Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada
Allah swt karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah Makalah berjudul
”PANCASIA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA”
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan ini, yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita
semua.
Di Susun oleh
Kelompok 11
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakanng
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak
bahkan sangat benyak anggotaanggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai
dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan
ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah
perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan
pembentuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai
Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia harus
mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu
pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia,
itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun dengan bangsanya
sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia”
B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari pancasila sebagai konteks ketatanegaraan NKRI?
B. Apakah definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?
C. Bagaimana UUD 1945 itu ?
D. Apa saja yang terkait dengan Pembukaan UUD 1945?
E. Bagaimanakah sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945?
F. Bagaimanakah kelembagaan negara menurut UUD 1945?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu
segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam suatu sistem
perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara dilaksanakan berdasarkan pada
suatu konstitusi atau UUD Negara. Pembagian kekuasaan, lembagalembaga tinggi Negara, hak
5
dan kewajiban warga Negara, keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks
ketatanegaraan Republik Indonesia.
1. Defenisi UUD/Konstitusi
Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah konstitusi
dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara harfiah, istilah konstitusi
dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti membentuk, dan diartikan sebagai “pembentuk
suatu negara”. Sedangkan Indonesia menggunakan istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah
Grondwet dari belanda yang mempunyai pengertian suatu undang-undang yang menjadi dasar
(Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah konstitusi
dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD. Konstitusi yang
dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang tertulis (UUD) maupun yang tidak tertulis
(convensi). Dengan demikian konstitusi memuat peraturan pokok yang fundamental mengenai
sendi-sendi yang pertama dan utama dalam menegakan bangun yang disebut “negara”.
2. Kedudukan UUD 1945
Undang-Undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan landasan structural
dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sebagai landasan structural dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara yang berisi aturan atau ketentuan pokok ketatanegaraan,
bahkan lebih dari itu, yaitu untuk menjamin suatu system atau bentuk Negara serta cara
penyelenggaraannya beserta hak-hak dan kewajiban rakyatnya maka UUD harus merupakan
hukum Negara tertinggi.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang memuat pancasila
sebagai dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu,
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan
yang sangat penting karena merupakan staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang
fundamental), dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
6
3. Sifat UUD 1945 UUD 1945
merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari semua hukum yang
berlaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar dalam berkehidupan di Indonesia.
Negara dengan segala fungsi dan tujuannya berusaha untuk dapat mewujudkannya dengan
berbagai cara, oleh karena itu sebagai pengintegrasian dari kekuatan politik, negara mempunyai
bermacam-macam sifat, seperti memaksa, memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan sifat
memaksa, negara dapat menggunakan kekerasan fisik secara sah untuk ditaatinya semua
keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan tujuan bersama, sifat memaksa yang
dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun melampaui batas yang mungkin dapat
menyengsarakan rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan tersebut, konstitusi atau
UUD disusun dan ditetapkan.
Dalam teori konstitusi (UUD) dikenal sifat dari UUD yaitu luwes atau (fleksibel) atau
kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis. Untuk menentukan apakah setiap UUD itu luwes atau
kaku dipakai ukuran sebagai berikut:
1. Cara mengubah konstitusi
Ada dua cara mengubah UUD, pertama, UUD diubah dengan cara
prosedur yang biasa, sebagaiman mengubah dan membuat UU biasa. dalam
hal ini UUD itu memiliki sifat luwes (fleksibel). Seperti konstitusi inggris.
Kedua, perubahan UUD yang memerlukan prosedur istimewa, maka sifat
UUD itu adalah kaku (rigid). Seperti orde baru telah menjadi sakral atau suci
dengan memberi yang sangat sulit untuk diubah dengan mengeluarkan
ketetapan MPR tentang Referendum.
2. Tertulis dan tidak tertulis
Suatu konstitusi disebut tertulis apabila iya tertulis dalam suatu naskah
atau beberapa naskah. Sedangkan suatu konstitusi disebut tidak tertulis, karena
ketentuan-ketentuan yang mengatur suatu pemerintahan tidak tertulis dalam suatu
naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal dalam konvensi-konvensi atau UU
biasa.
7
Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel dan rigid, yang dalam bahasa
Indonesia, diterjemahkan dengan luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak ukurnya yaitu cara
pembuatan/perubahan dan kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman (Kusnardi, dan
Ibrahim, 1983:75). Suatu konstitusi disebut luwes apabila pembuatan dan perubahannya sama
dengan pembuatan dan perubahan undang-undang biasa. Kriteria kedua dilihat dari kemampuan
dalam mengikuti perkembangan zaman. Apabila konstitusi masih tetap mampu menampung
dinamika perkembangan masyarakat, konstitusi tersebut dapat dikatakan bersifat luwes, dan
apabila sebaliknya maka konstitusi tersebut disebut kaku.
