Menurut Carter Van Good dalam Sri wuryan (2008:2), Civics itu diartikan
“The elements of political science or that branch of political science dealing
withthe rights and duties of citizens”. Berdasarkan definisi tersebut civics
merupakan bagian atau elemen dari ilmu politik atau cabang dari ilmu politik
yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara.
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara,
sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan
jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan
daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem
hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga
negara.
2. Tujuan Negara
Sebagai organisasi kekuasaan dari orang-orang yang mendiaminya Negara
harus memiliki tujuan yang ddisepakati secara bersama. Tujuan Negara antara lain
sebagai berikut:
Bertujuan untuk memperluas kekuasaan
Bertujuan menjalankan ketertiban hukum
Bertujuan mencapai kesejahteraan umum
Dalam tradisi barat pemikiran terbentuknya Negara memiliki tujuan tertentu,
sesuai model Negara tersebut. Dalam konsep dasar plato, tujuan terbentuknya
Negara untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan atau makhluk
social. Berbeda dengan plato, Thomas dan agustinus menyatakan tujuan Negara
untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tentram dengan taat dan
dibawah kepemimpinan tuhan. Dalam islam seperti yang dikemukakan oleh ibnu
arabi., tujuan Negara adalah agar manusia dapat menjalankan kehidupannya
dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak asing.
Sementara itu dalam konsep dan ajaran Negara hukum, tujuan Negara adalah
menjalankan ketertiban hukum. Dan dalam konteks Negara Indonesia. Tujuan
Negara sesuai pa yang telah di tuangkan dalam pembukaan undang-undang dasar
Negara Indonesia pada alenia ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan.
3. Unsur Negara
Dalam rumusan konferensi Montevideo disebutkan bahwa suatu Negara harus
memiliki tiga unsure penting yaitu :
a. Rakyat
Dalam pengertian keberadaan suatu Negara adalah sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan bersama-sama mendiami suaatu
wilayah.
b. Wilyah
Wilayah adalah unsur Negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada
Negara tanpa ada batas – batas territorial yang jelas
c. Pemerintahan
Pemerinntahan adalah alat perlengkapan Negara yang bertugas memimpin
organisasi Negara untuk mencapai tujuan bersama didirakan sebuah Negara secara
umum pemerintahan terbagai dua bentuk yaitu parlementer dan presidensial,
Negara dengan system presidensial biasanya berbentuk replublik dengan presiden
sebagai kepala Negara sekalligus kepala pemerintahan. Disini presiden
mempunyai hak yang lebih luas sebagai wakil Negara ke luar dan kepala
pemerintahan kedalam. Negara dengan system parlementer mempunyai presiden
sebagai kepala Negara dan perdana mentri sebagai kepala pemerintahan kepala
Negara biasanya hanya berupa symbol persatuan walau secara teori mempunyai
haki untuk urusan pemerintahan. Kepala pemerintahan biasanya muncul dan
dipilih dari parlemen sehingga pemilu di Negara deangan system seperti ini hanya
memilih anggota parlemen.
d. Pengakuan Negara lain
Unsure pengakuan oleh Negara lain hanya bersifat menerangkan tentang adanya
Negara. Jadi, hanya bersifat deklaratif, bukan konstitutif sehingga tidak bersifat
mutlak. Ada dua macam atas pengakuan Negara yakni pengakuan defacto ndan de
jure. Pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta adanya Negara yang telah
memenuhi syarat mutlak utama Negara yaiitu rakyat, wilayah, dan pemerintahan
yang berdaulat. Sedangkan pengakuan de jure adalah pengakuan akan syahnya
suatu Negara atas dasar pertimbangan pertimbangan menurut hukum. Dengan
memperoleh pengakuan de jure, maka suatu Negara mendapat hak – haknya
disamping kewajiban sebagai anggota keluarga bangsa sedunia.
4. Bentuk-bentuk Negara
Negara memilki bentuk Negara yang berbeda – berbeda secara umum
dalamkonsep dan teori modern terbagi dua bentuk :
a. Negara kesatuan
adalah bentuk suatu Negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu pemerintah
pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah namun dalam pelaksanaanya
Negara kesatuan ini terbagi dalam dua macam system pemerintahan sentral dan
ekonomi
b. Negara serikat
Negara serikat adalah bentuk Negara gabungan yang terediri dari beberapa Negara
bagian dari sebuah Negara serikat pada mulanya Negara – Negara bagian tersebut
merupakan Negara merdeka berdaulat dan berdiri sendiri.
BAB III
A. Pengertian Konstitusi
Menurut Etimologi Kata “konstitusi” berasal dari bahasa prancis constituer
dan constitution, kata pertama berarti membentuk, mendirikan dan menyusun, dan
kata kedua berarti susunan atau pranata (masyarakat) (morissan). Dalam bahasa
Belanda, istilah konstitusi dikenal dengn istilah “ Grondwet” yang berarti
Undang-undang Dasar Grond adalah dasar,wet adalah undang-undang.
Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan dan dua kata
yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah preposisi yang berarti “bersama
dengan”, sedangkan statuere berasal dari kata sta yang membentuk kata kerja
pokok stare yang berarti berdiri. Atas dasar kata statue mempunyai arti “ membuat
sesuatu berdiri atu mendirikan/menetapkan. Dengan demikian bentuk tunggal
(constitutions) berarti segala sesuatu secara bersama-sama telah ditetapkan. Dan
dalam praktek ketatanegaraan Republik Indonesia Serikat (RIS)
Menurut L.J Apeldoom sebenarnya antara keduanya tidak sama arti
Undang-undang Dasar hanyalah sebatas hukum dasar yang tertulis, sedangkan
konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum
dasar yang tak tertulis.
Menurut K.C. Wheare dalam bukunya “Modern Constitution”yang dikutip
oleh Musthafa Kamal Pasha secara garis besarnya konstitusi dibagi dua yaitu:
1) Konstitusi yang semata-mata berbicara sebagai naskah hukum, suatu
ketentuan yang mengatur “the rule of the constitution”.
2) Konstitusi bukan saja mengatur ketentuan-ketentuan hukum, tetapi juga
mencantumkan idelogi, aspirasi dan cita-cita politik ,the statement of idea,
pengakuan, kepercayaan,
Konstitusi jenis kedua ini, dimana digambarkan filsafat Negara yang akan
dibentuk. Sebagai contoh seperti konstitusi Amerika Serikat, konstitusi-konstitusi
Prancis dan konstitusi-konsitusi Republik Indonesia
Konstitusi Negara Republik Indonesia, baik dalam konstitusi RIS, dalam
UUD-S 1950 maupun UUD 1945 sebagaimana yang diakui oleh Hans Kalsen
adalah termasuk jenis konstitusi yang kedua. Di dalam ke tiga konstitusi tersebut
terlihat secara jelas ideologi pancasila yang diyakini kebenarannya oleh bangsa
Indonesia. Sebab ideologi pancasila tidak saja dapat ditemukan dalam
pembukannya, tetapi juga dalam batang tubuhnya, pasal demi pasal seluruhnya
menampilkan warna atau jiwa ideologi pancasila secara jelas.
Menurut Terminologi (Istilah) Menurut Sovermin Lohman, di dalam
makna konstitusi terdapat tiga unsur yang sangat menonjol.
1) Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontak
sosial), artinya kostitusi merupakan hasil dari kesepakatan masyarakat
untuk membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka.
2) Konsitusi sebagai piagam yang menjamin hak asasi manusia dan warga
negara sekaligus menentukan batas-batas dan kewajiban warga Negara dan
alat-alat pemerintahannya.
3) Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangun pemerintahan.
Dengan demikian suatu konstitusi memuat aturan atau sendi-sendi pokok
yang bersifat fundamental untuk menegakkan bangunan besar yang bernama
“Negara”. Karena sifatnya yang fundamental ini maka aturan itu harus kuat dan
tidak boleh berubah-ubah. Dengan kata lain aturan fundamental itu harus tahan uji
terhadap kemungkinan untuk diubah-ubah berdasarkan kepentingan jangka
pendek yang sifatnya sesaat.
Sedangkan menurut Herman Heller dalam bukunya Ver Vassung lehre
(ajaran tentang konstitusi) yang dikutip oleh Kusnardi, yang membagikan
konstitusi dalam tiga tingkat berikut:
1) Konstitusi sebagai pengertian sosial politik Pada pengertian yang pertama
ini konstitusi belum merupakan pangertian hukum, ia baru mencerminkan
keadaan sosial politik suatu bangsa itu sendiri.
2) Konstitusi sebagai pengertian hukum. Pada pengertian kedua ini,
keputusan-keputusan masyarakat tadi dijadikan suatu perumusan yang
normative, yang kemudian harus berlaku (gehoren). Pengertian politik
diartikan sebagai cine seine yaitu suatu kenyataan yang harus berlaku dan
diberikan suatu sanksi kalau hal tersebut dilarang.
3) Konsitusi sebagai suatu peraturan hukum. Pengertian ketiga ini adalah
suatu peraturan hukum yang tertulis. Dengan demikian Undang-undang
asas adalah salah satu bagian dari konsitusi bukan sebagai penyamaaan
pengertian menurut anggapan-anggapan sebelumnya penyamaan
pengertian adalah pendapat yang keliru, apabila ada penyamaan pengertian
maka ini adalah akibat pengaruh dari aliran kodifikasi (aliran modern).
Konstitusi di Inggris seperti disebutkan Dicey dapat dibagi dalam dua golongan
besar yaitu :
a. The Law of the Constitution (Hukum Konstitusi)
Parliamentary Statutes (Undang-undang yang dibuat oleh parlemen),
misalnya: undang-undang yang membatasi kekuasaan raja, undang-undang
yang menjamin hak sipil, undang-undang yang mengatur pemungutan
suara, undang-undang yang membentuk pemerintahan local, dan
sebagainya.
Judicial Decissions (Keputusan-keputusan Pengadilan), yaitu yang
menentukan arti dan memberi batasan undang-undang dan traktat.
Principles and Rule of Common Law (Prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan hukum kebiasan Inggris), ini timbul atas atas kebiasaan yang
kadang-kadang diperkuat oleh putusan pengadilan dan tidak pernah
diundangkan oleh parlemen misalnya prerogative raja umumnya
berdasarkan commom law.
b. The Conventation of the Constitution (Konvensi-konvensi)
Kelaziman (habits)
Tradisi-tradisi (traditions)
Kebiasaan-kebiasaan (customs)
Praktek-praktek (practices)
Unsur-unsur tersebut di atas mengatur sebagai besar aktivitas-aktivitas
sehari-hari dari pemerintahan di Inggris.
Perbedaan antara hukum konstitusi dan konvensi konstitusi bukan terletek
pada yang satu tertulis dan yang tidak tertulis, tertapi bentuk yang pertama
(hukum konstitusi) diakui dan dapat dipaksakan oleh pengadilan, sedangkan yang
kedua (konvensi konstitusi) betapa pun pentingnya dalam praktek tak dapat
dipaksakan melalui badan-badan peradilan.
Kalau dititik beratkan dalam pengertian tertulis dan tidak tertulis, kita akan
menolak pendapat ini, karena di Inggris sendiri banyak juga konvensi yang
tertulis.
2. Fleksibel atau rigidnya suatu konstitusi tergantung dari tiga hal, yaitu:
a. Mudah atau tidak mudah diubah.
Mudah atau tidak mudah diubah, tergantung dari pasal-pasal konstitusi itu
sendiri (yuridis formal). Misalnya, Undang-undang Dasar 1945 memberikan
kemungkinkan mengubah Undang-undang Dasar sendiri melalui pasal 37 yang
berbunyi :
a. Untuk mengubah Undang-undang Dasar, sekarang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
b. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota
yang hadir.
Berdasarkan pasal tersebut di atas, berarti untuk mengubah Undang-
undang Dasar 1945 dibutuhkan minimal 2/3 x 2/3 x jumlah yang hadir. Sungguh
suatu jumlah yang sukar diperoleh. Bila ditambah dengan ketentuan TAP MPR
No.1 jo MPR No.lV tahun 1983, maka walaupun MPR menghendaki perubahan
Undang-undang Dasar 1945, masih memerlukan persetujuan rakyat Indonesia
melalui suatu referendum.
Jadi bila ditinjau dari mudah atau tidak mudah diubah, maka Undang-
undang Dasar 1945 termasuk Undang-undang Dasar yang tidak mudah diubah.
1
Blog.ub.ac.id/makalah pendidikan kewarganegaraan-konstitusi Indonesia/di akses tggl 12-04-
2016, 10:37 wib
Pada 29 Mei 1945 dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan ini beranggotakan wakil-wakil dari
beberapa aliran yang terpenting dalam pergerakan kebangsaan yang berjumlah 62
orang, yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat. Badan ini mengadakan
sidang pertama kali tanggal 27 Mei sampai 17 Juli 1945. Pada pembukaan sidang,
Ketua BPUPKI Radjiman Wedyodiningrat menyampaikan pidato ringkas. Inti
dari pidato itu berisi pernyatan. Apa bentuk dasar negara Indonesia yang akan
segera lahir.
Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat untuk
menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala
arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet”
telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar 1945 itu
merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun
ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori
konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau
penyesuaian itu memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri,
dengan merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-
Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal
37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh
Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi
salah satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke
empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan
dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara
komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No.
I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam
Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :
a) Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-
Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian
pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI
sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa
proses.
b) Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi
Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari
rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di
Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti
negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan
sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi
Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan
diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga
UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku
untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.