Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

“PEMIKIRAN EKONOMI ILMUWAN MUSLIM KONTEMPORER MAZHAB


IQTISHODUNA”

Dosen Pengampu : Syamratun Nurjannah, S,Ei., M.S.i

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Fitri Anggraeni (12103007)

Akmi andi Syahbandi (12103026)

Rahmawati (12103034)

Fauqul Aziz (12103091)

Dini Maghfiroh (12103102)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan segala rahmat,
taufik dan hidayah-Nya. Sehingga pada hari ini kita masih diberi nikmat Iman, Islam, dan
Ihsan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah atas junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW. Yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah (kebodohan) menuju zaman ilmiah
(keilmuan).

Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kendala, sehingga penulis pada saat itu
kesulitan membuat makalah ini, namun karena ada beberapa bantuan dari pihak lain akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh Karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun

Pontianak, 26 Mei 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Latar Belakang Tokoh Dalam Mazhab Iqtishaduna............................................................2
B. Konsep Pemikiran Ekonomi Islam Mazhab Iqtishaduna.....................................................2
BAB III.................................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemikiran ekonomi Islam kontemporer merupakan buah pikiran dari para
ekonom muslim pada abad ke-20 masehi. Pemikiran ekonom-ekonommuslim
kontemporer dapat diklasifikasikan menjadi 3 mazhab, yaitu mazhab iqtishaduna,
mazhab mainstream, mazhab alternatife. Hal yang melatarbelakangi pembagian ketiga
mazhab ini adalah adanya perbedaan pendapat,konsep tentang apa dan bagaimana
ekonomi Islam.
Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pemikiran Muhammad Baqir As-Sadr dalam bidang ekonomi,karena luasnya
pembahasan yang dimiliki Muhammad Baqir As-Sadr terhadap perkembangan
ekonomi Islam kontemporer

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang tokoh dalam mazhab iqtishaduna?
2. Bagaimana pemikiran ekonomi islam Baqir As-sadr dalam mazhab iqtishaduna?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui latar belakang tokoh dalam mazhab iqishaduna.
2. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi islam Baqir As-sadr dalam mazhab
iqtishaduna.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Tokoh Dalam Mazhab Iqtishaduna
Muhammad Baqr Al-Sadr Ash-shahid dilahirkan di Khadimiyeh pada 25 Dzulhijjah
1353 H/1 Maret 1935 M. Beliau datang dari keluargaintelektual Islam. Beliau memilih studi-
studi Islam tradisional di hauzas(sekolah-sekolah tradisional) di Irak. Beliau belajar fiqh,
ushul dan teologi.Meskipun Al-Sadr berlatar-belakang tradisional, Al-Sadr tidak pernah
dipisahkan dari isu-isu penting dunia modern. Perhatian intelektualnya yang sangat tajam
menginspirasinya untuk mendalami filsafat, kontemporer,ekonomi, sosiologi, sejarah, dan
hukum. Al-Sadr terus menerus menyuarakan pandangan-pandangan tentang kondisi umat
muslim dan menyuarakanya tentang perlunya untuk bebas, tidak hanya dari kolonialisme
ekonomi dan politis, tetapi juga dari “fikiran dan memikirkan kekuasaan.

”Di bukunya falsafatuna (filsafat kita), Al-Sadr menawarkan suatu kritik komparatif
terhadap kapitalisme dan sosialisme dan menawarkan suatu solusi pemikiran islami dan
kerangka-kerangka dari suatu sisteme konomi Islam. Ditulis pada tahun 1960-an, Iqtishaduna
dipandang sebagai suatu analisa yang menyeluruh dan suatu perbandingan yang pertama dari
sistem ekonomi dilihat dari prespektif Islam, salah satu yang masih digunakan sarjana-sarjana
ekonomi di tahun sembilan puluhan.

Tahun 1948, Al-Sadr masuk perguruan Islam di Najaf dan tahun 1958aktif di Partai
ad-Da’wa. Tahun 1959, Al-Sadr menulis buku yang berjudul Falsafatunadan tahun 1961
menulis buku yang berjudul Iqtishaduna. Sejak tahun 1962 Al-Sadr menyatakan keluar dari
Partai ad-dawa’, kemudian padatahun 1963 aktif mengajar di Perguruan Tinggi Islam Nafaj
hingga tahun1980, serta menjadi pimpinan Marja’ di kawasan Najaf. Pada 1975, ia
menerbitkan buku “Prinsip-prinsip Hukum Islam”. Pada 1978 hingga 1979,Beliau aktif
mengorganisasi dan mengomandoi pergerakan anti rezimSadam Husain dan partai baats.
Karena keterlibatan nya dalam dunia politik tersebut,membuatnya senantiasa berhadapan
langsung dengan rezim Saddam Husain. Pada 8 april 1980, Al-Sadr dibunuh oleh tentara
Saddam, bersama dengan adik perempuannya, bint al-huda.

