Anda di halaman 1dari 13

Pengembangan

Kepribadian

Modul 2

Kode Mata Kuliah :


Tatap Muka
Fakultas : MKCU

Program Studi : Semua Prodi 02 Disusun Oleh: Ikhwan Aulia Fatah, S.H., M.H.

Disadur/Disajikan Oleh :
D. Machdum Fuady, S.H. M.H.

Abstract Kompetensi
Dalam modul ini Anda akan Mahasiswa dapat mengetahui, memahami pengertian dan
mempelajari dan mendiskusikan dapat menjelaskan ruang lingkup Mata Kuliah pendidikan
tentang pendidikan kewarganegaraan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi: Etika
sebagai mata kuliah pengembangan Berkewarganegaraan sebagai pengmbangan diri..
kepribadian. Setelah anda membaca Mahasiswa mampu menerapkan tentang pendidikan ini
dan memahami secara mendalam, sebagai pribadi bangsa
diharapkan Anda dapat menjelaskan
tentang pengertian, tujuan, landasan
dan metode pendidikan
kewarganegaraan, serta mengambil
manfaat dari pentingnya pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi.
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

A. Pendahuluan.
Pendidikan Kewarganegaraan dirancang dalam upaya mengembangkan wawasan warga
Negara sebagai upaya penanaman, penumbuhan dan penyadaran bela Negara di
tengadan -tengah tantangan internal dan eksternal yang semakin kompleks. Saat ini,
eksistensi suatu negaratidak hanya bergantung kepada letak geografis melainkan terletak
pada sejauh mana kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Guna menjawab
realitas yang semakin kompleks itu, maka Pendidikan Kewarganegaraan menurut Juliardi
diajarkan pada lima satatus, yaitu:
1. Sebagai mata pelajaran di sekolah;
2. Sebagai mata kuliah di Perguruan Tinggi;
3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan social dalam
kerangka program pendidikan guru;
4. Sebagai program pendidikan politik;
5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar
terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai
pendidikan kewarganegaraan.
Sejatinya, pendidikan kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan diseluruh dunia
dalam istilah yang berbeda-beda. Pendidikan Kewarganegaraan sering disebut dengan
istilah civic education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut democracy
education. Sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi, pendidikan kewarganegaraan
memiliki peran penting dan strategis guna mempersiapkan warga Negara yang kritis,
cerdas dan bertanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan bersama-sama mata
kuliah lain seperti agama, dan bahasa Indonesia berada dalam kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian dan wajib diterapkan di seluruh Perguruan Tinggi di
Indonesia.
Menurut Juliardi, ada dua alasan yang melatarbelakangi pentingnya pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi, yaitu:

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


2 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Pertama: Eksternal, didasarkan atas kuatnya pengaruh globalisasi dan modernisasi
dewasa ini. Globalisasi menjadi realitas yang tak terelakan yang membawa pengaruh
terhadap struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, seperti tercermin
pada pola piker, sikap dan tindakan masyarakat. Globalisasi tidak saja membawa
pengaruh positif tentang demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM), keterbukaan dan lain-
lain, namun di sisi lain globalisasi membawa pengaruh negative seperti dekadensi moral,
pergaulan bebas, narkoba, dan lain sebagainya. Pada masyarakat yang semakin terbuka,
maka pendidikan karakter sebagaimana tercermin dalam pendidikan kewarganegaraan
menjadi benteng dalam upaya membekali individu dari pengaruh negative globalisai.
Globalisasi tidak dapat dibendung atau dihindari, tetapi yang paling penting adalah
bagaimana menyikapi globalisasi tersebut secara kritis, dewasa dan bijaksana.
Globalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi Negara-negara maju atas Negara-
negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu
peta politik dunia dan mampu memberikan tekanan bagi Negara-negara yang secara
politis kurang berpengaruh. Amerika misalnya, telah menjadi “polisi dunia” yang bias
menjatuhkan hukuman bagi Negara-negara yang tidak sehaluan dengannya. Dialektika
antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang pada gilirannya akan
menciptakan struktur baru, yaitu struktur global yang sangat memengaruhi pola piker dan
mentalitas Negara lain. Akibatnya, identitas masing-masing Negara menjadi memudar,
bahkan mungkin bias hilang. Pada tataran sosiologis terjadi pergeseran nilai sebagai
konsekwensi benturan antara nasionalisme dan internasionalisme. Bila kondisi ini tidak
disikapi secara bijaksana, maka cepat atau lambat sendi-sendi Negara semakin longgar.
Kedua : Internal, didasarkan atas perjalanan bangsa Indonesia yang telah mengalami
beberapa masa sejak era pra penjajahan, masa penjajahan, era perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan, era pengisian kemerdekaan, reformasi dan pasca
reformasi saat ini. Setiap perubahan membawa tantangan yang berbeda-beda sehingga
perlu disikapi dengan nilai-nilai yang dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKTRI).
Di sisi lain ada kecenderungan memudarnya nilai-nilai kebangsaan baik pada tataran
individu maupun kelompok yang tercermin pada penyelenggara Negara yang terkena
korupsi, sikap hidup hedonis, dan pragmatis. Kondisi destruktif tersebut tentu harus
dihadapi dengan cara menumbuhkan dan membangun sikap mental yang tangguh.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata kuliah yang diharapkan mampu memperkuat

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


3 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
nilai-nilai individu dan kelompok sehingga Indonesia bias tetap tegak di tengah-tengah
perubahan zaman yang cepat.

