Anda di halaman 1dari 14

Nama : M.

Taisir

Nim : 1906103020068

Mk : Kurikulum & Pembelajaran

Unit : 02

Pengembangan kurikulum menurut aspek :

A. Psikologi

Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam hubungan dengan lingkungan[1], pengertian sejenis menyebutkan bahwa psikologi
merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal
dan pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa[2].

Peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan (fisik,
intelektual, social emosional, moral, dan sebagainya). Tugas utama seorang guru sebagai
pendidik adalah membantu untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didiknya
berdasarkan tugas–tugas perkembangannya.

Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan kurikulum diharapkan


dapat diupayakan pendidikan yang dilaksanakan relevan dengan hakikat peserta didik, baik
penyesuaian dari segi materi/bahan yang harus diberikan/dipelajari peserta didik, maupun dari
segi penyampaian dan proses belajar serta penyesuaian dari unsur–unsur upaya pendidikan
lainnya.

Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat dalam proses
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan
dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum[3]
Dalam pengembangan kurikulum aspek psikologi patut dipertimbangkan, pada proses
pelaksanaan kurikulum faktor psikologi dari pebelajar perlu diperhatikan. Psikologi yang
dimaksud di sini, terdapat dua aspek psikologi antara lain; psikologi perkembangan dan
psikologi belajar.

Psikologi perkembangan memandang aspek kesiapan peserta didik dalam proses pelaksanaan
kurikulum, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum perlu
memandang dan memperhatikan faktor psikologi perkembangan dari tiap-tiap peserta didik
.( https://ardabilly9.wordpress.com/landasan-psikologis-pengembangan-kurikulum/

Landasan psikologis pengembangan kurikulum menuntut memperhatikan dan


mempertimbangkan aspek peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum. Sehingga pada saat
pelaksanaan kurikulum apa yang menjadi tujuan survei akan tercapai secara optimal. .

Pengembangan  kurikulum harus  dilandasi  oleh  asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi
yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik,  serta 
bagaimana peserta didik belajar. Kondisi Psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik
seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam
interaksinya dengan lingkungan. Prilakunya merupakan cirri dari kehidupannya yang
tampak maupun yang tidak tampak, yakni prilaku kognitif, afektif maupun psikomotorik.

B. Landasan sosial budaya dalam pengembangan kurikulum

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan
hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta
nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan
sekaligus acuan bagi pendidikan. Melalui pendidikan, kita mengharapkan melalui pendidikan
dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Maka dari itu, tujuan,
isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Karena setiap lingkungan masyarakat
masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan
pola hubungan antar anggota masyarakat.

Ada dua pertimbangan sosial budaya yang dijadikan landasan dalam pengembangan
kurikulum: pertama,Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapandengan masalah
anggota masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan. Maksunya manusia belum
mampu menyesuaikan dengan cara kelompoknya. Kedua, Kurikulum dalam setiap
masyarakat merupakan refleksi dari cara orang perfikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan.
Karena itu untuk membina struktur dan fungsi kurikulum, perlu memahami kebudayaan.
Melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban
sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Penerapan teori, prinsip, hukum,
dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum,
harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar
yang dicapai oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya.Pengembangan kurikulum
hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan masyarakat.

Faktor kebudayaaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum, antara
lain:
 Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu
melalui interaksi dengan lingkungan, budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan
sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan
mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta
didikdengan salah satu alat yang disebut kurikulum.

 Kurikulum pada dasarnya mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek


sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat
beragam, seperti masyarakat industry, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Pendidikan
seolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup
berintegrasi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan
kualitas hidupnya sebagai makhluk berbuadaya. Hal ini membawa implikasi bahwa
kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan bermuatan
kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikapsikap, pengetahuan, dan
kecakapan.

C. Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum

Pendidikan merupakan usaha menyiapkan siswa menghadapi lingkumgan hidup yang


mengalami perubahan yang semakin pesat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya di masa akan
datang. Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu-ilmu lainnya untuk
memecahkan masalah-masalah praktis. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan.
Perkembangan IPTEK, secara lansung akan menjadi materi pendidikan. Sedangkan secara
tidak lansung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan
kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetauan dan teknologi.