B. Konsep Pemikiran Ekonomi Islam Mazhab Iqtishaduna


Menurut Al-Sadr, ekonomi Islam adalah cara atau jalan yang dipilih oleh Islam untuk
dijalani dalam rangka mencapai kehidupan ekonominya dan dalam memecahkan masalah
ekonomi praktis sejalan dengan konsep keadilan. Bagi Al-Sadr, Islam “tidak mengurusi

2
hukum permintaan dan penawaran (tidak pula) hubungan antar laba dan bunga (tidak
pula)fenomena diminishing return di dalam produksi” yang baginya merupakan‘ilmu
ekonomi’.

Al-Sadr memandang ekonomi Islam bukanlah sebuah disiplin ilmu,melainkan sebuah


mazhab atau doktrin yang direkomendasikan Islam.Dengan demikian, ekonomi Islam adalah
doktrin karena ia membicarakan semua aturan dasar dalam kehidupan ekonomi yang
dihubungkan dengan ideologi-ideologinya mengenai keadilan (sosial). Oleh sebab itu,
kehadiran Islam, khususnya ajarannya tentang ekonomi, bukan hendak menemukan
fenomena tentang ekonomi di tengah masyarakat, akan tetapi ingin menerapkan ajaran Islam
di bidang ekonomi.

Sistem ekonomi Islam juga merupakan sebuah penerapan ilmu ekonomi dalam praktik
sehari-hari bagi individu maupun kelompok masyarakat dalam rangka mengorganisasi faktor
produksi, distribusi dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan dan tunduk dalam
peraturan/perundang-undangan Islam (Sunnatullah).

Menurut Baqir Al-Sadr, sistem ekonomi Islam berhubungan dengan kenyataan dan
apa yang seharusnya berasas pada kepercayaan, hukum,konsep dan definisi Islam yang
diambil dari sumber al-Quran dan al-Hadis.Berdasarkan hal diatas Al-Sadr mengusulkan
istilah lain untuk mengganti ekonomi, yaitu iqtishad. Iqtishad berasal dari kata qasada yang
berarti setara, selaras, atau seimbang. Dengan demikian,iqtishad tidaklah sama dengan
pengertian ekonomi, dan bukan sekadar terjemahan dari kata ekonomi dalam bahasa Arab.
Penggunaan kata iqtishad ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dasar yang dialami oleh
masyarakat, yaitu distribusi sumber daya ekonomi yang tidak merata, dimana terdapat
kesenjangan antara kelompok yang sedemikian kaya dan kelompok yang sedemikian miskin
yang tidak memiliki kesempatan kerja.

Pemahaman ekonomi iqtisaduna beranggapan bahwa puncak permasalahan ekonomi


adalah bukan karena sumber daya yang tidak terbatas, tetapi karena ketamakan manusia yang
tidak terbatas. Paham mazhab ekonomi ini menganggap bahwa segala sumber daya alam
adalah tidak terbatas. Aliran ini dipelopori oleh Baqir Sadr.

Dalam kehidupan sehari-hari, distribusi biasa diartikan sebagai kegiatan membagi-


bagi barang kepada orang atau pihak yang berhak untuk menerimanya. Misalnya, dalam
keadaan kesulitan ekonomi, pemerintah Melakukan distribusi bahan makan kepada pegawai

3
negeri dan penduduk; di pusat pembangkit tenaga listrik terdapat bagian distribusi yang
mengurus penyaluran tenaga listrik ke seluruh wilayah

.Dalam kegiatan ekonomi, kegiatan distribusi tidak hanya sekedar membagi-bagi atau
menyalurkan barang, tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi. Kegiatan itu antara
lain meliputi perdagangan, pengangkutan, penyimpanan, penanggungan resiko, dan
seterusnya sampai barang yang bersangkutan diterima oleh konsumen dalam keadaan baik.
Dengan demikian, ruang lingkup kegiatan distribusi mencakup seluruh penanganan barang
sejak lepas dari produsen sampai barang tersebutditerima oleh konsumen.

Meskipun pengertian distribusi sangat luas, dengan singkat dapatdikatakan bahwa


yang dimaksud dengan distribusi adalah usaha menyampaikan barang dari produsen kepada
konsumen. Berkenaan dengan distribusi dalam arti penyebaran dan penukaran hasil produksi
ini, Islam telah memberikan tuntunan yang wajib diikuti oleh para pelaku ekonomi,
pemerintah maupun masyarakat luas. Tuntunan tersebut secara hukumnormatif tertuang
dalam fiqh almu’amalah.

