Anda di halaman 1dari 160

IAIN PONTIANAK

CIVIC EDUCATION
Oleh:
Baharuddin, S.Sos.I, M.Si
NIP. 198203162014111003
NIDN: 0931126516
Materi Inti:

1. Pengertian dan Tujuan Civic Education_1


2. Membangun Negara Berkeadaban_
3. Konstitusi dan Tata Perundang-undangan dalam kehidupan
kenegaraan_
4. Kehidupan Kenegaraan_
5. Identitas Nasional dan Globalisasi_
6. Demokrasi: Teori dan Aksi_
7. Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI_
8. Tata kelola Kepemerintahan yang baik dan bersih (good and clean
governence)_
9. Hak Asasi Manusia_
10. Masyarakat Madani_
11. Hubungan Agama dengan Negara_
Materi 1
Pengertian dan Tujuan Civic Education
Menurut Zamroni Pendidikan Kewarga-
negaraan atau Civic Education adalah
pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis, melalui
aktivitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru kesadaran bahwa demokrasi
adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
paling menjamin hak-hak warga masyarakat.
Sementara itu menurut Azyumardi Azra, Pendidikan
Kewargaan adalah pendidikan yang membahas
tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga
demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban
warganegara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan
keterlibatan warganegara dalam masyarakat madani,
pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan system
yang terdapat dalam pemerintahan, warisan politik,
administrasi public dan sistem hukum, pengetahuan
tentang proses seperti kewarganegaraan aktif, refleksi
kritis, penyelidikan dan kerjasama, keadilan sosial,
pengertian antar budaya dan kelestarian lingkungan
hidup serta hak asasi manusia.
• Pendidikan kewargaan dan pendidikan
kewarganegaraan pada satu sisi identik, akan tetapi
pada sisi yang lain, istilah pendidikan kewargaan
secara substantif tidak saja mendidik generasi muda
menjadi warganegara yang cerdas dan sadar akan hak
dan kewajibannya dalam konteks kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang merupakan
penekanan dalam istilah pendidikan kewarganegaraan,
melainkan juga membangun kesiapan warganegara
menjadi warga dunia (global Society). 
• Civic education dapat diartikan juga sebagai pendidikan
kewarganegaraan yang memiliki paradigma baru, yaitu
pendidikan kewarganegaraan berbasis Pancasila.
• Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/
Kep/2006, tujuan pendidikan kewarganegaraan
dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi sebagai
berikut:
• Visi: merupakan sumber nilai dan pedoman dalam
pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya
sebagai manusia seutuhnya.
• Misi: Untuk membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiannya,agar secara konsisten mampu mewujudkan
nilai-nilai Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.
• Tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu
dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan
masyarakat baik ditingkat lokal, maupun nasional.
Partisipasi warga negara dalam masyarakat demokratis,
harus didasarkan pada pengetahuan, refleksi kritis dan
pemahaman serta penerimaan akan hak-hak serta
tanggung jawab. Partisipasi semacam itu memerlukan:
1. penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman
tertentu,
2. pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris,
3. pengembangan karakter atau sikap mental tertentu, dan
4. komitmen yang benar terhadap nilai dan prisip
fundamental demokrasi.
Dalam civic education mengembangkan tiga
komponen utama:
1. pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge),
2.  kecakapan kewarganegaraan (civic skills),
dan
3.  watak-watak kewarganegaraan (civic
dispositions).
• Civic Education dituntut mampu memberdayakan warganegara
untuk dapat membuat pilihan yang bijak dan penuh dengan
kesadaran dari berbagai alternatif yang ditawarkan, memberikan
pengalaman-pengalaman dan pemahaman yang dapat memupuk
berkembangnya komitmen yang benar terhadap nilai-nilai dan
prinsip yang memberdayakan sebuah masyarakat bebas untuk
tetap bertahan.
• Ace Suryadi mengatakan bahwa Civic Education menekankan pada
empat hal :
• Pertama,Civic Education bukan sebagai Indoktrinasi politik, Civic
Education sebaiknya tidak menjadi alat indoktrinasi politik dari
pemerintahan yang berkuasa. Civic Education seharusnya menjadi
bidang kajian kewarganegaraan serta disiplin lainnya yang
berkaitan secara langung denga proses pengembangan warga
negara yang demokratis sebagai pelaku-pelaku pembengunan
bangsa yang bertanggung jawab.
• Kedua,Civic Education mengembangkan state of mind,
pembangunan karakter bangsa merupakan proses
pembentukan warga negara yang cerdas serta berdaya nalar
tinggi. Civic education memusatkan perhatian pada
pembentukan kecerdasan (civic intelligence), tanggung
jawab (civic responbility), dan partisipasi (civic participation)
warga negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai
dan perilaku demokrasi.Demokrasi dikembangkan melalui
perluasan wawasan, pengembangan kemampuan analisis
serta kepekaan sosial bagi warga negara agar mereka ikut
memecahkan permasalahan lingkungan.Kecakapan analitis
itu juga diperlukan dalam kaitan dengan sistem politik,
kenegaraan, dan peraturan perundang-undangan agar
pemecahan masalah yang mereka lakukan adalah realistis.
• Ketiga, Civic Education adalah suatu proses
pencerdasan, pendekatan mengajar yang selama ini
seperti menuangkan air kedalam gelas (watering
down) seharusnya diubah menjadi pendekatan yang
lebih partisipatif dengan menekankan pada latihan
penggunaan nalar dan logika. Civic education
membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan
memahami permasalahan yang terjadi dilingkungan
secara cerdas. Dari proses itu siswa dapat juga
diharapkan memiliki kecakapan atau kecerdasan
rasional, emosional, sosial dan spiritual yang tinggi
dalam pemecahan permasalahan sosial dalam
masyarakat.
Keempat, Civic Education sebagai lab
demokrasi, sikap dan perilaku demokratis
perlu berkembang bukan melalui mengajar
demokrasi (teaching democracy), akan tetapi
melalui penerapan cara hidup berdemokrasi
(doing democracy) sebagai modus
pembelajaran. Melalui penerapan demokrasi,
siswa diharapkan akan seceptnya memahami
bahwa demokrasi itu penting bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Civic education dapat memberikan nilai-nilai demokrasi dengan
tujuan :
• Pertama, Dapat memberikan sebuah gambaran mengenai hak dan
kewajiban warga negara sebagai bagian dari integral suatu bangsa
dalam upaya mendukung terealisasinya proses transisi menuju
demokrasi, dengan mengembangkan wacana demokrasi, penegakan
HAM dan civil society dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
• Kedua, Menjadikan warga negara yang baik (good citizen) menuju
kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengedepankan
semangat demokrasi keadaban, egaliter serta menjunjung tinggi
hak-hak asasi manusia.
• Ketiga, Meningkatkan daya kritis masyarakat sipil.Keempat,
Menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat sipil secara
aktif dalam setipa kegiatan yang menunjang demokratisasi,
penegakan HAM dan perwujudan civil society.
Kompetensi, Landasan Ilmiah, dan Landasan Hukum Civic Education
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam dari mata kuliah Civic Education:
1.  agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan
dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM.
2. agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan
menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai.
3. agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam
upaya menyelesaikan konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai
moral, agama, dan nilai-nilai universal.
4. agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan
kenegaraan, HAM, dan demokrasi.
5. agar mahasiswa mampu memeberikan kontribusi dan solusi terhadap
berbagai persoalan kebijakan publik.
6. agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak
(berkeadaban).
7. Akhirnya dapat menjadi ilmuan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air demokratis, berkeadaban.
Adapun tujuan Pendidikan kewargaan sebagaimana
ditulis oleh Tim Indonesian Center for Civic Education
(ICCE) UIN Jakartadalam bukunya yang berjudul
Demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat madani
adalah:
• Menjadikan warga yang baik dan demokratis
• Membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan
bertanggung jawab
• Menghasilkan warga yang berpikir komprehensif, analitis
dan kritis
• Mengembangkan kultur demokrasi
• Membentuk mahasiswa menjadi good and responsible
citizen
Materi 2
Membangun Negara Berkeadaban

• Pengertian  Negara
• Istilah negara
merupakan terjemahan dari bahasa asing: state (Inggris),
staat (Belanda dan Jerman) atau etat (Perancis). Kata ini
berasal dari bahasa Latin status atau statum yang
memiliki pengertian tentang keadaan yang tegak dan
tetap. Istilah ini sering pula dihubungkan dengan
kedudukan persekutuan hidup antar manusia yang biasa
disebut dengan istilah status civitas atau
status republicae. Pengertian terakhir inilah yang
kemudian dikaitkan dengan kata negara.
• Secara terminologi: Negara
diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara suatu kelompok
masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam
suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
• Menurut Roger. H. Soultou: Negara merupakan perpaduan antara alat
(agensi) dan wewenang (autorithy) yang mengatur dan
mengendalikan persoalan-persoalan bersama.
• Menurut Harold J. Laski: Negara sebagai sebuah kelompok manusia
yang hidup bersama untuk mencapai suatu cita-cita bersama.
• Menurut Max Weber: Negara adalah sebuah masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah
dalam suatu wilayah.
• Menurut Robert M. Mac Iver: Negara merupakan asosiasi yang
menyelenggarakan ketertiban suatu masyarakat dalam suatu wilayah
melalui sebuah sistem hukum yang diselenggarakan oleh sebuah
pemerintah yang untuk masuk tersebut diberikan wewenang untuk
memaksa.
• Tujuan Negara
a. Memperluas  kekuasaan
b. Menyelenggarakan  ketertiban  hukum
c. Mencapai  kesejahteraan  umum
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan
negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945
adalah untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
• Unsur-unsur Negara
Unsur penyusun suatu negara adalah:
• Rakyat, yaitu
sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu
rasa persamaan dan bersama-sama mendiami suatu
wilayah tertentu.
• Wilayah, yaitu unsur negara yang harus terpenuhi
karena tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-
batas teritorial yang jelas. Dalam konsep negara
modern masing-
masing batas wilayah tersebut diatur dalam
perjanjian dan perundang-undangan internasional.
• Pemerintah, yaitu kelengkapan negara  yang bertugas memimpin organisasi
negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah negara.
Pemerintahan secara umum terbagi atas 2 bentuk yaitu parlementer dan
presidentil. Negara dengan sistem presidentil biasanya berbentuk republik
dengan presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Negara dengan sistem parlementer mempunyai presiden
sebagai kepala negara dan perdana mentri sebagai kepala pemerintahan.
• Pengakuan Negara Lain. Berdasarkan teori deklaratif, jika suatu masyarakat
politik telah memiliki 3 unsur pokok negara, maka dengan sendirinya telah
menjadi sebuah negara, yang karenanya patut diberlakukan sebagai
negara yang berdaulat penuh. Teori konstitutif berpendirian bahwa
betapapun unsur-unsur utama negara telah dimiliki oleh suatu
masyarakat politik namun tidaklah secara otomatis diterima sebagai
negara di tengah-tengah masyarakat internasional. Ada dua macam
pengakuan atas suatu negara, yakni pengakuan de facto dan de
jure. Pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta adanya negara
sedangkan pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu
negara atas dasar pertimbangan yuridis menurut hukum.
Teori  tentang  Terbentuknya  Negara

Thomas  Hobbes (1588-1679)


• Menurut  Hobbes  terdapat  suatu  macam  perjanjian  yang  disebut  pactum
subjectionis  atau  suatu  perjanjian  untuk  menyerahkan  semua  hak-hak  kodrat
sekaligus  pemberian  kekuasaan  secara  penuh  agar  tidak  dapat  ditandingi  oleh
 kekuasaan  apapun  (Non est potestas Super Terram quae Comparatur ei)

Jhon  Locke
• Menurut  Locke  penyelenggara  negara  atau  pimpinan  negara  harus  di  batasi
melalui  kontrak  sosial,  terdapat  hak –hak  alamiah  yang  merupakan  hak-hak azazi
 warga  negara  yang  tidak  dapat   dilepaskan  sekalipun  oleh masing-masing  individu.
 Bersandar  pada  pandangan  ini  Locke  menambahkan  kontrak  pactum  subjectionis
 seperti  yang  telah  dirumuskan oleh  Hobbes  di atas   dengan  apa  yang  disebut
 dengan  istilah  pactum  unionis  atau  suatu perjanjian  warga  negara  untuk
 bergabung  dengan  suatu  komunitas  demi memperolah  kenyamanan,  keamanan, 
kedamaian  dalam  hidup  bersama. 