Sumber nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan ada
tiga, yaitu logika, estetika, dan etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai
yang bersumber pada logika (pikiran). Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pada hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia maka kehidupan manusia
semakin luas, semakin meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi. Pendidikan
harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk
hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab
tantangan dan tuntutan masyarakat. Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya
pemenuhan dari segi isi kurikulumnya saja, melainkan juga segi strategi pelaksanaannya.
Oleh karena itu, guru, pembina, dan pelaksana kurikulum dituntut lebih peka
mengantisipasiperkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada siswa relevan dan
berguna bagi kehidupannya di masyarakat.
Pendidikan dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang dengan pesat. Oleh karena itu agar kurikulum dapat bertahan kuat, maka
pengembangannya harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat pula.
Dengan demikian kurikulum akan mampu menyesuaikan dengan kondisi yang berkembang
baik dilihat darisegi perkembangan sosial budaya maupun perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

1. Jelaskan tentang domain efektif dan psikomotorik serta contoh pada pembelajaran matematika

a. Domain Efektif

Domain ini mencakup kemampuan yang menyangkut aspek emosi sepertiperasaan, nilai,
apresiasi, motivasi dan sikap. Pada ranah ini juga terbagi dalambeberapa bagian yang meliputi aspek
penerimaan terhadap lingkungannya, tanggapanatau respon terhadap lingkungan, penghargaan dalam
bentuk ekspresinilai terhadap sesuatu, mengorganisasikan berbagai nilai untuk menemukan
pemecahan,serta karakteristik dari nilai-nilai yang menginternalisasi dalam diri.Ranah afektif
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yangtidak memiliki minat pada pelajaran tertentu
sulit untuk mencapai keberhasilanbelajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata
pelajarandiharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itusemua pendidik
harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untukmencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Selain itu ikatan emosional seringdiperlukan untuk membangun semangat dalam belajar.
Ada lima tingkatan ranah afektif, yaitu:

 Receiving Peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khususatau


stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik
mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yangmenjadi objek pembelajaran
afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang
bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang
diharapkan,yaitu kebiasaan yang positif.

 Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan


menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseoranguntuk mengikut sertakan
dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu danmembuat reaksi terhadapnya salah satu cara.

 Valuing Memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatanatau


obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akanmembawa kerugian
atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkatafektif yang lebih tinggi lagi daripada
receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena.

 OrganizationTujuan domain ini mengacu pada penyatuan nilai. Dalam tujuan domainini
nantinya akan mencakup tingkah laku yang tercermin pada pesertadidik.

 Characterization by a valueTujuan domain afektif ini mengacu pada karakter dan daya hidup
seseorang.Nilai-nilai berkembang secara teratur sehingga tingkah laku akanmenjadi lebih
konsisten dan lebih mudah untuk diperkirakan. Tujuan darikategori ini berhubungan dengan
keteraturan pribadi, social, dan emosijiwa. (Krathwohl, 1981)

Karakteristik afektif
Terdapat dua hal yang berhubungan dengan penilaian afektif yang harusdinilai. Pertama,
kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaranmeliputi tingkatan pemberian respons,
apresiasi, penilaian dan internalisasi. Kedua,sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan
proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran terdapat empat tipe karakteristik afektif yang penting yaitu:

 SikapSikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secarapositif atau
negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang.

 MinatMinat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu aktivitastanpa ada
yang menyuruh. Minat berhubungan dengan perhatian,seseorang yang menaruh minat pada
mata pelajaran tertentu cenderunguntuk memperhatikan mata pelajaran tersebut.

 NilaiNilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilakuyang


dianggap baik dan yang dianggap jelek .

