Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM BAQIR AL-SADR : TINJAUAN


DAN IMPLIKASI DALAM EKONOMI ISLAM

(Ditujukan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah : Studi Pemikiran


Ekonomi Islam)

Disusun Oleh : Musthafa Akhyar

PASCASARJANA EKONOMI SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
2023
Pemikiran Ekonomi Islam Baqir Al-Sadr : Tinjauan dan Implikasi
dalam Ekonomi Islam

Musthafa Akhyar
Institut Agama Islam Negeri Metro
Email : musthafaakhyar@live.com

ABSTRAK

Makalah ini menjelaskan dan menganalisis pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr, seorang
intelektual dan pemikir terkemuka dalam dunia Islam abad ke-20. Pemikiran ekonomi Baqir Al
Sadr sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam dan filosofi mendalamnya. Dalam makalah ini,
kami menguraikan aspek-aspek utama pemikirannya, termasuk konsep nilai dan distribusi
kekayaan dalam Islam, peran negara dalam mengatur ekonomi, dan relevansinya dalam ekonomi
Islam kontemporer. Kami juga mengidentifikasi implikasi pemikiran Baqir Al Sadr dalam
konteks ekonomi Islam dan dunia nyata. Pemikiran ini menyoroti pentingnya distribusi kekayaan
yang adil, peran negara yang aktif dalam mengawasi ekonomi, dan prinsip-prinsip etika dalam
bisnis. Kesimpulannya, pemikiran Baqir Al Sadr memberikan pandangan berharga tentang
bagaimana prinsip-prinsip ekonomi Islam dapat membantu mengatasi masalah ketidaksetaraan
ekonomi dan ketidakadilan sosial, serta menciptakan kerangka kerja ekonomi yang lebih adil dan
berkelanjutan dalam kerangka nilai-nilai Islam. Meskipun Baqir Al Sadr telah tiada, warisannya
terus mempengaruhi pemikiran ekonomi Islam kontemporer.

Kata Kunci : Ekonomi Islam, Baqir Al Sadr, Iqtishaduna

2
PENDAHULUAN

Di tengah era globalisasi dan perubahan ekonomi yang berlangsung dengan cepat,
perhatian terhadap isu-isu ekonomi dan keadilan sosial semakin mendalam, terutama di kalangan
masyarakat dunia, termasuk dalam kerangka pemikiran ekonomi Islam yang berakar pada
prinsip-prinsip agama Islam. Dalam konteks ini, sosok Baqir Al Sadr, seorang pemikir Muslim
ternama pada abad ke-20, menjadi salah satu figur intelektual yang memiliki peran sentral. Baqir
Al Sadr dikenal atas pemikiran ekonominya yang dalam dan pemahamannya tentang bagaimana
prinsip-prinsip Islam bisa diaplikasikan dalam konteks ekonomi yang modern.

Penting untuk memahami kontribusi berarti yang diberikan oleh Baqir Al Sadr dalam
perkembangan pemikiran ekonomi Islam dan relevansinya dalam mengatasi isu-isu ekonomi
global yang mendesak. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan dan menganalisis pemikiran
ekonomi Baqir Al Sadr, dengan fokus pada konsep nilai dan distribusi dalam Islam, peran negara
dalam mengatur aspek ekonomi, serta implikasi dan relevansinya dalam kerangka ekonomi Islam
yang ada saat ini.

Pemikiran Baqir Al Sadr sangat relevan dalam menjawab tantangan ketidaksetaraan


ekonomi, keadilan sosial, dan isu-isu etika yang muncul dalam dunia bisnis. Bagaimana
pemikiran ini dapat diimplementasikan dalam konteks ekonomi Islam yang ada sekarang, dan
apa implikasinya terhadap masyarakat Muslim dan dunia pada umumnya, akan menjadi fokus
utama dalam makalah ini.

Dengan memahami pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr, diharapkan dapat memperoleh


wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana ekonomi Islam dapat memainkan peran kunci
dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil, berkelanjutan, dan berdasarkan prinsip-prinsip
moral.

3
Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis pemikiran Baqir Al Sadr dalam
pemikiran ekonomi Islam kontemporer. Secara lebih spesifik, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengenalkan secara komprehensif tentang pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr,


termasuk pandangan dan kontribusinya dalam pemahaman ekonomi Islam.

2. Untuk menganalisis konsep-konsep kunci dalam pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr,


seperti nilai dan distribusi, peran negara dalam mengatur ekonomi, serta aspek-aspek
penting lainnya.