 
Jean  Jacques  Rousseau
• Menurut Rousseau, dia hanya mengenal suatu jenis
perjanjian yaitu pactum unionis yang merupakan bentuk
perjanjian masyarakat yang sebenarnya. Rousseau  tidak
 mengenal  pactun subjectionis dalam pembentukan
sebuah negara atau pemerintahan yang ditaati.
Rousseau dikenal  sebagai  peletak  dasar bentuk  negara
 yang  kedaulatannya  barada di tangan rakyat melalui
 perwakilan organisasi politik  mereka dan dikenal
sebagai penggagas paham negara demokrasi yang
bersumberkan  pada  kedaulatan rakyat  yakni  rakyat
 berdaulat dan  penguasa  negara  hanyalah  merupakan
 wakil  rakyat pelaksana  mandat bersama.
Teori  Ketuhanan  (Teokrasi)
• Doktrin  ini  berpandangan  bahwa  hak  memerintah yang
 dimiliki para raja  berasal dari Tuhan, mereka mendapat
mandat Tuhan untuk bertahta sebagai penguasa (Devine Right
of Kings).  Mereka  mengklaim  sebagai  wakil  Tuhan  di dunia
 yang mempertanggung jawabkan kekuasaannya hanya kepada
Tuhan bukan kepada manusia.  Pandangan teokratis ini
berkembang menjadi paham dominan bahwa tidak ada
 pemisah  antara  agama  dan  negara  dalam  Islam.
Sebagaimana  terjadi  di dunia Barat yang menganut agama
kristen sama halnya dengan pengalaman kekuasaan teokrasi di
barat, penguasa  teokrasi  Islam  menghadapi  perlawanan  dari
kelompok-kelompok anti kerajaan. Menurut pemikiran muslim
modern dan kontemporer  kekuasaan  dalam  Islam  harus
dipertanggungjawabkan  baik  kepada Allah  maupun  rakyat.
Teori  Kekuatan
• Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa
negara  terbentuk karena adanya dominasi negara
kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini,
kekuatan menjadi pembenaran dari terbentuknya
sebuah negara. Melalui proses penaklukan dan
pendudukan oleh suatu kelompok atau etnis atas
 kelompok  tertentu dimulailah proses
pembentukan suatu negara dengan kata lain
terbentuknya suatu negara karena pertarungan
 kukuatan  dimana  sang  pemenang  memiliki
 kekuatan  untuk membentuk  sebuah  negara.
1. Negara  Kesatuan (Unitarianisme)
•  Yaitu  bentuk  suatu  negara  yang  merdeka  dan  berdaulat
 dengan  satu  pemerintah  pusat  yang  berkuasa  dan
 mengatur  seluruh  daerah.  Negara  kesatuan ini  terbagi
 dalam  dua  macam  sistem  pemerintahan
a.  Sistem  Sentralisasi
• Yaitu sistem pemerintahan yang langsung dipimpin oleh
pemerintah pusat, dan pemerintah daerah melaksanakan
kebijakan pemerintahan pusat 
b.  Sistem  Desentralisasi
• Yaitu kepala daerah diberikan kesempatan dan wewenang
untuk mengurus urusan pemerintah diwilayahnya sendiri
atau dikenal dengan otonomi daerah (suatantara)
2. Negara  Serikat (Federasi)
• Yaitu suatu bentuk  negara gabungan yang
terdiri dari beberapa  negara bagian dari
sebuah negara serikat. Mulanya negara bagian
tersebut merupakan negara merdeka berdaulat
dan berdiri sendiri, setelah menggabungkan diri
dengan negara serikat dengan sendirinya
negara tersebut melepaskan sebagian dari
kekuasaannya dan menyerahkannya kepada
negara  serikat yang dikenal  dengan istilah
limitatif (satu demi satu) .
Hubungan Islam dan negara modern secara teoritis:
1.   Paradigma  Integralistic
• Paradigma ini menganut paham dan konsep agama dan negara yang merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, pada konsep tentang agama-negara
yang berarti bahwa kehidupan kenegaraan diatur dengan menggunakan hukum dan
prinsip keagamaan
2.   Paradigma  Simbiotik
• Menurut paradigma ini, hubungan agama dan negara  berada  pada posisi saling
menbutuhkan dan bersifat timbal balik atau simbiosis mutualitik. Dalam hal ini,
agama membutuhkan negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan
mengembangkan agama  begitu juga sebaliknya negara juga membutuhkan agama
karena agama membantu negara dalam pembinaan moral, etika dan spiritualitas
warga negaranya.
3.   Paradigma  Sekuralistik
• Menurut paradigma ini, agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda
dan satu sama lain memiliki garapan masing-masing,  sehingga keberadaannya
harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi. Negara
adalah urusan publik dan agama merupakan wilayah pribadi individu warga negara.
Manusia  sebagai  makhluk  sosial  membutuhkan
 kehadiran  sebuah  negara.  Negara merupakan
 organisasi  tertinggi  dalam  kelompok  masyarakat
 yang  mempunyai  citacita  untuk  bersatu  hidup
 dalam  suatu  kawasan  dan  mempunyai
 pemerintahan  yang berdaulat.  Dalam  konsepsi
Islam,  Islam  mengajarkan  banyak  nilai  dan  etika
bagaimana  seharusnya  negara  itu  dibangun  dan
 dibesarkan.  Di Indonesia,  negara yang  secara
 konstitusional  bukan  negara  Islam  atau  negara
 agama  karena  memiliki andil  dan  peran  penting
 dalam  membentuk  karakter  Indonesia  sebagai
 negara bangsa
Hubungan  agama  dan  negara  di  Indonesia
 mengan-ut  hubungan  mutualisme dan  simbiotik,
 warga  negaranya  memiliki  wewenang  penting  dan
 daya  tawar terhadap  negara  untuk  selalu  dan
 terus  mengontrol  proses  penyelenggaraan  negara
agar  tetap  sesuai  dengan  konstitusi  dan  undang-
undang  yang  berlaku.  Dengan  kata lain,  peran
 penting  yang  melekat  pada  warga  negara  adalah
 usahanya  untuk  selalu  menjadi  kontrol  dalam
 setiap  proses  penyelenggaraan  negara  agar  tetap
 konsisten pada  tujuan  utama  berdirinya  negara
 yakni  meningkatkan  kesejahteraan  rakyatnya.
Materi 3
Konstitusi dan Tata Perundang-undangan dalam
kehidupan kenegaraan

Istilah konstitusi dalam bahasa Inggris memiliki makna


yang lebih luas daripada Undang-undang Dasar yakni,
konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.  F. Laselle membagi konstitusi dalam dua
1. Sosiologis dan politis
Konstitusi adalah sintesa faktor-faktor kekuatan yang
nyata dalam masyarakat(hubungan antara kekuasaan-
kekuasaan dalam suatu Negara).
2. Yuridis
Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua
bangunan Negara dan sendi-sendi pemerintahan.
Konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat politik
atau Negara yang diorganisir dengan dan melalui
hokum. Dengan kata lain konstitusi dapat pula
dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang
mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak pihak
yang diperintah atau rakyat
K.C. Wheare sebagaimana dikutip oleh Dahlan Thaib, dkk, mengungkapkan secara
panjang lebar mengenai berbagai macam konstitusi yang pada intinya konstitusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis
Konstitusi tertulis adalah konstitusi dalam bentuk dokumen yang “kesakralan khusus”
dalam proses perumusnya.
2. Konstitusi Fleksibel dan Kaku
Konstitusi yang dapat diubah atau diamandemen tanpa adanya prosedur khusus
dinyatakan sebagai konstitusi fleksibel.
3. Konstitusi Derajat Tinggi dan Konstitusi Tidak Derajat Tinggi
Konstitusi derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi
dalam Negara.
4. Konstitusi Serikat dan Konstitusi Kesatuan
Bentuk ini berkaitan dengan bentuk suatu Negara, jika bentuk suatu Negara serikat maka
akan didadapatkan sistem pembagian kekuasaan antara pemerintah Negara serikat
dengan pemerintah Negara bagian.
5. Konstitusi Sistem Pemerintahan Presidentil dan Konstitusi Sistem Pemerintahan
Parlementer
Ciri-ciri pemerintahan presidensial:
Presiden dipilih langsung oleh rakyat
Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislative
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan
sewenang-wenang pemerintah, menjaimn
hak-hak rakyat yang diperintah, dan
menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat. Sedangkan fungsi dari konstitusi
adalah sebagai dokumen nasional dan alat
untuk membentuk sistem politik dan hukum
Negara
Sejarah Perkembangan Konstitusi

Konstitusi dikenal sejak jaman bangsa Yunani yang memiliki


beberapa kumpulan hokum. Sejalan dengan perjalanan waktu
pada masa kekaisaran Roma mempunyai pengaruh yang cukup
besar bagi tumbuhnya Demokrasi Perwakilan dan Nasiolisme.
Selanjutnya lahir piagam madinah yang merupakan pokok tata
kehidupan bersam di madinah yang dihuni oleh berbagai macam
kelompok dan golongan. Piagam madinah berisikan tentang hak
bebas berkeyakinan, berpendapat, kewajiban kemasyarakatan
dan juga mengatur kepentingan-kepentingan umum. Pada tahun
1789 meletus revolusi Perancis setelah itu muncul konstitusi
tertulis di Amerika yang diikuti oleh seluruh Negara di dunia.
Sejarah Lahirnya dan Perkembangan Konstitusi di
Indonesia

UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli


1945 oleh BPUPKI atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai.
Perjalanan sejarah konstitusi Indonesia adalah:
UUD 1945 masa berlakunya sejak tanggal 18 Agustus
1945-27 Desember 1949
Konstitusi RIS (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
UUDS RI (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
UUD berlaku kembali (5 Juli 1959-sekarang)
Perubahan Konstitusi di Indonesia

Dalam sistem ketatanegaraan modern, terdapat


dua model perubahan konstitusi yaitu renewel
(pembaharuan) dan amandemen (perubahan).
Renewel adalah sistem perubahan konstitusi
dengan model keseluruhan sehingga yang
diberlakukan adalah konstitusi yang baru secara
keseluruhan. Amandemen adalah perubahan
konstitusi yang apabila suatu konstitusi diubah,
konstitusi yang asli tetap berlaku.
• Konstitusi Sebagai Piranti Kenegaraan yang
Demokratis
• Sebagai sebuah atauran dasar yang mengatur
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara maka
sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan
bersama antara Negara dan warga negaranya, agar
satu sama lain merasa bertanggung jawab serta tidak
terjadi penindasan dari yang kuat terhadap yang
lemah. Agar nilai-nilai demokrasi yang diperjuangkan
tidak diselewengkan maka partisipasi warga Negara
dalam mnyuarakan aspirasi perlu ditetapkan dalam
konstitusi untuk ikut berpartisipasi dan mengawal
proses demokratisasi pada sebuah Negara.
Tata Urutan Perundang-Undangan Indonesia Kerangka
Implementasi Konstitusi/UUD

Konsep rechstaat mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:


adanya perlindungan HAM, adanya pemisahan dan
pembagian kekuasaan pada lembaga Negara untuk
menjamin perlindungan HAM, pemerintahan berdasarkan
peraturan, dan adanya peradilan administrasi. Hieraki
peraturan perundang-undangan Indonesia adalah UUD
1945, Ketetapan MPR, UU, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Peraturan-peraturan Pelaksanaannya
(Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dll)
Materi 4
Kehidupan Kenegaraan

Pengertian  Negara
• Istilah negara
merupakan terjemahan dari bahasa asing: state (Inggris),
staat (Belanda dan Jerman) atau etat (Perancis). Kata ini berasal dari
bahasa Latin status atau statum yang memiliki pengertian tentang
keadaan yang tegak dan tetap. Istilah ini sering pula dihubungkan
dengan kedudukan persekutuan hidup antar manusia yang biasa
disebut dengan istilah status civitas atau status republicae. Pengertian
terakhir inilah yang kemudian dikaitkan dengan kata negara.
• Secara terminologi: Negara
diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara suatu kelompok
masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam
suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
• Menurut Roger. H. Soultou: Negara merupakan perpaduan
antara alat (agensi) dan wewenang (autorithy) yang
mengatur dan mengendalikan persoalan-persoalan bersama.
• Menurut Harold J. Laski: Negara sebagai sebuah
kelompok manusia yang hidup bersama untuk mencapai
suatu cita-cita bersama.
• Menurut Max Weber: Negara adalah sebuah
masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
• Menurut Robert M. Mac Iver: Negara merupakan asosiasi
yang menyelenggarakan ketertiban suatu masyarakat dalam
suatu wilayah melalui sebuah sistem hukum yang
diselenggarakan oleh sebuah pemerintah yang untuk masuk
tersebut diberikan wewenang untuk memaksa.
Tujuan Negara

a. Memperluas  kekuasaan
b. Menyelenggarakan  ketertiban  hukum
c. Mencapai  kesejahteraan  umum
Unsur-unsur Negara
Unsur penyusun suatu negara adalah:
• Rakyat, 
yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh
suatu rasa persamaan dan bersama-
sama mendiami suatu wilayah tertentu.
• Wilayah, yaitu unsur negara yang harus terpenuhi
karena tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-
batas teritorial yang jelas. Dalam konsep negara
modern masing-
masing batas wilayah tersebut diatur dalam
perjanjian dan perundang-undangan internasional.
• Pemerintah, yaitu kelengkapan negara  yang bertugas memimpin organisasi
negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah negara.
Pemerintahan secara umum terbagi atas 2 bentuk yaitu parlementer dan
presidentil. Negara dengan sistem presidentil biasanya berbentuk republik
dengan presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Negara dengan sistem parlementer mempunyai presiden
sebagai kepala negara dan perdana mentri sebagai kepala pemerintahan.
• Pengakuan Negara Lain. Berdasarkan teori deklaratif, jika suatu masyarakat
politik telah memiliki 3 unsur pokok negara, maka dengan sendirinya telah
menjadi sebuah negara, yang karenanya patut diberlakukan sebagai
negara yang berdaulat penuh. Teori konstitutif berpendirian bahwa
betapapun unsur-unsur utama negara telah dimiliki oleh suatu
masyarakat politik namun tidaklah secara otomatis diterima sebagai
negara di tengah-tengah masyarakat internasional. Ada dua macam
pengakuan atas suatu negara, yakni pengakuan de facto dan de
jure. Pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta adanya negara
sedangkan pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu
negara atas dasar pertimbangan yuridis menurut hukum.
• Hubungan  Negara  dan  Warga  Negara
Negara Indonaesia sesuai dengan konstitusi
misalnya berkewajiban untuk menjamin dan
melindungi seluruh warga negara Indonesia
tanpa terkecuali. Negara juga berkewajiban
untuk menjamin dan melindungi hak-hak
warga negara dalam beragama sesuai dengan
keyakinannya, hak mendapatkan pendidikan,
kebebasan berorganisasi dan berekspresi.
Hubungan Agama dan Warga Negara : Kasus Islam
• Dalam kasus dunia Islam, masih menjadi perdebatan yang
intensif di kalangan pakar muslim. Menurut Azyumardi Azra,
ketegangan perdebatan tentang hubungan agama dan negara
dalam Islam disulut oleh hubungan yang sangat canggung
antara Islam sebagai agama dan negara. Perdebatan Islam 
dan negara  berangkat dari pandangan dominan Islam
sebagai suatu kehidupan sistem yang menyeluruh mengatur
kehidupan manusia termasuk persoalan politik.
• Menurut Ibnu Thaimiyah, kalaupun ada pemerintahan itu 
hanyalah  sebuah  alat untuk menyampaikan agama dan
kekuasaan bukanlah agama itu sendiri. Dengan kata lain
politik atau negara dalam Islam hanyalah sebagai alat bagi
agama bukan eksistensi bagi agama Islam
Hubungan Islam dan negara modern secara teoritis:
1.  Paradigma  Integralistic
• Paradigma ini menganut paham dan konsep agama dan negara yang merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, pada konsep tentang agama-negara
yang berarti bahwa kehidupan kenegaraan diatur dengan menggunakan hukum dan
prinsip keagamaan
2.  Paradigma  Simbiotik
• Menurut paradigma ini, hubungan agama dan negara  berada  pada posisi saling
menbutuhkan dan bersifat timbal balik atau simbiosis mutualitik. Dalam hal ini,
agama membutuhkan negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan
mengembangkan agama  begitu juga sebaliknya negara juga membutuhkan agama
karena agama membantu negara dalam pembinaan moral, etika dan spiritualitas
warga negaranya.
3.  Paradigma  Sekuralistik
• Menurut paradigma ini, agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda
dan satu sama lain memiliki garapan masing-masing,  sehingga keberadaannya
harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi. Negara
adalah urusan publik dan agama merupakan wilayah pribadi individu warga negara.
• Hubungan  agama  dan  negara  di  Indonesia
 menganut  hubungan  mutualisme dan  simbiotik,
 warga  negaranya  memiliki  wewenang  penting  dan
 daya  tawar terhadap  negara  untuk  selalu  dan
 terus  mengontrol  proses  penyelenggaraan  negara
agar  tetap  sesuai  dengan  konstitusi  dan  undang-
undang  yang  berlaku.  Dengan  kata lain,  peran
 penting  yang  melekat  pada  warga  negara  adalah
 usahanya  untuk  selalu  menjadi  kontrol  dalam
 setiap  proses  penyelenggaraan  negara  agar  tetap
 konsisten pada  tujuan  utama  berdirinya  negara
 yakni  meningkatkan  kesejahteraan  rakyatnya.
Materi 5
Identitas Nasional dan Globalisasi

Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional


• Pengertian Identitas pada hakikatnya merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu
bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri
yang khas tersebut maka suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Unsur-
unsur identitas secara normative berbentuk
sebagai nilai, bahasa, adapt istiadat, dan letak
Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional
• 1.    Sejarah.
• Sebelum menjadi Indonesia, wilayah geografis daerah Indonesia dahulu merupakan wilayah Nusantara yang
pernah mengalami kejayaan di dua kerajaan yakni Majapahit dan Sriwijaya. Kebesaran yang dan semangat
perjuangan tersebut telah membekas pada rakyat Nusantara untuk membebaskan diri dari penjajahan
colonialism. Sejarah ini turut menyatukan semangat ke-Indonesia-an yang terbentuk.
• 2.    Kebudayaan
• Aspek kebudayaan yang membentuk dentitas nasional ialah akal budi, peradaban dan pengetahuan. Akal budi
dapat terlihat pada sikap ramah tamah, unsur identitas peradaban tercermin mealui kesepakatan para pendiri
Negara megenai Pancasila sebagai suatu nilai-nilai kebersamaan, dan pengetahuan ini bisa dimisalkan pada
keandalan Indonesia membuat kapal Pinisi di masalalu dimana hal tersebut tidak ditemukan di bangsa lain.
• 3.    Suku bangsa
• Tradisi Indonesia yang sedari dulu hidup berdampingan dengan berbagai kemajemukan terutama dari suku atau
etnis menghantarkan Indonesia mampu menyatukan ini dan membentuknya menjadi suatu tataran identitas
baru dengan semangat nasionalisme dan kebersamaan.
• 4.    Agama
• Selain unsur etnis yan beragam, agamapun demikian adanya. Tidak ada satu keharusan untuk memeluk agama
apapun oleh pihak yang berkuasa. Hal ini membuat wilayah Nusantara (saat itu) tetap bisa beradaptasi dengan
baik dan rukun.
• 5.    Bahasa
• Kalau persoalan budaya, adat istiadat ialah hal yang krusial dan tidak terdapat berbagai konflik besar, maka
lebih mudah lagi dalam hal menjalin kemajemukan dan toleransi bahasa. Bahasa Indonesia sendiri merupakan
kesepakatan bersama yang tertuang pada Sumpah Pemuda 1928 agar memiliki satu bahasa lingua franca yani
yang dapat menghubungkan satu bahasa ke bahasa yang lain.
• Kata “identitas” berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati
diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain. Nasional sendiri menunjukkan pada sifat khas kelompok yang memiliki
ciri-ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik
seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan. Jadi makna dari identitas nasional ialah
suatu ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakan dari bangsa lain. Secara umum, unsur-unsur yang terkandung
dalam suatu identitas nasional ialah:
-      Pola prilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya adat
istiadat, ramah-tamah, gotong royong dan lain sebagainya.
-      Perlambangan. Ada suatu tujuan bersama yang ingin dicapai dan fungsi Negara.
Hal ini diwujudkan dalam bentuk lambing-lambang nasional. Semisal bendera,
bahasa pemersatu dan lagu kebangsaan.
-      Alat-alat perlengkapan. Alat-alat untuk mencapai tujuan bangsa ini semisal
teknologi, masjid, gereja, wihara, pakaian adat, kapal laut dan pesawat terbang.
-      Tujuan ini bisa beragam dari yang sifatnya dinamis seperti kebudayaan yang
unggul prestasi dalam bidang tertentu hingga tujuan bersama misalnya yang
tertuang di UUD 45 pada Pembukaannya yakni kecerdasan dan kesejahteraan
bersama bangsa Indonesia.
Globalisasi merupakan fenomena yang berwajah
majemuk. istilah globalisasi sering diidentikkan
dengan internasionalisasi, liberalisasi,
Universalisasi, westernisasi, de-Teritirialisasi:
perubahan dan ketakterbatasan wilayah geografis
disebabkan teknologi sehingga ruang social
menjadi semakin luas dan tanpa sekat ruang.
Jadi, secara umum globalisasi dapat diartikan
sebagai suatu perubahan dalam bentuk semakin
bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dan
factor-faktor yang terjadi akibat transkulturasasi
dan perkembangan teknologi modern.
• Sebagai efek dari teknologi dan globalisasi maka terjadi
peningkatan keterkaitan antaraseseorang dengan lainnya,
satu bangsa dan bangsa lainnya sehingga menggiring dunia
ke arah pembetukan deaa global (Global village). Hal
senada terjadi tidak hanya dibidang informasi, dan
ekonomi, namun meluas sampai pada tataran social-politik
suatu bangsa.
• Ketahanan bangsa disini berarti kondisi dinamis suatu
bangsa dimana keuletan dan ketangguhan suatu bangsa
mampu menghadapi berbagai persoalan yang terjadi
termasuk persoalan globalisasi. Dalam hal ketahanan
bangsa saat ini setidaknya terdapat peluang dan tantangan
dalam berbagai bidang yang menjadi pokok persoalan.
• Bidang politik.
a. Demokrasi yang menjadi sistem politik
sekarang apakah sudah mampu mewujudkan
dan mengaspirasi suara rakyat dan
kesejahteraan.
b. Politik luar negri yang bebas dan aktif
c.  Good government yang ditandai dengan
prinsip partisipasi, transparasi, rule of law,
responsive, efektif serta efisien.
Ekonomi

a. Menjaga kestailan ekonomi makro dengan


menstabilkan nilai tukar rupiah
b. Menyediakan lembaga-lembaga ekonomi
modern, seperti pasar modal dan perbank-an
c. Mengeksploitasi sumber daya alam secara
proporsional dan tidak merusak alam.
Social-budaya

a. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya


Manusia melalui demokratisasi pendidikan
b.  Penguasaan dan pemanfaatan teknologi
c. Menyusun kode etik dan standarisasi profesi
sesuai dengan karakter bangsa. 
Bangsa yang besar adalah bangsa yang hidup dengan kelenturan
budayanya untuk mengadaptasi unsur-unsur luar yang dianggap baik
dan dapat memperkaya nilai-nilai local. Ketidakmampuan beradaptasi
dengan budaya luar acapkali menempatkan bangsa tersebut ke dalam
kisaran kehilangan identitas namun tidak pula berhasil hidup dengan
identitas barunya. Pancasila dapat dijadikan titik tolak untuk
mengukuhkan keuniversalan pandangan hidup bangsa Indonesia dan
kelenturannya dengan perkembangan zaman.
Pancasila adalah pencapaian demokrasi paling penting yang
dihasilkan oleh para pendiri bangsa Indonesia. Pancasila tidak lain
merupakan sebuah consensus nasional bangsa Indonesia yang
mejemuk. Pancasila merupakan bingkai kemajemukan Indonesia.
Sebagai consensus nasional, Pancasila merupakan sebuah pandangan
hidup Indonesia yang terbuka dan bersifat dinamis. Sifat keterbukaan
Pancasila dapat dilihat pada muatan Pancasila yang merupakan
perpaduan antara nilai-nilai keindonesiaan yang majemuk dan nilai-
nilai yang bersifat universal
Sepanjang sejarah ORBA, Pancasilatelah dijadikan alat untuk memebungkam
suara kedaulatan rakyat dengan atas nama pembangunan nasional. ORBA juga
telah melakukan penyeragaman tafsir atas pancasila yang disebarluaskan
melalui penataran dan pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi. Sebagai
sebuah karya luhur anak bangsa, Pancasila selayaknya ditempatkan secara
terhormat dalam khazanah kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Posisinya sebagai panduan nilai dan pedoman bersama (common platform)
untuk mewujudkan tujuan atau kesejahteraan bersama bangsa Indonesia.
Menurut Azra, ada tiga faktor sedikitnya yang membuat Pancasila semakin
sulit dan marjinal dalam perkembangan saat ini, pertama  Pancasila terlanjur
tercemar karena kebijakan rezim Soeharto yang menjadikan Pancasila sebagai
alat politik untuk mempertahankan status quo kekuasaannya. Kedua,
liberalisasi politik dengan penghapusan ketentuan yang ditetapka BJ Habibie
tentang Pancasila sebagai satu-satunya asas setiap organisai. Ketiga,
desentralisasi dan otonomisasi daerah yang sedikit banyak mendorong
penguatan sentiment kedaerahan. Oleh sebab itu diperlukan revitalisasi
Pancasila karena didasari keyakiana bahwa Pancasila merupakan simpul
nasional yang paling tepat bagi Indonesia yang mejemuk
Globalisasi adalah perubahan social dalam bentuk
semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat
dengan faktor-faktor yang terjadi akibat trankulturasi
dan perkembangan teknologi modern. Globalisasi sering
diidentikan dengan:
Internasionalisasi yaitu hubungan antar Negara,
meluasnya arus perdagangan, dan penanaman modal
Liberalisasi yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan
pemerintah untuk membuka ekonomi tanpa pagar dalam
hambatan. Universalisasi yaitu ragam hidupWesternisasi
yaitu ragam hidup model budaya Barat Deteritorialisasi
yaitu perubahan-perubahan geografi sehingga ruang
social dalam perbatasan, tempat dan distance menjadi
berubah.
• Beberapa unsure penting yang terkait dengan globalisasi, adalah:
a. Global Space (Dunia Maya)
Globalisasi informasi ditunjukkan dengan semakin pesatnya penggunana media
elektronik dalam mengirim dan menerima informasi. Surat kabar dan radio, televisi
tidak lagi merupakan sumber utama informasi, kehadiran internet telah memudahkan
informasi di dunia diterima apapun di pelosok dunia.

b. Beberapa kecenderungan Gelombang Globalisasi terhadap Nasinalisme


Salah satu pengaruh yang sangat kuat dari globalisasi informasi adalah hilangnya
diferensiasi social dan dengan itu hirarki social menjadi tidak tepat lagi.

c. Tantangan Masa Depan Dalam Gelombang Globalisasi


• Melawan kemiskinan
• Memperjuangkan dan melaksanakan HAM
• Menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang aman.
• Perlu diwujudkan tatanan ekonomi dan keuangan yang baru
• Melindungi dan memelihara planet bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan
bersama manusia.
• Kerjasama regional perlu dikembangkan di dalam rangka kerjasama internasional.
Globalisasi adalah penyesuaian produk global
dengan karakter local. Glokalisasi dimaknai
sebagai munculnya interpretasi produk-
produk global dalam konteks local yang
dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai
wilayah budaya. Interpretasi local
masyarakat tersebut kemudian juga
membuka kemungkinan adanya pergeseran
makna atas nilai budaya.
Dalam rangka ketahanan nasional, peluang
dan tantangan bangsa Indonesia dalam era
globalisasi dapat dijumpai dalam beberapa
bidang yang meliputi bidang politik,
ekonomi, social dan budaya
Identitas nasional ialah suatu ungkapan nilai-nilai budaya suatu
bangsa yang bersifat khas dan membedakan dari bangsa lain.
-    Unsur-unsur identitas terdiri dari sejarah, kebudayaan, agama,
suku Bangsa dan bahasa.
-    Globalisasi secara umum bermakna perubahan dalam bentuk
semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dan
factor-faktor yang terjadi akibat transkulturasasi dan
perkembangan teknologi modern.
-    Arti dari multikulturalisme suatu pemahaman ataupun faham
yang mampu menyandingkan berbagai perbedaan baik etnis
maupun tidak dalam upayanya hidup berdampingan dengan
damai. Multikulturalisme merupakan suatu tawaran konkrit
untuk membangun Indonesia menemukan kembali Identitas
nasionalnya dan menghubungkannya dengan Pancasila sebagai
dasar bagi didirikannya Negara Indonesia.
Materi 6
Demokrasi: Teori dan Aksi