 Konsep diriKonsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuandan
kelemahan yang dimilikinya. Konsep diri ini penting bagi pesertadidik untuk menentukan
jenjang karir mereka yaitu dengan mengetahuikekuatan dan kelemahan diri sendiri maka bisa
dipilih alternatif karir yangtepat bagi dirinya. Informasi tentang konsep diri peserta didik ini
pentingbagi pendidik untuk memotivasi belajar peserta didik dengan tepat.

b. Domain psikomotorik

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Domain psikomotor terkait dengan aktivitas otot dengan gerakan tubuh, anggota badan, atau
bagian tubuh lainnya (misalnya jari) yang diperlukan untuk tindakan tertentu. Berikut beberapa
pendapat para ahli terkait domain psikomotor:
1. Menurut Gay (1980) domain psikomotorik memerlukan kemampuan fisik, yang melibatkan
keterampilan otot atau motorik, manipulasi objek atau koordinasi neuromuskuler.
2. Menurut Simson (1972) kemampuan psikomotor termasuk gerakan, koordinasi dan
keterampilan fisik.
3. Menurut Dick & Carey (2005) sebuah keiatan dapat digolongkan sebagai psikomotorik
apabila eksekusinya mengunakan gerakan otot tanpa atau denggan menggunakan peralatan.
Dari beberapa pendapat di atas yang dapat kita ambil kata kuncinya, yaitu psikomotor terkait
dengan gerakan otot (motorik). Semakin kita menilai, mengekspresikan, dan berlatih, semakin banyak
psikomotor terlibat, yaitu guru mengevaluasi apakah siswa mengekspresikan atau mempraktikkan
pengetahuan dengan benar.
Contoh kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika misalnya berkaitan
dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku) dan
menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut,dll). Contoh lainnya,
siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan
dalam melukis jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam
menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah
psikomotor dapat dilakukan dengan observasi.

Contoh kegiatan psikomotor yang berkaitan dengan matematika di dalam kehidupan sehari-hari

adalah sebagai berikut :

Contoh 1: Penerapan Bab "Kesebandingan" Dalam Pembuatan Makanan

Misalkan, seorang ibu rumah tangga ingin membuat cake dan bahan resepnya adalah sebagai

berikut :

Bahan:

180 gr gula pasir

7 butir telur antero (kurang lebih 350 gr)

8 butir kuning telur

1 sdt penuh emulsifier

Resep tersebut adalah untuk ukuran loyang 24x24 cm. Permasalahannya adalah, ibu tersebut ingin

membuat cake yang lebih besar, dengan menggunakan loyang ukuran 30x30 cm. Berapa gram kah

gula pasir yang harus digunakan? berapa butir telur dll untuk menghasilkan cake yang seperti dalam

resep tersebut?

Menggunakan takaran di atas dengan loyang 30x30 tentu saja hasilnya akan jelek, cake jadi tipis

dan mungkin tidak akan jadi cake yang sempurna. Jadi bagaimana resep barunya?

Ilmu kesebandingan dalam matematika bisa kita gunakan di sini, yaitu perbandingan senilai.

Karena tinggi cake diharapkan sama, maka kita tinggal membandingkan luas loyangnya, yaitu 30x30 :

24x24 = 900 : 576 = 1,56 !

Dengan hasil di atas, kita harus mengalikan jumlah bahan-bahan di atas dengan 1,56 untuk

menggunakan loyang 30x30, sehingga resep baru menjadi:

280 gr gula pasir

11 butir telur antero (kurang lebih 550 gr)

12,5 butir kuning telur

1,5 sdt penuh emulsifier

Contoh Penilaian Domain Psikomotor


Contoh yang diberikan pada pembelajaran Matematika Kelas IX untuk materi Fungsi Kuadrat.
Kompetensi Dasar  :
KD 4.3 Menyajikan fungsi kuadrat menggunakan tabel, persamaan, dan grafik
Indikator                 :
1.  Peserta didik dapat menyajikan fungsi kuadrat dalam bentuk grafik dalam diskusi dengan tepat.
2. Peserta didik dapat menyebutkan karakteristik grafik fungsi kuadrat dalam diskusi dengan tepat.

Permasalahan         :
A.     Gambarlah grafik fungsi kuadrat di bawah ini pada kertas millimeter blok dimana .