Al-Sadr membagi pembahasannya menjadi dua bagian, yakni distribusi sebelum


produksi ( pre-production distribution) dan sesudah produksi ( post-production distribution).
Penjelasan Al-Sadr yang terincimengenai hal itu didasarkan pada ajaran atau hukum yang
berhubungan dengan kepemilikan dan distributive rights.

Distribusi sebelum produksi membahas tentang distribusi tanah dansumber daya lain,
yang diistilahkan kekayaan primer. Al-Sadr membagi sumber daya alam menjadi 4 kategori,
yakni tanah, bahan mentah ( sumber daya alam) di dalam tanah,air dan sumber daya lain
(produk laut, sungai, buah-buahan).

Berikut ringkasan mengenai pandangannya atas tanah dan kategori lain dari sumber daya
alam.

Tabel 2.1 Kepemilikan Tanah

Tipe/ jenis tanah Tanah yang digarap Tanah mati Tanah yang
(ladang) digarap secara
alami (hutan)
Tanah takhlukan Milik umum (publik) ; Milik negara; Milik negara;
penduduk membayar individu dapat individu dapat
pajak untuk digunakan

4
bagi kepentingan
masayarkat
Tanah dakwah Kepemilikan swasta oleh Milik negara; Milik negara;
penduduk individu dapat individu dapat
memperoleh hak memperoleh hak
pakai pakai
Tanah perjanjian Tergantung perjanjian; Milik negara Milik negara
kepemilikan swasta atau
public
Tanah lain Milik negara Milik negara Milik negara

Tabel 2.2 Kepemilikan Sumber Daya Lain

Tipe/ Sumber daya alam Zahir (terbuka) (dalam Batin (tersembunyi)


bentuk jadi) Secara alami (hutan)
Sumber daya alam di dalam Milik publik atau negara Jika dekat dengan
tanah (minyak, batu bara, permukaan berarti milik
dan sebagainya) umum atau negara.
Jika alam memerlukan usaha
berarti pada dasarnya milik
negara, tetapi bisa milik
individu hanya hasil
tambangnya saja dan seluas
wilayah tambangnya
Air alam Samudera,
sungai adalah milik
umum
Kekayaan alam yang lain Milik swasta yang diizinkan
melalui kerja (menangkap
burung, menebang kayu dan
sebagainya)
Ada beberapa hal yang perlu disebutkan:

1. Kepemilikan oleh negara adalah jenis kepemilikan yang paling sering,meskipun hak pakai
dapat diperoleh dari negara.

5
2. Kepemilikan swasta hanya diizinkan di dalam sejumlah kecil keadaan:

a) Tanah yang digarap di wilayah penduduk yang menerima Islamsecara sukarela


(melalui dakwah);
b) Jika ditetapkan di dalam perjanjian;
c) Mineral tersembunyi yang memerlukan usaha untuk mendapatkannya, dan hanya
sejauh mineral yang digali saja serta diseluas area pertambangan saja;
d) Sumber daya lain, yakni melalui kerja atau tenaga kerja orang,seperti penangkapan
burung, penebangan kayu, dan sebagainya.

3. Kepemilikan swasta hanyalah terbatas pada hak pakai, prioritas penggunaan dan hak untuk
mencegah orang lain memakai barang yangdimilikioleh orang lain.

4. Untuk mineral dan air, individu diperkenankan untuk ‘menggunakan apa yang mereka
perlukan’.

Mengenai distribusi sesudah produksi (Post-Production Distribution),As-Sadr


menyatakan bahwa Islam tidak menganggap semua faktor produksi(ataupun pemiliknya) itu
sama derajatnya, yakni ‘orang yang melakukan produksi (pekerja) adalah “pemilik” riil dari
barang yang dihasilkan’.Selanjutnya pekerja itu bertanggung jawab untuk membayar uang
kompensasi bagi faktor produksi lain yang digunakan di dalam proses produksi. As-sadr juga
membedakan antara mengerjakan sumber daya alammilik orang lain dan bekerja pada
“produk pekerja” milik orang lain.

As-sadr juga menentang kompensasi ‘resiko’ seperti yang kebanyakandikatakan oleh


para ahli ekonomi, termasuk muslim, yang mengunakan ungkapan ‘no risk, no gain’. Ahli
ekonomi muslim yang mengajukan argument bahwa pemilik modal dalam kontrak
mudharabah bisa memperoleh imbalan karena resiko itu keliru. As-sadr melilhat bahwa
imbalan tersebut adalah karena kenyataan bahwa uang mereka sedang digunakan, bukan
faktor resiko.