3. Untuk mengevaluasi relevansi dan implikasi pemikiran Baqir Al Sadr dalam konteks
ekonomi Islam kontemporer dan dalam mengatasi isu-isu ekonomi global yang
mendesak, seperti ketidaksetaraan ekonomi, keadilan sosial, dan isu-isu etika dalam
bisnis.

4. Untuk memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana pemikiran ekonomi


Baqir Al Sadr dapat diterapkan dalam praktik ekonomi Islam, serta kontribusinya dalam
menciptakan masyarakat yang lebih adil, berkelanjutan, dan berlandaskan prinsip-prinsip
moral.

Dengan tujuan-tujuan tersebut, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman


yang lebih baik tentang pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr dan relevansinya dalam konteks
ekonomi Islam serta dunia yang sedang berubah dengan cepat.

Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Metode
kepustakaan adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari
buku-buku, artikel, dan jurnal yang relevan dengan topik penulisan. Selanjutnya data penelitian

4
akan dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mengkaji dan
menafsirkan data secara mendalam untuk menemukan makna yang terkandung di dalamnya.

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan data: Data penelitian akan dikumpulkan dari buku-buku, artikel, dan
jurnal yang relevan dengan topik penelitian. Data penelitian akan dikumpulkan dengan cara
membaca, mencatat, dan mengutip informasi yang relevan.

2. Tahap analisis data: Data penelitian akan dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif
dilakukan dengan cara mengkaji dan menafsirkan data secara mendalam untuk menemukan
makna yang terkandung di dalamnya.

3. Tahap penulisan laporan: Laporan penelitian akan ditulis berdasarkan hasil analisis data.
Laporan penelitian akan mencakup latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,
hasil penelitian, dan kesimpulan.

Beberapa sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Buku-buku tentang pemikiran ekonomi Islam, khususnya pemikiran ekonomi Baqir Al


Sadr.
2. Artikel dan jurnal ilmiah tentang pemikiran ekonomi Islam, khususnya tentang pemikiran
Baqir Al Sadr.

3. Website dan blog yang membahas tentang pemikiran ekonomi Islam, khususnya tentang
pemikiran Baqir Al Sadr.

5
Sistematika Penulisan

Penulisan Karya Ilmiah ini meliputi :

1. Pendahuluan
2. Pembahasan
3. Evaluasi Terhadap Kelemahan Atau Ketidaksesuaian Pemikiran Baqir Al Sadr Dalam
Ekonomi
4. Tantangan Yang Dihadapi Dalam Menerapkan Pemikiran Iqtishaduna Di Indonesia
5. Kesimpulan
6. Referensi

6
Pembahasan

Profil Singkat Baqir Al Sadr

Baqir Al Sadr, yang lahir pada tanggal 25 Maret 1935 di Iraq dan meninggal pada tahun
1980, merupakan seorang cendekiawan dan pemikir Islam terkemuka dalam abad ke-20. Ia
dikenal karena kontribusinya yang mendalam dalam pemikiran ekonomi dan filosofis Islam.
Baqir Al Sadr sangat aktif dalam percaturan pemikiran politik, sosial, dan ekonomi dalam
konteks Islam, dan warisannya memiliki dampak yang signifikan pada pemikiran Islam
kontemporer.

Salah satu karya terkenal Baqir Al Sadr adalah bukunya yang berjudul "Iqtisaduna"
(Ekonomi Kami), di mana ia menggabungkan dengan cemerlang prinsip-prinsip ekonomi Islam
dengan teori-teori ekonomi modern. Dalam buku ini, ia mendalami berbagai aspek ekonomi
dalam perspektif Islam, termasuk distribusi kekayaan, kepemilikan, dan peran negara dalam
ekonomi. Karyanya ini telah menjadi referensi penting dalam studi ekonomi Islam dan telah
berpengaruh besar dalam pemikiran ekonomi Islam kontemporer.

Baqir Al Sadr juga memainkan peran sentral dalam dunia politik di Iraq, khususnya
melalui keterlibatannya dalam gerakan Syiah. Ia mengadvokasi hak asasi manusia dan keadilan
sosial dalam kerangka Islam, serta memberikan sumbangan penting dalam gagasan tentang
negara Islam yang adil dan merata. Sepanjang hidupnya, Baqir Al Sadr tetap berkomitmen untuk
memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
ekonomi dan politik.

Warisan intelektual Baqir Al Sadr terus membentuk pemikiran banyak pemikir dan
aktivis Islam di seluruh dunia. Karyanya tetap berpengaruh dalam bidang ekonomi Islam dan
terus memacu perdebatan intelektual dalam dunia Islam. Meskipun telah berpulang,
kontribusi-kontribusinya tetap memberi dampak dalam pemikiran Islam kontemporer dan
perdebatan intelektual.

