PENDIDIKAN MORAL
Community Civics dan Vocation Civics (Nu ,man Soemantri, 1977 dalm Bambang
Daruso, 1989:4)
Gerakan Community Civics pada tahun 1907 yang dipelopori oleh W.A.
Dunn adalah permulaan dari ingin lebih fungsionalnya pelajaran tersebut bagi para
pelajar dalam lingkungan atu kehidupan sehari-hari dan hubungannya dalam ruang
gerakan yang mirip yaitu gerakan Civics Education, sehubungan dengan Civics
1
pada fungsi pendidikan dalam arti usaha-usaha dan proses pembinanan warga
Negara”. Semua studi Civics berorientasi dan masuk ilmu politik kemudian
bergerak dan harus kerja sama dengan ahli-ahli (ilmu) pendidikan, sehingga Civics
bagaimana adanya kontinum variabel dari pada warganegara itu (dalam ceriteria
menyehatkan dan membina kontinum variabel tersebut pada kualitas dan taraf
yang lebih tinggi atau menunjukan alternativ jalan dan usaha-usaha karena itu
Community Civics, namun beberapa hal dapat diartikan lebih luas yang ditandai
demokratis
bernegara
2
Dalam hubungan ini Dimond dalam Bambang Daruso (1989 : 6)
meaning almost synonymous with disirabel personal gueliteris, with are displayed
juga mempunyai arti luas hamper bersinonim dengan kualitas kepribadian yang
Arti Civics Education yang diperluas oleh New Counsil for Social Studies
comprising all the positive influences which are intended to shape a citecent view
ti his role in society. It comes partly from schooling, party from learning autside
the calss to gain an under standing of our national ideals, the common good and the
berarti bagian dari pendidikan formal, bagian dari pengaruh orang tua, bagian
3
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa untuk membentuk warga
a. Pendidikan di rumah
b. Pendidikan di sekolah
Sebetulnya antara Civics Education tidak ada perbedaan , sebab jika diambil
Education.
Adapun obyek dari Civics dan Civics Education menurut Ahcmad Sanusi
dalam Bambang Daruso (1989:7) bahwa focus studi Civics adalah mengenai
kedudukan dan peranan warga Negara dalam menjalankan hak, kewajiban sesuai
4
bersangkutan.selanjutnya titik tolak Civics adalah individu-individu sebagai
kesatuan mikro.
adalah kontinum tingakah laku, potensi, kesempatan, hak dan kewajiban, cita-cita,
aspirasi, kesadaran usaha dan kegiatan, kemampuan, peranan hasil, dan potensi
konstitusi negaranya.
bagaimana adanya kontinum varabel para warganegara itu (dalam criteria dan
kualitas dan taraf yang lebih tinggi atau menunjukan alternatif jalan dan usaha
Dari uarian tersebut Nampak bahwa: obyek Civics dan Civics Education
potensi, kesempatan, hak dan kewajiban, cita-cita dan aspirasi kesadaran usaha dan
5
bermasyarakat.Numan Soemantri pun sependapat dengan hal tersebut dengan
sehari-hari dengan manusia dan alam sekitarnya karena itu materi Civics
1. Lingkungan fisik
3. Ekonomi, keuangan
5. Etika, Agama
6. Pengetahuan, teknologi
sehingga dapat dibagi berperiode guna dapat memudahkan untuk diketahui secara
6
terintegrasikan kepada kanuragan (olah kanuragan). Pendidikan bela diri dan
agama.
contoh-contoh kelakuan yang baik, penanaman kebiasaan yang baik pada anak-
mata pelajaran baru yang diberi nama CIVICS pada Tahun 1952.
Pendidikan Moral melalui mata pelajaran CIVICS ini diajarkan di Sekolah baik
buku karangan Supardo dkk dengan judul “Manusia Baru Indonesia” yang
kemudian dijadikan sebgai buku teks disekolah .isi pelajaran Civics ini antara
lain pelajaran sejarah Nasional, sejarah proklamasi, UUD 1945 , dan pidato-
3. Periode 1962-1968
7
Pada tahun 1962 istilah Civics diterjemahkan menjadi kewarganegaraan.Tujuan
utama yang hendak dicapai dengan kewarganegaraan yang baik, keadaan ini
kurikulum 1968
4. Periode 1968-1973
-Pancasila
-UUD 1945
-Ketetapan MPRS
Dengan munculnya Kurikulum 1968 ada wadah baru bagi pendidikan Moral
TUhan Yang Maha Esa dan saling hormat –menghormati sesama insane
beragama
c. Memupuk dan mengembangkan rasa kebanggaan berbangsa, cinta tanah air dan
bangsa
8
d. Memupuk dan mengembangkan anak didik untuk menjadi Warganegara yang
Negara
kurikulum SD 1968.
lanjut bahwa yang dimaksud dengan Warga Negara yang baik adalah “Manusia
rumusan tujuan PKn dalam kurikulum SD 1968 dan rumusan tujuan dalam
kurikulum yang menunjukan bahwa baik jumlah jam maupun silabusnya antara
PKn di SMP umu dan kejuruan tidaklah sama. padahal apabila diingat bahwa
tujuan ini bersifat dasariah dan nasional dalah hal seharusnya terdapat konsistensi
baik jam yang diberikan maupun antara silabus antara seklah umum dan kejuruan.
Apabiala dilihat dari materi pokok yang dimuat dalam PKN dalam
sebagai berikut:
9
a. Untuk Sekolah Dasar.
b. Untuk SMP
3.) Pancasila
c. Untuk SMA
Uraian Pasal-pasal UUD 1945 yang dihubungkan dengan Tata Negara, Sejarah
teks pegangan guru oleh karena itu praktek pengajaran PKn dalam Kurikulum
buku pegangan yang dimiliki dan murid jug mempergunakan buku teks yang
ada.
10
Tahun 1973 merupakan babakan baru dalam sejarah pendidikan morl di
Rakyat menetapkan dalam GBHN 1973 (Tap MPR No.1V/MPR/1973) antara lain
bahwa:
Moral Pancasila.
satu bidang studi perlu dicatat bahwa pendidikan Moral Pancasila (dalam
pendidikan dipakai P) . tidak hanya menjadi tanggung jawab dari moral pancasila,
Pedoman ini tercantum dalam ketetapan MPR NO II/MPR /1978. Dengan adanya
11
ketetapan ini bangsa dan rakyat Indonesia meliki penuntun dan pegangan dalam
kehidupan kemayarakatan dan kenegaraan yang tidak lain adalah pancasila yang
diamalkan.
hati, kejujuran, dan bertanggung jawab oleh setiap warga Negara Indonesia (Pasal
disesuaikan dengan P4, hal ini didasarkan pada surat edaran Direktur Jeneral
disesuaikan dengan P4, maka materi PMP lebih baik dan lebih menunjuk pada
dalam kurikulum PMP 1975 yang seharusnya titik beratnya pada domein afektif,
masi menunjukkan titik berat pada domain kognitif. Lain dari pada itu sejak tidak
pendidikan kewargaan Negara tidak memiliki buku teks seragam. Tahun 1980
12
untuk Sekolah Dasar, maupun Sekolah lanjutan dipakailah buku teks hasil
penulisan sebuah tim. Sebelum keluarnya buku teks yang resmi ini atas dasar surat
yang diterbitkan oleh Gita Karya, dengan adanya buku teks yang esmi ini maka
buku-buku teks yang disusun oleh Laboratorium Pancasila IKIP Malang tidak
dipergunakan lagi.
nasional pancasila. Dari namanya itu jelaslah bahwa program atau kegiatan ini
adalah suatu program pendidikan dan berlangsung dalam suatu proses pendidikan
atau mental dan mengrah kepada perilaku, pengalaman dari seseorang sebgai
seorang warga Negara Republik Indonesia. Pada pengertian itu jelaslah pula bahwa
PMP itu bukan hanya suatu proses pengajaran (pengalihan pengetahuan belaka)
itu pula haruslah melandasi seluruh sistem, baik penyusunan materi, metode
penyajian dan cara-cara mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan PMP itu.