As-Sadr membagi dua aspek dalam kegiatan produksi. Pertama, aspek objektif yang
berhubungan dengan sisi teknis dan ekonomis seperti, hokum-hukum produksi, fungsi biaya,
dan sebagainya. Tetapi as-Sadr tidak membahas hal tersebut melainkan tentang pertanyaan
dasar dalam ekonomi(apa, bagaimana, dan untuk siapa suatu produk itu diproduksi). Kedua,
aspek subjektif atau doktrin. ‘Apa yang akan diproduksi’(what ) dan ‘untuk siapa diproduksi’
(for whom) sesuai dengan ajaran Islam mengenai barang-barang yang halal dan berbagai

6
kategori barang.‘bagaimana memproduksi’ (how) dianggap sebagai tanggung jawab negara.
Negara mempunyai tugas untuk merencanakan dan memberi petunjuk bagaimana seharusnya
aktivitas ekonomi berjalan sesuai dengan al-Quran,sunnah dan ijma ulama.

As-sadr memiliki dua cabang strategi dalam memberi pandangan yangsehat mengenai
produksi, yaitu:

1.Strategi doktrin

Manusia termotivasi untuk bekerja karena bekerja dipandangs ebagai ibadah jika
dilaksanakan dengan pemahaman dan niat seperti yang dinyatakan dalam al-Quran.

2.Strategi legislative

a. Tanah menganggur dapat disita oleh negara dan di redistribusikan kepada mereka
yangmau menggarapnya;
b. Prinsip ‘tak ada kerja, tak ada hasil’;
c. Larangan dengan hima’, yaitu memiliki tanah dengan paksa;
d. Pelarangan bunga;
e. Dilarangnya pemusatan dan konsentrasi kekayaan;
f. Pelarangan transaksi tidak produktif, seperti membeli murah dan menjual mahal tanpa
kerja.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Baqr Al-Sadr Ash-shahid dilahirkan di Khadimiyeh pada25 Dzulhijjah
1353 H/1 Maret 1935 M. Beliau datang dari keluargaintelektual Islam. Beliau memilih studi-
studi Islam tradisional di hauzas(sekolah-sekolah tradisional) di Irak. Beliau belajar fiqh,
ushul dan teologi.Meskipun Al-Sadr berlatar-belakang tradisional, Al-Sadr tidak pernah
dipisahkan dari isu-isu penting dunia modern.

Menurut Baqir Al-Sadr, sistem ekonomi Islam berhubungan dengan kenyataan dan
apa yang seharusnya berasas pada kepercayaan, hukum,konsep dan definisi Islam yang
diambil dari sumber al-Quran dan al-Hadis.Berdasarkan hal diatas Al-Sadr mengusulkan
istilah lain untuk mengganti ekonomi, yaitu iqtishad. Iqtishad berasal dari kata qasada yang
berarti setara, selaras, atau seimbang. Dengan demikian,iqtishad tidaklah sama dengan
pengertian ekonomi, dan bukan sekadar terjemahan dari kata ekonomi dalam bahasa Arab.
Penggunaan kata iqtishad ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dasar yang dialami oleh
masyarakat, yaitu distribusi sumber daya ekonomi yang tidak merata, dimana terdapat
kesenjangan antara kelompok yang sedemikian kaya dan kelompok yang sedemikian miskin
yang tidak memiliki kesempatan kerja.

8
DAFTAR PUSTAKA
Arravik, Havis. Sejarah Pemikiran Islam Kontemporer . Depok: Kencana, 2017.

Choiriyah, “Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-Sadr,”Islamic Banking ,Vol. 2, No.


1(2016) - diakses pada 12 September, 2019
-http://ejournal.stebisigm.ac.id/index.php/isbank/article/view/23Haneef, Mohamed
Aslam,

Haneef, Mohamed Aslam, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer : Analisa Komparatif


Terpilih, Terjemahan oleh Suherman Rosyidi. Jakarta: RajawaliPers, 2010.

Maulidzien, Ahmad. Pemikiran dan Konstribusi Tokoh Ekonomi Islam Klasik


danKontemporer, Jurnal Deliberatif, Vol. 1, No. 1, Juni (2017) - diakses pada12
September, 2019 - https://www.ojs.usnd.ac.id

Maulana, Rian. Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As-Sadr, Jurnal Al-Iqtishad ,
Vol. II, No. 2, Juli 2010 - diakses pada 12 September, 2019
-http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad/article/view/2486

Anda mungkin juga menyukai