Tinjauan umum
• Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari 2 kata yang
berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cratein” atau
“cratos” yang berarti kekuasaan dan kedaulatan. Jadi
“demos-cratein” atau “demos-cratos” (demokrasi) adalah
kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi
berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa,
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat (Inu
kencana, 1994: 150; 1999 : 18, Miriam Budiardjo, 1977 : 50,
Ignas Kleden, 2000 : 5, Masykuri Abdillah, 1999 : 71).
Pertama, pemerintahan dari rakyat (government of the
people) berhubungan erat dengan legitimasi
pemerintahan (Legitimate government) dan tidak
legitimasi pemerintahan (Unlegitimate government) di
mata rakyat.Pemerintahan legitimasi berarti suatu
pemerintahan yang berkuasa mendapat pengakuan dan
dukungan rakyat.Sebaliknya pemerintahan tidak
legitimasi berarti suatu pemerintahan yang sedang
memegang kendali kekuasaan tidak mendapat
pengakuan dan dukungan dari rakyat.Karena itu
pemerintah harus mendengar kehendak dan keinginan
rakyat, bukan memaksa rakyat untuk memahami dan
mengikuti kehendak pemerintah.
Kedua, pemerintahan oleh rakyat (government
by the people) berarti pemerintah yang
menjalankan kekuasaan atas nama rakyat dan
pengawasannya dijalankan oleh rakyat bukan
oleh siapa-siapa atau lembaga pengawasan yang
ditunjuk pemerintah. Pemerintahan oleh rakyat
selama Orde Lama danOrdeBaru telah menjadi
distorsi yang luar biasa. Karena pemerintah Orde
Lama telah menempatkan dirinya sebagai
pemegang dan penguasa tunggal, sementara
rakyat dipaksa untuk tunduk dan patuh
kepadanya.
Ketiga, adalah Pemerintahan untuk rakyat (government
for the people) yaitu suatu pemerintahan yang mendapat
mandat kekuasaan yang diberikan oleh rakyat
dipergunakan untuk apa? Apakah untuk membeli sembako
rakyat, memberikan pelayanan pendidikan rakyat, atau
memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya melalui
korupsi? Artinya, pemerintahan takluk apa tidak kepada
apa yang diinginkan rakyat, misalnya ujn tuk membawa
Soeharto ke persidangan dalam kasus korupsi, melakukan
pengadilan terhadap pelanggar HAM baik oleh sipil atau
militer, menegakkan supremasi hukum dan kehendak
rakyat lainnya. Bila pemerintahan menjalankan apa yang
menjadi aspirasi rakyat, berarti government for people
telah terwujud
• Menurut Inu Kencana prinsip demokrasi adalah sebagai berikut :
– Adanya pembagian kekuasaan (sharing power)
– Adanya pemilihan umum yang bebas (general election)
– Adanya manajemen pemerintahan yang terbuka
– Adanya kebebasan individu
– Adanya peradilan yang bebas
– Adanya pengakuan hak minoritas
– Adanya pemerintahan yang berdasar hukum’
– Adanya pers yang bebas
– Adanya multi partai politik
– Adanya musyawarah
– Adanya persetujuan parlemen
– Adanya pemerintahan yang konstitusional
– Adanya ketentuan pendukung system demokrasi
– Adanya pengawasan terhadap administrasi public
– Adanya perlindungan HAM
– Adanya pemerintahan yang bersih (clean and good government)
– Adanya persaingan keahlian (profesionalitas)
– Adanya mekanisme politik
– Adanya kebijakan negara yang berkeadilan
– Adanya pemeriintahan yang mengutamakan tanggung jawab.
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikirana
mengenai hubungan negara dan hukum di Yunani
Kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara antara
abad ke 4 SM sampai abad ke 6 M. demokrasi yang
dipraktikkan pada masa itu berbentuk demokrasi
langsung (direct democracy) artinya rakyat dalam
menyampaikan haknya untuk membuat keputusan
politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga
negara berdasarkan prosedur mayoritas. Namun tidak
semua warga kota mendapat hak demokrasi. Dengan
kata lain model demokrasi dalam negara kota dilihat
dari perspektif demokrasi modern adalah model
demokrasi yang kurang demokratis.
Menjelang akhir abad pertengahan tumbuh kembali
keinginan untuk menghidupkan demokrasi. Hal itu
diindikasikan dengan lahirnya Magna Charta (Piagam
Besar) sebagai suatu piagam yang memuat perjanjian
kaum bangsawan dan Raja John di Inggris dengan
bawahannya. Dalam piagam magna charta ditegaskan
bahwa raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan
preveleges bawahannya termasuk rakyat jelata sebagai
imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang
dan lain-lain. Selain itu dalam piagam tersebut memuat
dua prinsip yang sangat mendasar : pertama, adanya
pembatasab kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia
lebih penting daripada kedaulatan raja.
Munculnya kembali gerakan demokrasi di eropa
barat pada abad pertengahan seperti dikatakan oleh
(Moh. Mahfud MD, 1999) didorong oleh perubahan
sosial dan gerakan cultural yang berintikan pada
penekanan pemerdekaan akal dari segala
pembatasan. Gerakan cultural yang dimaksud adalah
gerakan renaissance dan gerakan reformasi. Gerakan
renaissance merupakan gerakan yang menghidupkan
kembali minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno.
Gerakan ini lahir di Barat karena adanya kontak
dengan dengan dunia Islam yang ketika itu sedang
berada pada puncak kejayaan peradaban ilmu
pegetahuan
• Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan
demokrasi parlementer. System demokrasi parlementer
yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan
diproklamirkan dan kemudian diperkuat dalam UUD 1945
dan 1950, ternyata kurang cocok untuk Indonesia,
meskipun dapat berjalan secara memuaskan pada
beberapa negara asia lain.
• Pada periode ini kedudukan parlemen sangat kuat dan
pada gilirannya menguat pula kedudukan partai politik.
Karena itu segala hal yang terkait dengan kebijakan
negara tidak terlepas dari sikap kritis para anggota
parlemen untuk mendebatnya baik melalui forum
parlemen maupun secara sendiri-sendiri (Jimly
Asshiddiqie, 1994 : 143)
• Komponen penegakan demokrasi
• Untuk terwujudnya demokrasi dalam berbagai lapangan dan
sisi kehidupan manusia baik dalam kehidupan bernegara
dimana hubungan negara dan masyarakat atau masyarakat
dengan negara dan kehidupan sosial kemasyarakatan yaitu
hubungan antar sesama warga masyarakat. Tegaknya
demokrasi sangat terkait dengan tegaknya komponen atau
unsur dalam demokrasi itu sendiri. Komponen-komponen yang
dapat mengejawantahkan tegaknya demokrasi antara lain :
• Negara hukum
• Masyarakat madani
• Partai politik
• Pers yang bebas dan bertanggungjawab
• Cara mengukur demokrasi
• Suasana kehidupan yang demokratis merupakan dambaan
bagi manusia Indonesia. Karena itu demokrasi tidak saja
menjadi gagasan yang utopis, melainkan sesuatu yang perlu
diimplementasikan. Suasana kehidupan yang demokratis
khususnya dalam kehidupan kenegaraan dan sistem
pemerintahan menurut DjuandaWidjaya ditandai oleh
beberapa hal sebagai berikut :
a. Dinikmati dan dilaksanakan hak serta kewajiban politik oleh
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang
menjamin adanya kebebasan, kemerdekaan, dan rasa
merdeka
b. Penegakan hukum yang mewujud pada pada asas supremasi
penegakan hukum (supremacy of law), kesamaan di depan
hukum (equality before of law), dan jaminan terhadap HAM
c. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat
d. Kebebasan pers dan pers yang bertanggungjawab
e. Pengakuan terhadap hak minoritas
f. Pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan
pada asas pelayanan, pemberdayaan, dan
pencerdasan
g. Sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif
f. Keseimbangan dan keharmonisan
g. Tentara yang professional sebagai pertahanan
h. Lembaga peradilan yang independent.
• Penafsiran terhadap istialah syura atau musyawarah
agaknya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Demikian pula pengertian dan persepsi tentang kata
yang padat makna mengalami evolusi sesuai dengan
perkembangan pemikiran, ruang, dan waktu. Dewasa ini
pengertian musyawarah sering dikaitkan dengan dengan
beberapa teori politik modern, seperti system republik,
demokrasi, parlemen, dan sebagainya.[18]Bahkan, konon
ada yang mengatakan bahwa demokrasi adalah syura.
Oleh karena itu dalam pembahasan ini akan difokuskan
pada perbedaan antara syura dan demokrasi.
• [18]Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur'an, Jakarta :
Paramadina, 2002, cet. Ke-2, hal 440
Secara umum, segi yang paling penting dalam
membedakan syura dan demokrasi ialah prinsip
komprehensif yang menjadikannya melampaui
ruang lingkup system pemerintahan dan
kontitusi negara, karena ia memeng lebih umum
dan lebih luas dari ruang lingkupnya., hingga
termasuk didalamnya musyawarah dalam
masalah fiqih seperti dalam menyapih anak, dan
lain-lain. Adapun demokrasi ialah system politik
yang mencakup kaidah-kaidah dimana system
pemerintahan dan negara tegak diatasnya
• Adapun secara terperinci, al-Qodiri menyebutkan lima
perbedaan antara Syura dan demokrasi.[20]
• Dalam syura, peserta musyawarah (pemimpin dan
rakyat) mengimani bahwa mereka adalah hamba
Allah, dan Allah lah yang berhak menentukan hokum.
Adapun dalam system demokrasi, sesuai dengan
artinya dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat, maka
yang menetukan hokum adalah rakyat (manusia).
• Dalam syura, mereka berkumpul untuk tukar pendapat
dengan tujuan sampai pasa kebenaran yang diridhai
oleh Allah. Maka mereka menjauhi sikap ta'assub
terhadap [20]Abdullah al-Qodiri …Op.cit hal 126-1135
• Dalam syura, mereka bersungguh dalam membahas masalah umat untuk
mencapai mufakat, sebagiamana mereka bersungguh dalam ibadah mereka.
Sedangkan dalam system demokrasi, mereka tidak sungguh-sungguh dalam
mengurus kemaslahatan umum, terkadang tujuan pemimpin dan pemerintah
dalam musyawarah adalah untuk untuk menekan dan mengarahkan peserta
musyawarah untuk menyetujui usulan pemerintah, disamping itu musyawarah
adalah forum untuk memuji pemimpin negara dan pemerintah.
• Dalam syura, mereka tidak menempati posisi mereka di pemerintahan dengan
cara meyuap, atau berusaha memperoleh kedudukan itu, berbeda dengan
sistem demokrasi, untuk sampai pada posisi mereka di pemerintahan, tidak
sedikit diantara mereka yang memperolehnya dengan cara menyogok atau
dengan cara-cara yang tidak terpuji, maka dalam musyawarah mereka lebih
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan
• 5.      Dalam syura, setelah mereka selesai musyawarah mereka rukun, tidak
ada dendam, menerima hasil syura dan berusaha melaksanakannya. Adapun
dalam system demokrasi, pihak yang pendapatnya kalah, akan selalu
menentang, mengkritik pemerintah dan mencari kesalahan pemerintah, yang
mengakibatkan perpecahan dan permusuhan dikalangan peserta syura.
• Musyawarahadalah berkumpulnya dua orang ahli atau
lebih untuk mengkaji atau membahas suatu masalah yang
disertai dengan hujjah (argumen-argumen yang kuat)
untuk mencapai kata mufakat (pendapat yang benar).
• Dalam al-Qur'an kata musyawarah terdapat dalam tiga
tempat (al-Baqarah:233, 'Ali Imran : 159, dan as-
Syura :38 ), dari ketiga ayat diatas beserta tafsirnya
menunjukkan penting bermusyawarah, tidak hanya pada
urusan-urusan besar seperti perang atau urusan-urusan
kenegaraan yang tidak ada nash (dalil) didalamnya tapi
juga urusan rumah tangga termasuk didalamnya urusan
menyapih anak atau yang sejenisnya. Disamping itu
banyak sekali hadits yang menjelasakan secara detail
tettang keutamaan musyawarah.
Menurut Ahmad S. Mousali, ketika spirit
englightenment dengan doktrin hokum alam
(natural law) nya telah menginspirasikan
lahirnya konsep-konsep barat tentang
demokrasi, pluralism, dan HAM, akibat
pengaruh yangsama kalangan ulama muslim
menjadikan doktrin-doktri tersebut dibawah
sinaran otoritas teks yang berasal dari al-
qur’an dan sunah Muhammad saw.
Secara garis besar islam dan demokrasi
dikelompokkan menjadi 3 kelompok pemikiran
yaitu:
1. Islam dan demokrasi adalah dua system politik
yang berbeda
2. Islam berbeda dengan demokrasi apabila
demokrasi didefenisikan secara prosedural seperti
dipahami dan di praktikkan di Negara-negara barat
3. Islam adalah system nilai yang membenarkan dan
mendukung system politik demokrasi seperti yang
di praktikkan di Negara-negara maju.
Terdapat beberapa argument teoritis yang bias
menjelaskan lambannya pertumbuhan dan
perkembangan demkrasi di dunia islam yaitu:
1. Pemahaman doktrinal menghambat praktek
demokrasi
2. Persoalan kultur
3. Lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia
islam tak ada hubungan dengan teologi
maupun kultur, melainkan lebih terkait dengan
sifat alamiah demokrasi itu sendiri.
Materi 7
Otonomi Daerah
Dalam Kerangka NKRI

• Pengertian otonomi daerah dan desentralisasi


• Otonomi daerah diambil dari kata otonomi dan daerah. Otonomi
dalam makna sempit diartikan sebagai mandiri. Sedangkan dalam
makna lebih luas diartikan sebagai berdaya. Jadi otonomi daerah
dapat diartikan sebagai kemandirian suatu daerah dalam kaitan
pembuatan dan penganbilan keputusan mengenai kepentingan
daerahnya sendiri. Juka daerah sudah mampu mencapai kondisi
daerah tersebut, maka daerah dapat dikatakan sudah berdaya untuk
melakukan apa saja secara mandiri tanpa tekanan dari luar
(eksternal intervention).
 