7. Periode 1987-1994
Pada periode ini pendidikan moral di sekolah masi PMP, dengan tetap
merujuk pada P4. Pada periode ini pula lebih dipermantap lagi pendidikan moral
pada periode ini memunculkan sebagai buku suplemen yang tetap mengacu pada
kurikulum PMP.
8. Periode 1994-sekarang
14
Sejak tahun 1994 diberlakukan kurikulum bary yang merupakan revisi
kehidupan masyarakat.
ketatanegaraan yang begitu cepat, PPKn tidak lagi merujuk pada P4 sebagai
konsekuensi dari dicabutnya Tap MPR No II Tahun 1978 tentang P4 pada siding
istimewa MPR Tahun 1998. Pada periode ini pendidikan moral memasuki lagi-
RI, kemudian oleh generasi berikutnya melihat ada upaya menjadikan pancasila
tidak lagi sebagai dasar filsafat Negara, melainkan direduksi, dibatasi dan
dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. Kenyataan inilah
Indonesia. Tap tersebut juga mencabut mandat MPR yang diberikan kepada
15
presiden atas kewenangannya untuk membudayakan pancasila melaui P-4 dan azas
tunggal pancasila.
terus dilakukan dengan keluarnya kurikulum 2001 (sementara diuji cobakan pada
buku teks.
16
BAB II
PENDIDIKAN MORAL
Masa depan nasib umat manusia sangat tergantung pada jenis dan kwalitas
pedidikan yang diterima oleh anak-anak diseluruh dunia pada waktu sekarang. Jika
martabat manusia dan ummat manusia, maka usaha-usaha kearah itu harus
17
Program pendidikan meliputi pendidikan untuk mengetahui (education for
Knowing), pendidikan untuk berbuat (education for doing) dan pendidikan untuk
Akal bagi manusia merupakan alat berfikir untuk mengetahui sesuatu. Asal
oleh Allah pada penjadian manusia pertama yakni Adam (Nabi Adam a.s).
akal pikirannya dalam menghadapi segala persoalan hidup dan kehidupan. Karena
mengembangkannya.
masyarakatnya. Akan tetapi dengan akal pikiran yang dikembangkan, bukan saja
dapat mengantarkan manusia kearah hidup yang lebih baik dan maju tetapi,
18
sebaliknya dapat pula menjerumuskan manusia kearah kehancuran. Disinalah
pentingnya sisi lain dari pada pendidikan yakni pendidikan menjadi (education for
becoming).
akan tetapi yang sangat penting lagi adalah bagaimana mendidik manusia (anak)
kehidupan yang aman, damai dan tentram pada ummat manusia. Since wars begin
in the minds of men that the defenses of peace must be constructed, demikian
bentuk luarnya, sedangkan peradaban itu menunjuk kepada keadaan jiwa atau
keadaan batin yang menjadi sumber dan cermin bagi segala yang zahir itu. Rasa
moral adalah pembawaan manusia sewaktu lahir dan selama berabad-abad ia telah
menjadi ukuran tingkah laku moral dari manusia biasa, yang membenarkan sifat-
manusia yang satu dengan manusia yag lain, kesadaran batin manusia telah
19
memberikan suatu putusan yang lebih kurang seragam sifatnya dalam
membenarkan tingkah laku moral (moral behavior) tertentu sebagai baik dan
sebagai baik dan tingkah laku lainnya sebagai buruk tidak sama dianut oleh
terdapat dalam kehidupan manusia dari dahulu sampai sekarang selalu merupaka
masalah besar yang dihadapi manusia. Meskipun Tuhan Yang Maha Esa telah
namun karena banyak dari umat manusia yang tidak mau percaya dan
menjalankannya, maka tingkah laku manusia berputar disitu-situ juga, tidak seperti
Ini adalah masalah moral, masalah tingkah laku moral, masalah budi pekerti,
20
Pendidikan moral dapat dipandang sebagai pendidikan untuk membantu
anak menjadi :
1.) Menjadi warga masyarakat, warga Negara, dan warga dunia yang bertanggung
jawab. Rasa tanggung jawab ini dapat tumbuh apabila tertanam kesadaran bahwa
(umat manusia) memberikan makna bagi hidup dan kehidupannya, karena layak
3.) Menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa seluruh umat manusia adalah satu
keluarga dan permasalahan manusia diatas bumi ini adalah masalah semua dan
4.) Memiliki rasa kebanggaan atas sumbangan yang diberikan oleh kebudayaan
yang dimilikinya bagi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia, bangsa, dan
agama.
21
5.) Menyadari kemungkinan perkembangan yang dimiliki secara maksimun dan
juga memperkirakan tanggung jawab yang dapat diberikan untuk membantu orang
lain.
dari perubahan yang cepat dan mempersiapkan secara lebih baik untuk masa depan
kemanfaatannya bagi umat manusia merupakan milik dunia (umat manusia) dan
Pendidikan moral menyangkut pembinaan sikap dan tingkah laku moral baik
atau budi pekerti yang baik. Apakah yang dimaksud budi pekerti ? Imam Al-Gazali
(1975:505) menjelaskan bahwa hakikat dari pengertian budi pekerti ialah suatu
hakikat atau bentuk dari sesuatu jiwa yang benar-benar telah meresap dan dari
situlah timbul berbagai perbuatan dengan secara spontan dan mudah, tanpa dibuat-
Apabila dari haiat tadi timbul kelakuan-kelakuan yang baik dan terpuji
menurut pandangan Syari,at dan akal pikiran, maka haiat yang sedemikian itulah
yang dinamakan budi pekerti yang baik. Sebaliknya apabila yang timbul dari
22
padanya itu kelakuan-kelakuan yang buruk, maka haiat yang sedemikian itulah
juga paling sulit dirumuskan dalam satu pengertian yang konkrit. Ini disebapkan
oleh berbagai faktor, antara lain tujuan yang tidak jelas dan konkrit, ukuran –
mempunyai tujuan yang konkrit dan punya contoh penterapan yang konkrit
yang konkrit dan punya contoh penerapan yang konkrit. Bila tugas Nabi
manusia, maka polanya adalah menurut AL-Quraan yang dicontohkan dalam sikap,
ucapan, dan perbuatan Nabi sehari-hari. Kemudahan seperti itu tentu sulit
tujuannya tidak konkrit, polanya tidak jelas, dan tidak memiliki contoh-contoh
23
yang menaruh rasa hormat terhadap hak-hak orang lain, mentolerir adanya
perbedaan –perbedaan antara manusia, bagaimana perbuatan yang layak dan tidak
layak dilakukan. Seorang Psikolog membuat daftar nilai-nilai moral yang berkaitan
senyatanya. Guru boleh setuju dengan seluruh pernyataan itu dan berusaha
Baik dalam diri individu, dalam masyarakat dan pada tingkat kehidupan
nasional terdapat perbedaab besar antara ajaran moral yang diterima dan
seharusnya ditegakkan (das sallen) dan kenyataan dalam prakteknya (das sein)
(hidden curriculum).
perbuatan manusia selama didunia akan mendapat balasan, adanya hidup sesudah
mati, adanya sorga dan neraka sebagai tempat menerima balasan dari perbuatannya
di dunia.
