Anda di halaman 1dari 22

PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA KONTEMPORER II

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam

Dosen Pengampu :
YENITA OKTAVIA, M. Hum

Disusun oleh kelompok 13 :


DELLA DEVINA (3322320)
RAFNI KARLIS (3322323)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SJECH M.DJAMIL DJAMBEK

BUKITTINGGI
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Makalah ini sudah
penulis rangkum sedemikian rupa, sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki untuk
memudahkan pembaca dalam menyerapkan informasi. Makalah ini dapat diselesaikan
karena tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

Bukittinggi,22 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

A. Pemikiran Ekonomi Muhammad Nejatullah Siddiqi ................................... 2


B. Pemikiran Ekonomi Umar Chapra .............................................................. 4
C. Pemikiran Ekonomi Monzer Khaf .............................................................. 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Ekonomi Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah
pemikiran muslim tentang ekonomi dimasa lalu. Keterlibatan pemikir muslim
dalam kehidupan masyarakat yang komplek dan belum adanya pemisahan
disiplin keilmuwan menjadikan pemikir muslim melihat masalah masyarakat
dalam konteks yang lebih integratif. Hal ini semua disebabkan karena wordview
keilmuwan yang dimiliki membentuk cara berpikir mereka untuk menyelesaikan
masalah, namun lebih penting dari itu masalah masyarakat yang menjadi dasar
bagi mereka yang membangun cara berpikir dalam membentuk berbagai model
penyelesaian di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, kedokteran dan lain-
lain.
Hal ini bisa dijadikan alat untuk melihat mengapa ilmu ekonomi belum
ditemukan sebagai disiplin tersendiri dimasa lalu. Selain itu, untuk mengetahui
relevansi apakah ekonomi Islam itu merupakan kombinasi/perpaduan dari dua
sistem (kapitalisme dan sosialisme) ataukah memang berdiri sendiri dan
merupakan ekonomi alternatif di era sekarang, maka itu kita mengkaji tentang
Pemikiran dan Mazhab Ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Muhammad Nejatullah Siddiqi?
2. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Umar Chapra?
3. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Monzer Khaf?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui bagaimana pemikiran ekonomi Muhammad Nejatullah
Siddiqi
2. Mengetahui bagaimana pemikiran ekonomi Umar Chapra
3. Mengetahui bagaimana pemikiran ekonomi Monzher

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemikiran Ekonomi Muhammad Nejatullah Siddiqi


1. Biografi Muhammad Nejatullah Siddiqi
Muhammad Nejatullah Siddiqi adalah seorang ekonom dan
cendekiawan Muslim terkenal yang lahir pada tahun 1931 di India. Ia
dikenal sebagai salah satu pemikir utama dalam bidang ekonomi Islam dan
telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan
pemikiran dan teori ekonomi yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah.
Siddiqi memulai pendidikannya di Aligarh Muslim University di India, di
mana ia meraih gelar sarjana ekonomi. Setelah itu, ia melanjutkan studinya
di London School of Economics di Inggris, di mana ia memperoleh gelar
master dalam bidang ekonomi. Kemudian, Siddiqi meraih gelar Ph.D. di
bidang Ekonomi Islam dari University of Karachi, Pakistan. 1
Sebagai seorang akademisi, Siddiqi telah mengajar di berbagai
institusi terkemuka di seluruh dunia, termasuk International Institute of
Islamic Economics di Pakistan, King Abdulaziz University di Arab Saudi,
dan Institute of Islamic Studies di Pakistan. Ia juga menjadi anggota Dewan
Penasehat Ekonomi Islam di Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan
berperan aktif dalam berbagai forum dan konferensi internasional.
Salah satu sumbangan utama Siddiqi adalah kontribusinya dalam
pengembangan konsep ekonomi Islam, khususnya dalam konteks keuangan
dan wakaf. Siddiqi mempromosikan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang prinsip-prinsip ekonomi syariah dan memberikan alternatif berbasis
pada keadilan sosial dan keberlanjutan. Gagasan-gagasannya tentang wakaf
produktif, keuangan Islam, dan pembangunan berkelanjutan menjadi pijakan
bagi perkembangan ekonomi Islam modern.

1
Muhammad Nejatullah Siddiq, Pemikiran Ekonomi Islam Kontenporer,( Jakarta: Pustaka
Firdaus 1995),h .37-43

2
Karya-karya Siddiqi yang terkenal termasuk "Banking Without
Interest", "Economic Enterprise in Islam", dan "Muslim Economic
Thinking: A Survey of Contemporary Literature". Buku-bukunya telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan menjadi acuan penting dalam
studi ekonomi Islam.
Muhammad Nejatullah Siddiqi meninggal pada tanggal 19 Desember
2018 di Pakistan, meninggalkan warisan intelektual yang berharga dalam
pengembangan ekonomi Islam. Ia diakui sebagai salah satu tokoh yang
berpengaruh dalam bidang ini dan pemikir terkemuka dalam ekonomi
berlandaskan prinsip-prinsip syariah.
2. Pemikiran Ekonomi Muhammad Nejatullah Siddiqi
Muhammad Nejatullah Siddiqi adalah seorang cendekiawan ekonomi
Muslim terkemuka yang mengembangkan pemikiran ekonomi berlandaskan
prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah beberapa inti pemikiran ekonomi
Muhammad Nejatullah Siddiqi2:
a. Ekonomi Islam: Siddiqi adalah salah satu tokoh yang sangat
berpengaruh dalam mengembangkan konsep dan prinsip ekonomi
Islam. Ia menekankan pentingnya membangun ekonomi berdasarkan
ajaran Islam yang mencakup nilai-nilai keadilan, keberlanjutan, dan
keadilan sosial. Siddiqi berpendapat bahwa ekonomi Islam harus
didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang melarang riba (bunga),
gharar (ketidakpastian), dan maisir (perjudian).
b. Wakaf Produktif: Siddiqi mengemukakan gagasan tentang wakaf
produktif sebagai instrumen ekonomi Islam. Ia mendorong penggunaan
harta wakaf untuk tujuan produktif yang dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat. Siddiqi memandang wakaf produktif sebagai
mekanisme yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan
lapangan kerja, dan memperbaiki kondisi sosial.

2
H.Anto, (2003), “Pengantar Ekonomika Mikro Islami”, Yogyakarta: Ekonosia, hlm 156.

3
c. Keuangan Islam: Siddiqi juga memberikan kontribusi penting dalam
pengembangan keuangan Islam. Ia memperkenalkan konsep mudarabah
(partnership) dan musharakah (joint venture) sebagai alternatif yang
lebih sesuai dengan prinsip-prinsip syariah daripada sistem keuangan
konvensional yang berbasis bunga. Siddiqi juga menekankan
pentingnya menghindari riba dalam semua bentuk transaksi keuangan
dan mengembangkan instrumen keuangan yang adil dan berdasarkan
prinsip keadilan.
d. Ekonomi Pembangunan: Siddiqi memiliki pandangan yang kritis
terhadap model pembangunan konvensional yang sering kali
memprioritaskan pertumbuhan ekonomi semata. Ia berargumen bahwa
dalam konteks ekonomi Islam, pembangunan harus mencakup aspek-
aspek sosial dan keadilan yang lebih luas, serta memperhatikan
distribusi kekayaan dan kesejahteraan yang adil.
Pemikiran ekonomi Muhammad Nejatullah Siddiqi sangat
berpengaruh dalam pengembangan ekonomi Islam dan memberikan
kontribusi penting dalam pengembangan instrumen keuangan syariah.
Pendekatan Siddiqi yang berbasis pada prinsip-prinsip syariah dan keadilan
sosial menginspirasi banyak cendekiawan dan praktisi dalam membangun
sistem ekonomi yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam.
B. Pemikiran Ekonomi Umar Chapra
1. Biografi Umar Chapra
Umar Chapra adalah seorang ekonom Muslim terkemuka yang lahir
pada tanggal 7 Oktober 1933, di India. Ia dikenal sebagai salah satu pemikir
utama dalam bidang ekonomi Islam dan telah memberikan kontribusi yang
signifikan dalam mengembangkan pemikiran ekonomi berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.3

Euis Amelia, 2010, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga
3

Kontemporer”, Depok: Gramata Publising, hlm 298

4
Pendidikan Umar Chapra dimulai di Pakistan, di mana ia
memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ekonomi dari University of Punjab
pada tahun 1952. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di
University of Karachi, Pakistan, dan meraih gelar Master dalam bidang
Ekonomi pada tahun 1955.
Chapra kemudian melanjutkan studinya di Amerika Serikat, di mana
ia meraih gelar Ph.D. dalam bidang Ekonomi dari University of
Pennsylvania pada tahun 1964. Disertasinya berfokus pada pengaruh
perkembangan industri terhadap struktur sosial dan ekonomi di Pakistan.
Sebagai seorang akademisi, Umar Chapra telah mengajar di berbagai
universitas dan lembaga terkemuka di dunia, termasuk Institute of Islamic
Culture di Lahore, Pakistan, International Islamic University di Malaysia,
dan Islamic Development Bank di Jeddah, Arab Saudi. Ia juga menjadi
anggota Dewan Penasehat Ekonomi Islam di Organisasi Konferensi Islam
(OKI) dan aktif dalam berbagai forum dan konferensi internasional.
Chapra dikenal karena sumbangannya dalam pengembangan
pemikiran ekonomi Islam. Ia telah menulis banyak buku dan artikel yang
membahas berbagai aspek ekonomi Islam, termasuk keuangan Islam,
keadilan sosial, peran negara, dan pembangunan berkelanjutan. Beberapa
karya terkenalnya termasuk "Towards a Just Monetary System", "Islam and
the Economic Challenge", dan "Morality and Justice in Islamic Economics
and Finance".
Pemikiran Umar Chapra mencerminkan upayanya untuk
mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi Islam dengan teori ekonomi
modern. Ia mendorong pengembangan sistem keuangan yang adil,
penghindaran riba, dan peningkatan kesejahteraan sosial melalui penerapan
prinsip-prinsip ekonomi Islam. Umar Chapra adalah salah satu tokoh yang
sangat dihormati dalam bidang ekonomi Islam dan terus memberikan
kontribusi penting dalam mempromosikan pemikiran ekonomi berlandaskan
prinsip-prinsip syariah.

5
2. Pemikiran Ekomomi Umar Chapra
Umar Chapra adalah seorang cendekiawan ekonomi Muslim yang
terkenal dengan kontribusinya dalam mengembangkan pemikiran ekonomi
Islam. Ia lahir pada tahun 1933 di India dan telah berkontribusi secara
signifikan dalam memadukan prinsip-prinsip ekonomi Islam dengan teori
ekonomi modern. Berikut adalah beberapa inti pemikiran ekonomi Umar
Chapra4:
a. Konsep Falah dan Hayatan Thayyibatan
Dalam bukunya Islam and The Islamic Challenge yang kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Islam dan
Tantangan Ekonomi“ M. Umer Chapra menjelaskan bahwa setiap
individu pelaku ekonomi sudah pasti didominasi dengan worldview
(pandangan) maupun asumsinya mengenai alam, dan hakikat kehidupan
manusia di dunia. Chapra mengibaratkan pandangan dunia sebagai
fondasi bagi sebuah bangunan yang memainkan peranan yang sangat
penting dan sangat menentukan. Sehingga strategi dari suatu sistem yang
merupakan hasil logis dari pandangan hidup, selayaknya selaras dengan
sasaran yang dipilih agar tujuan dapat dicapai dengan efektif.
Chapra juga menjelaskan dalam buku ini mengenai aktualisasi
konsep falah dan hayatan thoyyibatan yang merupakan inti dari tantangan
ekonomi bagi negara-negara muslim. Sebab kedua konsep ini berasal dari
Islam, diajarkan Islam dan hendaknya pula diterapkan dalam kehidupan
muslim untuk mewujudkan kebahagiaan dunia-akhirat. Hal ini menuntut
peningkatan moral, persaudaraan dan keadilan sosio-ekonomi, dengan
pemanfaatan sumber-sumber daya yang langka untuk mengentaskan
kemiskinan, memenuhi kebutuhan dan meminimalkan kesenjangan
pendapatan dan kekayaan.

4
Anindya Aryu Inayati, 2013, “PEMIKIRAN EKONOMI M. UMER CHAPRA”,
Yogyakarta: PT. Dhana Bakti Prima Yasa, hlm 5-13

6
Analisis Chapra tentang kemiskinan dan kesenjangan parah yang
terjadi di negara-negara berkembang diakibatkan oleh kebijakan-
kebijakan yang diambil menurut perspektif strategi sekuler, baik berupa
kapitalisme, sosialisme, atau negara kesejahteraan. Sementara strategi-
strategi tersebut. sudah gagal mewujudkan kebahagiaan bagi
penganutnya. Sebab kebahagian adalah suatu refleksi dari kedamaian
pikiran atau an-nafs al-muthmainnah yang dimaksudkan oleh al-Qur’an
(al-Fajr, 89: 27), dan Chapra menegaskan, bahwa hal tersebut tidaklah
dapat dicapai kecuali kehidupan manusia selaras dengan dunia batinnya.
Kemudian Chapra menawarkan tiga strategi solusi bagi
permasalahan-permasalahan ekonomi yang dialami negaranegara
muslim. Antara lain: 1) mekanisme filter terhadap kepentingan
penggunaan sumber daya langka, sehingga tercipta efisiensi. 2) sistem
motivasi penggunaan agar sesuai dengan mekanisme filter. 3)
rekonstruksi sosioekonomi yang akan menegakkan kedua elemen
sebelumnya dan mengaktualisasikan hayatan thayyibatan.
b. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter sudah ditetapkan sejak zaman Rasulullah
saw. Bangsa Arab sebagai jalur perdagangan antara Romawi-India-
Persia, serta Sam dan Yaman, telah menjadikan Dinar dan Dirham
sebagai alat tukar resmi. Maka pertukaran valuta asing, penggunaan cek
dan promissory notes, kegiatan impor-ekspor serta factoring atau anjak
piutang, sudah dikenal dan banyak digunakan dalam perdagangan.
Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Rasulullah saw antara lain
adalah pelarangan riba dan tidak digunakannya sistem bunga. Sehingga
stabilitas ekonomi terjaga dan pertumbuhan ekonomi terdorong maju
dengan lebih cepat dengan pembangunan infrastruktur sektor riil.

7
Rasulullah saw juga melarang transaksi tidak tunai sehingga menutup
kemungkinan untuk melakukan riba dan ikhtikar atau penimbunan 5.
Monzer Kahf dalam bukunya Ekonomi Islam, Telaah Analitik
terhadap fungsi Sistem Ekonomi Islam, memberikan gambaran mengenai
uang dan otoritas moneter. Dimana uang sebagai media barter yang
disahkan oleh Nabi saw sebagai satuan moneter yang menjembatani
transaksi-transaksi agar menjadi seimbang dan adil. Uang diposisikan
hanya sebagai alat tukar dan tidak bisa memainkan peran sebagai barang
yang layak diperjual-belikan. Kuantitas uang memberikan pengaruh
langsung terhadap berbagai transaksi lainnya.
Sejalan dengan apa yang dinyatakan Kahf, Chapra mengajukan
mekanisme kebijakan moneter yang terdiri dari enam elemen:
1. Target pertumbuhan dalam M dan Mo M yang dimaksudkan di sini
adalah peredaran uang yang diinginkan. Sedangkan Mo adalah uang
berdaya tinggi, atau mata uang dalam sirkulasi plus deposito pada
bank sentral, sehingga pertumbuhan M dan Mo haruslah diatur dan
disesuaikan dengan sasaran ekonomi nasional, yang harus berorientasi
kepada kesejahteraan sosial.
2. Saham publik terhadap deposito unjuk (uang giral) Sebagian dari uang
giral pada bank komersial, guna melakukan pembiayaan terhadap
proyek-proyek yang bermanfaat secara sosial dan tidak menggunakan
prinsip bagi hasil. Tujuannya untuk memobilisasikan sumber daya
masyarakat yang menganggur untuk kemaslahatan sosial.
3. Cadangan wajib resmi Bank-bank komersial diwajibkan untuk
menahan suatu proporsi tertentu dari deposito unjuk mereka dan
disimpan di bank sentral sebagai cadangan wajib.
4. Pembatas kredit Pembatasan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa
penciptaan kredit total adalah konsisten dengan targettarget moneter.

5
Ibid, hlm 309-313

8
Sebab kucuran dana kepada perbankan tidak mungkin menemui angka
yang akurat terutama di pasar uang yang masih kurang berkembang.
5. Alokasi kredit yang berorientasi kepada nilai Alokasi ini harus
ditujukan untuk realisasi maslahat sosial secara umum. Yaitu harus
merealisasikan sasaran-sasaran masyarakat Islam dan memaksimalkan
keuntungan privat. Maka haruslah dijamin bahwa alokasi tersebut
akan menimbulkan produksi dan distribusi yang optimal bagi barang
dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Serta manfaatnya dapat
dirasakan oleh sejumlah besar kalangan bisnis dalam masyarakat.
6. Teknik yang lain Chapra sekali lagi menekankan pentingnya moral
sebagai kunci dari semua teknik yang telah diajukan sebelumnya.
Hubungan yang baik antara bank sentral dan bank-bank komersial
akan mempermudah proses pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Sistem Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah
Chapra menyatakan bahwa dalam suatu sistem keuangan Islam,
adanya bank syariah sebagai instrumen pendukung adalah suatu
keniscayaan. Bank syariah dengan sistem, Corporate Governance dan
manajemen yang baik, akan memperkuat pergerakan keuangan Islam,
meminimalisir kegagalan dan diharapkan mampu mewujudkan keadilan
sosio-ekonomi dengan pelarangan bunga. Sedangkan untuk melakukan
standardisasi produk dan jasa, bank syariah hendaknya mengadakan
forum diskusi antara ulama fikih, sebagaimana yang dilaksanakan oleh
IDB dengan membuat lembaga diskusi yang disebut Council of Islamic
Bank.
Peran Coorporate Governance yang efektif akan mampu
menunjang posisi perbankan syariah untuk menjadi lebih kuat, perluasan
dan menunjukkan kinerja yang lebih efektif. Sebab lembaga keuangan
Islam haruslah dapat memenuhi kepentingan stakeholder (pemegang
saham) dengan penerapan kinerja yang efektif. Sedangkan stakeholder
dalam lembaga keuangan Islam adalah Islam itu sendiri sehingga apabila

9
bank tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik maka sistem Islamlah
yang akan disalahkan dan dianggap buruk. Di lain pihak, ketika deposan
yang menggunakan sistem Islam sebagai Profit Loss Sharing, maka
kepentingan para pemegang saham tetap harus dilindungi dan dijaga.
Maka diungkapkanlah beberapa cara untuk melindungi kepentingan
stakeholder, diantaranya adalah disiplin pasar, nilai-nilai sosial dan
masyarakat, peraturan dan pengawasan yang efektif integritas sistem
peradilan, struktur kepemilikan yang baik, dan I’tikad secara politik.
Di samping itu, perlu digunakan beberapa unsur untuk
mendukung perkambangan perbankan syariah. Diantaranya adalah
pembangunan lingkungan dengan memperkuat disiplin pasar dalam
sektor keuangan, integritas moral bagi para pelaku perekonomian serta
dukungan lingkungan sosio-politik melalui pengawasan hukum. Dalam
tahap ini, Chapra menekankan peran moral para pelaku pasar. Sebab
tanpa adanya komitmen moral, segala cara akan dapat dilegalkan untuk
melanggar hukum tanpa terdeteksi maupun mendapatkan tuntutan.
Adanya institusi pendukung berupa lembaga rating kredit yang
menyediakan informasi mengenai rating kredit nasabah, akan
memungkinkan bank syariah untuk menuju model pembiayaan yang
lebih beresiko, yaitu mudharabah dan musyarakah. Lembaga ini pun
akan membantu meningkatkan penegakan disiplin pasar. Selain itu, bank
syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang memiliki
tugas untuk memastikan kesesuain transaksi yang dilakukan bank dengan
prinsip syariah. Untuk menjawab permasalahan bankbank kecil tentang
biaya pembentukan DPS yang relatif mahal, Chapra mengusulkan dewan
pengawas syariah di bank sentral yang mengawasi segala operasional
bank sehingga bank-bank lain dapat menikmati fasilitas ini.
d. Konsep Negara Sejahtera menurut Islam
Konsep negara kesejahteraan adalah konsep yang ditawarkan
sebagai solusi dari kegagalan sistem kapitalisme dan sosialisme, dimana

10
konsep ini berusaha menyampurkan kedua sistem dan menemukan titik
temu yang melengkapi kelemahan keduanya. Negara kesejahteraan
mengadopsi pendapat Keynes tentang peran seimbang pemerintah dalam
perekonomian, yang dalam sistem kapitalisme, peran ini ditiadakan
sebab keseimbangan perekonomian di pasar diatur oleh invisible hand
dalam pasar itu sendiri. Peran kesejahteraan dengan ‘regulasi yang tepat’
dan pengeluaran untuk tujuantujuan kesejahteraan juga dimasukkan ke
dalam konsep ini. Namun, yang terjadi justru pengeluaran untuk tujuan
kesejahteraan yang terlalu besar tanpa dibarengi dengan pengurangan
pengeluaran sektor swasta dan pemerintah pada bidang-bidang lainnya,
dan menimbulkan klaim berlebihan pada sumber-sumber daya dan
menjadi bumerang bagi konsep ini.
Sedangkan sistem sosialis, tidak mampu bertahan melawan arus
inflasi, pengangguran dan utang luar negri yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Negara-negara yang berusaha mengikuti teori sosialis
semisal Yugoslavia, Hungaria, Polandia dan Cina serta beberapa negara
lainnya, tidak berhasil memecahkan masalah-masalah perekonomian
negara yang kian hari kian memburuk. Sosialisme Demokrat pada
umumnya dipersamakan dengan negara kesejahteraan (welfare state) dan
penekanan pada demokrasi ekonomi dan politik dan dikombinasikan
dengan regulasi dan nasionalisasi industriindustri ’kunci’, reformasi
bidang perburuhan, dan pelayanan kesejahteraan seperti santunan
pengangguran, pendidikan subsidi atau garis, pelayanan transportasi dan
kesehatan serta jaminan kesejahteraan.
Tujuan utama dari welfare state ini adalah penghapusan
kemiskinan, penyediaan pelayanan sosial oleh negara, pemerataan
kekayaan yang lebih besar, kesempatan kerja penuh dan stabilitas
ekonomi. Namun, pada akhirnya, meskipun kekayaan ekonomi cukup
besar, tapi kemiskinan tetap ada, ketidakseimbangan dan ketidakstabilan

11
ekonomi terus meningkat bersamaan dengan kesenjangan pendapatan
dan konsekuensi lainnya yang tidak sehat dalam perekonomian.
Menilik dari kegagalan sistem Kapitalis sekuler dan Sosialis,
Chapra menegaskan, kewajiban negara Islam dalam mewujudkan negara
sejahtera adalah menciptakan standar hidup yang layak bagi rakyatnya
dan membantu mereka yang tidak mampu mencukupi kebutuhan
hidupnya. Namun, konsepsi Islam dalam pemeratan pendapatan dan
distribusi kekayaan tidak menyamaratakan kepemilikan bagi semua
orang, tetapi mengakui perbedaan yang dibatasi oleh hak-hak kaum
miskin dengan zakat untuk mewujudkan keadilan. Untuk melaksanakan
kewajiban tersebut, maka negara memerlukan adanya sumber-sumber
penghasilan. Sumbersumber tersebut antara lain: zakat, penghasilan dari
sumber alam, pemungutan pajak dan pinjaman.
Makna dari sejahtera haruslah diperjelas. Menurut Chapra,
‘sejahtera’ bukan berarti ‘yang kaya’ namun ‘yang ideal’ yaitu keadaan
dimana terjadi keseimbangan antara keadaan material dan spiritual yang
diperoleh dari sumber-sumber daya yang ada. Oleh karena itu, negara
Islam dapat dikatakan menjadi negara yang sejahtera atau ideal bilamana
martabat batin dan moral masyarakat meningkat, kewajiban-kewajiban
masyarakat sebagai khalifah di bumi terhadap sumber daya alam telah
ditunaikan, dan tegaknya keadilan serta lenyapnya penindasan. Negara
Sejahtera menurut Islam, bukanlah negara kapitalis ataupun sosialis,
akan tetapi negara dengan konsep islam dan kehidupan Islami.
C. Pemikiran Ekonomi Monzer Khaf
1. Biografi Monzer Khaf
Beliau lahir pada tahun 1940 di Damaskus, ibukota Suriah. Dr.
Monzer Kahf menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah dari lembaga
pendidikan di Damaskus, kemudian mengambil gelar sarjana BA dalam
perdagangan dari Universitas Damaskus pada bulan Juni tahun 1962. Pada

12
saat yang sama Dr. Monzer Kahf diberi penghargaan oleh presiden Suriah
atas kinerja yang luar biasa 6.
Pada tahun 1967, Dr. Monzer Kahf mencapai ‘Diploma Tinggi dalam
perencanaan sosial dan ekonomi dari PBB lembaga perencanaan, di Suriah.
Selanjutnya, sejak tahun 1968 Monzer Kahf menjadi Akuntan Publik yang
bersertifikat di Suriah. Bukan hanya itu, pada bulan Maret tahun
1975Monzer Kahf mendapat gelar Ph.D di bidang ekonomi (mayor
pengembangan mata uang dan ekonomi) di University of Utah, Salt Lake,
kota Utah.
Dr. Monzer Kahf dikenal sebagai seorang ekonom terkemuka,
konselor, dosen dan pakar Syariah serta hukum- hukum Islam. Beliau juga
memiliki pengetahuan yang kuat tentang Fiqh Islam dan studi Islam. Tidak
diragukan lagi, dapat disebutkan bahwa kinerja Dr. Kahf cukup memuaskan
dalam organisasi. Beliau tergabung dalam organisasi yang berbeda-beda
dalam universitas, lembaga penelitian, dan lembaga keuangan. Dr. Kahf
bekerja dengan sangat baik sekali.
Dr. Kahf juga menjadi penulis 28 buku danbuklet dalam bahasa
Inggris dan bahasa Arab di perbankan dan keuangan Islam, ekonomi Islam,
zakat, wakaf. Beberapa bukunya juga diterjemahkan ke bahasa Indonesia,
Turki dan Korea. Beberapa buku familiarnya adalah ‘Ekonomi Islam: Studi
Analitik Fungsi dariSistemEkonomi Islam’, ‘Ekonomi Zakat’, ‘Hubungan
Ekonomi Internasional dari Perspektif Islam’, dan lain-lain. Dr. Kahf juga
menulis lebih dari 100 artikel dalam bahasa Inggris dan Arab pada ekonomi
Islam, keuangan public dan swasta Islam, perbankan Islam, zakat, wakaf,
termasuk entriuntuk Oxford Encyclopedia of Islamdunia modern. Dr. Kahf
memiliki website sendiri yang memberikan informasi kepada Muslim AS
dan Kanada pada isu-isu properti dan kepemilikan. hubungan keluarga dan

6
A. Karim Adiwarman,Ekonomi Mikro Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, Edisi
Ketiga, 2007, hlm 119

13
tanggung jawab keuangan, perencanaan perumahan, pemberian amal dan
Wakaf (yayasan amal Islam).
2. Pemikiran Ekonomi Monzer Kahf
a. Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran Monzer Kahf adalah Al-Qur’an dan Hadis.
Beliau menyuruh setiap apayang dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip tersebut. Penerjemah buku Monzer Kahf menyimpulkan bahwa
beliau berusaha menjawab pertanyaan yang sering dihadapkan orang
Muslim awam yang kebingungan bila dihadapkan dengan ajaran-ajaran
Islam yang menyeluruh, misalnya membayar zakat.
Menghindari diri dari spekulasi dalam bidang keuangan dan
melenyapkan bunga (riba) tanpa memberikan penjelasan sama sekali
mengenai konsekunsi-konsekuensi ekonomi dari ajaran-ajaran tersebut.
Maka dari itu Monzer Kahf berfikir perekonomian speri apa yang
terjadi bagaimana bisa terjadi konomi seperi ini. Untuk menjawab
semua itu beliau mencoba menunjukan pemikiran beliau mengenai
aturan-aturan atau ajaran- ajaran Islam dalam bidang ekonomi. 7
b. Ekonomi Islam dan Metodologinya
Literatur Islam yang ada sekarang mengenai ekonomi
mempergunakan 2 macam metode (alat-alat analisis), pertama metode
deduksi dan kedua pemikiran retrospektif. Metode pertama
dikembangkan oleh pada ahli hukum Islam (fuqaha’). Metode ini
diaplikasikan dalam ekonomi Islammodern untuk menampilkan prinsip-
prinsip sistem Islam dan kerangka hukumnya dengan berkonsultasi
pada al-Qur’an dan Hadis.
Sedangkan metode retrospektif dipergunakan oleh banyak
penulis muslim kontemporer yang merasakan tekanan kemiskinan dan
keterbelakangan di dunia Islamdan berusaha mencari berbagai

7
Mohammad Hidayat, An Introduction to The Sharia Economic, (Jakarta : Zikru
Hakim, 2010), h. 239

14
pemecahan terhadap persoalan ekonomi umat muslim dengan kembali
pada al-Qur’an dan Hadis untuk mencari dukungan atas pemecahan-
pemecahan tersebut dan mengujinya dengan memperhatikan petunjuk
Tuhan.
c. Teori Konsumsi
1) Rasionalisme Islam
Rasionalime adalah salah satu istilah yang paling bebas
digunakan dalam ekonomi, karena segala sesuatu dapat
dirasionalisasikan sekali kita mengacunya kepada beberapa
perangkat aksioma yang relevan, antara lain:
Teori perilaku konsumsi yang dikembangkan di Barat
setelah timbulnya kapitalisme merupakan sumber dualitas yakni
rasionalisme ekonomi dan utilitarisme. Rasionalisme ekonomi
menafsirkan perilaku manusia sebagai sesuatu yang dilandasi
perhitungan cermat, yang diarahkan dengan pandangan ke depan
dan persiapan terhadap keberhasilan ekonomi yang mereka
definisikan keberhasilan itu seperti membuat uang dari manusia.
Memperoleh harta baik dalam bentuk uang atau komoditas
adalah tujuan hidup yang terakhir dan pada saat yang sama
merupakan tongkat pengukur keberhasilan ekonomi. Sedangkan
Utulitarisme adalah sumber nilai-nilai dan sikap-sikap moral.
Kejujuran berguna karena ia menjamin kepercayaan, demikian juga
ketepatan waktu, ketekunan bekerja dan sikap hemat.
2) Konsep Islam tentang Barang
Konsep Islam mengenai barang konsumen adalah bahan-
bahan konsumsi yang berguna dan baik serta manfaatnya
menimbulkan perbaikan secara materil, moril, maupun spritual
pada konsumennya. Jika dalamkonvensional barang yang dimaksud
adalah segala sesuatu yang memiliki manfaat ekonomi bila
ditukarkan di pasar, maka dalam Islam yang dikatakan barang

15
adalah selain yang dapat dipertukarkan di pasar, syarat suatu
barang itu harus bermanfaat secara moral.
Al-Qur’an mengistilahkan barang yang dapat dikonsumsi
dengan mengaitkannya pada nilai- nilai moral dan ideologi. Dalam
al- Qur’an dinyatakan dua bentuk barang yaitu: al-tayyibat terdapat
pengulangan sebanyak 18 kali. Yusuf Ali mendifinisikan altayyibat
sebagai “barang yang baik, barang yang baik dan suci, barang
yang bersih dan suci, hal-hal yang baik dan indah, dan makanan
diantara yang terbaik”. Dengan demikian konsumsi terikat dengan
nilai-nilai dalam Islam, dengan menunjukkan nilai-nilai kebaikan,
kesucian dan keindahan. Istilah yang kedua yakni al-rizq
pengulangan sebanyak 120 kali dalam al-Qur’an Yusuf Ali
mengartikan al-rizq sebagai “makanan dari Allah, pemberian
Allah, dan anugerah dari langit”. Semua makna ini menunjukkan
konotasi bahwa Allah lah yang memberi rahmat dan pemasok
semua kebutuhan makhluk.
3) Etika Konsumsi dalam Islam
Etika konsumsi dalam Islam adalah tidak kikir, karena ada
hak orang lain dalam harta yang kita miliki. Mengkonsumsi
barang- barang yang baik dan tidak berlebih-lebihan dalam
menggunakan harta. Konsumsi yang berlebih-lebihan merupakan
ciri masyarakat yang tidak mengenal Tuhan dalam hal ini disebut
israf (pemborosan) atau tabzir (menghambur-hamburkan harta
tanpa guna).Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebih-
lebihan untuk hal-hal yang melanggar hukum seperti makanan,
pakaian, tempat tinggal. Ajaran-ajaran ajaran Islam menganjurkan
pola konsumsi dan penggunaan harta secara wajar dan berimbang.
4) Teori Produksi
Motif-motif Produksi yaitu pengambilan manfaat setiap
partikel dari alam semesta adalah tujuan ideologi umat islam. Al-

16
Qur’an dan Hadis mendorong pentingnya produksi, dan pelarangan
menghentikan produksi, serta larangan berlaku malas. Tujuan-
tujuan produksi yaitu sebagai upaya manusia untuk meningkatkan
kondisi material dan moral serta sebagai sarana untuk mencapai
tujuannya di hari kiamat kelak.
Tujuan-tujuan badan usaha adalah maksimisasi
pemanfaatan, maksimisasi keuntungan dengan mengatas namakan
badan usaha tidak boleh melanggar aturan permainan dalam
ekonomi Islam. Kahf membenarkan pendapat M. N. Siddiqi
mengemukakan tujuan badan usaha dalam Islam adalah pemenuhan
kebutuhan sendiri secara wajar, pemenuhan kebutuhan keluarga
sendiri, bekal untuk beberapa generasi mendatang, bekal untuk
anak cucu, pelayanan dan bantuan kepada masyarakat dalam
rangka beribadah kepada Allah. Faktor-faktor Produksi adalah
tanah, buruh, dan modal. Dalam hal modal kafh yaitu modal
sebagai kerja yang diakumulasikan dan hak milik sebagai akibat
wajar 8.

8
Ibid, hlm 315-317

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Siddiqi terlihat berada ditengah-tengah, pandangannya lebih menekankan
kebutuhan akan adanya persatuan antara fiqh dan ilmu ekonomi, hal ini saya
setujudengan pandangan Siddiqi, karena dalam kerangka tersebut dibangun
berdasar Al-Quran, Sunnah, dan pandangan tauhid. Kepemilikan dipandang
sebagai sebuah konseprelatif yang memberikan sejumlah hak kepada
pemiliknya. Misalnya kepemilikan swasta mengandung hak untuk mengatur,
sementara hak usufurct (hak untukmenikmati milik orang lain, asal tidak
merusaknya). Pandangan Siddiqi yaitu kepemilikan swasta tidak secara eksplisit
dilarang oleh Al-Quran.
Pemikiran M. Umer Chapra dalam bidang ekonomi adalah suatu
perpaduan yang unik dari ilmu pengetahuan Timur dan Barat. Ia menawarkan
konsep-konsep segar bagi negara-negara muslim untuk berkembang dengan
lebih baik dengan unsur-unsur Islam sebagai asas pedoman, dan moral sebagai
kunci keberlangsungan proses ekonomi yang sehat.
Dasar pemikiran Monzer Kahf adalah al-Qur’an dan Hadis, dasar inilah
yang menjadikan beliau menawarkan kepada masyarakat muslim agar dalam
kegiatan ekonomi negara dikembalikan kepada prinsip al-Qur’an dan Hadis.
Pemikiran beliau mengarah kepada pencapaian keadilan sosial ekonomi dan
teori- teori yang terperinci.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga apa yang telah kami
uraikan di atas, memeberi manfaat bagi kita semua. Dan kami menyadari
pembuatan makalah ini penulis masing banyak kesalah dalam penulisan
makalah.

18
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman, A. Karim. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, Edisi
Ketiga. 2007
Ameliar, Euis. (2010). “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer”. Depok: Gramata Publising
Inayati, Anindya. “PEMIKIRAN EKONOMI M. UMER CHAPRA”. Yogyakarta: PT.
Dhana Bakti Prima Yasa. 2013
H.Anto. (2003). “Pengantar Ekonomika Mikro Islami”. Yogyakarta: Ekonosia
Hidayat, Mohammad Hidayat. An Introduction to The Sharia Economic. (Jakarta : Zikru
Hakim. 2010
Siddiq, Muhammad Nejatullah Siddiq. Pemikiran Ekonomi Islam Kontenporer.(
Jakarta: Pustaka Firdaus 1995)

Anda mungkin juga menyukai