Otonomi daerah erat sekali dengan
desentralisasi. Desentralisasi adalah transfer
kewenangan untuk menyelenggarakan
beberapa pelayanan kepada public dari
seseorang atau agen pemerintah pusat
kepada individu atau agen lain yang lebih
dekat kepada public. Atau bisa juga dapat
diartikan sebagai pelimpahan kewenangagan
dan tanggung jawab dari pemerintahan pusat
kepada pemerintah daerah
• Tujuan otonomi daerah
• Memasuki abad 21 ,Indonesia mengalami krisis
ekonomi dan politik. Dan memporak-
porandakan hampir seluruh sendi-sendi
ekonomi dan politik di Indonesia yang dibangun
cukup lama, krisis tersbut diakibatkan oleh
sistem manajemen Negara dan pemerintahan
yang sentralistik. Dimana kewenangan dan
pengelolaan segala sector pembangunan berada
dalam kewenangan pemerintah pusat,
sementara daerah tidak memeiliki kewenangan .
Sebagi respon dari krisis tersebut dari masa reformasi
dicanangkan suatu kebijakan restrukturisasi system
pemerintahan yang cukup penting yaitu melaksanakan
otonomi daerah dan pengaturan perimbangan antara
pusat dan daerah. Paradigma lama dalam manajemen
negaa dan pemerintahan yang berporos dalam sentralisme
kekuasaan diganti menjadi kebijakan otonomi yang
berpusat pada desentralisme. Dalam pada itu, kebijakan
otonomi daerah tidak dapat dilepaskan dari upaya politik
pemerintah pusat untuk merespon tuntutan kemerdekaan
atau Negara federal dari beberapa wilayah yang memiliki
aset sumber daya alam melimpah namun tidak
mendapatkan haknya secara proposional kepada
pemerintah orde baru.
• Desentralisasi dianggap dapat menjawab tuntutan
pemerataan pembangunan sosial ekonomi,
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
kehidupan berpoltik yang efektif. Ada beberapa alasan
mengapa kebutuhan terhadap desentralisasi di Indonesia
saat ini dirasakan sangant mendesak :
1. Kehidupan bebebangsa dan bernegara selama ini sangat
berpusat di Jakarta. Sementra itu, pembangunan di
beberapa wilayah lain dilalaikan.
2.  Pembagian kekayaan secara tidak adil dan merata.
3.  Kesenjangan sosial (dalam makna seluas-luasnya) antara
satu daerah satu dengan daerah lain sangat terasa.
• Adapun tujuan dari otonomi daerah the liang Gie sebagai berikut
a.   dilihat dari sudut politik , yaitu untuk mencegah penumpukan
kekuasaan pada satu pihak saja yang bisa pada akhirnya dapat
menimbulkan tirani.
b.   Dalam bidang politik untuk menarik rakyat ikut serta dalam
pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak
demokrasi.
c.   Dalam sudut tehknik organisatoris yaitu, pemerintahan daerah sdlah
semata-mata untuk mencapai pemerintahan yang efesien.
d.   Dari sudut kultur yaitu, desentralisasi perlu diadakan supaya adanya
perhatian dapat ditumpukan kepada kekhusussan suatu daerah
seperti geografi, keadaaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak
kebudayaan atau latar belakang sejarahnya.
e.  Dari sudut kepentingan ekonomi, agar pemerintah daerah dapat
lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut.
Beberapa argumentasi dalam memilih
desentralisasi ekonomi
a) Untuk terciptanya efesiensi – efektifitas
penyelenggaraan pemerintah.
b)  Sebagai sarana pendidikan politik
c)  Pemerintahan daerah sebagai persiapan
untuk karir politik lanjutan.
d) Stabilitas politik
e) Kesetaraan politik
f)  Akuntabilitas politik
Konsep dasar otonomi daerah antaralain:
1. penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintah
dalam hubungan domestik pada daerah.
2. penguatan peran DPRD sebagai representasi rakyat lokal
dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah.
3. pembangunan tradsi politik yang lebih sesuai dengan kultur
berkualitas tinggi dengan tingkat akseptabilitas yang tinggi
pula
4.  peningkatan efektifitas fungsi –fungsi pelayanan eksekutif.
5.  peningkatan efesiensi administrasi daerah
6.  pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah
pemberian keluasan kepada daerah dan optimalisasi upaya
pemberdayaaan masyarakat.
Prinsip-prinsip otonomi daerah dalam uu no. 22 tahun 1999
1. demokrasi keadilan, pemerataan potemsi, dan
keanekaragaman daerah
2. otonomi luas, nyata dan pertanggung jawab
3. otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada
daerah kabupaten dan daerah kota
4. sesuai dengan konstitusi negara
5. kemandirian daerah otonomi
6. meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah
7.  asas dokonsentrasi diletakkan pada daerah provensi
sebagai wilayah administrasi
8.  asas tugas pembantuan.
• Kewenangan pemerintahan pusat, provensi,
kabupaten dan kota dalam uu no. 22 tahun 1999.
1. Kewenangan pemerintahan pusat:
2. Hubungan luar negeri, pertahanan dan
keamanan, peradilan, moneter , agama,.dan
berbagai jenis urusan yang memeng lebih efesien
yang ditangani secara sentral oleh pemerintahan
pusat seperti kebijakan makro ekonomi,
standarisasi nasional, administrasi
pemerinntahan , badan usaha milik negara dan
pengembangan sumber daya manusia.
3. kewenangan pemerintahan provinsi:
• kewenangan bersifat lintas kabupaten dan
kota
• kewenangan pemerintahan lainya , seperti
perencanaan dan pengendalian
pembangunan regional secara makro.
• Kewenangan kelautan
• Kewenangan yang tidak atau belum dapat
ditangani daerah kabupaten dan kota.
4. kewenangan pemerintahan kabupaten dan kota:
• pertanahan
• pertanian
• pendidikan dan kebudayaan
• tenaga kerja
• kesehatan
• lingkungan hidup
• pekerjaan umum
• perhubungan
• perdagangan dan industri
• penanaman modal
• koperasi
Materi 8
Tata kelola Kepemerintahan yang baik dan bersih (good and
clean governence)

Demokrasi tidak muncul tiba-tiba, ia merupakan proses panjang melalui


kebiasaan, pembelajaran, dan penghayatan. Untuk tujuan ini dukungan sosial
dan lingkungan demokrasi mutlak dibutuhkan. Keberhasilan demokrasi di
tunjukkan oleh sejauh mana demokrasi sebagai prinsip dan acuan hidup bersama
antar warga negara, dan antar warga negara dengan negara dijalankan dan
dipatuhi oleh kedua belak pihak. Menurut Nurcholish Madjid, demokrasi
bukanlah kata benda, tetapi kata kerja yang mengandung makna sebagai proses
dinamis. Karena itu demokrasi harus diupayakan dan dibiasakan dalam kehdupan
sehari-hari. Demokrasi dalam kerangka di atas berarti sebuah proses
melaksanakan nilai-nilai civilty (keadaban) dalam bernegara dan masyarakat.
• Menjadi demokrasi membutuhkan norma dan rujukan praktis serta
teoritis dari masyarakat yang telah maju dalam berdemokrasi. Menurut
Nurcholish Madjid, pandangan hidup demokrasi dapat bersandar pada
bahan-bahan yang telah berkembang, baik secara teoritis maupun
pengalaman praktis di negeri-negeri yang demokrasinya sudah mapan.
Setidaknya ada enam norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh
tatanan masyarakat yang demokratis. Keenam norma itu adalah:
1.  Kesadaran pluralisme, kesadaran akan kemajemukan tidak sekedar
pasif akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Kesadaran atas
kemajemukan menghendaki tanggapan dan sikap positif terhadap
kemajemukan itu sendiri secara aktif. Pengakuan akan kenyataan
perbedaan harus diwujudkan dalam sikap dan perilaku menghargai dan
mengakomodasi beragam pandangan dan sikap orang dan kelompok
lain,sebaga bagian dari kewajiban warga negara dan negara untuk
menjaga dan melindungi hak orang lain untuk diakui keberadaannya.
Istilah good and clean governance merupakan wacana
baru dalam kosakata ilmu politik dan muncul pada awal
1990-an. Secara umum, istilah good and clean governance
memiliki pengetian akan segala hal yang terkait dengan
tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Pengertian good governance tidak sebatas
pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi
menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun
nonpemerintah (lembaga swadya masyarakat) dengan
istilah good corporate. Dalam praktiknya, pemerintahan
yang bersih adalah model pemerintahan yang efektif,
efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan
sari implementasi good and clean governance. Untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih
berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean
governance, setidaknya dapat dilakukan melalui
pelaksanaan prioritas program, yakni:
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2.  Kemandirian lembaga peradilan.
3.  Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4.  Penguatan partisipasi Masyarakat Madani.
5.  Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka
otonomi daerah.
Tindakan penyalahgunaan Anggaran
Pembangunan dan Biaya Daerah (APBD) yang
dilakukan oleh pemda dan anggota legislatif
(DPRD) oleh sejumlah lembaga, seakan
belum cukup untuk mengikis tindakan
korupsi di kalangan pejabat negara. Menurut
Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), korupsi merupakan
tindakan yang merugikan kepentingan umum
dan masyarakat luas demi keuntungan
pribadi atau kelompok tertentu.
Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan
secara cuma-cuma ataupun disertai dengan
pembayaran. Pelayanan publik yang bersifat cuma-
cuma sebenarnya merupakan kompensasi dari
pajak yang telah dibayar oleh masyarakat itu
sendiri. Adapun, pemberian pelayanan publik yang
disertai dengan penarikan bayaran, penentuan
tarifnya didasarkan pada harga pasar ataupun
didasarkan menurut harga yang paling terjangkau
bukan berdasarkan ketentuan sepihak aparat atau
instansi pemerintah.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi
titik strategis untuk memulai pengembangan dan
penerapan good and clean governance di Indonesia, yaitu:
1. Pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara
yang diwakili pemerintah berinteraksi dengan lembaga
nonpemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik
akan mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap
kerja birokrasi.
2.  Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek
good and clean governance bisa diartikulasikan secara
lebih mudah.
3. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur
governance, yaitu pemerintah, maysarakat, dan
mekanisme pasar.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitif yang menggambarkan
tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah didtetapkan dengan
memperhitungkan elemen-elemen indikator sebagai berikut:
1.  Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi mampu
menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya
manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.
2.   Indikator proses, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan berkaitan
dengan kesesuaian anatar perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3.  Indikator produk, yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
4.  Indikator hasil adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
5.   Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6.   Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif
pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan
2.Musyawarah, makna dan semangat musyawarah
ialah mengharuskan adanya keinsyafan dan
kedewasaan warga negara untuk secara tulus
menerima kemungkinan untuk melakukan
negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan
politik secara damai dan bebas dalam setiap
keputusan bersama. Konsekuensi dari prinsip ini
adalah kesediaan setiap orang maupun kelompok
untuk menerima pandangan yang berbeda dari
orang atau kelompok lain dalam bentuk-bentuk
kompromi melalui jalan musyawarah yang
berjalan secara seimbang dan aman.
3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan, demokrasi
pada hakikatnya tidak hanya sebatas pelaksanaan
prosedur-prosedur demokrasi (pemilu suksesi,
aturan mainnya), tetapi harus dilakukan secara
santun dan beradab yakni melalui proses
demokrasi yang dilakukan tanpa tanpa paksaan,
tekanan, dan ancaman dari dan oleh siapapun,
tetapi dilakukan secara sukarela, dialogis, dan
saling menguntungkan. Namun norma ini tidak
akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa
topangan akhlak tepuji dari warga negara.
4.Norma kejujuran dalam kemunfakatan.
Faktor ketulusan dalam usaha bersama
mewujudkan tatanan sosial yang baik untuk
semua warga negara merupakan hal yang
sangat penting dalam membangun tradiasi
demokrasi. Prinsip ini erat kaitannya dengan
musyawarah seperti yang telah di jelaskan di
atas, musyawarah yang benar dan baik hanya
akan berlangsung jika masing-masing pribadi
atau kelompok memiliki pandangan positif
terhadap perbedaan pendapat orang lain.
5. Kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban. Itu
merupakan norma demokrasibaik orang dan kelompok
lain yang harus diintegrasikan dengan sikap percaya
pada iktikad baik orang dan kelompok lain (trust
attitude). Norma ini akan berkembang dengan baik jika
ditopang oleh pandangan positif dan optimis terhadap
manusia.
6. Trial and error (percobaan dan salah). Demokrasi
merupakan sebuah proses tanpa henti, dalam kerangka
ini demokrasi membutuhkan percobaan-percobaan dan
kesediaan semua pihak untuk menerima kemungkinan
ketidaktepatan atau kesalahan dalam praktik
berdemokrasi
Materi 9
Hak Asasi Manusia