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.


Untuk memahami pengertian pendidikan kewarganegaraan secara utuh dan
komprehensif, Arwiyah dan Machproh menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Kewarganegaraan/Civic.
Dalam sejarahnya, istilah kewarganegaraan (civic) berasal dari bahasa Yunani yaitu
civicus yang berarti penduduk sipil yang memperaktekkan demokrasi langsung dalam
Negara kota atau polis. Tradisi Yunani telah memberikan inspirasi konseptual tentang
kebaikan umum, kesejejahteraan umum, tentang kebijakan atau keutamaan sipil (civil
virtue) yang lahir kembali dalam melawan otokrasi raja-raja. Civic merupakan cabang
dari ilmu politik yang membahas tentang kewajiban dan hak warga Negara.
Civics adalah The Sciences of citizenship, the relation of man, the individual, to man
in organized collections, the individual in his relation to the satate. Dari definisi
tersebut, civics dirumuskan dalam ilmu kewarganegaraan yang membicarakan
hubungan manusia dengan (a) manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang
terorganisasi (organisasi social, ekonomi dan organisasi politik), (b). individu-individu
dengan Negara.
Sementara Edmonson (1958) merumuskan arti Civics ini dengan: Civics is usually
defined as the study of government and of government and of citizenship, that is of
the duties, right and privileges of citizens. Batasan ini menunjukkan bahwa Civics
merupakan cabang dari ilmu politik. Jika ditelisik lebih jelas hamper semua definisi
mengenai Civics pada intinya menyebut government, hak dan kewajiban sebagai
warga Negara dari sebuah Negara.
2. Civic Education.
Secara historis, istilah civic education dan citizenship education muncul pada tahun
1990 dan sering digunakan secara bertukar pakai dengan istilah citizensip education.
Mahoney merumuskan bahwa “Civic education includes and involves those teaching
method; those student activities; those administrative and suvervisory procedures
wich the school my utilize purposively to make better living together in the democratic
(synonymously) to develop better civic behavior ”.
Berdasarkan rumusan tersebut bahwa civic education merupakan suatu proses
pendidikan yang mencakup proses pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


4 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
siswa, proses administrasi, dan pembinaan dalam upaya mengembangkan prilaku
warga Negara yang baik. Dengan demikian, focus dan civic education membahas
tentang warga Negara di dalam negaranya dengan berbagai kompleksitasnya.
Pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya diorientasikan untuk membina dan
membelajarkan anak menjadi warga Negara yang baik, iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan) yang kuat
(mantap), sadar serta mampu membina dan melaksanakan hak dan kewajiban
dirinya sebagai manusia, warga masyarakat dan bangsa negaranya, taat asas
(ketentuan), demokratis dan partisipatif, aktif kreatif-positif dalam kebhinekaan
kehidupan masyarakat bangsa dan Negara.
Secara umum, objek studi civic education adalah warga Negara dalam hubungannya
dengan organisasi kemasyarakatan, social, ekonomi, agama, kebudayaan dan
Negara. Sedangkan secara spesifik, objek studi civic education mencakup:
a. Tingkah laku;
b. Tipe pertumbuhan berpikir;
c. Potensi yang ada dalam setiap warga Negara;
d. Hak dan kewajiban;
e. Cita-cita dan aspirasi;
f. Kesadaran, patriotism, nasionalisme, pengertian internasionalisme, moral
Pancasila;
g. Usaha, kegiatan, partisipasi dan tanggung jawab.
3. Citizenship Education.
Citizenship Education, merujuk kepada istilah generic yang mencakup pengalaman
belajar idi sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga,
dalam organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dan dalam media.
Dengan demikian, bahwa Citizenship Education, memiliki makna yang lebih luas dari
sekedar Civic Education yang diterapkan di sekolah atau perguruan tinggi secara
fformal.

C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.


Bila merujuk kepada Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan
kewarganegaraan sebagaimana tercantum dalam visi, misi dan kompetensi yang
diharapkan, yaitu:

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


5 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
1. Visi Pendidikan Kewarganegaraan diperguruan Tinggi adalah sumber nilai dan
pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia
seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa
adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religious,
berkeadaban, dan berkemanusiaan, cinta tanah air dan bangsanya.
2. Misi Pendidikan Kewarganegaraan diperguruan Tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa guna memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dengan rasa tanggung jawab dan bermoral (Kaelan dan Ahmad Zubaidi, 2010:2).
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Arwiyah dan Runik Machproh
(2014:11), merumuskan sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan;
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi;
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
4. Sementara tujuan pada ruang global, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan
mampu menjawab era keterbukaan dengan mengembangkan sikap-sikap sebagai
berikut:
a. Mengembangkan sikap dan prilaku kewargenegaraan yang mengapresiasi nilai-
nilai moral, etika dan religious;
b. Menjadi warga Negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan;
c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada
tanah air;
d. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggung jawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi;

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


6 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
e. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
Dalam ungkapan yang lebih sederhana (Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2013:6), bahwa
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga Negara
Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi basis pendidikan karakter guna
mempersiapkan generasi muda atau peserta didik di perguruan tinggi menjadi pribadi-
pribadi yang tangguh, unggul, dan ulet, berwawasan luas, beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan visi dan misi sebagaimana dijelaskan di atas, maka kompetensi mahasiswa
yang diharapkan dari Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah menciptakan ilmuwan yang
professional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban. Di samping itu, kompetensi lain yang diharapkan adalah mahasiswa yang
memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang
damai berdasarkan system nilai Pancasila (Kaelan dan Ahmad Zubaidi, 2010:2).
Mahasiswa sebagai kaum intelektual sudah sepantasnya memiliki kearifan dan
kecerdasan dalam bertindak terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah
kemasyarakatan dan kebangsaan. Kecerdasan yang dimaksud adalah seperangkat
tindakan yang penuh tanggung jawab terhadap Negara, dan memecahkan berbagai
masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsep
falsafah bangsa, wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang
dimaksud tampak kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat
penuh tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari nilai ilmu
pengetahuan dan teknologi, ataupun kepatuhan terhadap nilai-nilai norma dan budaya.
Sementara menurut Dwiyatmi (2012:10), standar kompetensi yang wajib dikuasai
mahasiswa adalah memiliki pengetahuan tentang kewarganegaraan demokratis dan
mampu menerapkan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari; memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis: bersikap rasional, etis,
estetis, dan dinamis; berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.
Indonesia tidak saja membutuhkan kaum intelektual yang berwawasan luas, tetapi
membutuhkan kaum intelektual yang memiliki integritas, kebangsaan dan mampu
mengimplementasikan Pancasila pada tataran kehidupan praktis. Ilmu pengetahuan akan
menjadi entitas yang membahayakan jika tidak dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila
sebagai nilai komitmen bersama seluruh rakyat Indonesia pada seluruh aspek kehidupan.
Oleh karena itu, Dwiyatmi (2012:10), menjelaskan secara panjang lebar, demikian:

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


7 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Mampu berpikir rasional, bersikap dewasa, dan dinamis, berpandangan luas dan bersikap
demokratis yang berkeadaban sebagai warga Negara Indonesia. Dengan berbekal
kemampuan intelektual ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar
sepanjang hayat, menjadi ilmuwan dan professional yang berkepribadian dan menunjang
nilai-nilai falsafah bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

D. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.


Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2019:3-5), ada dua landasan pokok yang
melatarbelakangi Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu:
1. Landasan Ilmiah.
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Sejatinya setiap warga Negara dituntut untuk dapat hidup bermanfaat dan
bermakna bagi Negara dan bangsanya, serta dapat mengantisipasi masa
depannya. Dalam lingkup seperti itu maka diperlukan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, moral,
kemanusiaan, dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan
sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga Negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga
Negara dan Negara, serta pendidikan pendahuluan bela Negara yang
keseluruhannya berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa. Tujuan
utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan prilaku cinta tanah air yang
bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila. Pendidikan
Kewarganegaraan tidak hanya diberlakukan di Indonesia melainkan berlaku di
beberapa Negara didunia sebagai mana dikenal dengan Civic Education.
b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Pada tataran filsafat ilmu, setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ikmiah, yaitu
mempunyai objek, metode, system dan bersifat universal. Hal ini mengandung
pengertian bahwa objek pembahasan ilmu harus jelas, baik objek material
maupun objek formalnya. Objek material berkenaan dengan bidang sasaran yang
dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sementara objek formal
adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek material
tersebut. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan objek materialnya adalah segala