7
Relevansi Pemikiran Ekonomi Baqir Al Sadr Dalam Konteks Ekonomi Islam

Relevansi pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr dalam konteks ekonomi Islam sangat
signifikan. Ia telah memberikan kontribusi berharga dalam membuka jalan bagi pemikiran
ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, yang relevan dan relevan hingga saat ini. Dalam
konteks ekonomi Islam, pemikirannya mengemukakan prinsip-prinsip ekonomi yang didasarkan
pada nilai-nilai agama dan etika, serta memberikan kerangka kerja untuk ekonomi yang lebih
adil dan berkeadilan.

Baqir Al Sadr memadukan prinsip-prinsip ekonomi Islam dengan teori-teori ekonomi


modern dalam bukunya "Iqtisaduna" (Ekonomi Kami). Ia menguraikan konsep ekonomi Islam,
di mana prinsip-prinsip keadilan, distribusi kekayaan yang merata, dan kepemilikan publik
memiliki peran utama. Pemikiran ini memiliki relevansi dalam mengatasi isu-isu ekonomi seperti
ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dalam masyarakat Islam.

Baqir Al Sadr juga menyoroti peran negara dalam ekonomi dalam pandangannya. Dalam
perspektifnya, negara memiliki peran strategis dalam mengawasi dan memastikan pelaksanaan
prinsip-prinsip ekonomi Islam. Hal ini menjadi relevan dalam debat kontemporer mengenai
peran pemerintah dalam mengendalikan ekonomi dan mengatasi masalah ketidakadilan ekonomi.

Pemikiran Baqir Al Sadr juga relevan dalam konteks global. Dengan semakin
meningkatnya minat dalam ekonomi Islam di seluruh dunia, pemikiran Baqir Al Sadr
menyediakan fondasi konseptual yang penting bagi mereka yang ingin memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam konteks global yang beragam.

Dalam sebuah era di mana isu-isu seperti ketidaksetaraan ekonomi dan keadilan semakin
mendapat perhatian, pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr tetap relevan dan memberikan kontribusi
penting dalam upaya mewujudkan ekonomi yang lebih adil dan berkeadilan berdasarkan
prinsip-prinsip Islam.

8
Pemikiran Ekonomi Baqir Al Sadr

1. Nilai Ekonomi dalam Islam

Baqir Al Sadr meyakini bahwa ekonomi dalam kerangka Islam harus diberkahi dengan
nilai-nilai agama dan etika. Ia menekankan bahwa ekonomi bukan hanya sekadar tentang
mencari keuntungan, tetapi juga tentang menjalankan aktivitas ekonomi dengan penuh kepatuhan
terhadap ajaran agama. Dalam pandangannya, ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam
akan mempromosikan keadilan sosial, kebijaksanaan, dan moralitas dalam setiap aspek
kehidupan ekonomi.

Pemikiran ini mencerminkan tekad Baqir Al Sadr untuk memastikan bahwa ekonomi
tidak dilepaskan dari kendali nilai-nilai moral dan etika. Ia memandang bahwa ekonomi yang
terkait dengan agama akan mendorong individu dan lembaga untuk bertindak dengan integritas
dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan kasih
sayang akan menjadi elemen penting dalam setiap transaksi ekonomi.

Konsep nilai-nilai dalam ekonomi Islam menekankan bahwa tujuan ekonomi bukan
hanya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi, tetapi juga untuk mencapai keadilan sosial,
memastikan distribusi kekayaan yang merata, dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara adil.
Melalui pemikirannya, Baqir Al Sadr menyuarakan pentingnya memadukan ekonomi
dengan nilai-nilai moral dan agama, menciptakan pondasi untuk masyarakat yang lebih adil dan
berkeadilan. Dengan begitu, nilai-nilai Islam diintegrasikan dalam setiap transaksi ekonomi dan
kebijakan ekonomi, yang diharapkan akan menghasilkan manfaat sosial yang lebih besar dan
menciptakan masyarakat yang lebih baik secara moral.

2. Distribusi Kekayaan

Baqir Al Sadr menitikberatkan pada pentingnya distribusi yang merata dan adil dari
kekayaan dalam masyarakat. Ia meyakini bahwa ekonomi Islam harus berdasarkan pada
prinsip-prinsip keadilan sosial yang merupakan bagian integral dari ajaran agama Islam.

9
Distribusi kekayaan yang adil merupakan unsur kunci dalam memastikan keadilan sosial dalam
masyarakat Islam.

Pemikiran Baqir Al Sadr tentang distribusi kekayaan berkaitan dengan konsep zakat dan
wakaf dalam Islam. Zakat adalah kewajiban memberi bagi individu yang mampu, sedangkan
wakaf adalah gagasan sumbangan untuk tujuan publik. Baqir Al Sadr melihat bahwa jika
prinsip-prinsip zakat dan wakaf diterapkan dengan benar, distribusi kekayaan akan menjadi lebih
adil. Ini menciptakan mekanisme internal dalam masyarakat yang memastikan bahwa kekayaan
tidak terkonsentrasi pada sejumlah individu atau kelompok, melainkan didistribusikan demi
kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Pemikiran ini sangat relevan dalam mengatasi permasalahan ketidaksetaraan ekonomi


yang kerap terlihat dalam masyarakat saat ini. Baqir Al Sadr meyakini bahwa dengan mengikuti
prinsip-prinsip distribusi kekayaan Islam, masyarakat dapat mengurangi kesenjangan ekonomi
dan memastikan bahwa sumber daya ekonomi digunakan untuk kesejahteraan bersama. Selain
itu, pemikiran ini juga berkaitan dengan prinsip-prinsip etika dalam bisnis dan perdagangan
dalam Islam, yang menekankan pentingnya kejujuran, tanggung jawab sosial, dan praktik
perdagangan yang sah.

Pemikiran tentang distribusi kekayaan yang adil dari Baqir Al Sadr membentuk dasar
untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan. Ini menciptakan keseimbangan
antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif, dengan fokus pada kesejahteraan bersama
dan pengurangan ketidakadilan sosial. Dalam era di mana isu-isu ketidaksetaraan ekonomi dan
sosial semakin menjadi sorotan, pemikiran ini memberikan pandangan berharga tentang
bagaimana ekonomi Islam dapat menjadi solusi atas tantangan tersebut.

3. Konsep Kepemilikan Publik Menurut Baqir Al Sadr

Baqir Al Sadr menganjurkan pandangan bahwa negara memiliki peran kunci dalam
mengatur dan memastikan penerapan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Menurutnya, negara

10
seharusnya menjadi pihak yang bertanggung jawab utama dalam memastikan pelaksanaan
prinsip-prinsip keadilan ekonomi Islam.

Baik dalam karyanya "Iqtisaduna" maupun dalam pemikiran ekonomi Islamnya yang
lain, Baqir Al Sadr menegaskan peran sentral negara dalam mengawasi aspek-aspek vital dalam
ekonomi seperti perbankan, perdagangan, dan investasi. Negara diharapkan untuk mengambil
tindakan yang proaktif dalam melawan monopoli, praktik penyalahgunaan ekonomi, dan
ketidakadilan ekonomi yang berpotensi merugikan masyarakat.

Pemikiran ini memberikan dasar untuk pandangan bahwa ekonomi Islam perlu adanya
regulasi dan pengawasan yang cermat oleh negara guna memastikan penerapan prinsip-prinsip
ekonomi Islam. Prinsip-prinsip ini mencakup aspek distribusi kekayaan yang adil, larangan
terhadap riba (bunga), serta penekanan pada kepemilikan publik yang melayani kepentingan
bersama. Dalam perspektif Baqir Al Sadr, negara memiliki tanggung jawab penting dalam
membentuk kerangka kerja yang mendukung perkembangan ekonomi Islam dan menciptakan
masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan.

Pemikiran ini relevan dalam konteks ekonomi modern, di mana peran pemerintah dalam
mengatur dan mengawasi ekonomi menjadi perhatian yang sangat penting. Di banyak negara
dengan mayoritas penduduk Muslim, prinsip-prinsip ekonomi Islam dan peran negara dalam
ekonomi menjadi topik perdebatan yang substansial. Pemikiran dari Baqir Al Sadr memberikan
wawasan yang berharga tentang bagaimana negara dapat mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip
ekonomi Islam dalam praktik sehari-hari.

4. Kritik Baqir Al Sadr Terhadap Sistem Kapitalisme

Baqir Al Sadr dengan tegas mengkritik sistem kapitalisme karena dianggapnya sebagai
penyebab ketidaksetaraan ekonomi dan ketidakadilan sosial dalam masyarakat. Baginya, dalam
sistem kapitalisme, keuntungan ekonomi cenderung terkumpul pada segelintir individu atau
perusahaan besar, sedangkan mayoritas masyarakat menghadapi kesulitan ekonomi. Baqir Al

11
Sadr berpandangan bahwa ketidaksetaraan ini bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan dan
keadilan sosial yang menjadi inti ajaran Islam.

Pemikiran Baqir Al Sadr juga menyoroti dampak sosial yang merusak dari kapitalisme,
seperti alienasi individu, meningkatnya konsumsi berlebihan, dan perpecahan sosial. Ia
berpendapat bahwa kapitalisme mendorong individu untuk mengejar keuntungan pribadi tanpa
mempertimbangkan akibat sosial dan moral dari tindakan mereka. Kritik ini mencerminkan tekad
Baqir Al Sadr untuk mendorong pandangan ekonomi yang lebih berorientasi pada kesejahteraan
sosial dan moralitas.

Selain itu, Baqir Al Sadr menekankan bahwa sistem ekonomi Islam yang berakar pada
prinsip-prinsip ajaran Islam menawarkan alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan. Ia
mengusulkan bahwa dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti distribusi yang
merata, larangan riba, dan promosi kepemilikan publik, masyarakat dapat mencapai keadilan
ekonomi dan sosial yang lebih besar. Pemikiran ini menjadi landasan untuk mempromosikan
ekonomi Islam sebagai model yang lebih baik dan lebih adil dalam menghadapi tantangan
ekonomi kontemporer.

Dalam konteks ekonomi global saat ini, di mana ketidaksetaraan ekonomi dan isu-isu
sosial menjadi fokus perhatian, pemikiran Baqir Al Sadr memberikan wawasan berharga tentang
tantangan dan alternatif yang dapat diambil oleh masyarakat Muslim dan seluruh masyarakat
dunia dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih adil, berkelanjutan, dan berakar pada
nilai-nilai moral dan etika.

5. Menggabungkan Teori Ekonomi Modern dan Nilai-nilai Islam

Baqir Al Sadr mengakui bahwa pemikiran ekonomi Islam memiliki berbagai aliran dan
perspektif yang berbeda, dan dalam beberapa aspek, pemikiran-pemikiran ini bisa memiliki
perbedaan pendapat. Namun, ia juga mencoba untuk menemukan titik-titik kesamaan dan

12
persamaan dalam pandangan tersebut, sehingga pemikiran ekonomi Islam dapat lebih
berkembang dan terintegrasi.

Dalam konteks ini, Baqir Al Sadr menekankan perlunya dialog dan kajian yang lebih
mendalam di antara para pemikir ekonomi Islam. Ia meyakini bahwa melalui dialog yang
konstruktif, pemikiran-pemikiran yang beragam ini dapat lebih baik dipahami, dianalisis, dan
diterapkan. Baqir Al Sadr juga mendukung upaya untuk menyelaraskan pandangan ekonomi
Islam dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama Islam yang mendasarinya.

Salah satu aspek perbandingan ini adalah melibatkan perbandingan antara pemikiran
Baqir Al Sadr dan pemikiran ekonomi Islam lainnya, seperti yang diusulkan oleh cendekiawan
ekonomi Islam seperti Muhammad Akram Khan, Nejatullah Siddiqi, dan Monzer Kahf. Para
pemikir ini memiliki pendekatan yang berbeda dalam pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip
ekonomi Islam. Baqir Al Sadr berusaha untuk mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan di
antara pandangan mereka serta mencari solusi terbaik yang sesuai dengan ajaran Islam.

Selain itu, dalam konteks perbandingan ini, Baqir Al Sadr juga mencoba untuk
memahami sejauh mana pemikiran ekonomi Islam yang ada dapat diterapkan dalam realitas
ekonomi kontemporer. Ia mempertimbangkan tantangan dan peluang yang dihadapi dalam
menerapkan konsep-konsep ini dalam masyarakat modern yang semakin kompleks. Dengan
demikian, poin ini mengilustrasikan upaya Baqir Al Sadr untuk mengintegrasikan pemikiran
ekonomi Islam dengan pendekatan dan pandangan yang lain serta mengidentifikasi cara terbaik
untuk menerapkannya dalam konteks ekonomi modern.

13
Penerapan Pemikiran Baqir Al Sadr

Penerapan gagasan-gagasan Baqir Al Sadr dalam berbagai aspek ekonomi dapat


memberikan contoh konkret tentang relevansi dan keterlaksanaan pemikiran ekonomi Islam. Di
bawah ini terdapat beberapa contoh yang mencerminkan pengaplikasian konsep-konsep Baqir Al
Sadr dalam konteks ekonomi:

- Bank Syariah: Salah satu contoh jelas implementasi pemikiran Baqir Al Sadr adalah
berdirinya bank syariah. Bank-bank ini beroperasi dengan merujuk pada prinsip-prinsip
ekonomi Islam yang dianut oleh Baqir Al Sadr, seperti melarang riba (bunga) dan
mempromosikan distribusi kekayaan yang lebih adil. Bank-bank ini mengintegrasikan
prinsip-prinsip ini dalam produk dan layanan keuangan mereka, seperti pembiayaan
syariah dan tabungan syariah.

- Zakat dan Wakaf: Implementasi konsep zakat dan wakaf di berbagai negara dengan
mayoritas penduduk Muslim adalah hasil dari pemikiran Baqir Al Sadr. Contoh nyata
termasuk negara-negara yang mengumpulkan zakat secara resmi dan mengalokasikannya
untuk kepentingan umum, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Sama
halnya dengan program-program wakaf yang mendukung proyek-proyek sosial dan
pembangunan.

- Pemberdayaan Ekonomi Umat: Prinsip kepemilikan publik yang dianjurkan oleh Baqir
Al Sadr telah diterapkan dalam berbagai program pemberdayaan ekonomi umat.
Contohnya adalah program yang memberdayakan kelompok-kelompok ekonomi yang
kurang mampu, seperti petani kecil atau pengrajin lokal, dengan menyediakan modal,
pelatihan, dan akses pasar.

- Koperasi Syariah: Baqir Al Sadr mendukung gagasan koperasi syariah yang


memungkinkan masyarakat berkolaborasi dalam kegiatan ekonomi. Contoh konkret

14
termasuk pendirian koperasi yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi
Islam, seperti berbagi keuntungan dan risiko secara adil.

- Pengentasan Kemiskinan: Pemikiran Baqir Al Sadr tentang distribusi kekayaan yang


lebih merata juga terlihat dalam program-program pengentasan kemiskinan. Beberapa
negara Muslim telah mengadopsi program-program ini untuk membantu kelompok
masyarakat yang kurang mampu melalui berbagai bantuan, pelatihan, dan pemberian
modal usaha.

- Larangan Riba : Prinsip larangan riba, yang dianut oleh Baqir Al Sadr, juga telah
diterapkan dalam berbagai produk keuangan Islam. Contoh nyata adalah institusi
perbankan syariah yang menyediakan produk pinjaman tanpa riba, seperti murabahah dan
musyarakah.

- Investasi Sosial dan Filantropi: Pemikiran Baqir Al Sadr tentang konsep wakaf dan
infaq (sumbangan) juga tercermin dalam upaya investasi sosial dan filantropi yang
menitikberatkan pada kepentingan umum. Contoh termasuk pendirian yayasan amal dan
investasi dalam proyek-proyek yang bermanfaat bagi masyarakat.

- Regulasi Bisnis: Beberapa negara yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang
dianjurkan oleh Baqir Al Sadr telah mengeluarkan peraturan bisnis yang mengikuti
prinsip-prinsip syariah. Ini mencakup pembentukan dewan-dewan syariah yang
bertanggung jawab memastikan perusahaan-perusahaan mematuhi prinsip-prinsip
ekonomi Islam dalam praktik bisnis mereka.

Dengan adanya implementasi pemikiran diatas, terlihat jelas bagaimana pemikiran Baqir
Al Sadr telah mempengaruhi praktik ekonomi dalam berbagai konteks. Penerapan
konsep-konsep ekonomi Islam ini menunjukkan bahwa pemikiran Baqir Al Sadr tidak sekadar
berupa konsep teoritis, tetapi juga memiliki dampak praktis dalam membentuk praktik ekonomi
yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam.

15
Evaluasi Terhadap Kelemahan Atau Ketidaksesuaian Pemikiran Baqir Al Sadr Dalam
Ekonomi

Evaluasi terhadap kelemahan atau ketidaksesuaian pemikiran Baqir Al Sadr dalam


ekonomi Islam adalah suatu langkah penting untuk memahami berbagai sudut pandang dan
mendalamkan pemahaman tentang konsep tersebut. Meskipun pemikiran Baqir Al Sadr memiliki
banyak nilai dan relevansi, ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi.

Pertama, konsep distribusi kekayaan yang diusungnya mungkin sulit diimplementasikan


dalam skala besar. Mengenai wakaf dan zakat, pertanyaan muncul mengenai efisiensi
pengumpulan dan alokasi dana yang dikumpulkan, serta kemungkinan penyalahgunaan atau
penyaluran dana yang tidak efektif.

Kedua, dalam dunia ekonomi global yang sangat terinterkoneksi, pemikiran Baqir Al
Sadr dapat menghadapi tantangan dalam konteks perdagangan internasional. Ketidaksesuaian
pemikiran ini dengan realitas perdagangan global dan sistem moneter internasional merupakan
aspek yang perlu dipertimbangkan.

Ketiga, sementara pemikiran Baqir Al Sadr menolak sistem bunga (riba), tantangan
muncul dalam menghadapi sistem perbankan dan keuangan konvensional yang sangat
bergantung pada bunga. Bagaimana menggantikan sistem ini dengan mekanisme yang sesuai
dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam menjadi masalah yang kompleks.

Keempat, aspek ketidaksesuaian juga muncul ketika pemikiran Baqir Al Sadr diterapkan
pada ekonomi yang berfokus pada teknologi dan inovasi. Sejauh mana konsep-konsep ini dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan ekonomi modern yang sangat tergantung pada
teknologi dan sektor jasa merupakan pertanyaan kunci.

Kelima, tantangan terkait manajemen dan pengawasan dalam menerapkan prinsip-prinsip


ekonomi Islam juga perlu dipertimbangkan. Baqir Al Sadr mengusulkan peran aktif negara

16
dalam mengawasi ekonomi, dan hal ini memerlukan infrastruktur yang kuat dan efektif untuk
mencegah penyalahgunaan.

Evaluasi terhadap kelemahan dan ketidaksesuaian pemikiran Baqir Al Sadr dalam


ekonomi Islam adalah bagian integral dalam pengembangan pemikiran ekonomi Islam yang
lebih komprehensif dan relevan. Dengan mempertimbangkan berbagai perspektif ini, dapat
dilakukan penyesuaian atau pengembangan konsep ekonomi Islam yang lebih sesuai dengan
realitas ekonomi modern.

Tantangan Yang Dihadapi Dalam Menerapkan Pemikiran Iqtishaduna Di Indonesia

Mengimplementasikan pemikiran "Iqtisaduna" atau gagasan ekonomi Baqir Al Sadr di


Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan. Terlepas dari relevansi
pemikiran tersebut, ada sejumlah faktor sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi
pelaksanaannya.

Pertama, Indonesia adalah negara yang sangat beragam dari segi agama dan etnis.
Meskipun mayoritas penduduknya adalah Muslim, pemikiran ekonomi Islam harus diadopsi
dengan mempertimbangkan keragaman agama dan budaya. Oleh karena itu, tantangan
inklusivitas menjadi sangat penting. Menyelaraskan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam
kerangka yang mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat beragama menjadi langkah
penting yang perlu diambil.

Kedua, masalah ketidaksetaraan ekonomi di Indonesia menjadi tantangan yang perlu


diatasi dalam konteks pemikiran Baqir Al Sadr. Meskipun pemikiran ini mendorong distribusi
kekayaan yang lebih merata, ketidaksetaraan ekonomi di Indonesia masih menjadi permasalahan
serius. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam praktik, terutama terkait
kepemilikan dan distribusi kekayaan, merupakan pertanyaan yang krusial.

17
Ketiga, peran negara dalam mengatur ekonomi dan memastikan keadilan ekonomi perlu
dievaluasi dengan seksama. Pemikiran Baqir Al Sadr menegaskan peran utama negara dalam
mengawasi ekonomi, tetapi tantangan terkait kapasitas, tata kelola, dan transparansi pemerintah
menjadi isu yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, perlunya kerangka hukum dan regulasi
yang mendukung prinsip-prinsip ekonomi Islam menjadi esensial.

Keempat, faktor-faktor kebijakan ekonomi yang sudah ada. Mekanisme ekonomi yang
sudah ada, seperti peraturan pajak, kebijakan moneter, dan peraturan bisnis, harus disesuaikan
agar sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Kelima, isu globalisasi dan perdagangan internasional menjadi aspek penting yang perlu
diperhatikan. Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam konteks perdagangan
internasional dan integrasi ekonomi global adalah tantangan yang signifikan.

Keenam, penting juga mempertimbangkan perkembangan teknologi dan inovasi.


Bagaimana teknologi dan ekonomi digital berdampak pada prinsip-prinsip ekonomi Islam adalah
suatu aspek yang perlu dipertimbangkan secara seksama.

Ketujuh, pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang ekonomi Islam perlu


ditingkatkan. Masyarakat perlu memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang
prinsip-prinsip ekonomi Islam, dan ini memerlukan upaya pendidikan dan penyuluhan yang lebih
besar.

Secara keseluruhan, mengimplementasikan pemikiran "Iqtishaduna" di Indonesia adalah


tantangan yang rumit. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga
ekonomi untuk mengatasi berbagai hambatan ini. Relevansi pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr
dalam konteks Indonesia adalah topik yang penting dan perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut
agar dapat mengatasi tantangan ini dan mempromosikan ekonomi yang lebih adil dan
berkeadilan.

18
KESIMPULAN

Pemikiran ekonomi Baqir Al Sadr memiliki implikasi yang signifikan dalam konteks
ekonomi Islam dan dunia nyata. Pertama, pemikirannya tentang distribusi kekayaan yang adil
dan prinsip-prinsip ekonomi Islam memberikan pandangan yang berharga tentang cara mengatasi
masalah ketidaksetaraan ekonomi dan ketidakadilan sosial. Baqir Al Sadr menekankan
pentingnya memastikan bahwa kekayaan didistribusikan secara merata dalam masyarakat, sesuai
dengan prinsip-prinsip zakat dan wakaf dalam Islam.

Peran negara dalam mengatur dan mengawasi ekonomi, seperti yang diadvokasi oleh
Baqir Al Sadr, menjadi relevan dalam membentuk kerangka kerja ekonomi Islam yang lebih adil.
Dalam era globalisasi dan perubahan ekonomi, negara memiliki tanggung jawab untuk
memastikan bahwa prinsip-prinsip ekonomi Islam ditegakkan dalam praktik bisnis dan
perdagangan.

Pemikiran Baqir Al Sadr memberikan alternatif yang berpusat pada etika dan moralitas,
yang dapat menjadi model ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berlandaskan pada nilai-nilai
Islam dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Meskipun Baqir Al Sadr telah meninggal, warisannya terus hidup dalam pemikiran
ekonomi Islam dan berperan dalam membentuk gagasan tentang ekonomi yang lebih adil,
berkelanjutan, dan berlandaskan nilai-nilai moral. Dalam dunia yang terus berubah, pemikiran
ekonomi Baqir Al Sadr menginspirasi untuk menjalani praktik ekonomi yang lebih sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam dan mencapai kesejahteraan bersama.

19
REFERENSI

Fahlevi M. 2019. Islamic Economy And Politics In The View Of Muhammad Baqir Sadr. Journal
Of Research In Business, Economics. Academia.Edu

Wilson R. 1998. The Contribution Of Muḥammad Bāqir Al-Ṣadr To Contemporary Islamic


Economic Thought. Journal Of Islamic Studies

K Fathoni. 2020. PENERAPAN EPISTEMOLOGI KE DALAM KAJIAN EKONOMI ISLAM:


Telaah Pemikiran Muhammad Baqir Al-Shadr. IJoIS: Indonesian Journal of Islamic Studies

Hamzani, Achmad Irwan And Idayanti, Soesi And Sanusi, Sanusi And Widyastuti, Tika Vika.
2020. Review Of Muhammad Baqir Al-Sadr's Thoughts On State Responsibility In Islamic
Economics, 63 (2s). Pp. 5012-5023. Issn 0038-111x

Bhat, Dr. Manzoor Ahmad and Khan, M. Lateef, Baqir al-Sadr on Capitalist Economy. 2014.
Insight Islamicus

Al-rikabi, Jaffar. "Baqir al-Sadr and the Islamic State: A Theory for 'Islamic Democracy'." Journal
of Shi'a Islamic Studies 5, no. 3 (2012): 249-275.

As-Sadr, M. B. (1987). Our Philosophy Trans. Muhammad Trust. Taylor & Francis.

As-Sadr, M. B. (1995). Falsafatuna (Pandangan Baqir al-Shadr terhadap Berbagai Aliran Filsafat
Dunia) Terj. Muhammad Nur Mufi. Mizan.

As-Sadr, M. B. (2001). Sistem Politik Islam Terj. Suwardi. Lentera Basritama.

20
Aziz, T. M. (1993). The Role of Muhammad Baqir al-Sadr in Shii Political Activism in Iraq from
1958 to 1980. International Journal of Middle East Studies, 25(2), 207–222.

Baumeister, R. F., & Leary, M. R. (1997). Writing narrative literature reviews. Review of General
Psychology, 1, 311–320.

Behdad, S., & Nomani, F. (2006). Islam and The Everyday World: Public Policy Dilemmas.
Routledge, Taylor & Francis Group.

Choiriyah. (2018). Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir As-Sadr. Islamic Banking, 2(1), 49–58.
https://doi.org/10.30736/jesa.v3i1.35

21

Anda mungkin juga menyukai