Sebuah Tinjaun Historis


• Hak asasi manusia (HAM) seperti dikemukakan oleh
Jan Materson dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB
adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang
tanpa dengannya manusia mustahil hidup sebagai
manusia.Jadi dapat didefinisikan bahwa hak asasi
manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang
bersifat qodrati).Oleh karenanya tidak ada kekuasaan
apapun di dunia yang dapat mencabutnya.
Di era globalisasi saat ini, hak asasi manusia (HAM)
merupakan suatu isu yang sangat menyedot perhatian dan
menjadi agenda yang paling penting, terutama di dunia ketiga,
termasuk dunia Islam.Isu HAM bahkan menjadi faktor
pertimbangan kebijakan luar negeri setiap negara.Lebih dari
itu, keharusan adanya penghormatan terhadap HAM ini
menjadi pra syarat dalam hubungan internasional. Suatu
negara yang dinilai dan diketahui mengabaikan HAM, dapat
dipastikan ia akan menjadi sasaran kritik dan diisolir dari
pergaulan antar bangsa. HAM disini dimaksudkan sebagai hak-
hak tertentu, hak yang melekat secara eksistensial dalam
identitas kemanusiaan tanpa melihat kebangsaan, agama,
jenis kelamin, status sosial, pekerjaan, kekayaan atau
karakteristik etnik, budaya dan perbedaan sosial lainnya.
Secara historis, ide tentang HAM berasal dari gagasan
tentang hak-hak alami.Oleh karenanya HAM
dianggap sebagai bagian dari hakikat kemanusiaan
yang paling fundamental. Di dunia Barat ide tentang
HAM merupakan hasil tentang perjuangan yang
menuntut tegaknya nilai-nilai dasar kebebasan dan
persamaan. Perjuangan kelas tersebut secara
kronologis tercermin dengan lahirnya Magma Carta
(Piagam Agung) pada 15 Juni 1215 di Inggris sebagai
bagian pemberontakan para Baron Inggris terhadap
raja Jhon. Disusul dengan Bill of Rights pada 1698
yang juga di Inggris berisi tentang penegasan
pembatasan kekuasaan raja.
• Kemudian disusul lagi dengan The American Declaration of
Independence (Deklarasi Kemerdekaan America) pada tanggal 6
Juli 1776 yang berisi tentang "pernyataan hak-hak manusia dan
warga negara", dan dilanjutkan dengan lahirnya suatu naskah yang
dicetuskan pada permulaan revolusi perancis, 4 Agustus 1789
dengan slogannya populer pada waktu itu :Liberte (kebebasan),
Egalite (persamaan)dan Faternite (persaudaraan) sebagai bentuk
perlawanan dan penolakan terhadap rezim yang berkuasa
sebelumnya[1]. Dalam naskah tersebut mempertegas tentang hak-
hak yang dimiliki oleh setiap manusia berkaitan dengan freedom of
expression (kebebasan mengeluarkan pendapat), freedom of
religion (kebebasan menganut keyakinan / agama yang
dikehendaki), the right of property (perlindungan terhadap hak
milik) dan hak-hak dasar lainnya.
• [1] Said Aqil Husin al-Munawar, 2004, Al-Qur'an Membangun
Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press, Jakarta, hal : 297.
• Proses pertumbuhan HAM mencapai puncaknya, ketika perang dunia
II usai (sesudah Hitler memusnahkan berjuta-juta manusia) dijadikan
dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM yang bersifat
universal yang kemudian dikenal dengan The Universal of Human
Right yang dideklarasikan oleh PBB pada tanggal 10 Desember
1948[2], yang didukung oleh sebagian besar anggota PBB yang aktif
di dalamnya. Konsep deklarasi PBB ini kemudian mengalami
elaborasi lanjut dengan diratifikasinya tiga persetujuan / perjanjian,
yakni convenant civil and political right (perjanjian internasional
tentang hak-hak sipil dan politik); convonent of economic,social and
cultural right (perjanjian internasional tentang hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya) dan optinal protocol to the international
convonent on civil and political right.Ketiganya disetujui secara
aklamasi dalam sidang umum PBB pada akhir tahun 1966.
• [2] Chandra Muzaffar, 1995, Hak Asasi Manusia dalam Tata Dunia
Baru, Mizan, Bandung, hal : 31.
Konsep HAM seperti tersebut di atas dan berbagai perjanjian
yang mengikutinya memperlihatkan bahwa masyarakat manusia
dipandang dalam kaca mata sekularisme, dan agama tidak dapat
didefinisikan sebagai tatanan yang mengikat masyarakat, negara
atau hubungan internasional.Disebabkan orientasinya yang
sekuler itulah, maka konsep HAM modern di atas menimbulkan
respon yang bervariasi serta kontroversial di kalangan dunia
Islam. Ditolak atau tidaknya konsep HAM PBB tergantung kepada
bagaimana kaum muslim memandang kompleks persoalan sekitar
syari'ah. Setidaknya ada tiga tanggapan dunia muslim terhadap
konsep HAM tersebut, pertama, menolak secara keseluruhan,
kedua, menerima secara keseluruhan, ketiga merupakan
tanggapan yang bersifat ambigu yang mencerminkan adanya
keinginan untuk tetap setia pada syari'ah di satu sisi dan
keinginan untuk menghormati tatanan serta hukum-hukum
internasional yang ada di sisi lain.
• Tanggapan tersebut mengharuskan kaum muslim untuk menformulasikan HAM
versi Islam. Formulasi HAM versi Islam yang terkenal adalah deklarasi universal
tentang HAM dalam Islam (al-bayan al-alam 'an huquq al-insan fi al-
Islam).Deklarasi ini diundangkan pada September 1981 di Paris[3].Deklarasi ini
mengandung beberapa karakteristik yang sangat berbeda jika dibandingkan
dengan The Universal Declaration of Human Right (HAM PBB).Pertama, ada
klaimnya bahwa Islam memiliki konsep HAM yang guine yang sudah dirumuskan
bahkan sejak abad ketujuh masehi. Kedua, bahwa seluruh isi deklarasi itu
dirumuskan berdasarkan al-Qur'an dan as-sunnah, dengan asumsi bahwa akal
manusia tiak akan mampu menemukan jalan terbaik untuk menopang kehidupan
yang sejati tanpa petunjuk Tuhan. Ketiga, bahwa sejatinya apa yang dimiliki
manusia bukanlah hak-hak yang sudah dibawanya sejak lahir, melainkan
preskripsi-preskripsi yang dititahkan kepada manusia, yang didapat atau direduksi
dari sumber-sumber yang ditafsirkan sebagai titah-titah Ilahi yang meliputi
kewajiban dan hak. Oleh karena itu yang disebut dengan HAM pada dasarnya
adalah kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan atau hak-hak Tuhan kepada
manusia.Keempat, bahwa syari'at adalah merupakan parameter terakhir dan satu-
satunya untuk menilai semua tindakan manusia.
• [3] Said Aqil Husin al-Munawar, 2004, Op Cit, hal : 300.
Deklarasi yang hampir sama ditemukan pada
rumusan Cairo Declaration of Human Right in
Islam. Deklarasi ini diumumkan pada tahun
1990 oleh negara-negara muslim yang
tergabung dalam Organisasi Konfrensi Islam
(OKI). Deklarasi Kairo ini terdiri dari 25 pasal
yang mencakup hak individu, sosial, ekonomi
dan politik, yang semuanya tunduk kepada
syari'at Islam.
• Macam-Macam HAM
• Manusia selalu memilki hak-hak dasar (basic
rights) antara lain: 1). Hak hidup, 2). Hak untuk
hidup tampa ada perasaan takut dilukai atau
dibunuh oleh oaring lain, 3) Hak kebebasan, 4)
hak untuk bebas, hak untuk memiliki
agama/kepercayaan, hak untuk memperoleh
informasi, hak menyatakan pendapat, hak
berserikat, 5)hak pemilikan, 6) hak untuk
memilih sesuatu seperti pakaian, rumah, dan
lain-lain.
Deklarasi Hak Asasi Manusia Sedunia (Universal
Declaration of Human Rights)
• Setelah dunia mengalami dua perang yang melibatkan
hamper seluruh kawasan dunia, dimana hak-hak asasi
manusia diinjak-injak timbul keinginan untuk merumuskan
hak-hak asasi manusia itu dalam suatu naskah internasional.
Usaha ini baru dimulai pada tahun 1948 dengan diterimanya
Universal Declaration of human Rights (pernyataan sedunia
tentang hak-hak asasi manusia) oleh Negara yang bergabung
dalam perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan kata lain,
lahirnya deklarasi HAM Universal merupakan reaksi atas
kejahatan keji kemanusiaan yang dilakukan oleh kaum
sosialis nasional di Jerman selama 1933 sampai 1945.
Empat Generasi Hak Asasi Manusia.
1. Generasi Pertama.
• Generasi ini berpandangan bahwa pengertian
HAM berpuasat terhadap hal-hal hokum dan
politik.Generasi awal ham tersebut terjadi
setelah PD 11.Fokus generasi pertama pada
hokum dan politik disebabkan oleh dampak
dan situasi PD 11.totaliterisme dan adanya
keinginan Negara-negara baru merdeka
untuk menciptakan suatu tertib hokum yang
baru.
2. Generasi kedua
Pada generasi ham kedua ini lahir dua Covenant yang
terkenal yaitu: Internatoinal covenant on
Ekonomic,Sosial and Cultural Right dan Internasional
Covenant On Civil and PolitiklRights. Pada generasi ini
pembahasan tentang Ham merupakan perluasan
horizontal dari generasi pertama.Penekanan mereka
terjadi pada bidang social, ekonomi dan budaya
sementara bidang hokum dan poltik terabaikan
sehingga menimbulkan ketidak seimbangan
perkembangan dalam kemasyarakatan seperti
merosotnya kehidupan dalam dan pengekangan
politik yang berlebihan.
3. Generasi ketiga
• Kondisi ketidak seimbangan perkembangan
menyebabkan timbulnya berbagai kritik-kritik
dari banyak kalangan sehingga melahirkan
generasi ketiga yang menjanjikan adanya
oersatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya,
politik dan hukum dalam satu keranjang yang
disebut dengan pembangunan istilah ini
diberikan oleh komosi keadilan
internasional.Generasi ketiga HAM ini
merupakan sintesa dari generasi pertama dan
kedua.
4. Generasi keempat
• Generasi keempat banyak melakuakan kritik terhadap peranan
Negara yang sangat dominant dalam proses pembangunan
ekonomi sehingga perioritas utama dan telah terbukti sangat
menafikan hak-hak rakyat, selain proses pembangunan itu
sendiri mengabaikan kesejahteraan dan tidak berdasarkan pada
kebutuhan. 
• Generasi keempat HAM dipelopori oleh Negara-negara di
kawasan asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak
asasi yng disebut Declaration Of the Basic Duties Of Asia people
and Gevorment. Deklarasi generasi ini lebih menekankan
persoalan-persoalan kewajiban kewajiban asasi. Bukan lagi hak
asasi alasannya dari gagasan ini adalah bahwa kata kewajban
mengandung pengertian keharusan akan pemenuhan, sementara
kata hak baru sebatas perjuangan dari pemenuhan hak.
Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam
• Agama Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW
dengan kitab suci al-Qur'an sebagai mu'jizatnya mengandung
ajaran yang menjadikan rahmat bagi sekalian alam[4]. Dalam
ajarannya yang bersifat universal, al-Qur'an memberikan
suatu pandangan kepada manusia untuk menjadikan hidup
ini lebih berarti dan berguna dengan berbagai macam cara.
Begitu juga dengan al-Hadits yang berfungsi sebagai
mubayyin terhadap al-Qur'an memudahkan kepada manusia
untuk dapat menyerap ajaran-ajaran al-Qur'an yang bersifat
implicit ataupun eksplisit.
• [4] Abdur Rahman Saleh Abdullah, Educational Theory a
Qur’anic Out Look, Umm al-Qura University, Educational and
Psychological research, Makkah al-Mukarromah, hal : 23.
  Islam memerintahkan umat manusia untuk
mengikuti bimbingan Yang Maha Kuasa
selama hidupnya.Seluruh bumi ini
merupakan mesjid tempat manusia harus
bertindak dalam setiap kehidupannya demi
beribadah hanya kepada-Nya.Tujuan
eksistensi manusia di dunia menurut Islam
adalah semata-mata untuk beribadah,
menghambakan diri serta patuh kepada Allah
SWT.
Dari pernyataan tersebut, mungkin orang menyangka
bahwa manusia (dalam Islam) tidak memiliki hak-hak
selain hanya kewajiban-kewajiban.Pandangan ini
tentu saja keliru.Dalam penelitiannya, AK Brohi
mengatakan, "dalam totalitas Islam, kewajiban
manusia kepada Allah mencakup juga kewajibannya
kepada setiap individu yang lain.Maka secara
paradoks hak-hak setiap individu itu dilindungi oleh
segala kewajiban di bawah hukum Ilahi.Sebagaimana
suatu negara secara bersama-sama dengan rakyat
harus tunduk kepada hukum yang berarti negara juga
harus melindungi hak-hak individual
• Nabi Muhammad SAW diutus bagi umat manusia sebagai Nabi
terakhir untuk menyampaikan dan memberikan teladan kehidupan
yang sempurna kepada umat manusia seluruh zaman sesuai dengan
jalan Allah. Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa menurut
pandangan Islam, konsep Hak Asasi Manusia (HAM) bukanlah hasil
evolusi apapun dari pemikiran manusia, namun merupakan hasil dari
wahyu Ilahi yang telah diturunkan melalui para Nabi dan Rasul sejak
permulaan eksistensi umat manusia di atas bumi.

• Kewajiban yang diperintahkan umat manusia di bawah petunjuk Ilahi


dapat dibagi ke dalam dua kategori, huququllah ('''‫ )ح'قوقهللا‬dan
huququl 'ibad (‫)ح'قوقا''لعباد‬.Huququllah (hak-hak Allah) adalah
kewajiban manusia terhadap Allah SWT yang diwujudkan dalam
berbagai ritual ibadah, sedangkan huququl 'ibad (hak-hak manusia)
merupakan kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap
makhluq-makhluq Allah lainnya
• Hak-hak Allah tidak berarti bahwa hak-hak yang
diminta oleh-Nya karena bermanfaat bagiNya. Sebab
Allah di atas segala kebutuhan.Juga tidak berarti bahwa
hanya hak-hak ini yang diciptakan Allah, karena
sesungguhnya segala hak adalah ciptaan Allah sebagai
Maha pencipta segalanya.Hak-hak Allah adalah
bersesuaian dengan hak-hak makhluqnya[7]. Dengan
kata lain, kedua hak ini (hak Allah dan hak makhluqnya)
adalah tetap dari Allah SWT. Manusia bertanggung
jawab atas kedua kategori hak ini di hadapan-Nya.
• [7] Abdur Raheem, 1958, Principles of Muhammad
Jurisprudence, Lahore, hal : 201.
• Jadi jelaslah bahwa dalam Islam tanggung jawab apapun
yang dipegang manusia terhadap sesamanya telah
ditetapkan Allah SWT sebagai hak. Dalam Islam, ada dua
macam HAM jika dilihat dari huquuqul 'ibad. Pertama, HAM
yang keberadaannya dapat diselenggarakan oleh suatu
negara (Islam), kedua adalah HAM yang keberadaannya tidak
secara langsung dapat dilaksanakan oleh suatu
negara[8].Hak-hak yang pertama dapat disebut sebagai hak-
hak legal, sedangkan yang kedua dapat disebut sebagai hak-
hak moral. Perbedaan antara keduanya hanyalah terletak
pada masalah pertanggung jawaban di depan suatu negara
Islam. Adapun dalam masalah sumber asal, sifat dan
pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT itu sama.
• [8] Syekh Syaukat Hussain, 1996, Op Cit, hal : 55.
Dalam perjalanan hidup manusia, ditemukan berbagai berbagai
hal yang tidak sesuai dengan hak asasi manusia, misalnya
penindasan oleh orang-orang kelompok kuat terhadap
kelompok lemah, negara kuat terhadap negara
lemah.Semuanya ini adalah hasil pekerjaan setan yang selalu
menggoda manusia untuk berbuat dosa termasuk memperkosa
hak asasi manusia tersebut. Maka berlangsunglah perbudakan
manusia berabad-abad lamanya, seperti di jazirah Arab pada
masa sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dikenal
dengan zaman jahiliyah, di Amerika terjadi penjajahan dan
perbudakan atas orang Indian oleh bangsa kulit putih, di Afrika
selatan terjadi perbudakan kulit putih atas kulit hitam, di Asia
terjadi penjajahan atas bangsa-bangsa kulit kuning oleh kulit
putih seperti yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia dijajah
oleh Belanda
"Kebebasan" yang dianugerahi oleh Allah kepada
manusia bukanlah seperti yang termaktub tersebut di
atas saja, melainkan masih banyak lagi kebebasan yang
diberikan oleh Islam kepada manusia dalam
mengaktulisasikan dirinya. Diantara berbagai kebebasan
yang diberikan dan diajarkan al-Qur'an kepada manusia
berkaitan dengan : kebebasan manusia dalam
berekspresi, kebebasan manusia dalam bertindak yang
sesuai dengan rel-rel agama, kebebasan manusia dalam
memilih jalan hidupnya, kebebasan manusia dalam
mengemukakan pendapatnya dan masih banyak lagi
"hak kebebasan" yang diberikan dan diajarakan kepada
manusia dalam Islam.
• Dari beberapa realitas tersebut, dapat dianalisa bahwa apakah
setiap konsep HAM yang dilahirkan oleh setiap organisasi
(apakah PBB atau konsep HAM versi Islam) bersifat abadi
(universal) yang diberlakukan sama untuk seluruh umat manusia
di dunia ini, ataukah masing-masing negara akan memiliki
konsep HAM yang berbeda-beda ? jika asumsi yang terakhir ini
benar, bukankah konsep HAM pada gilirannya akan ditentukan
oleh masing-masing individu ? semuanya serba memungkinkan.
• Namun, betapa kemajemukan dan pluralitas konsep HAM yang
muncul dari individu akan selalu berseberangan dengan tawaran
konsep HAM yang lahir dari institusi, mulai dari yang mikro
hingga yang makro (institusi kenegaraan). Karena dalam
prakteknya kecenderungan konsep HAM akan selalu berkaitan
erat dengan kepentingan penguasa dan masing-masing pembuat
konsep HAM.
Ini artinya jika HAM yang disepakati dicetuskan dari
HAM internasional, atau HAM versi Islam yang terkenal
adalah deklarasi universal tentang HAM dalam Islam,
maka apakah HAM dalam tataran dua konsep tersebut
telah sampai pada taraf universal, bisa melepaskan
kepentingan-kepentingan dari negara-negara tertentu,
atau komunitas keagamaan tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan, kekuasaan dan kepentingan, ketika
berhadapan dengan konteks sosial, politik, budaya dan
ekonomi suatu bangsa, golongan, lebih-lebih bangsa-
bangsa di dunia ketiga yang relatif asing dengan
peradaban barat yang liberal, suatu peradaban yang
sedemikian kapitalistik dan borjuistik.
Materi 10
Masyarakat Madani
• Pengertian Masyarakat Madani
• Masyarakat madani, yang merupakan kata lain
dari masyarakat sipil (civil society), kata ini
sangat sering disebut sejak kekuatan otoriter
orde baru tumbang. Malah cenderung terjadi
sakralisasi pada kata itu seolah
implementasinya mampu memberi jalan keluar
untuk masalah yang tengah dihadapi oleh
bangsa kita.
Dalam bahasa Arab, kata “madani” tentu saja berkaitan
dengan kata “madinah” atau ‘kota”, sehingga masyarakat
madani bias berarti masyarakat kota atau perkotaan .
Meskipun begitu, istilah kota disini, tidak merujuk semata-
mata kepada letak geografis, tetapi justru kepada karakter
atau sifat-sifat tertentu yang cocok untuk penduduk sebuah
kota. Dari sini kita paham  bahwa masyarakat madani tidak
asal masyarakat yang berada di perkotaan, tetapi yang lebih
penting adalah memiliki sifat-sifat yang cocok dengan orang
kota,yaitu yang berperadaban. Dalam kamus bahasa Inggris
diartikan sebagai kata “civilized”, yang artinya memiliki
peradaban (civilization), dan dalam kamus bahasa Arab
dengan kata “tamaddun” yang juga berarti  peradaban atau
kebudayaan tinggi.
Pengertian masyarakat madani ini sendiri
adalah sebuah kelompaok atau tatanan
masyarakat yang berdiri secara mandiri
dihadapan penguasa dan Negara, memiliki
ruang public ( public sphere ) dalam
mengemukakan pendapat, adanya lembaga-
lembaga yang mandiri yang dapat
menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik
Karakteristik Masyarakat Madani
1. Free Public Sphere
• Adanya ruang public yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Warga
Negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasi kepada public.
2. Demokratis
• Demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan
masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras dan agama.
3. Toleran
• Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan
sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
4. Pluralisme
• Di sini pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita
majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh dipahami
sekedar sebagai “kebaikan negative”, hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan 
fanatisme. Pluralisme harus difahami sebagai ‘pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan
keadaban”. Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia,
antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkan.
Pluralisme cikal-bakal. Yang di maksud istilah ini adalah
pluralisme yang  relative stabil, karena kemajemukan
suku dan masyarakat pada umumnya masih berada
dalam taraf statis. Mereka hidup dalam lingkungan 
yang relative terisolasi  dalam batas-batas wilayah  yang
tetap, dan belum memiliki mobilitas yang tinggi karena
teknologi  komunikasi dan transportasi  yang mereka
miliki belum  memadai. Agama-agama suku hidup
dalam claim dan domain yang terbatas, tidak
berhubungan  satu dengan lainnya. Keadaan seperti ini
tidak banyak berubah sampai datang  pengaruh agama
yaitu agama Hindu dan Budha dengan tingkat
peradabannya masing-masing.
Pluralisme kompetitif. Pluralisme jenis kedua ini
kira-kira mulai abad 13 ketika agama islam mulai
berkembang di Indonesia, dan kemudian disusul
dengan kedatangan agama Barat atau agama
Kristen (baik katolik maupun Protestan) pada
kira-kira abad 15. konflik dan peperangan mulai
terjadi diantara kerajaan islam di pesisir dengan
sisa-sisa kekuatan Majapahit di pedalaman Jawa.
Ketika penjajah dating dengan konsep “God,
Gold, and Glory”, persaingan antara Islam dan
Kristen terus berlangsung hingga akhir abad
Pluralisme Modern atau pluralisme organik. Di awal
abad ke 20, puncak dominasi Belanda atas wilayah
nusantara tercapai dengan didirikannya “negara”
Nederland Indie. Kenyataan negara ini  menjadi 
sebuah kesatuan organic yang memiliki satu pusat
pemerintah yang mengatur kehidupan berdasarkan
hukum dan pusat  kekuasaan  yang riil. Pluralisme
SARA memang diperlemah, disegregasikan, , dan
dibuat terfragmentasikan demi kepentingan
Belanda. Kemudian upaya-upaya mansipasi SARA
pun terjadi dalam peristiwa Sumpah pemuda 1928
dan proklamasi kemerdekaan 1945.
Pilar Penegak Masyarakat Madani
• Lembaga Swadaya Masyarakat; adalah institusi social yang dibentuk oleh
swadaya masyarakat yang tugas esensinya adalah membantu dan
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas.
• Pers; merupakan institusi yang penting dalam penegakan masyarakat
madani, karena memungkinkannya dapat mengkritiai dan menjadi bagian
dari social control yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai
kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan kewarganegaraannya.
• Supremasi hukum; Setiap warga Negara, baik yang duduk dalam formasi
pemerintahan maupun sebagai rakyat, harus tunduk kepada ( aturan )
hukum.
• Perguruan Tinggi; yakni tempat dimana civitas akademiknya ( dosen atau
mahasiswa ) merupakan bagian dari kekuatan social dan masyarakat madani
yang bergerak pada jalur moral force untuk menyalurkan aspirasi masyarakat
dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang masih dinilai
benar.
• Partai politik; merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat
menyalurkan aspirasi politiknya.
Masyarakat Madani dan Demokrasi
• Masyarakat madani atau yang disebut orang barat Civil society
mempunyai prinsip pokok pluralis, toleransi dan human right termasuk
didalamnya adalah demokrasi. Sehingga masyarakat madani dalam artian
negara menjadi suatu cita-cita bagi negara Indonesia ini, meskipun
sebenarnya pada wilayah-wilayah tertentu, pada tingkat masyarakat
kecil, kehidupan yang menyangkut prinsip pokok dari masyarakat madani
sudah ada.   Sebagai bangsa yang pluralis dan majemuk, model
masyarakat madani merupakan  tipe ideal suatu mayarakat Indonesia
demi terciptanya integritas sosial bahkan integritas nasional.
• Dalam masyarakat madani terdapat nilai-nilai universal tentang
pluralisme yang kemudian menghilangkan segala bentuk kecendrungan
partikularisme dan sektarianisme. Hal ini dalam proses demokrasi
menjadi elemen yang sangat signifikan dimana masing-masing individu,
etnis dan golongan mampu menghargai kebhinekaaan dan menghormati
setiap keputusan yang diambil oleh salah satu golongan atau individu.
Masyarakat Madani Indonesia
• Secara esensial di Indonesia membutuhkan pemberdayaaan dan penguatan masyarakat
secara komprehensif agar memilioki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta
mampu menjunjung tinggi nilai-nilai HAM. Untuk itu dibutuhkan pengembangan
masyarakat madanin dengan menerapkan strategi pemberdayaaan sekaligus agar potensi
pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasil optimal. Strategi itu antara lain :
1.  Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini
berpandangan bahwa system demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat
yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.
2.   Strategi yang lebih mengutamakan reformasi system politik demokrasi. Strategi ini
berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menungggu rampungnya
pembangunan ekonomi.
3.  Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kut kearah
demokratisasi.
Maka dari itu, perspektif masyarakat madani di Indonesia dapat dirumuskan secara
sederhana, yaitu membangun masyarakat yang adil, terbuka dan demokratif, dengan
landasan taqwa kepada Allah dalam arti semangat ketuhanan Yang Maha Esa. Ditambah
legalnya nilai-nilai hubungan sosial yang luhur, seperti toleransi dan juga pluralisme,
adalah merupakan kelanjutan nilai-nilai keadaban (tamaddun). Sebab toleransi dan
pluralisme adalah wujud ikatan keadaban.
Ada beberapa karakteristik dan sifat yang terdapat pada masyarakat
sipil. Menurut Bahmuller (1997), adapun ciri-ciri masyarakat madani
adalah sebagai berikut:
1. Adanya integrasi antara individu dengan invididu, individu dengan
kelompok, di dalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Adanya penyebaran kekuasaan di dalam masyarakat sehingga
kepentingan-kepentingan yang mendominasi masyarakat dapat dibatasi
atau dikurangi dengan adanya beberapa kekuatan alternatif.
3. Adanya keanggotaan berbagai organisasi volunter yang menyumbang
berbagai masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah sehingga
kepentingan individu dan Negara dapat dijembatani.
4. Adanya peningkatan dan perluasan kesetiaan, kepercayaan, sehingga
setiap anggota masyarakat mengakui keterkaitannya satu sama lain dan
mementingkan kepentingan umum.
5. Adanya kebebasan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan
lembaga-lembaga sosial dengan beragam perspektif.
Materi 11
Hubungan Agama dengan Negara

• Hubungan antara agama dan negara menimbulkan perdebatan


yang terus berkelanjutan di kalanga para ahli.Pada hakekatnya
negara merupakan persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk
sosisal.
• Perlu disadari bahwa manusia sebagai warga Negara, adalah
juga makhluk Tuhan.Sebagai mahluk sosial, manusia
mampunyai kebebasan untuk memenuhi dan
memenifestasikan kodrat kemanusiaannya.Namun, sebagai
mahkluk Tuhan, manusia juga mempunyai kewajiban untuk
mengabdi kepada Nya dalam bentuk apapun yang di ajarkan
agama atau keyakinan yang di anutnya.
• Hubungan Agama dan Negara Menurut beberapa
Paham
a. Paham Teokrasi
• Dalam paham teokrasi, hubungan agama dan Negara
digambarkan sebagi dua hal yang tidak dapat di
pisahkan.Menurut sejarah, dalam perang Dunia II,
rakyat Jepang rela mati berperang demi kaisar mereka,
karena menurut mereka, kaisar adalah anak Tuhan. Di
negara Tibet juga demikian bahwa apa yang disebut
sebagai Dalai Lama diyakini sebagai penjelmaan Tuhan
di muka bumi ini. Kedua Kasus ini adalah contoh dari
praktik pemerintahan dalam paham teokrasi langsung.
• Selain sistem teokrasi langsung ada pula teokrasi tidak
langsung. Jika dalam pemerintahan teokrasi langsung, raja
atau kepala negara memerintah sebagai jelmaan Tuhan,
maka dalam pemerintahan teokrasi tidak langsung, bukan
Tuhan sendiri, melainkan yang memerintah adalah raja atau
kepala negara yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. 
• Dapat dilihat dalam sejarah, raja di negara Belanda diyakini
sebagai pengemban tugas suci yaitu kekuasaan yang,
merupakan amanat suci (mission sacre) dari Tuhan untuk
memakmurkan rakyatnya.Politik seperti inilah yang
diterapkan oleh pemerintah Belanda pada saat menjajah
Indonesia.Mereka meyakini bahwa raja mendapat amanat
suci dari Tuhan untuk bertindak sebagai wali dari wilayah
jajahannya itu.
b. Paham Sekuler
• Paham sakuler memisahkan dan membedakan antara agama
dan negara.Dalam negara sakuler, tidak ada hubungan antara
sistem agama dan kenegaraan. Karena negara adalah urusan
manusia dengan manusia lain, atau urusan dunia. Sedangkan
agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan.Dua hal ini,
menurut paham sakuler, tidak dapat di satukan.

• Dalam negara sakuler, sistem dan norma-norma hukum positif


dipisahkan dengan nilai-nilai dan norma-norma agama.
Meskipun memisahkan antara agama dan negara, pada
lazimnya negara sakuler membebaskan warga negaranya
untuk memeluk agama apa saja yang mereka yakini, tapi
negaranya tidak ikut campur tangan dalam urusan agama.
c. Paham Komunisme
• Pahan komunisme memandang hakikat hubungan agama dan
negara berdasarkan filosofi materialisme dialektis dan
materialisme historis.Paham ini menimbulkan paham atheis, yang
berarti tidak bertuhan.Paham yang dipelopori oleh Karl Marx
ini.Memandang agama sebagai candu masyarakat (Marx, dalam
Louis Leahy, 1992:97-98).Menurutnya, manusia di tentukan oleh
dirinya sendiri.Agama, dalam paham ini, dianggap sebagai suatu
kesadaran diri bagi manusia sebelum menemukan dirinya sendiri.

• Manusia adalah dunia manusia sendiri yang kemudian


menghasilkan masyarakat negara.Sedangkan agama dipandang
sebagai realisasi fantastis mahluk manusia, dan agama adalah
keluhan mahluk tertindas.Nilai yang tertinggi dalam negara adalah
materi, karena manusia sendiri padahakekatnya adalah materi.
Hubungan agama dan Negara perspektif Islam
• Dalam Islam, hubungan agama dan negara menjadi perdebatan
yang cukup hangat dan berlanjut hingga kini antara para ahli.
Bahkan menurut Azyumardi Azra (1996:1), berdebatan ini telah
berlangsung sejak hampir satu abad, dan berlangsung hingga
dewasa ini.
 
• Masih menurut Azyumardi, ketegangan perdebatan tentang
hubungan agama dan negara ini diilhami oleh hubungan yang agak
canggung antara Islam sebagai agama (din) dan negar (dawlah).
Sumber dari hubungan yang canggung tadi di atas, berkaitan
dengan kenyataan bahwa din dalam pengertian terbatas pada hal
– hal yang brkenaan dengan bidang – budang ilahiah, yang bersifat
sakral dan suci. Sedangkan politik kenegaraan (siyasah) pada
umumnya merupakan bidang prafon atau keduniaan.
• Tentang hubungan agama dan negara dalam Islam,
menurut Munawir Sjadzali (1990:235-136) ada tiga aliran
yang menanggapinya.Pertama, aliran yang menganggap
bahwa Islam adalah agama yang paripurna, yang
mencakup segala-galanya, termasuk masalah negara.Oleh
karena itu agama tidak dapat dipisahkan dari negara, dan
urusan negara adalah urusan agama, serta sebaliknya.

• Aliran kedua, mengatakan bahwa Islam tidak ada


hubungannya dengan agama, karena Islam tidak
mengatur kehidupan bernegara atau
pemerintahan.Menurut aliran ini Nabi Muhammad tidak
ada misi untuk mendirikan agama.
• Aliran ketiga, berpendapat bahwa Islam ini tidak
mencakup segala-galanya, tapi mencakup seperangkat
prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan
bermasyarakat, termasuk bernegara.Oleh karena itu,
dalam negara, umat Islam harus mengembangkan dan
melaksanakan nilai-nilai dan etika yang di ajarkan secara
garis besar oleh Islam.

• Hussein Muhammad, menyebutkan bahwa dalam Islam


ada dua model hubungan agama dan negara. Model yang
petama yaitu hubungan integralistik dapat diartikan
sebagai hubungan totalitas, dimana agama dan negara
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
• Model hubungan kedua adalah hubungan simbiosis mutualistik.Model
hubungan negara dan agama model ini, masih menurut Hussain
Muhamma, menegaskan bahwa negara dan agama terdapat hubungan
yang saling membutuhkan.Menurut pandangan ini, agama harus
dilaksanakan dengan baik.Hal ini hanya dapat terlaksakan bila ada
lembaga yang bernama negara.Sementara itu, negara juga tidak dapat
dibiarkan berjalan sendiri tanpa agama. Sebab tanpa agama, akan
terjadi kekacauan dan amoral dalam negara.
• Ibnu Tamiyah, seorang tokoh terkemuka Sunni Salafi, bahwa agama dan
negara benar -benar berkaitan. Tanpa kekuasaan negara yang sifatnya
memaksa, agama berada dalam bahaya.Sementra itu, negara tanpa
disiplin hukum wahyu pasti menjadi sebuah organisasi yang tiranik.
• Selanjutnya Al-Ghazali dalam bukunya Aliqtishad fiali’tiqad,
mengatakan bahwa agama dan negara adalah dua anak kembar.Agama
adalah dasar, dan penguasa kekuasaan negara adalah penjaga. Segala
sesuatu yamg tidak di jaga atau tidak memiliki penjaga maka akan sia-
sia.
Kebijakan Politik tentang Agama
• Di masa pemerintahan Ordelama, Presiden Soekarno
ingin memisahkan agama dam negara.Agama harus
berdiri sendiri, dan negara tidak usah dikaitkan dengan
agama.Pendapat Soekarno tersebut di dasari oleh
Mustofa kamal Ataturk dari Turki dengan ajaran
sukulerisasinya.Meskipun demikian, pemerintahan
Soekorno, seperti yang dilihat, bagaimanapun tetap
mengurus soal-soal tentang agama. Menurut Faisal
Ismail (1999 : 35-36) Soekarno tidak ingin memisahkan
secara radikal antara agama dan negara, karena agama
dalam pandangan politiknya tetap mempunyai dalam
negara.
• Kedudukan Warga Negara Dalam Negara dan asas-asas
kewarganegaraan
• Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi
kelahiran yang dikenal dua asas yaitu asas ius soli dan
asas ius sanguinis.Ius artinya hukum atau dalil.Soli berasal
dari kata solum yang artinya negeri atau tanah.Sanguinis
berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
• Asas ius soli. Asas yang menyatakan bahwa
kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat di
mana orang tersebut dilahirkan.
• Asas Ius Sanguinis. Asas yang menyatakan bahwa
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan
keturunan dari orang tersebut.
  Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik
Indonesia hilang karena:
• Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
• Tidak menolak atau melepas kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu;Dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh Presiden atas
permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin,
bertempat tinggal di luar negeri.
• Masuk dalam Dinas tentara asing tanpa izin terlabih dahulu dari Presiden;
• Secara seka rela masuk dalam Dinas asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat
oleh warga negara Indonesia;Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji
setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;
• Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan
untuk suatu negara asing;
• Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat
diartikan sbg tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya;
• Bertempat tinggal di luar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus menerus bukan
dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan
keinginan untuk menjadi warga negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu
berakhir;
• Perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan
laki-laki warga negara asing jika menurut hukum negara
asal suami, kewarganegaraan istri mengikuti
kewarganegaraan suami sbg akibat perkawinan tersebut;
• Laki-laki warga negara Indonesia yang kawin dengan
perempuan warga negara asing jika menurut hukum
negara asal istri, kewarganegaraan suami mengikuti
kewarganegaraan istri sbg akibat perkawinan tersebut;
• Setiap warga negara yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia berdasarkan keterangan yang kemudian hari
dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau
terjadi kekeliruan mengenai orang yang bersangkutan.
Silabus Mata Kuliah

Mata Kuliah : Civic Education


Kode Mata Kuliah :
SKS : 2 (Dua)
Semester :
Jurusan : Akuntansi Syariah (AS) FSEI
Dosen : Baharuddin, S.Sos.I, M.Si
081522521687 / 085345444999
E-Mail : baharselimbau@gmail.com
• Kompetensi Dasar: 
• Mahasiswa mampu memahami konsep dasar kewargaan dan bela negara,
serta mampu mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dalam rangka
penguatan cinta bela NKRI yang terwujud sebagai insan beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Berakhlaq Mulia, Berilmu, Cakap, Kreatif,
Mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Materi Inti:

1. Pengertian dan Tujuan Civic Education


2. Membangun Negara Berkeadaban
3. Konstitusi dan Tata Perundang-undangan dalam kehidupan kenegaraan
4. Kehidupan Kenegaraan
5. Identitas Nasional dan Globalisasi
6. Demokrasi : Teori dan Aksi
7. Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
8. Tata kelola Kepemerintahan yang baik dan bersih (good and clean
governence)
9. Hak Asasi Manusia
10. Masyarakat Madani
11. Hubungan Agama dengan Negara
Daftar Pustaka
• Abdul Azis Wahab., (1998) Kajian Terhadap Kinerja Kurikulum 1994 dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Bandung : Jurusan PPKN dan Hukum
IKIP Bandung.
• Abdul Azis Wahab., (1998) ”Budi Pekerti Education”. (A Typical Indonesian
Moral Education Emphasizing The Teaching Cide of Conduct Accepted in
Society : A Model of Teaching Code of Conduct for Good Indonesian
Citizenship), Bandung: Jurusan PKPKN IKIP Bandung.
• Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
• Azwar, Saifudin. 2012. Reliablitas dan Valibilita. Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
• Bahmueller, Charles F and Patrick, John J, (1999) Principles and Practices of
Education for Democratic Citizenship, US Departement of Education, ERIC.
• Beiner, Ronald., (1995) Theorizing Citizenship, New York: State University of New York
Press.
• Butts, Freeman R., (1980) The Revival of Civic Learning: A Rational for Citizenship
Education in American Schools. A Publication of the Phi Delta Kappa Educational
Foundation.
• Chapin, June R, and Messick, Rosemary, G, (1998) Flementary Social Studies : A Practical
Guide, New York: Longman.
• Cogan, John J and Derricott, Ray, (1998) Citizenship For The 21st Century: An International
Perspective on Education, London: Kogan Page.
• (1999) Developing the Civil Society : The Role of Civic Education, Bandung.
• Cohran, W.G. 2005. Teknik Penarikan Sampel. Terj. Rusdiandsyah, Ed. 3. Jakarta:
PenerbitUI Press Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (1994). Hardbook of Qualititative Reseach,
Calipornia: Sage Publication
• Depdiknas, (1993) Kurikulum Pendidikan Dasar : GBPP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Mata Pelajaran : Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdikbud.
• (1993) Kurikulum Sekolah Menengah Umun : Garis-Garis besar Program Pengajaran
(GBPP) Mata Pelajaran : Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta: Depdikbud.
• (1968) Kurikulum Sekolah Dasar, Jakarta Depdikbud
• (1968) Rencana Pendidikan Dan Pelajaran SMA Direktorat Pendidikan Umum,
Kejuruan dan Kursus-Kursus Dinas S.M.A.
• (1982) Penjelasan Ringkas Tentang Buku Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Jakarta Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
• Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (1998) Jakarta: Balai Pustaka.
• Glaser, Barney G & Strauss, Anselm L. (1967). The Discovery Grounded Theary.
Strategies For Qualititative Reseach. Chicago, Aldine Publishing Company.
• Gross, Richard E and Zeneley, Leslie D., (1958) Educating Citizens for Democracy:
Curicculum and Intruction in Secondary Social Studies, New York: Oxford University
Press.
• Gross, Richard E and Dynneson, Thomas L. (Eds) (1991) Social Science Prospectives On
Citizenship Education, New York and London: Teachers College, Columbia University.
• Gross, Richard E and Dynneson, Thomas L. (Eds) (1991) Social Science Prospectives On
Citizenship Education, New York and London: Teachers College, Columbia University.
• Jan Jonker, Bartjan J.W. Pennik, Sario Wahyuni. 2011. Metodologi Penelitian. Panduan
Untuk Master Ph.D dibidang Manajemen. Jakarta: Salemba Empat
• Kaelan. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
• Lemlech, Johanna Kasin, (1994) Curicculum and Instructional
Methods for the Elementary and Middle School, New York : Mac illan
College Publishing Company
• Numan Somantri, (1972) Beberapa Masalah dalam Pengajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Negara, Seminar Nasional Pendidikan
dan Pengajaran Civics (Civic Education), Surakarta: Tawangmangu.
• Pancasila dan Butir Ke lima Sila yang ada.
• Pendidikan Kewarganegaraan. 2010. Tim Nasional Dosen Pendidikan
Kewargenegaraan. Jakarta: Pelita Pelajar
• Supardo, dkk. (1962) manusia dan Masyarakat Baru Indonesia
(Civics), Jakarta: Balai Pustaka.
• Sistem Pendidikan Nasional (UU RI Nomor 2 tahun 1989) Beserta
Peraturasn Pelaksanaannya (1990), Jakarta: Penerbit CV Eko Jaya.
• UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai