Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH INDIVIDU

KALIMAT EFEKTIF

Dosen Pengampu :
Fitri Jayanti, M.Pd.

Disusun oleh:
A. Azizi (12103036)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2021/2022
KATA PENGATAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 23 maret 2022

Penyusun
A. Azizi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................iii
A. Latar Belakang..................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah............................................................................................iii
C. Tujuan Masalah................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1
A. Pengertian Kalimat Efektif...................................................................1
B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif......................................................................2
C. Syarat Kalimat Efektif..........................................................................2
a) Kesepadanan..................................................................................................2
b) Keparalelan.....................................................................................................4
c) Ketegasan.......................................................................................................4
d) Kehematan.....................................................................................................5
e) Kecermatan....................................................................................................7
g) Kelogisan........................................................................................................9
D. Struktur Kalimat Efektif......................................................................9
E. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF...........................................10
1. Subjek (S)..............................................................................................10
2. Predikat (P)............................................................................................12
3. Objek (O)...............................................................................................13
4. Pelengkap (pel)......................................................................................14
5. Keterangan (ket)....................................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
A. KESIMPULAN.........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan kalimat itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan
struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepadua, dan
kelogisan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, penyusun merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Kalimat Efektif ?
2. Apa Ciri-Ciri Dari Kalimat Efektif ?
3. Apa Syarat Dari Kalimat Efektif ?
4. Apa Struktur Dari Kalimat Efektif ?
5. Apa Unsur-Unsur Kalimat Efektif ?

C. Tujuan Masalah
Dari Rumusan masalah tersebut, penyusun merumuskan beberapa Tujuan
sebagai berikut:
1. Dapat Memahami Pengertian Dari Kalimat Efekif
2. Dapat Memahami Ciri-Ciri Kalimat Efektif
3. Dapat Memahami Syarat Dari Kalimat Efektif
4. Dapat Memahami Struktur Dari Kalimat Efektif
5. Dapat Memahami Unsur-Unsur Kalimat Efektif

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan kalimat itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan
berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam
kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa
tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi
syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi
juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup
menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga
dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah,
Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai
dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat
menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami
oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat
membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas
padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP:
2013)Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari

1
definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan
mudah dipahami. Jadi,

1
kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas,
dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif


Beberapa ciri kalimat efektif yang kami kumpulkan, diantaranya:
 Memakai diksi yang tepat.
 Mempunyai unsur pokok atau penting, minimal Subjek Predikat (SP).
 Taat kepada tata aturan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang
berlaku.
 Melakukan penekanan ide pokok.
 Mengacu kepada penghematan penggunaan kata.
 Memakai kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
 Memakai variasi struktur kalimat.
 Memakai kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang
logis dan sistematis.
 Mewujudkan koherensi yang baik dan kompak.
 Memperhatikan pararelisme.
 Merupakan komunikasi yang berharkat.
 Diwarnai kehematan.
 Didasarkan pada pilihan kata yang baik.

C. Syarat Kalimat Efektif


a) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah adanya
kesepadanan atau keseimbangan antara pikiran, gagasan, dan
struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan kalimat ini
diperhatikan oleh kesatuan gagasan yang selaras dan kepaduan
pikiran yang baik.
Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan, seperti tercantum
dibawah ini:

2
 Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
Ketidak jelasan subjek atau predikat sebuah kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam, bagi, untuk, padadan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa baru harus menyerahkan legalisasi
Ijazah SLTA.. seharusnya Semua mahasiswa baru harus
menyerahkan legalisasi ijazah SLTA.
 Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
Penyusunan disertasi ini saya dibimbing oleh para
promotor.
Seharusnya Penyusunan disertasi ini dibimbing oleh para
promotor. Saya dibimbing oleh para promotor ketika
menyusun disertasi ini.
 Kata penghubung antarkalimat tidak dipakai dalam kalimat
tunggal
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga tidak bisa memilih
presiden. Adiknya menjadi jura renang. Sedangkan
kakaknya jura menari.
Seharusnya:
Kami datang agak terlambat sehingga tidak bisa memilih
presiden Adiknya menjadi juara renang sedangkan
kakaknya jura menari.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a) Mahasiswa Unikom itu yang berasal dari Sumatera.
b) Kampus Unikom yang terletak di Jalan Dipati Ukur
112 Bandung Perbaikannya sebagai berikut.