B.     Tentukan karakteristik grafik persamaan kuadrat yang diperoleh.

Pemahaman yang Diperoleh (Kesimpulan):

Penilaian :
Rubrik Penilaian Psikomotor
Kriteria Skor Indikator
Menggambar 3 Menggambar koordinat Kartesius dengan lengkap dan tepat
koordinat (menuliskan sumbu x, sumbu y, dan nilai nya)
Kartesius dengan 2 Menggambar koordinat Kartesius dengan  kurang lengkap
tepat (tidak menuliskan sumbu x, sumbu y, atau nilai nya).
1 Menggambar koordinat Kartesius dengan  keliru (salah dalam
menuliskan sumbu x, sumbu y, atau nilai nya)
0 Tidak menggambar koordinat Kartesius
Meletakkan  titik 3 Meletakkan titik pada koordinat Kartesius dengan lengkap dan
pada koordinat tepat.
Kartesius dengan 2 Meletakkan titik pada koordinat Kartesius dengan  kurang
tepat lengkap.
1 Meletakkan titik pada koordinat Kartesius dengan  keliru
0 Tidak meletakkan titik pada koordinat Kartesius
Mengggambar 3 Menggambar grafik fungsi kuadrat dengan tepat.
grafik fungsi 2 Menggambar grafik fungsi kuadrat dengan  kurang tepat.
kuadrat dengan 1 Menggambar grafik fungsi kuadrat dengan  keliru.
tepat 0 Tidak menggambar grafik fungsi kuadrat
Kerapian 3 Menggambar grafik fungsi kuadrat dengan rapi dan benar.
2 Menggambar grafik fungsi kuadrat kurang rapi dan benar.
1 Menggambar grafik fungsi kuadrat tetapi masih salah.
0 Tidak menggambar grafik fungsi kuadrat

Nah, dari contoh yang diberikan terlihat bahwa domain psikomotor merupakan salah satu
faktor yang relevan dengan memahami konsep matematika. Psikomotor dan matematika saling
melengkapi dan relevan untuk pengembangan Teknologi. Jika digunakan dalam pengajaran oleh guru,
guru harus selalu menggunakan prinsip-prinsip psikomotor dalam pengujian sebagai dasar untuk
pengembangan optimal di tingkat makro. Hasil belajar psikomotor sebenarnya merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam
bentuk kecenderungan berperilaku).

Tabel Hasil belajar afektif dan psikomotorik

Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar Psikomotorik

Segera memasuki kelas pada waktu


Kemauan untuk menerima pelajaran guru
dari guru datang dan duduk paling depan dengan
mempersiapkan kebutuhan belajar
Perhatian siswa terhadap apa Mencatat bahan pelajaran dengan baik
yang dijelaskan guru dan
Sistematis
Penghargaan siswa terhadap guru
Sopan, ramah dan hormat kepada guru
pada
saat guru menjelaskan pelajaran

Hasrat untuk bertanya kepada


guru Mengangkat tangan dan bertanya
kepada guru
mengenai bahan pelajaran yang belum
jelas

Kemauan untuk mempelajari bahan


pelajaran lebih lanjut Ke perpustakaan untuk belajar lebih
lanjut
atau meminta informasi kepada guru
tentang
buku yang harus dipelajari atau segera
membentuk
kelompok untuk diskusi
.
Kemauan untuk menerapkan Melakukan latihan diri dalam
hasil pelajaran memecahkan
masalah berdasarkan konsep bahan
yang
telah diperolehnya atau
menggunakannya
dalam praktik kehidupannya

c. Jelaskan komponen kurikulum berkenaan dengan isi / materi pelajaran (cermati KD pada kelas
tertentu dan pastikan materinya)

Komponen isi/materi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan
belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan dan isi program tiap-tiap bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan
dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum menentukan isi atau content yang dibakukan sebagai
kurikulum, terlebih dahulu perencana kurikulum harus menyeleksi isi agar menjadi lebih efektif dan
efisien.

Kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan, antara lain sebagai berikut.

1) Kebermaknaan (signifikasi): kebermaknaan suatu isi/materi diukur dari bagaimana esensi atau
posisinya dalam kaitan dengan isi materi disiplin ilmu yang lain. Konten kurikulum dalam wujud
konsep dasar atau prinsip dasar mendapat prioritas utama dibandingkan dengan konsep atau prinsip
yang kurang fundamental.

2) Manfaat atau kegunaan: adapun parameter kriteria kebermanfaatan isi adalah seberapa jauh
dukungan yang disumbangkan oleh isi/materi kurikulum bagi operasionalisasi kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan.

3) Pengembangan manusia: kriteria pengembangan manusia mengarah pada nilai-nilai demokratis,


nilai sosial, atau pada pengembangan sosial.Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis,
dalam bentuk:

 Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari
terminologi, orang, dan tempat serta kejadian
 Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan,
merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Dengan perkataan lain,
konsep merupakan abstraksi dari sekumpulan fakta/informasi/stimulus yang memiliki ciri
sama. Setiap konsep memiliki nama, definisi, contoh, atribut, dan nilai.
 Teori; merupakan penjelasan mengenai hubungan antara suatu konsep dengan konsep
lain. Teori merupakan seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan– hubungan antara variabel-variabel dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
 Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari
analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
 Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan
hubungan antara beberapa konsep.
 Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus
dilakukan peserta didik.
 Hukum, merupakan teori yang teruji kebenarannya.
 Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
 Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas
suatu uraian atau pendapat.
 Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam
garis besarnya.
 Postulat, adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan. Dalam
biologi postulat yang terkenal adalah postulat Koch tentang kuman penyebab penyakit

Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang
kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil
dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada
filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan
topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial
bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak
diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya
saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang
lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.

Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi pengembangam
kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran,. Namun dalam
implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu
filsafat tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan fleksibel..

Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam
prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :.

1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji
kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang
aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan
sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis.
Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan
dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non
akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya
(tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan
materi dan kondisi setempat.
5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik
untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan
untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

Terlepas dari filsafat yang mendasari pengembangan materi, Nana Syaodih Sukamadinata (1997)
mengetengahkan tentang sekuens susunan materi pembelajaran, yaitu :

1. Sekuens kronologis; susunan materi pembelajaran yang mengandung urutan waktu.


2. Sekuens kausal; susunan materi pembelajaran yang mengandung hubungan sebab-akibat.
3. Sekuens struktural; susunan materi pembelajaran yang mengandung struktur materi.
4. Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan materi pembelajaran dimulai dari
bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan
sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-bagian, dan dari yang kompleks
menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun dari nyata ke
abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah bagaimana ke masalah mengapa.
5. Sekuens spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik atau bahan tertentu
yang populer dan sederhana, kemudian dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan bahan
yang lebih kompleks.
6. Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah akhir dan
mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai
berikut : (a) pembatasan masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c) pengumpulan data; (d) pengujian
hipotesis; dan (e) interpretasi hasil tes.
7. Dalam mengajarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai (d), dan peserta didik diminta
untuk membuat interprestasi hasilnya (e). Pada kasempatan lain guru menyajikan data tentang
masalah lain dari langkah (a) sampai (c) dan peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan
hipotesis (d) dan seterusnya.
8. Sekuens berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran dimulai menganalisis tujuan-tujuan
yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai
tujuan atau kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang
mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir.

KD smp kelas 8 materi lingkaran

 3.7. Menjelaskan  SUDUT PUSAT, SUDUT KELILING, PANJANG BUSUR, dan LUAS
JURING LINGKARAN , serta hubungannya
Materi lingkaran smp kelas 8

4.1 Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran

4.2 Menghitung keliling dan luas bidang lingkaran

4.3 Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan
masalah

4.4 Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran

4.5 Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar

Dari KD lingkaran dan meteri lingkaran smp kelas 8 saling sesuai sehingga komponen
kurikulum pada materi terpenuhi pada KD smp kelas 8 materi lingkaran.

d. Jelaskan komponen kurikulum berkenaan metode/strategi (pilih satu sub materi,


kemudiaan identifikasi sebuah pendekatan / model pembelajaran yang relevan.
Berikan alasannya).

Strategi pembelajaran

Komponen strategi pembelajaran Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan
mengajar yang digunakan dalam pengajaran, tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya
terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran,
mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara umum
berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran. Strategi/metode/model pembelajaran sangat
ditentukan oleh karakteristik substansi yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya. Tidak ada satu
pun strategi/metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua substansi
pelajaran secara sama baiknya.

Substansi (isi) pelajaran tertentu memiliki karakteristik tertentu, sehingga hanya cocok untuk
diajarkan dengan cara tertentu pula.Tujuan-tujuan pelajaran yang bersifat prosedural, psikomotorik
serta terstruktur dengan baik, diajarkan setahap demi setahap, sangat baik kalau guru menggunakan
pembelajaran langsung. Sementara itu, keterampilan sosial yang mencakup bagaimana berinteraksi
dengan orang lain, bekerja sama, mengutarakan ide, akan sangat cocok bila diajarkan menggunakan
pembelajaran kooperatif. Begitu pula kemampuan pemecahan masalah, hanya dapat dilatihkan secara
baik bila siswa diberi kesempatan untuk melakukan praktik pemecahan masalah.

Kesempatan semacam itu dapat diperoleh siswa jika pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran
berbasis masalah seperti inkuiri, diskoveri dan yang sejenis dengan itu.Menurut Undang-undang
Nomor 20/2003, strategi pembelajaran di kelas hendaknya dilakukan dengan cara olah hati, olah raga,
olah rasa, dan olah otak. Strategi pembelajaran yang demikian menyiratkan bahwa strategi yang
digunakan harus mampu melakukan pemberdayaan terhadap seluruh potensi siswa.

Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi
dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima
sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya
bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran
cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan
progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses
pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan
belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang
paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya
proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.

Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak
lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan
proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role
playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya sebagai fasilitator,
motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan
belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan
menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar. Sedangkan sebagai guider,
guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya
penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski
masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam
pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual.

Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung
dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran
teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur
peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain
sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi pembelajaran
dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.

Sub materi : konsep luas lingkaran


Model pembelajaran : discovery learning

Agar pembelajaran materi konsep luas lingkaran dapat bemakna dapat digunakan metode
discovery learning . metode ini mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan
konsep luas lingkaran atau rumus luas lingkaran dengan percobaan yang dilakukan sendiri, maka
hasil yang diperoleh akan lebih bermakna dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri masalah yang dhadapi, kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan menggunakan metode discovery leraning dalam mengajar siswa yang
memahami konsep maka daya ingat peserta didik akan menjadi lebih kuat tentang konsep
Iingkaran, karena siswa menemukan konsep lingkaran dengan sendirinya. Maalui penemuan cara
menemukan rumus luas lingkaran siswa lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan atau
menyelesaikan penemuan rumus luas lingkaran yang bisa dilakukan dengan membentuk kelompok
kecil. Dari percobaan tang dilakukan dengan model discovery leraning maka didapat rumus luas
lingkaran : L = π x r2

e. Tulislah sebuah soal sebagai komponen kurikulum berkenaan evaluasi pada sub materi di
kegiatan 3

Soal luas lingkaran


Diketahui sebuah lingkaran memiliki diameter 28 cm. Berapakah luas lingkaran tersebut?

Penyelesaian :
Dari penemuan yang telah dilakukan pada soal 3 yaitu penemuan rumus luas lingkaran dengan
model discovery learning maka siswa sudah mengetahui rumus dari luas lingkaran yaitu: L = π x
r2 sehingga siswa tinggal memasukan nilai yang sudah diketahui kedalam rumus dengan
penyelesaian sebagai berikut:

d = 28 cm
r = d/2 = 14 cm

Luas lingkaran
L = π x r2 = 22/7 x 142 = 616 cm2

Anda mungkin juga menyukai