24
Agama mengajarkan persamaan, persaudaraan, kekeluargaan, kasih sayang,
berlaku adil, jujur, suka berbuat kebijakan bagi kemaslahatan ummat manusia.
have not), membantu kaum yang lemah. Pelaksanaan pelajaran agama diberikan
contohnya dalam kehidupan Nabi dan Rasul senyatanya. Namun demikian, masih
lain ada Negara yang melarang pendidikan agama disekolah-sekolah, karena itu
keseluruhan kegiatan di sekolah atau diluar sekolah yang akan membantu siswa :
akan waktu, kerja sama, disiplin, percaya pada diri sendiri, dan seterusnya.
25
kejujuran, keadilan, toleransi, kebenaran, menghormati individu dan jiwa
demokratis.
ialah:
(1) Perkembangan kepribadian anak seutuhnya baik fisik, mental, emosional, dan
aspek-aspek spiritual.
26
(6) Mengembagkan sikap toleransi dan pengertian terhadap perbedaan agama dan
keyakinan.
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai dan mengatur seluruh
27
-Ketelitian waktu dalam arti menggunakan waktu secara teratur, menghargai
waktu
- Disiplin
- Kebersihan hati, (tidak merasa benci, tidak hasut, tidak khianat kepada
orang lain)
rasa kekeluargaan)
- Patriotisme
-Manusia
- Keadilan
- Toleran
28
- Persaudaraan sesama manusia
- Martabat Individu
- Pengertian internasional
- Kekuatan watak
dst.
pendidikan moral dewasa ini. Hal ini dilakukan untuk memelihara kemungkinan
sepenuhnya sesuai dengan tuntutan nilai-nilai sosial. Pada Negara yang menganut
merupakan suatu nilai yang tekanannya tidak sama di semua Negara. Beberapa
29
Negara sangat menjunjung tinggi nilai tersebut, sedangkan Negara-negara lainnya
dikehendaki dimana dia hidup dan dunia yang luas pada umumnya.
(2) Memelihara sikap-sikap dan nilai-nilai yang akan memberikan sumbangan bagi
- Kebenaran tindakan
- Kejujuran
- Tanggung jawab
- Toleransi
personal dan sosial yang telah diterima oleh masyarakat. Nilai-nilai personal dan
30
sosial yang hendak ditanamkan melalui pendidikan moral menurut Apeid,
meliputi:
- Disiplin
- Kejujuran
- Keadilan
- Kerjasama
- Kepemimpinan
- Suka menolong
- Martabat manusia
- Berdiri sendiri
- Kebaikan hati
- Inisiatif
31
- Toleransi
- Kesopanan
- Rasa keindahan
- Bersikap riang.
32
BAB III
A. Pengertian Moral
Dari segi etimologis perkataan moral berasal dari bahasa Latin, yaitu
“Mores” yang berasal dari suku kata Mos, Mores berarti: adat istiadat, kelakuan,
dalam bertingkah laku yang baik, yang susila. Oleh karena itu moral data diartikan
(J.Verkuyl, Etika Kristen I. p.4). Etika mempunyai arti yang lebih dalam dari pada
33
moral. Perkataan moral sudah mempunyai arti yang mendangkal yang hanya
berarti kelakuan lahir seseorang. Sedang etika selain menyinggung tingkah laku
berasal dari bahasa Yunani ethos dan ethos atau ta ethika dan ta ethika. Kata ethos
artinya kebiasaan, adat. “Ethos” dan ethikos berate kesusilaan, perasaan batin atau
ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan, sedang etika adalah ilmu
Frans Von Magnis Suseno (1977:71) dari sudut filsafat membedakan etika
“Bagaimana caranya untuk menentukan apa yang sebenarnya saya lakukan”. Von
Magnis menyatakan bahwa ajaran morala adalah rumusan yang sistimatik tentang
Von Magnis adalah ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai dan ajaran moral.
oleh seseorang. Moral, dalam kaitan dengan pendidikan moral tidak hanya
34
berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk saja (ajaran moral) melainkan
seyogyanya berkaitan dengan apa dan mengapa. Artinya secara rasional dicari
alasan mengapa suatu perbuatan itu dinamakan perbuatan baik yang seharusnya
dilakukan, dan mengapa suatu perbuatan lain itu disebut perbuatan yang buruk
Atas dasar yang demikian maka dalam pendidikan moral, penalaran moral
juga mendapat perhatian. Oleh karena itu dalam pendidikan Moral perkataan moral
dan etika dipakai dalam pengertian sama. Moral menurut ajaran tentang baik
mendapat tempat yag cukup untuk dapat mencapai tujuan pendidikan moral:
Perbuatan mana yang merupakan perbuatan baik dan perbuatan mana yang
dianggap sebagai perbuatan jelek adalah hasil penilaian. Perbuatan yang dinilai
(intensional).
Mengapa perbuatan yang disengaja yang dapat dinilai dari segi moral?
Perbuatan yang disengaja adalah perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran akan
arti dan akibat perbuatannya. Perbuatan itu diketahui terlebih dulu akibat-akibat
apa yang mungkin ditimbulkannya. Perbuatan itu dan akibatnya tidak saja
35
diketahui melainkan juga dikehendaki. Perbuatan itu timbul dari keputusan
Tidak semua perbuatan manusia timbul dan yang tidak kehendak bebas
manusia. Ia dapat timbul dari refleks, gerak-gerak otot yang tidak disadari dan
tidak dikehendaki. Perbuatan yang timbul dari manusia yang dalam keadaan
manusia. Pada orang yang mabuk perbuatan itu tidak disadari dan tidak diketahui
tidak berfungsi dengan baik. Pada orang yang dihipnotis kesadaran dan kehendak
oleh kesadaran yang menghipnotis perbuatan yang demikian itu dapat dinilai dari
segi moral.
(overmacht) atau dalam keadaan bela paksa (nood weer) dari segi etika
36
Adanya kehendak bebas untuk menentukan perbuatan merupakan syarat
penilaian etis atas perbuatan. Namun demikian dalam kenyataannya orang menilai
perbuatan orang lain jug tampak menyelidiki apakah perbuatan itu keluar atas
keputusan kehendak yang bebas atau tidak. Menilai perbuatan tentu didasarkan
pada nilai-nilai yang dimiliki. Pertanyaan berkenan dengan ini adalah apakah nilai?
B. Pengertian Nilai
Dari segi etimologis nilai berarti harga, hal-hal yang penting atau berguna bagi
(1) Unsur-unsur dari objek yang relevan dengan perhubungan antara orang yang
(2) Relevansi objek atau unsur-unsurnya dengan sikap dan keinginan orang yang
diamati.
(3) Suatu standar (dalam kebudayaan) untuk mengukur relevansi moral, estetika
dan kognitif dengan sikap keinginan dan kebutuhan dan yang diselidiki.
37
(5) Suatu konsep yang implisit atau eksplisit yang membedakan yang ada pada
Ia menjadikan objek objek itu sebagai objek lukisannya, kalau ia seorang pelukis.
Gunung, sawah, dan lembah dapat menjadi objek bagi puisi penyair. Orang lain
akan mempertanyakan soal berapa ton padi dapat dihasilkan dan berapa harganya
karena ia seorang ahli ekonomi. Orang lain bertanya betapa besar hasilnya bagi
sipelukis dan penyair akan melihat dari keindahan, ahli ekonomi melihat dari segi
ekonomi, yang lain meletakan nilai vital pada gunung, sawah dan lembah.
secara umum dan sederhana. Sesuatu itu berguna bagi seseorang apabila sesuatu
itu berfaedah bagi orang lain. Marilah contoh tersebut dilanjutkan. Dari
pengalaman nilai manusia terdorong kearah realitas. Dalam gerak itu manusia
sudah memandang dirinya sebagai bersatu dengan nilai. Bila persatuan itu tercapai
maka nilai sungguh-sungguh tercapai. Artinya nilai itu ada pada subjek. Gunung.
bahwa nilai itu suatu Fullfilment of tendency. Denga demikian, apakah tidak ada
nilai potensial. Baru bernilailah sesuatu apabila ada aktifitas manusia (subjek) dan
berarti bagi subjek. Nilai sesutu selalu berarti nilai untuk subjek
dengan subjek. Suatu benda memang memiliki nilai potensial, dan baru
mempunyai nilai (riil) bagi manusia karena bertemu dengan penilaian manusia
(subjek) terhadap benda (objek) itu. Pertimbangan itu berdasarkan atas kesadaran
manusia. Dalam pertimbagan itu tersimpul adanya penilaian. Ada nya penilaian
terandaikan adanya kebebasan. Oleh karena itu kehendak bebas dalam menentukan
pilihan amat penting dalam penilaian. Sekedar satu contoh lagi, batu akik baru
memiliki nilai potensial. Ia baru bernilai apabila ada seseorang yang memang
menilai batu itu berharga bagi dia. Nilai batu akik baru menjadi riil kalau ada
pertemuan nilai antara objek dan subjek. Bagi orang yang tidak memberikan
penilaian bahwa batu akik itu berguna, maka batu akik itu berguna, maka batu akik
39
Nilai-nilai yang dipegang dan diyakini kebenarannya akan menentukan
sikap, dan sikap akan menentukan tingkah laku seseorang. Timbul pertanyaan dari
2.) Aspirasinya
3.) Sikapnya
menentukan perilaku seseorang dalam menentukan apa indah, efisien, dan berharga
tidaknya sesuatu. Yang menarik adalah pendapatnya bahwa nilai adalah standar
40
kelakuan. Standar ini hendak dipelihara dan dibina. Tentu sala satu nilainya adalah
nilainya moral.
beberapa bagian: nilai hidup (vital), nilai perasaan inderasi, dan nilai intelektual.
Ada yang membedakan nilai kedalam : Nilai ekonomik, nilai pengetahuan, nilai
kebudayaan, nilai pendidikan, nilai kehidupan, dan lain-lain. Ada yang membagi
kedalam dua bagian saja : (1) nilai material yaitu nilai-nilai dari sesuatu yang
berguna bagi unsur rohani manusia. Dalam nilai rohani itu dibedakan pula kedalam
nilai kebenaran, keindahan, kebaikan, atau moral yang bersumber pada kehendak
manusia yang bebas dan nilai-nilai religius yang merupakan nilai rohani yang
berikut:
a. Nilai estetika
b. Nilai etis
c. Nilai keagamaan
d. Nilai Hukum
41
e. Nilai Ekonomis
f. Nilai sosiologis
2. Dilihat dari sumber dan bagi siapa nilai tersebut, dapat dibagi menjadi sebagai
berikut:
a.Nilai Individual
b. Nilai umum/kemasyarakatan
c. Nilai instrinsik/objektif
a.Nilai abadi
b. Nilai temporer
a. Universal
b. Nasional
c. Regional
d. Lokal
42
Diatas sudah dikemukakan bahwa nilai-nilai ini ada yang merupakan nili-
nilai moral. Nilai-nilai moral ini apabila sudah terhayati kedalam system nilai
manusia, mendarah daging, terinternalisasi, akan, menjadi sikap hidup. Sikap ini
C. Sikap (Attitude)
Pengertian apakah sikap, adalah hal yang tidak dapat diabaikan, karena sikap
sasaran orientasi seseorang. Dari segi psikologis, sikap adalah pengaturan proses-
proses kejiwaan seseorang yang keluar melalui tingkah lakunya yang berkenaan
menunjuk pada pengalaman masa lampau yang terbawa atau dibawa untuk
menghadapi situasi baru, yang pada gilirannya merupakan dan tinggal sebagai
pengertian nilai sebagai The objective counterpart of the attitude, sedang sikap
43
lain. Dua devinisi dapat dikemukakan disini karena definisinya cukup mempunyai
pengaruh.
sosiolog tentang sikap, yaitu suatu keadaan psikologis yang dapat menimbulkan
tingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Pengertian ini barangkali memerlukan
bahwa bagaimanapun juga bahwa sikap adalah suatu keadaan kejiwaan, bukan
nilai kedalam system nilainya. Apabila seseorang dihadapkan pada situasi yang
tertentu, sistem nilai tadi, melalui sikap dapat mengejawantah dalam bentuk
44
Memang harus diakui bahwa definisi ini barangkali dari segi isi pengertian:
apa itu sikap, kurang bersikap konseptual. Namun dari segi fungsional, definisi ini
D. Tingkah laku
Tingkah laku ini merupakan pernyataan yang keluar dari sikap yang dimiliki
Dalam pengertian yang paling umum tingkah laku dapat dirumuskan sebagai
tiap perubahan, pergerakan atau respons dari suatu badan atau suatu sistim yang
pada tingkah laku manusia, baik aspek yang internal maupun aspek eksternalnya
apa yang dilakukan orang dan apa yang tidak dilakukan orang. Namun tidak tiap
gerakan atau perbuatan manusia atau respons manusia dapat disebut tingkah laku.
Misalnya gerakan refleks gerak otot,otot yang masi murni merupakan gerakan
intra-organisme.
45
Kaum psikologi yang menganut behaviorism mempunyai tradisi pendirian
bahwa gejala tingkah laku manusia haruslah dapat diamati dan diukur.
bahwa tingkah laku termasuk dalam apa yang disebut dengan “action”. Cara
Apa yang disebut gerakan (action) dapat masuk dalam apa yang disebut
dengan tingkah laku apabila si pelaku memberikan makna, dan makna itu
diberikan oleh dan bermakna bagi si pelaku, tidaklah dapat dimasukandalam apa
Dapat dikemukakan bahwa sala satu faktor yang harus diperhatikan adalah
kesadaran manusia. Tingkah laku yang dimaksudkan di sini adalah gerakan yang
kesadaran manusia lewat indra. Dari rangsangan timbullah kemudian pada diri
manusia rasa tertarik. Manusia berminat akan apa yang telah dirangsangkan. Dari
minat itu, dalam proses menimbulkan kemauan atau kehendak untuk berbuat.
Kehendak ini dalam diri manusia menimbulkan pertimbangan apakah yang akan
akibat-akibat dari perbuatan yang akan dilakukan. Pertimbangan itu sudah terjadi
pertimbangan itu. Dalam pemilihan perbuatan baik dan buruk itu (suatu keputusan)
terjadinya sikap manusia. Apakah sikap telah diambil dan keputusan telah
dijatuhkan tinggallah sekarang pelaksanaan dari sikap tadi dalam wujud perbuatan
tingkah laku.
Dari apa yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan demikian.
Semula ada nilai-nilai, yaitu sesuatu yang berguna bagi orang itu. Sala satu nilai
adalah nilai moral yang menjadi pengukur bagi perbuatan baik atau buruk. Nilai-
nilai moral itu apabila dihayati, diinternalisasikan dalam hati sanubari, apabila
sudah mendarah-daging akan menjadi sikap hidup. Sikap hidup adalah suatu
keadaan mental yang merupakan respons dari situasi yang merupakan perangsang.
Sikap ini tidak lain adalah perwujudan dari nilai-nilai moral yang dimiliki. Sikap
ini hendak dan kemudian ternyata direalisasikan dalam tingkah laku (perbuatan).
Perbuatan ini, tingkah laku ini, dengan demikian, merupakan pengejewantahan dari
sikap moral. Sikap moral itu sendiri merupakan indikasi atas nilai-nilai moral yang
dimiliki seseorang.
47
Perlu pula dikemukakan di sini bahwa tingkah laku dari seseorang yang
menunjukkan sikap moral yang tinggi itu ditandai oleh kesesuaian perbuatan yang
kelakuannya sesuai dan tidak bertentangan dengan Hukum yang berlaku, timbul
48
BAB IV
Manusia sejak lahir memiliki potensi moral yang merupakan peralatan hidup
sebagai mahluk sosial. Potensi moral tersebut tumbuh dan berkembang dalam
J. Bull sampai pada dasarnya anak lahir tanpa satu bentuk kesadaran. Ia belum
dapat dikatakan sebagai orang yang bermoral atau tidak bermoral. Seseorang anak
belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
49
benar. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa anak yang masi kecil belum
memiliki perasaan moral. Perasaan moral yang dia miliki kemudian sebenarnya
datang dari masyarakat, dimulai dari lingkungan terdekat (orang tua) sampai
dari meniru tingkah laku orang yang paling dekat hubungannya (orang tua).
Melalui proses sugesti secara tidak sadar ia menyerap sikap mental dan perasaan-
moral obligations ini, maka kreasi manusia lebih tinggi dari pada kreasi hewan atau
binatang. Seiring dengan perkembangan moral yang dialami oleh seseorang, maka
dapat diamati adanya jenjang tingkah laku moral. Norman J. Bull (1969:4)
menyimpulkan jenjang tingkah laku moral sebagai berikut : “The first maybe
cooled premoral. The second is essentially andexternal morality. The third is part
50
Dalam mengamati dan menelaah perkembangan moral yang terjadi pada
individu, ada tiga sudut tinjauan yang perlu diperhatikan. Pertama, perkembangan
moral dilihat dari sudut tingkah laku moral (moral behavior). Kedua perkembangan
moral dilihat dari sudut pernyataan moral (moral statement), ketiga, perkembangan
moral dilihat dari sudut perkembangan moral (moral judgment). Dalam konteks
tersebut, maka Piaget lebih menekankan kajian perkembangan moral dan kajian
struktur kognitif” (moral judgement) pada usia anak. Yang dianalisis ialah “sikap
anak melalui temu wicara dan melalui pengamatan terhadap anak-anak dalam
51
1. Tahapan pre moral, diamana anak tidak memiliki perasaan kewajiban untuk
mentaati peraturan-peraturan
2. Tahap heteronomy, dalam tahap ini anak memiliki perasaan bahwa yang benar
adalah patuh kepada peraturan –peraturan dan kewajiban yang sama untuk
menyerah pada kekuasaan dan penghukuman. Secara kasar tahapan ini terdapat
3. Tahapan otonomi, pada tahapan ini anak telah mempertimbangkan tujuan dan
Secara kasar ini terdapat pada anak yang berusia 8-12 tahun. (Moral self).
Heteronomi adalah kendali yang dipaksakan atas individu oleh orang lain,
pertimbangan moral yang paling tinggi. Pada tahap ini terjadi pembentukan aturan
sendiri (self rule), dimana aturan-aturan yang memerintah tingkah laku moral
datang dari diri individu. Dalam tahap ini autonomi pengawasan datang dari diri
individu, karena itu sebenarnya istilah moral secara sepenuhnya baru tepat
digunakan dalam tahap ini.Sebenarnya bagi Norman J.Bull, masi ada tahap moral
diantara heteronomy dan autonomi yakni apa yag disebutnya sebagai sosionomi.
52
Kenyataan bahwa dengan kerja sama dengan orang lain dapat mengurangi sifat
egosentrisnya seseorang, karena itu dalam diri terjadi kemajuan moral. Sebagai
hasil adanya kerja sama individu menjadi sadar bahwa dirinya merupakan anggota
kewajiban. Dengan demikian perasaan menghargai diri mulai berkembang dan ini
menggantikan rasa takut sebagai factor kunci yang mengawasi perbuatan atau
tahapan perkembangan tersebut terstruktur. Ini berarti bahwa tahapan itu harus
sampai pada tingkat perkembangan yang paling tinggi tanpa melalui suatu proses
yang disebut pendidikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap tiga
53
tingkatan umur sekelompok siswa menunjukkan perbedaan tahap perkembangan
moral pada umur yang berbeda. Kecendrungan pada usia 17 tahun tingkat
tingkat heteronomy itu semakin tinggi. Dalam satu kelompok umur menunjukkan
bahwa pada usia 13 tahun tingkat heteronomy 30 %, pada umur 15 tahun tingkat
perbedaan tahapan tersebut bila dibandingkan antara laki-laki dan anak perempuan.
Kecendrungan bahwa tingkat sosionomi lebih tinggi pada anak perempuan dari
pada anak laki-laki pada umur 17 tahun perbedaab itu lebih meyakinkan lagi.
“Ball Morality consist in a system of rules, and the to essence of all morality is to
be sought for, on in the resfect which the individual aquires for these rules”
resfect for the rules” dan “ Practice of the rules”. Dua indikator moralitas itu
54
dideteksi dan diamati melalui suasana pemahaman dan pelaksanaan anak terhadap
Sampai usia dua tahun tidak ada aturan yang membimbinh kegiatan anak,
tindakannya hanya merupakan kegiatan motorik tanpa tujuan pikiran. Pada usia
dua sampai enam tahun mulai timbul secara berangsur-angsur kesadaran akan
aturan. Pada usia tujuh sampai sepuluh tahun anak mulai bergerak baik dari
adanya perangkat aturan yang disepakati. Anak termuda pada kelompok usia ini
namun aturan sudah dikenal sebagai hal yang penting dalam mengatur tingkah laku
sosial. Pada akhirnya anak berkembang menuju tahap autonomi seirama dengan
(codification of rules)
dicatat.
55
1.Titik Heteronomi dan Autunomi lebih menggambarkan proses perkembangan
3. Anak sampai usia tujuh atau delapan tahun menempatkan dirinya dikendalikan
4. Dalam menghargai aturan yang diterima dari luar, anak belum memiliki
pengertian dan motivasi untuk berbuat ajeg (consistent) dengan aturan itu
5. Baru pada tahap autonomi anak menyadari akan aturan, dan menghubungkan
dengan pelaksanaanya.
(Duska&Whellen, 1977:13:140.
“Moral realism” (realism moral) yang diartikan sebagai “The tendency to ragard
duty and the value attching to is as self subsistent and independent of the mind, as
56
padanya sebagai bagian , yng berdiri sendiri dan bebas dari pengaruh pikiran
menemukan dirinya (Duska dan Whellen, 1977:15). Rasa wajib dari anak pada
tahap heterono 1 dipandang sebgai penjabaran dari perintah dan pengaruh orang
dewasa. Dengan kata lain “moral realism” akan tercapai pada tahap Autonomi.
angktan moral.
dan intelektual. Prinsip-prinsip etika ilmu jiwa dapat membantu Sekolah dalam
pembngunan, yakni membangun karakter yang bebas dan kuat. Hanya pengetahuan
yang tertib dan berhubungan dengan tahapan dalam psikologi perkembangan dapat
57
Dewey menarik tiga tingkatan perkembangan Moral yaitu:
1. Tingkat pe-moral atau pre-konventional. Pada tahap ini tingkah laku atau perbuatan
.2. Tingkat tingkah laku konvenstional. Pada tahap ini individu menerima ukuran-
ukuran yang terdapat dalam kelompoknya dengan berefleksi secra kritis pada
.3. Anotomi. Pada tahap ini tingkh laku atau perbuatan itu dibimbing oleh pikiran dan
pertimbangan individu itu sendiri , apakah sesuatu itu baik bagi dirinya dan dapt
mensahihkan (valitade) tingkat dan tahapan yang dirintis oleh Dewey dan Piaget
pernah bertugas sebagai Professor dalam pendidikan dan psikologi sosial pada
20 tahun terhadap remaja laki-laki Amerika, remaja laki-laki dari Desa dan kota
58
Seperti Pieget. Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku
mpral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang individu tidak menjadi pusat
kematangan moral. Memang sesorang dewasa yang sudah matang dan seorang
anak kecil keduanya barangkali tidak mau mencuru mangga. Dalam hal ini tingkah
perhatian pada pernyataan (statement) orang, apakah tindakan tertentu itu benar
atau salah. Alasannya sama dengan pertama tadi. Seorang dewasa yang sudah
matang dan seorang anak yang masih kecil mungkin berkata bahwa mencuri
mangga itu salah. Sekali lagi tampak adanya perbedaan antara orang dewasa dan
anak kecil.
suatu tindakan salah akan memberi penjelasan dari pada memperhatikan tindakan
59
(tingkah laku) seseorang atau bahkan mendengar pernyataan bahwa sesuatu itu
salah.
Mungkin saja seseorang menunjukkan bahwa berbuat itu salah, karena dapat
ditangkap, sedang orang lain barangkali menunjukkan bahwa berbuat curang itu
masyarakat. Disini jelas ada perbedaan yang berarti dalam kematangan proses
situasi seperti itu. Sekedar untuk memberikan ilustrasi, marilah kita angkat satu
dari cerita-cerita Kohlberg itu. Ceritera ini bagi mereka yang mempelajari
Kohlberg dikenal sebagai dilema Heinz. Ceritera ini bagi mereka yang
60
mempelajari Kohlberg dikenal sebagai dilemma Heinz . ceritera II di eropa, ada
Para Dokter berpendapat hanya ada satu macam obat yag mungkin
menyelamatkannya. Obat itu sejenis radium yang ditemukan oleh seorang apoteker
di Kota itu belum lama berselang. Biaya pembuatan obat itu mahal, tetapi
siapoteker melipatkan Harga obat itu sepuluh dari biaya pembuatannya. Untuk
hanyalah S 1,000 separuh dari harga obat itu. Heins mengatakan kepada apoteker
bahwa istrinya hampir meninggal, dan dimintanya supaya apoteker itu, menjualnya
lebih murah atau kalau boleh membayar nanti kemudian hari. Apoteker itu berkata
“jangan begitu”saya sudah menemukan obat itu dan saya ingin mendapatkan
untungnya juga dari penemuan saya itu “Heins menjadi putus harapan, dan
kemudian menggedor toko orang itu dan mencuri obat itu dan untuk istrinya.
berikut : Haruskah Heinsmencuru obat itu? Mengapa Manakah yang lebih buruk,
manusia bagimu ? apakah ada alasan yang kuat bagi seorang suami untuk mencuri,
jika ia tidak mencintai istrinya? Apakah untuk mencuru orang lain sama dengan
mencuri isteri sendiri? Jika Heins tertangkap dan diajukan kepengadilan, apakah
61
hakim harus menjatuhkan hukuman kepadanya? Mengapa? Apakah tanggung
Pada mulanya dia mengidentifikasi adanya enam sikap pandangan yang pada
umumnya dapat dibedakan secara tegas (disebtkan orientasi atau perspektif). Enam
orientasi itulah yang menjadi dasar enam tahap perkembangan moralnya. Setelah
delapan belas tahun, Kohlberg melihat bahwa tiap-tiap orang yangb diamatinya
perkembangan moral yang tertinggi. Kecuali mewawancarai luima puluh orang itu,
Dalam wawancara ia mengajukan suatu situasi moral atau dilema moral dan
dilkukannya kalau dia ada dalam situasi seperti itu. Jadi Kohlberg memusatkan
moral.
62
Hasil pada pentahapan pertimbangan moral (moral judgment) adalah sebagai
berikut:
1. Preconventional Level
Pada tingkat ini, anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan tanda-
tandabaik dan buruk , benar atau salah, akan tetapi penafsiran tanda-tanda tersebut
dipandang dari sudut akibat-akibat dari fisik atau hedonistik dari pada perbuatan
atau tindakan yakni dalam bentuk hukuman , hadiah, dan pertukaran rasa
hukuman dan kepatuhan). Yang menentukan kebaikan dan keburukan dari sesutu
tindakan adalah akibat fisik yang akan diperoleh oleh seseorang bila tidak
mematuhi aturan dan bukan karena melihat tujuan-tujuan manusia dari aturan
tersebut atau arti dari konsekuensi perbuatan itu. Menghindari hukuman dan
hormat yang tak bersyarat pada kekuasaan dinilai sebagai benar bagi diri saya,
tidak dalam istilah karena menghormati tertib moral yang didukung oleh
63
diri sendiri dan sewaktu –waktu dapat memenuhi kebutuhan orang lain. Hubungan-
kelayakan, timbal balik dan saham yang sama diakui, akan tetapi senantiasa
ditafsirkan dalam cara-cara fisik dan fragmatis, dalam konteks ini lahir prinsip
timbal balik “you scratch my back and I”Iiscract Yours” atau budi baik dibalas
dengan budi baik, budi jahat dibalas budi jahat. Dalam konteks ini tidak ada prinsip
I. Conventional Level
yang bernilai tanpa melihat apakah ada konsekuensi yang langsung dan
dan ketertiban sosial tetapi juga loyalitas padanya untuk dengan aktif
64
Tahap 4. “Law and order orientatior”. Dalam tahap ini sudah nampak
adanya orientasi pada otoritas ,aturan yang pasti dan pemeliharaan ketertiban
ketertiban sosial.
Pada tingkat ini telah nampak usaha yang jelas untuk menetapkan nilai-nilai
merupakan penerapan bagian dari otoritas itu dan merupakan bagian dari
perilaku individu dari kelompoknya. Dalam tahap ini terdapat dua tingkat.
cenderung untuk dilihat dari hak-hak umum individu dan dalam arti standar
(ukuran) yang secara kritis telah diuji dan disepakati oleh seluruh
masyarakat.
tahap ini di definisikan atas dasar keputusan hati nurani yang sesuai dengan
65
Kohlberg memberikan beberapa catatan. Seperti berikut (Duska & Whellen,
1977:47-49)
stage beyond their own”. Seseorang yang berada pada tahap dua, misalnya,
tidak bisa memahami tahap ke empa, paling bisa adalah tahap ketiga.
level”.Seseorang yang berada dalam tahap satu akan dirangsang oleh tahap
dihadapinya.
66
1. Tahapan itu adalah keseluruhan yang terstruktur (sttructured wholes) atau
pertimbangan moral.
yang lebih tinggi dan tidak pernah mundur.Setiap individu tidak pernah
dilalui secara maju dari tingkat terendah sampai kepada tingkat tertinggi dari
tinggi termasuk atau lengkap didalammya berpikir dalam tahapan yang lebih
rendah. Seseorang berpikir pada tahap empat yakni “Law and order
dalam tahap-tahap satu, dua, dan tiga akan tetapi belum berpikir dalam
moral. Tahapan itu ditentukan oleh jawaban-jawaban yang diberikan kepada satu
perangkat dilema moral verbal yang diklasifikasi menurut satu enjelasan skema
laki, kelas menengah dan kelas pekerja dari daerah Chicago. Mula-mula diinterviu
67
pada umur 10-16 tahun. Mereka kemudian diinterviu lagi dengan jarak waktu 3
laki dari desa dan kota Turki dengan umur yang sama.
tahap-tahap logika atau tahap kecerdasan dan hubungannya dengan tingkah laku
menemukan bahwa setelah anak belajar berbicara maka terdapat tiga tahap
penalaran : Yaitu (1) Intutif, (2) The concrete operational dan (3) The formal
operational.dan (3) The formal operational. Pada sekitar umur tujuh tahun anak
hal yang kongkrit. Pada usia remaja individu biasanya memasuki tahap formal
operations pada tahap ini mereka dapat berpikir secara abstark misalnya
68
hipotesa, menarik kesimpulan-kesimpulan dari hipotesa dan mengujikan hipotesa
kepada kenyataan.
Oleh karena itu penalaran moral (moral reasoning) adalah alasan pikiran,
maka kemajuan alasan moral sangat bergantung kepada kemajuan alasan logika
Seseorang yag memiliki tahap logika pada formal operasional maka pertimbangan
moralnya terbatas pada tahap 3 dan 4. Karena itu perkembangan logika perlu bagi
menunjukkan bahwa individu memiliki tahap logika yang lebih dari pada tahap
moral; sebagai contoh yang dikemukakannya bahwa lebih dari 50% dari akhir
remaja dan masa dewasa (semuanya formal operational) memiliki moral reasoning
Tahapan moral merupakan struktur dari pertimbangan moral (moral judgment) atau
moral reasoning. Akan tetapi struktur pertimbangan moral harus dibedakan dari isi
antara mencuri dan tidak mencuri disebut sebagai isi dari pertimbangan moral dari
situasi itu. Alasan pikiran mengenai pilihan menunjukkan struktur dari pada
pertimbangan moralnya.
69
BAB IV
disetiap Negara. Gambaran yang jelas dan komperehensif tidak mudah diberikan
pada istilah-istilah nilai-nilai, Civics. Dalam pada itu di Negara lain, pendidikan
70
unsur-unsur moral, pendidikan agama karenanya masyarakat pembentukan moral
pendidikan moral/ agama terhadap subjek didik akan berbeda dengan penglihatan
pendidikan moral.
baik di sekolah maupun di luar sekolah yang bertujuan untuk membantu anak
menjadi mahluk manusia yang lebih baik. Dalam pembicaraan yang luas
pendidikan untuk mengetahui dan pendidikan untuk berbuat. Akan tetapi harus
menekankan dan menanamkan nilai-nilai dan begitu juga aspek-aspek umum dari
71
gambarannya lebih luas kedepan. Program pendidikan yang baik akan membantu
pendidikan informal.
berikut :
berbagai lapangan kehidupan. Penemuan pil anti hamil dan alat kontrasepsi
kehidupan. Akan tetapi hasil penemuan itu dapat pula melicinkan jalan bagi
para remaja yang ingin melakukan perhubungan seksual lebih awal dan diluar
pertimbangan moral yang kuat untuk mampu menahan diri bgi sesutu penguasa
atau Negara untuk tidak menggunakannya secara gegabah. Dalam hal ini
dan rasa kesetia kawanan, rasa kegotong royongan dan meningkatnya rasa
Karena itu banyak nilai-nilai umum yang harus ditemukan kembali untuk
73
c. Sekolah tidak dapat bersikap netral selama pendidikan itu menyangkut nilai-nilai.
Guru-guru senantiasa berlaku atas dasar jumlah nilai terlepas dari pada disadari
atau tidak baik melalui perbuatan (tingkah lakunya )didalam dan diluar kelas,
karena hal ini merupakan suatu tuntutan mendasar bagi kelangsungan hidup
nilai-nilai manusiawi.
pada remaja itu sendiri. Alasan-alasan pikiran yang diuraikan dibagian ini
pendidikan.
74
Pendidikan moral yang direncanakan dengan baik dalam kurikulum sering
berpengaruh terhadap pikiran dan tindakan siswa karena mereka sering melihat
praktek moral yang tidak sejalan dengan petunjuk moral. Dilema yang mendasar
diantara petunjuk dan praktek merefleksikan jurang yag terdapat antara pengajaran
dalam masyarakat seperti korupsi yang terdapat dalam berbagai kelompok politik
didalam maupun diluar sekolah dengan praktek moral merupakan hal yang tidak
ketat kepada siswa dalam berbagai hal gagal untuk memperlengkapi siswa yang
75
dihadapi kenyataan-kenyataan yang terdapat dilura sekolah. Karena itu usaha
serius perlu dilakukan untuk memecahkan dikotomi antara ajaran moral dengan
praktek moral.
yang diperoleh dari modernisasi berjalan secara bertahap dalam rangka waktu
yang cukup panjang. Sedang di asia transisi dari masyarakat agraris kemasyarakat
waktu yang pendek untuk menyesuaikan diri terhadap cirri-ciri kehidupan mral
76
Kurikulum pendidikan moral harus mengakui ketegangn-ketegangan yang
fundamental.
bertentangan dengan ajarn moral. Namun demikan tidak selamanya tindakan yang
orang kaya. Seorang majikan perusahaan dengan teori ekonominya yang berusaha
77
mengabaikan hak-hak seharusnya diterima oleh orang lain dan sering
kasih saying akan menjadi prestasi. Hal ini dapat berkembang menjadi tindak
kejahatan. Dalam suatu Negara dimana terdapat diskriminasi ras, suku, bangsa,
diskriminasi kasta, diskriminasi antara yang punya dan tidak punya, akan
contoh, tujuan yang pertama dari pada pendidikan nasionalnya adalah untuk
membentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Pembentukan
manusia seperti ini sebagian besar merupakan porsi dari pendidikan agama.
78
Karena itu ada semacam kekosongan aspek kehidupan individu yang tidak
untuk mengganti peranan pendidikan agama yang dikenal dalam masyarakat dan
campuran antara yang beragama dan tidak beragama. Bahkan mengajarkan semua
sesuatu yang dapat dilakukan. Untuk tujuan perlu dilakukan kajian yang lebih
Pandangan seperti ini tentu harus dikaji lebih hati-hati, oleh karena hal ini
dianutnya. Bila hal ini terjadi, maka dapat mengurangi osensi pendidikan agama
79
tentang hubungan pendidikan agama dan pendidikan moral. Kedua sebjek tersebut
menentukan gaya hidup, memilih partai politik yang disukai. Ini dapaat
mendatangkan konflik.
80
dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Akan tetapi dalam banyak hal, akan
terdapat konflik antara kedua hal ini. Dalam hal kedua kebutuhan tersebut sama
Sala satu aspek penting dalam program Pendidikan moral semua Negara
anak. Ini diperlukan untuk tujuan tertentu terwujudnya kekuatan dan terintegrasi
melahirkan chauvinism dan perasaan yang kuat dari warga Negara suatu Negara
yang berbeda akan terganggu. Satu hal yang menjadi tujuan penting dari pada
81
seluruhnya adalah satu masyarakat yang dibentuk oleh bagsa-bangsa yang saling
bergantung kepada kerja sama timbale balik. Anak harus mampu menghargai
sumbangan yang diberikan oleh kemajuan dunia dan menydari akan adanya,
berbagai konflik diantara berbagai Negara. Apabila konflik itu berlangsung maka
dunia akan menjadi tempat yang akan sangat tidak menyenangkan untuk hidup.