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


8 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
hal yang berkaitan dengan warga Negara baik yang empiric mau pun yang
nonempirik, yang meliputi wawasan, sikap dan prilaku warga Negara dalam
kesatuan bangsa dan Negara. Sedangkan objek formal Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi dua segi, yaitu hubungan antar warga Negara dengan
Negara (termasuk hubungan antar warga Negara) dan bela Negara. Dalam hal ini
pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada warga Negara Indonesia
dalam hubungannya dengan Negara Indonesia dan pada upaya pembelaan
Negara Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan idealitas Pendidikan Kewarganegaraan itu, Keputusan
Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih rinci yang
meliputi pokok-pokok bahasan substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan
mencakup:
1) Filsafat Pancasila;
2) Identitas Nasional;
3) Negara dan Konstitusi;
4) Demokrasi Indonesia;
5) Rule of Law dan Hak Asasi Manusia;
6) Hak dan Kewajiban warga Negara serta Negara;
7) Geopolitik Indonesia (Wawasan Nusantara);
8) Geostrategi Indonesia (Ketahanan Nasional);
c. Rumpun Keilmuan
Pada rumpun keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan
Civic Educatin yang dikenal di berbagai Negara. Sebagai kajian ilmiah Pendidikan
Kewarganegaraan bersifat antardisipliner (antar bidang), bukan monodisipliner,
karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu Pendidikan
Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik,
hokum, filsafat, sosiologi, administrasi Negara, ekonomi pembangunan, sejarah
perjuangan bangsa, serta ilmu budaya.
2. Landasan hukum.
a. Undang-Undang Dasar 1945;
1) Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat, yang memuat cita-cita
tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


9 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
2) Pasal 27 (1) “segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam
hokum dan pemerintahan serta wajib menjunjung tinggi hokum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
3) Pasal 30 (1) “ tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan Negara”.
4) Pasal 31 (1) “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”.
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN);
c. Ketetapan MPR No. 6/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara;
d. Undang-undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun 1988);
1) Pasal 18 (a) “hak dan kewajiban warga Negara diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam upaya bela Negara yang diselenggarakan melalui
pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan dalam
system Pendidikan Nasional.
2) Pasal 19 (2) “bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh
setiap warga Negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal pada
tingkat pendidikan dasar sampai menengah ada dalam gerakan pramuka.
Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada dalam bentuk Pendidikan
Kewiraan.
e. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa dan No. 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah
ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidkan Bahasa, dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok mat kuliah Pengembangan Kepribadian,
yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program
studi.
f. Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, salah satunya
bertujuan mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk
kepentingan bangsa;

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


10 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
g. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
yang menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata
kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, bahasa Indonesia, dan
bahasa Inggris;
h. Peraturan Pelaksanaannya berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinngi Departemen Pendidikan, No. 43/DIKTI/Kep/2006, memuat
rambu –rambu pelaksanaan kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.

E. Metode Pembelajaran Kewarganegaraan.


Sebagai mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi, maka Pendidikan
Kewarganegaraan perlu didukung oleh metode pembelajaran yang tepat sehingga
mampu dijiwai oleh peserta didik. Menurut Dwiyatmi (2012:10), metode pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, meliputi:
1. Menggunakan pendekatan berorientasi kepada kepentingan peserta didik dan
menempatkan mahasiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses
pembelajaran, dan sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan
warga Negara.
2. Metode proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pembahasan secara kritis
analitis, induktif, deduktif dan reflektif melalui dialog kreatif yang bersifat partisipatoiris,
untuk meyakini kebenaran substansi dasar kajian dan motivasi sepanjang hayat.
3. Bentuk aktifitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi)
interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas baca, seminar kelas (presentasi) dan
evaluasi proses belajar, stadium generale (kuliah umum).
4. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian
merupakan kebutuhan hidup untuk eksis dalam masyarakat global.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan keniscayaan
yang perlu diajarkan kepada setiap warga Negara Indinesia dari tingkat pendidikan dasar,
menengah, atas, hingga pada jenjang perguruan tinggi. Pendidikan karakter tidak bias
diberikan secara parsial, melainkan harus bersifay graduasi dengan melibatkan seluruh
jenjang pendidikan. Pendidikan karakter secara substantive meliputi ranah kognitif
(pengetahuan), afektif (kesadaran dan penghayatan), dan psikomotorik (prilaku nyata)
pada kehidupan sehari-hari.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


11 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
___________________________________________________________________________

DISKUSI
Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa di
perguruan tinggi di Indonesia, dengan tujuan mengantarkan mahasiswa memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Namun dalam faktanya, masih ada sekelompok
mahasiswa yang melakukan tawuran, nyontek, demonstrasi anarkis dan prilaku negative
lainnya.
Bagaimana menurut Anda mengenai hal itu ?

Daftar Pustaka

Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014.Civic Education di Perguruan Tinggi


Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014.Civis Education Di Perguruan Tinggi


Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014.Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.

Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Rajawali Pers.

Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Rajawali Pers.

Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


12 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012. Paradigma Baru
Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.

Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak, 2013. Pendidikan Kearga[negara]an, Civic


Education. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group.

Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


13 D. Machdum Fuady, S.H. M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai