pengaruh
terhadap struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, seperti tercermin
pada pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat. Globalisasi tidak saja membawa
pengaruh positif tentang demokrasi, Hak Asasi Manusia ( HAM ), keterbukaan dan lain
lain. Di sisi lain globalisasi membawa pengaruh yang negatif seperti dekadensi moral,
pergaulan bebas, narkoba dan lain sebagainya. Pada masyarakat yang semakin terbuka
maka pendidikan karakter sebagaimana tercermin dalam pendidikan kewarganegaraan
menjadi benteng membekali individu dari pengaruh globalisasi. Globalisasi tidak bisa
dibendung atau dihindari, tetapi yang paling penting adalah bagaimana menyikapi
globalisasi tersebut dengan kritis, dewasa dan bijaksana.
Selain itu, Globalisasi disisilain menempatkan dominasi negara negara maju atas negara
negara berkembang. Negara negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu
peta politik dunia dan mampu memberikan tekanan bagi negara negara yang secara
politis kurang berpengaruh. Dialektika negara negara maju dan negara negara
berkembang pada gilirannya akan memberikan struktur baru, yaitu struktur global yang

5
mempengaruhi pola pikir dan mentalitas negara lain. Akibatnya mentalitas
negara-negara semakin memudar bahkan mungkin hilang. Pada tataran sosiologis
terjadi pergeseran nilai sebagai konsekwensi benturan antara nasionalisme dan
internasionalisme. Bila kondisi itu tidak disikapi secara bijaksana maka sendi sendi
bernegara akan semakin longgar.
2. Internal.

Pengaruh internal yakni didasarkan atas perjalanan Bangsa Indonesia yang telah
mengalami beberapa masa sejak era penjajahan, era perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan, era pengisian kemerdekaan, reformasi dan pasca reformasi saat ini.
Setiap perubahan memberi tantangan yang berbeda beda sehingga perlu disikapi
dengan nilai nilai yang dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI )

Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah belajar


tentang keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia,
membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang
sarjana atau professional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu
memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan
Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara
yang baik dan terdidik (smart and good citizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara yang demokratis.

Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kriteria bagi pengembangan


kemampuan utuh sarjana atau professional.

Untuk mendapat jawaban atas pertanyaan ini, dalam Bab I ini, Anda akan mempelajari jati
diri Pendidikan Kewarganegaraan. Sejalan dengan kaidah pembelajaran ilmiah dan aktif,
maka Anda akan mengikuti proses sebagai berikut:

1. Menelusuri konsep dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan


kehidupan bangsa;
2. Menanya alasan mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan;
3. Menggali sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia;

6
4. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan;
5. Mendeskripsikan esensi dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa
depan;
6. Merangkum tentang hakikat dan pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan; dan

Setelah melakukan pembelajaran ini, Anda sebagai calon sarjana dan profesional,
diharapkan: bersikap positif terhadap fungsi dan peran pendidikan kewarganegaraan dalam
memperkuat jadi diri keindonesiaan para sarjana dan profesional; mampu menjelaskan
tujuan dan fungsi pendidikan kewarganegaraan dalam pengembangan kemampuan utuh
sarjana atau profesional; dan mampu menyampaikan argumen konseptual dan empiris
tentang fungsi dan peran pendidikan kewarganegaraan dalam memperkuat jadi diri
keindonesiaan para sarjana dan profesional .

Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh


dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut
sebagai Civic Education, Citizenship Education, dan bahkan ada yang menyebutnya
sebagai Democrcy Education. Tetapi pada umumnya pendapat para pakar tersebut
mempunyai maksud dan tujuan yang sama.Beberapa pandangan para pakar tentang
pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1. Henry Randall Waite dalam penerbitan majalah The Citizendan Civics, pada tahun 1886,
merumuskan pengertian Civics dengan The Sciens Of Citizenship, the relation of man,
the individual, to man in organized collections, the individual in his relation to the state.
Dari definisi tersebut, Civics dirumuskan dengan Ilmu Kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulan-perkumpulan
yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) dan antara individu- individu
dengan negara.
2. Stanley E. Dimond berpendapat bahwa Civics adalah Citizenship mempunyai dua makna
dalam aktivitas sekolah. Yang pertama, kewarganegaraan termasuk kedudukan yang
berkaitan dengan hukum yang sah. Yang kedua, aktivitas politik dan pemilihan dengan
suara terbanyak, organisasi pemerintahan, badan pemerintahan, hukum, dan tanggung
jawab

7
3. Edmonson (1958) mengemukakan bahwa Civics adalah kajian yang berkaitan dengan
pemerintahan dan yang menyangkut hak dan kewajiban warga negara.
4. Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokrasi
dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.
5. Soedijarto, mengartikanPendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang
bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik
dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis

Civics/Citizenship Education

Mencakup semua aspek kehidupan bernegara

Dari definisi definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian Civic


Education(Pendidikan Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh positif dari
pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar sekolah. Unsur-unsur ini
harus dipertimbangkan dalam menyusun program Civic Education yang diharapkan akan
menolong para peserta didik (mahasiswa) untuk:

a. Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.


b. Dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab dalam
berbagai macam masalah seperti masalah pribadi, masyarakat dan negara.
Jadi, pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) adalah program pendidikan yang
memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungan
hakekat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan

8
moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan
adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang
baik atau sering disebut to be goodcitizenship, yakni warga yang memiliki kecerdasan baik
intelektual, emosional,sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab,
dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh
rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Apabila PKn memang penting bagi suatu negara, apakah negara lain memiliki PKn atau
Civic (Citizenship) Education? Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dianjurkan untuk
menelusuri sejumlah literatur dan hasil penelitian tentang pendidikan kewarganegaraan di
sejumlah negara. Ada istilah kunci yang sudah banyak dikenal untuk menelusuri pendidikan
kewarganegaraan di negara lain. Berikut ini adalah istilah pendidikan kewarganegaraan
hasil penelusuran Udin S. Winataputra (2006) dan diperkaya oleh Sapriya (2013) sebagai
berikut:

● Pendidikan Kewarganegaraan (Indonesia)


● Civics, Civic Education (USA)
● Citizenship Education (UK)
● Ta’limatul Muwwatanah, Tarbiyatul Watoniyah (Timteng)
● Educacion Civicas (Mexico)
● Sachunterricht (Jerman)
● Civics, Social Studies (Australia)
● Social Studies (USA, New Zealand)
● Life Orientation (Afrika Selatan)
● People and Society (Hongaria)
● Civics and Moral Education (Singapore)
● Obscesvovedinie (Rusia)
● Pendidikan Sivik (Malaysia)
Istilah-istilah di atas merupakan pengantar untuk menelusuri lebih lanjut tentang
pendidikan kewarganegaraan di negara lain. Adanya sejumlah istilah yang digunakan di
sejumlah negara menunjukkan bahwa setiap negara menyelenggarakan pendidikan
kewarganegaraan meskipun dengan istilah yang beragam.

Secara istilah Civics Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah
Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azyumardi Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for
Civic Education) UIN Jakarta sebagai Pengembang Civics Education di Perguruan Tinggi

9
yang pertama. Sedangkan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Zemroni,
Muhammad Numan Soemantri, Udin S. Winataputra dan Tim CICED ( Center Indonesian for
Civics Education), Merphin Panjaitan, Soedijarto dan pakar lainnya.

Pendidikan Kewarganegaraan semakin menemukan momentumnya pada dekade


1990-an dengan pemahaman yang berbeda-beda. Bagi sebagian ahli, Pendidikan
Kewarganegaraan diidentikkan dengan Pendidikan Demokrasi (Democracy Education),
Pendidikan HAM (Human Rights Education) dan Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship
Education). Pendidikan Kewarganegaraan juga mencakup kajian dan pembahasan tentang
pemerintahan, konstitusi, lembaga- lembaga demokrasi, rule of law , hak dan kewajiban
warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam
masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga- lembaga dan sistem yang terdapat
dalam pemerintahan, warisan politik, administrasi publik dan sistem hukum, pengetahuan
tentang proses seperti kewarganegaraan aktif, refleksi kritis, penyelidikan dan kerjasama,
keadilan sosial, pengertian antarbudaya dan kelestarian lingkungan hidup dan hak asasi
manusia.

Sedangkan Zamroni berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah


pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi
baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak
warga masyarakat.

Dari definisi definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan


kewarganegaraan adalah pendidikan yang diorientasikan untuk membina dan
membelajarkan seseorang menjadi warga negara yang baik yakni;

a. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa;


b. Memiliki nasionalisme yang kuat;
c. Sadar serta mampu membina dan meletakkan hak dan kewajiban dirinya sebagai
manusia, warga masyarakat dan bangsa negaranya;
d. Taat asas, demokratis dan partisipatif;
e. Aktif – kreatif dan positif dalam Kebhinekaan kehidupan masyarakat bangsa dan negara.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/Kep/2006, terdapat visi dan misi
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:

10
1. Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai
dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna
mengantarkan mahasiswa mementapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah
sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban,
berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.
2. Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan
nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air da;lam menguasai,
menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa
tanggung jawab dan bermoral.
Dari penjabaran visi-misi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya tujuan
utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan
kebudayaan bangsa, Wawasan Nusantara, serta Ketahanan Nasional dalam diri
mahasiswa calon sarjana/ilmuwan warga negara NKRI yang sedang mengkaji dan akan
menguasai iptek dan seni. Kualitas warga negara akan ditentukan terutama oleh
keyakinan dan sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara disamping derajat
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajarinya.

Menurut Bakry (2008:3), pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk menumbuhkan


kesadaran berbangsa dan bernegara serta jiwa demokratis yang berkeadaban. Dengan
tujuan demikian ini, maka pendidikan kewarganegaraan berlandaskan berdasarkan filsafat
dan hukum yakni sebagai berikut :

1. Landasan ilmiah

a.  Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan.

Setiap warga negara dituntut untuk hidup berguna bagi negara dan bangsanya, serta
mampu mengantisipasi masa depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait
dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan hubungan internasional. Untuk itu
kepada setiap warga negara diperlukan adanya pembekalan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai budaya  bangsa. Nilai-nilai  budaya bangsa
tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup bagi setiap warga negara.

11
Pokok bahasan Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga  negara
serta pendidikan pendahuluan bela negara, yang semua itu berpijak pada budaya bangsa.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tujuan utama dari pendidikan
kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara serta
membentuk sikap dan perilaku yang cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa,
wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para mahasiswa. Sebab kualitas
warga negara yang baik adalah sangat ditentukan terutama oleh keyakinan dan sikap
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara disamping derajat penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajarinya.

b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan.

Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode, sistem
dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material
maupun objek formalnya. Objek material ialah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji ulang
oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu
yang dipilih untuk membahas objek material tersebut.

Adapun objek material dari pendidikan kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan
dengan warga negara baik yang bersifat empirik maupun non-empirik, yang meliputi
wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai
objek formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antara warga negara dan negara
(termasuk hubungan antar warga negara ) dan segi pembelaan negara. Dalam hal ini
pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam
hubungannya dengan negara Indonesia dan pada upaya pembelaan Negara Indonesia.

Objek pembahasan pendidikan kewarganegaraan menurut keputusan Dirjen pendidikan


tinggi No.43/DIKTI/Kep/2006 dijabarkan lebih rinci yang meliputi pokok-pokok bahasan
sebagaimana dikemukakan dalam tinjauan mata kuliah (terdiri dari 14 modul) substansi
kajian pendidikan kewarganegaraan mencakup :

1. Pendahuluan.
2. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Kepribadian.
3. Negara Dan Sistem Pemerintahan.
4. Identitas Nasional.
5. Demokrasi Indonesia.
6. Hak Dan Kewajiban Warga Negara.
7. Konstitusi Dan Rule Of Law.
8. Hak Asasi Manusia.

12
9. Wawasan Nusantara.
10. Ketahanan Nasional.
11. Hubungan Agama Dan Negara.
12. Otonomi Daerah Dalam Bingkai NKRI.
13. Good Governance.
14. Globalisasi.
Dengan demikian isi pembelajaran Pendidikan Kewargaan (Civic Education) diarahkan
untuk national and Character Building bangsa Indonesia yang relevan dalam memasuki era
demokratisasi.

c.  Rumpun Keilmuan

Pendidikan Kewarganegaraan disejajarkan Civics Education yang dikenal di berbagai


Negara. Sebagai bidang studi ilmiah Pendidikan Kewarganegaraan bersifat interdisipliner
bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang  membangun  ilmu
Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Maka dalam upaya pembahasan
dan pengembangannyapun perlu dibantu oleh disiplin ilmu-ilmu yang lain seperti:
ilmu hukum, ilmu  politik, sosiologi, administrasi negara, ilmu ekonomi pembangunan,
sejarah perjuangan  bangsa dan ilmu filsafat.

2. Landasan hukum

Landasan hukum Kewarganegaraan meliputi :

a.UUD NRI 1945

1. Pembukaan UUD NRI 1945, khususnya pada alinea kedua dan keempat, yang
memuat cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya.
2. Pasal 27 Ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
3. Pasal 30 Ayat (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaaan negara “.
4. Pasal 31 Ayat (1) menyatakan bahwa “ Tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran.”
b. Ketentuan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis- Garis Besar Haluan Negara.
c. Undang – Undang No. 20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia ( Jo. UU No. 1 Tahun 1988).

13
1. Dalam Pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak dan kewajiban warga negara yang
diwujudkan dengan keikutsertakan melalui pendidikan pendahuluan Bela Negara
sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan Nasional.
2. Dalam Pasal 19 (2) sebutkan bahwa pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib
diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal
pada tingkat pendidikan dasar sampai pada pendidikan menengah ada dalam
gerakan kewiraan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada
dalam bentuk pendidikan.
d.  Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusuan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar
Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum inti pendidikan Tinggi telah
ditetapkan bahwa pendidikan Agama, pendidikan bahasa dan pendidikan
kewarganegaraan merupakan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian,
yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi.
e.  Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur jendral Pendidikan
Tinggi Dapartemen Pendidikan Nasional Nomor43/DIKTI/2006, yang memuat rambu –
rambu pelaksanaan kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadan di Pserguruan
Tinggi.

Adapun ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut :


1. Pendahuluan.
2. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Kepribadian.
3. Negara Dan Sistem Pemerintahan.
4. Identitas Nasional.
5. Demokrasi Indonesia.
6. Hak Dan Kewajiban Warga Negara.
7. Konstitusi Dan Rule Of Law.
8. Hak Asasi Manusia.
9. Wawasan Nusantara.
10. Ketahanan Nasional.
11. Hubungan Agama Dan Negara.
12. Otonomi Daerah Dalam Bingkai NKRI.
13. Good Governance.
14. Globalisasi.

14
1. Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata“pendidikan” dan
kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala
hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
2. Secara yuridis, pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
3. Secara terminologis, pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berintikan demokrasi politik, diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya:
pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua.
Kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis,
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
4. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan karena setiap
generasi adalah orang baru yang harus mendapat pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan agar mampu mengembangkan warga negara yang memiliki watak atau
karakter yang baik dan cerdas (smart and good citizen) untuk hidup dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan demokrasi konstitusional.
5. Secara historis, PKn di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi
pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita
Indonesia merdeka. Secara sosiologis, PKn Indonesia dilakukan pada tataran sosial
kultural oleh para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai tanah air
dan bangsa Indonesia. Secara politis, PKn Indonesia lahir karena tuntutan konstitusi
atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah yang berkuasa sesuai dengan
masanya.
6. Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan dalam
sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan berbangsa dan
bernegara PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan
bangsa Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika
perkembangan bangsa.

15
Untuk Latihan Secara Pribadi, Tidak Dikumpulkan.

Pengaruh Globalisasi dan Manfaat KWN.

Bila kita berbicara Globalisasi, maka globalisasi dijelaskan sebagai arus informasi
dan komunikasi tanpa batas terhadap kehidupan masyarakat dunia. Arus informasi yang
berkembang cepat menyebabkan cakrawala pandang manusia menjadi terbuka dan
menembus batas udara, daratan dan perairan di bumi ini. Globalisasi juga ditandai dengan
pesatnya perkembangan teknolgi dan meningkatnya komunikasi antar Negara serta
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.Globalisasi yang kita rasakan saat ini,
sangat terasa pengaruhnya. Karena didukung oleh teknologi yang semakin pesat,
khususnya dalam bidang komunikasi dan informasi. Secara tidak sadar, hal ini telah
mengubah norma-norma yang ada, menimbulkan kekacauan yang bersifat normatif, serta
menyebakan manusia menjadi disorientasi disebabkan tidak adanya kepastian. Contohnya
banyaknya hoak dalam pilkada yang disebarkan melalui Medsos, Paham paham radikal
yang disebar melalui medsos, dsb.

Globalisasi menjadi realitas yang tak terelakkan yang membawa pengaruh terhadap
struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, seperti tercermin pada pola
pikir, sikap dan tindakan masyarakat. Globalisasi tidak saja membawa pengaruh positif
tentang demokrasi, Hak Asasi Manusia ( HAM ), keterbukaan dan lain lain. Di sisi lain
globalisasi membawa pengaruh yang negatif seperti dekadensi moral, pergaulan bebas,
narkoba dan lain sebagainya. Pada masyarakat yang semakin terbuka maka pendidikan
karakter sebagaimana tercermin dalam pendidikan kewarganegaraan menjadi benteng
membekali individu dari pengaruh globalisasi.

Selain itu, Globalisasi disisi lain menempatkan dominasi negara negara maju atas negara
negara berkembang. Akibatnya mentalitas negara-negara berkembang semakin memudar
bahkan mungkin hilang. Pada tataran sosiologis terjadi pergeseran nilai sebagai
konsekwensi benturan antara nasionalisme dan internasionalisme. Contoh : Kebijakan MEA,
dimana terjadi benturan antara nasionalisme dan internasionalisme. Bila kondisi itu tidak
disikapi secara bijaksana maka sendi sendi bernegara akan semakin longgar.

Pertanyaan :

a. Uraikan yang dimaksud dengan Kewarganegaraan dan apa manfaat mata kuliah
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi ! ( uraikan dengan singkat )
b. Menurut pendapat anda, apa peranan pendidikan Kewarganegaraan dalam rangka
menghadapi Globalisasi sebagai mata kuliah pembentukan karakter di Perguruan Tinggi
!

16
( kaitkan pendapat anda dengan jawaban teori pada point a )

DAFTAR PUSTAKA

A. LITERATUR UTAMA.

Arrisetyanto Nugroho, Dadan Anugrah, Ghazaly Ama La Nora,“ETIKA BERWARGA


NEGARAPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI,
Universitas Mercu Buana, 2017.

B. LITERATUR

Amin, Zainul Ittihad. 1999. Pendidikan Kewiraan (Modul). Jakarta:Universitas Terbuka.

Budiardjo, Miriam. 1996. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia.

Budiman, Arief. 1997. Teori Negara (Negara, Kekuasaan dan Ideologi). Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Karsono, Dedi. 1996. Kewiraan Tinjauan Strategis Dalam Berbangsa dan Bernegara.
Jakarta:Grasindo.

Koerniatmanto Soetoprawira, B. 1996. Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian


Indonesia. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Indonesia.

Lembaga Ketahanan Nasional. 1980. Kewiraan. Bandung:CV. Karya Kita.

Rosyada, Dede, dkk. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan


Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.

Sumarsono, dkk. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Ubaidillah, A, dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan Masyarakat


Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

Tim Dosen Unimed ,Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: 2011

C. PERATURAN

Undang - Undang Dasar 1945, sebelum dan sesudah Amandemen.

Undang - UndangNomor39Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan
perundangan ( menyatakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara ).

Piagam Jakarta.

Peraturan perundangan lainnya yang relevan

18

Anda mungkin juga menyukai