3
c) Mahasiswa Unikom itu berasal dari Sumatera. d)
Kampus Unikom terletak di Jalan Dipati Ukur 112
Bandung

b) Keparalelan
Yang di maksud keparalelan adalah kesamaan bentuk kata
yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus
menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris dan Sastra Jepang sedang
menerjemahkan tugas mata kuliah translation dan
pengetikan naskah asing.
b. Langkah penerjemahan adalah membaca naskah, mengedit
ulang, dan pengetikan.

Kalimat a tidak ada kesetaraan karena dua bentuk kata yang me


wakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu
menerjemahkan dan pengetikan. Kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris dan Sastra Jepang sedang mener
jemahkan tugas mata kuliah translation dan mengetik naskah asing.
Kaliamat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata membaca, mengedit, dan
pengetikan. Kalimat harus diubah menjadi predikat nominal,
sebagai berikut. b. Langkah penerjemahan adalah membaca
naskah, mengedit ulang, dan mengetik hasil terjemahan

c) Ketegasan

4
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu
perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Pada sebuah kalimat
ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberikan penekanan
atau ketegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.
1) Meletakan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat
Contoh:
Dort Harapan Rektor Unikom adalah agar mahasiswa lulus
tepat waktu.
Penekanannya adalah: Harapan Rektor Unikom
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan
meletakkan dalam posisi kalimat.
2) Membuat urutan kata yang logis
Contoh:
Pencuri itu berlari, merangkak, dan meloncat agar tidak
terlihat orang.
Seharusnya:
Pencuri itu merangkak, meloncat dan berlari agar tidak
terlihat orang.
3) Melakukan pengulangan kata-repetisi
Contoh:
Saya suka akan kedermawanan mereka, saya suka akan
keramahan mereka.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Dia bukan anak yang malas dan bodoh, tetapi rajin dan
cerdas.
5) Mempergunakan partikel penekanan-penegasan
Contoh:
Saudaralah yang harus datang ke tempat itu.

5
d) Kehematan
Yang dimaksud kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-
kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini
mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan.
1) Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek. Perhatikan contoh:
a. Karena ia sakit keras, dia tidak bisa mengikuti
perlombaan renang.
b. Para peserta lomba bersiap-siap memasuki arena
setelah mereka mendengar aba-aba dari panitia.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut:
Karena sakit keras, ia tidak bisa mengikuti
perlombaan renang.
c. Para peserta lomba bersiap-siap memasuki arena
setelah mendengar aba-aba dari panitia.
2) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Kata hijau
sudah mencakupi kata warna. Kata merpati sudah
mencakupi kata burung.
Perhatikan:
la menakai baju warna hijau. Dimana engkau menangkap
burung merpati itu?
Dapat diubah menjadi “la memakai baju hijau Di mana
engkau mengankap merpati itu?”
3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
ke sinoniman dalam satu kalimat.
1. Kata naik bersinonim dengan ke atas

6
2. Kata turun bersinonim dengan ke bawah
3. Kata naik bersinonim dengan saja Kata sejak
bersinonim dengan dari

Perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini:


Dia hanya belajar komputer saja. Sejak dari tadi ia
menunggu temannya.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi:
Dia hanya belajar komputer. Sejak tadi ia menunggu
temannya.
atau
Dia belajar komputer saja. Dari tadi ia menunggu
temannya.
4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak
menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
1. Bentuk Tidak Baku
2. Bentuk Baku
3. para ibu-ibu
4. para ibu
5. beberapa bapak-bapak
6. beberapa bapak

e) Kecermatan
Yang dimaksud cermat adalah kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Perhatikan kalimat berikut:
Istri lurah yang cerewet itu. Dia menerima uang sebanyak dua
puluh lima ribuan.