perkembangan anak
didefinisikan dengan jelas. Dalam pada tahap itu usaha-usaha untuk membuta
10. Pendidikan Moral, apakah merupakan subyek yang bebas atau Subjek
Terintegrasi
82
Apakah program pendidikan moral itu akan lebih efektifbila berdiri secara
dengan subjek lain misalnya: Studi sosial, kesusastraan, pengajaran agama dan
seterusnya. Akan tetapi ini membawa kita kepada pertanyaan lain. Bagaimana
isindentil dan kurikulum. Dipihak lain dengan pendidikan moral sebagai suatu
Pada umumnya strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru bergerak dari
83
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan sikap-sikap pada remaja,
pemimpin sangat bergantung pada lingkungan karena tidak ada seperangkat dogma
yang dapat diajarka untuk itu. Strategi mengajar yang bagaimana yang paling tepat
12. Evaluasi
hanya dapat tejadi lama setelah pelajar meninggalkan sekolah. Penilaian pengaruh
pendidikan moral dalam jangka panjang belum dipelajari. Aspekyang baru dilihat
yang ada bagi pendidikan moral, satupenyelidikan kritis yang hati-hati diusahakan
luasnya pengertian Guru dan komitmen guru terhadap pendidikan moral. Guru-
84
guru sering menampilkan ketidak senangannya pada peranan sebagai incultator
moral. Masalah menyajikan pendidikan moral kepada sejumlah besar anak tidaklah
moral harus tersedia pada guru. Ini akan memerlukan pemahaman sistematis dari
domain moral dan bagaimana membawa siswa kedalamnya. Diatas semua itu satu
program latihan guru yang terencana dalam pendidikan moral harus memampukan
guru menjadi sadar akan nilai-nilai yang dengan sadar atau tidak disampaikan
massa sebagai satu kenyataan hidup sehari-hari. Tidak semua manusia yang bebas
dari pengaruh media massa. Pengaruh ini khususnya menyangkut bagian terbesar
pemuda yang mengetahui dan menikmati hidup. Penggunaan media massa yang
bijak dapat menjadi alat yang efektif dalam mengembangkan pikiran pemuda
dalam arah yang diinginkan. Di banyak Negara, media massa dipengaruhi oleh
masyarakat remaja dikondisikan oleh televisi, Radio, dan surat kabar. Sudah
waktunya bagi para ahli untuk mengambil pandangan yang serius terhadap situasi
moral, menjadi jelas bagi kita arah kesadaran manusia akan literatur dapat
menjelaskan kepada kita arah tersebut. Akan tetapi malah itu saja belum memadai
untuk mengatasi masalah (persoalan) dewasa ini. Diatas itu semua, konsep dari
banyak Negara “ Maju” dan yang lain “sedang berkembang” meletakkan satu
tekanan yang tidak memuaskan pada GNP sebagai summum bonum dari
dipersiapkan, ternyata ada satu kebutuhan untuk melancarkan satu kajian yang
86
sungguh-sungguh mengenai masa depan arah perkembangan kesadaran dan
masyarakat manusia. Masalahnya harus dipandang tidak hanya dari sudut ekonomi
dan politik,tetapi juga dari titik pandang semangat dalam manusia mencari arti
hidup didunia ini yang menjadi berguan dan permusuhan setiap hari.
kebudayaan sebagai berikut : “Kebudayaan adalah sistem nilai dan ide yang
dihayati oleh sekelompok manusia disuatu lingkungan hidup tertentu disuatu kurun
waktu tertentu” ide tersebut dapat dikatakan “Vital” karena ia adalah ide dengan
mana kita mahluk manusia, menjalankan dan mengatur hidup kita. Jadi ia banyak
aktif kita tentang sifat dunia kita beserta sesama mahluk yang mendiaminya,
keyakinan mengenai hirarki dan nilai segala sesuatu mana yang lebih dan mana
sistem nilai dari beberapa unsure nilai. Hal ini dapat diyakinkan dari ungkapan
Daoed Joesoef, lebih lanjut yang berbunyi sebagai berikut: individu, maka di
87
kepribadian manusia, perkembangan hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
segenap perwujudan dari keseluruhan nilai, dalam hal ini penulis mengemukakan
suatu batasan sebagai titik tolak dari keseluruhan tulisan ini: “ nilai adalah suatu
sifat dari suatu hal yang berhubungan dari suatu subjek yang berharga. Yang di
maksud dengan subjek itu dapat berupa benda ataupun pribadi (manusia). Jadi
baik- buruk, indah- jelek, mahal- murah, luhur- nista, dan sebagainya adalah
terhadap Tuhan yang Maha Esa dalam Rencana pembangunan lima tahun
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, secara umum dimaksudkan untuk
88
terhadap Tuhan Yang Maha Esa terus di bina atas norma-norma yang tetap
Berkenaan dengan masalah sistem nilai dan sikap hidup (mental) perlu di
tiadalkan dan cegah nilai-nilai sosial budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan
yang sempit. Begitu pula dengan masuknya modal dan teknologi baru perlu di
moral adalah salah satu istansi dari nilai kerohanian yang sering di sebut pula
(nilai) Etika atau Karsa. Dengan kata lain ” moral “ adalah salah satu bentuk nilai.
formal, diberikan dalam bentuk pendidikan moral atau jalur pendidikan formal,
diberikan dalam bentuk pendidikan mora atau etika. Dahulu di Indonesia pernah
diberikan dengan istilah Budi pekerti. Jika dilihat dari pendapat Notonegoro maka
dapat dilihat dengan jelas bahwa titik berat nilai “budi” atau “Cipta” itu adalah
Taman kanak-kanak sampai dengan perguruan Tinggi, dan hal tersebut dapat
89
dilihat pada GBHN yang berbunyi sebagai berikut : “Pendidikan Pancasila
termasuk Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang dapat meneruskan dan
Pengertian Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti kaidah tentang
perbuatan dan sikap manusia yang baik dan buruk. Pengertian moral (bahasa latin
“moralis”) berarti kesanggupan manusia untuk memilih perbuatan dan sikap mana
yang baik dan buruk, dapat pula memilih mana yang benar dan salah dalam
suatu sistem yang di Indonesia dapat bersumber dari beberapa “Moral Force” yang
pengamatan penulis dapat dibedakan dalam empat “subsistem” yang bila ditinjau
90
a. Sistem Nilai ke-Tuhanan Yang Maha Esa
Di dalam sistem nilai ini semua perwujudan nilai dalam hubungan antara
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan alam, dan
antara manusia dengan manusia, berasal dan diatur oleh Tuhan Yang Maha
terdapatdikota-kota besar.
Sistem Nilai pada masyarakat yang menganut salah satu agama yang
91
Indnesia telah berabad-abad menjadi bangsa yang berbudaya, beradab
nilai yang tersusun dalam suatu sistem yang sudah berakar dalam tata
an di Indonesia.
merupakan persoalan lagi. Komunikasi melalui Radio, TV, dan satelit, serta sarana
transportasi antar benua seolah-olah membuat planit kita ini menjadi kecil.
pengaruh-mempengaruhi mengenai sistem nilai dan nilai itu sendiri menjadi lebih
mudah. Nilai-nilai yang berasal dari sistem nilai dunia barat yang bersifat positif
nilai yang bersumber dari sistem nilai agama, tradisional, atau cirri-ciri masyarakat
Indonesia, tanpa kecuali, yang dituangkan dalam prinsip-prinsip luhur yang dikenal
sebagai “pancasila”. Dengan demikian sistem nilai yang bersumber dari “pancasila
“ ini merupakan norma dasar (Groundnorm) dan merupakan pula pandangan hidup
bangsa Indonesia. Sistem nilai nasional ini selain mengandung nilai-nilai yang
seperti nilai-nilai tradisional. Sudah barang tentu dalam kerangka Bhineka Tunggal
Ika.
Keempat sistem nilai yag terdapat di dalam masyarakat Indonesia itu sangat
Namun demikian ada bagian-bagian dan prinsip-prinsip tertentu yang tidak dapat
ditawar-tawar dalam segala keadaan, waktu, dan tempat seperti nilai-nilai pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945 sudah terserap dan terkandung semua prinsip dan
93
pandangannya yang asasi dari keempat sistem nilai tersebut yang pada hakikatnya
adanya empat “Sub sistem” merupakan suatu kebulatan sistem nilai di Indonesia.
dipengaruhi oleh dimensi situasi, waktu dan tempat. Misalnya sistem nilai
DAFTAR PUSTAKA
Dekdibbud .
94
M.Sudomo.1980.Metode Pendidikan dan Evaluasi dalam Pendidikan
Mohammad Nur Syam. 1983. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Sofyan Aman. 1982. Mengenal beberapa hal tentang P.M.P.- Tim P.M.P. Ditjen
Dikdasmen Depdikbud.
Bintang
95
96
97