7
Kalim a- memiliki makna ganda yaitu siapa yang cerewet, lurah
atau istri lurah. Kalimat b-memiliki makna ganda yaitu berapa
jumlah uang seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah
Perhatikan kalimat berikut:
Yang diceritakan menceritakan tentang pengaruh teknologi
informasi dan kenakalan remaja, Kalimat ini salah pilihan katanya
karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan.
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
Yang diceritakan adalah pengaruh teknologi informasi dan
kenakalan remaja.

f) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah pecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berfikir yang tidak sistematis. Oleh karena itu,
hindari kalimat yang tidak padu.
Misalnya: Kemajuan teknologi dalam bentuk alat transpor
memungkinkan manusia berpindah tempat dari pulau ke pulau, dari
desa ke desa. Pada satu pihak kita ihat sekolah itu sebagai lembaga
yang harus mengawetkan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek
moyang dengan menyampaikan kepada generasi muda.
Silakan diperbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang
padu. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek-agen-verbal
secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Makalah itu saya sudah kerjakan... Saran yang disampaikannya
kami perhatikan. Kalimat daiatas tidak menunjukan kepaduan
aspek sebab terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk: Makalah itu sudah saya
kerjakan. Saran yang disampaikannya akan kami perhatikan.

8
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini.
Mereka membahas daripada persiapan pemilu. Buku ini akan
membahas tentang manfaat penguasaan Komputer.

Seharusnya:
Mereka membahas persiapan pemilu. Buku ini membahas manfaat
penguasaan komputer.

g) Kelogisan
Yang dimaksud kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal sehat dan sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat dibawah ini:
a. Waktu dan tempat kami persilakan.
b. Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan acara ini.
Kalimat di atas tidak logis atau tidak masuk akal. Kalimat yang
logis
sebagai berikut:
Rektor Unikom kami persilahkan. Untuk menghemat waktu, kita
lanjutkan acara ini.

D. Struktur Kalimat Efektif


Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki
kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya
kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan
bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya
rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan
suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.
Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari

9
kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.
Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah
dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap
penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek
yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun
terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut
(sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang
satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap
kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat
selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi,
maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah
dibiasakan.

E. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF


Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata
bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-
kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang

10
lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib
hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku,
tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi
pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:


a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S.


Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada
kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada
kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada
kalimat (d) dan (e).Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa,
klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau
abstrak).
Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S
pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat
fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah
orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang
menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada
“hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping
itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,

11
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c)
dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e)
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya
dengan memakai kata tanya siapa (yang) … atau apa (yang)…
kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang
diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau
tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh
“kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas
pelaku atau bendanya.

a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.


b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai
kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa
yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep
pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c),
tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak
logis.

2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu
melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga
sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu
yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:

12
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P.
katameringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda.
Kelompok katasedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c)
memberitahukan bagaimana putrinya, dalamkeadaan aman pada
kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada
kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat
(g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak
ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau
status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya
kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun
yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan
melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh
(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan
kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota
kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi
tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka

13
contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian
katakata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata
atau frasa.

3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek
pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak
O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba
yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada
contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur
yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang
dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak
diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak
wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi
P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika
kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang
letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya
dipasifkan.
a. .
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. .

14
1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang
berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa
nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P O

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama
diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang
bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O.
Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.


S P O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa


dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut
adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis
pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap
dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Disamping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P.

15
Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang
O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.
Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil

5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan
berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket
dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat
bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket
adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacammacam Ket dalam
kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam
(Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di
bawah ini.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.

17
Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan kalimat itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan
struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepadua, dan
kelogisan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta Balai
Pustaka.
Brown, Gillian & Yule. 1996, Analisis Wacana. Jakarta : Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional.2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia

18
Pusat Bahasa Jakarta: Gramedia. Ejaan Yang Disempurnakan. 1991. Balai
Bahasa: Yrama Widya.. Gani, Ramlan A. 2014. Suka Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Referensi.
http://blog.ideguru.com/2012/10/pengertian-bangsa-dan-unsur.html
http://idcyber.pun.bz/pengertian-negara-atau-definisi-negara.xhtml
http://www.blogodolar.com/. Diakses hari selasa 19-4-2016.
http://www.prbahasaindonesia.com/2015/05/ Kanzunnudin,
Mohammad. 2013. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Rembang: Yayasan Adhigama.
keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. Kosasih, Dr E. 2012.
Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Yrama Widya.
Kridalaksana, Harimurti. 2002. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia.

19

Anda mungkin juga menyukai