4. Fungsi UUD 1945
Sebagaimana fungsi konstitusi pada umumnya, fungsi Undang-Undang Dasar 1945 pada
umumnya dapat disebutkan antara lain: membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak
sewenang-wenang, untuk melindungi hak asasi manusia, dan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintahan berjalan dengan tertib dan lancar. Di samping
itu, apabila dilihat dari substansi materi, Undang-Undang Dasar 1945 mengatur kehidupan
nasional yang meliputi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dapat
dibedakan atas:
1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan system pemerintahan Negara, di
dalamnya termasuk pengaturan system pemerintahan Negara, didalamnya
termasuk pengaturan system tentang kedudukan, wewenang, dan saling
hubungan antara kelembagaan Negara.
2. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga Negara dan
penduduknya serta berbagi konsepsi berbagai aspek kehidupan politik,
ekonomi, social budaya, dan hokum.
3.
C. Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara
Republik Indonesia saat ini. Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD 1945 ditetapkan
8
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasannya
merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak
dapat dipisahkan.
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas :
1. Pembukaan yang terdiri atas 4 alinea,
2. Batang tubuh yang terdiri atas 37 pasal yang dikelompokkan dalam 16 bab, 4
pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan
3. Serta penjelasan yang terdiri dari atas penjelasan umum dan penjelasan
khusus, yaitu penjelasan pasal demi pasal.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum dasar,
disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat singkat, sifat singkatnya
itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja, hanya
memuat garis-gars besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang
masih harus berkembang, harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus
mengalami perubahan.
9
yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan pergaulan
bangsa-bangsa di Dunia.
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok kaidah yang menjadi landasan dan
peraturan hukum yang tertinggi bagi hukum-hukum lainnya, termasuk hukum dasar yang tertulis
maupun hukum dasar yang tidak tertulis (konvensi). Pokok-pokok kaidah Negara fundamental
itu terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu sbb:
1. Dasar-dasar pembentukan Negara
a. Tujuan Negara, yang menyatakan Negara Indonesia mempunyai fungsi
dan tujuan.
b. Asas politik Negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa Negara
Indonesia yang berbentuk Republic dan berkedaulatan Rakyat
c. Asas Kerohanian Negara, yaitu dasar falsafah Negara pancasila yang
meliputi hidup kenegaraan dan tertib hokum Indonesia.
2. Ketentuan diadakannya UUD Negara Ketentuan ini dapat terlihat kalam
kalimat, “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
UUD Negara Indonesia
2. Makna Alenia-Alenia Pembukaan UUD 1945
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan” merupakan bunyi alenia pertama pembukaan UUD 1945 yang menunjukan
keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah “kemerdekaan lawan
penjajahan”. Alenia ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, karena dalam alinea pertama
terdapat letak moral luhur dari pernyataan Indonesia. Alenia ini juga mengandung suatu
pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari perjuangan.
Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan, karena bertentangan dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan. Hal ini berarti setiap hal atau sifat yang bertentangan atau bertentangan dengan
pernyataan diatas juga harus secara sadar ditentang oleh Bangsa Indonesia.
“Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur” merupakan bunyi alenia
10
ke dua yang menunjukan kebangsaan dan penghargaan kita atas perjuangan bangsa Indonesia
selama ini. Alenia ini juga menunjukan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian :
1. Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang
menentukan
2. Momentum yng telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan.
3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi
dengan mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil
dan makmur.
“Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya” merupakan bunyi dari alenia ke tiga yang menjadi motivasi riil dan materiil
Bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi
keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi spiritualnya, karena menyatakan kemerdekaan itu
diberkati oleh Allah SWT, serta menunjukan ketaqwaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa serta
merupakam suatu pengukuhan dari Proklamasi Kemerdekaan.
“kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan Yang maha dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” merupakan bunyi dari alenia ke empat yang
merumuskan dengan padat sekali tujuan dari prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa
Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.
Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat Pembukaan Undang-Undang
dasar sekaligus menegaskan :
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu
seperti yang tertuang dalam alenia ke empat tersebut.
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat.
11
3. Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.
12
2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah
negara Indonesia terwujud. Pernyataan tersebut mempunyai hubungan
kausal dan organis dengn Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup
beberapa aspek :
UUD itu ditentukan akan ada
Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan
pemerintahan negara yang memenuhi berbagai persyaratan
Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan
rakyat
Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila
b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945
disebutkan sebagai berikut :
1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan,
dalam “Pembukaan” itu mengehendaki persatuan segenap bangsa
Indonesia seluruhnya.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan.
4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok-pokok pikiran ini
mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara,
UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.
Itulah hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.
c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental
negara Republik Indonesia, dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan
yang lebih tinggi daripada Pasal-pasal UUD 1945.
13
E. Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945
Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh UUD
1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
(pasal 1 ayat 2). Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen, MPR tidak
mempunyai kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi
hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian
hanya dengan GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai
produk MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan mengubah
UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan
Negara Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5).
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1
ayat 2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4
ayat 1).
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya
bersumpah atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal
24C ayat1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden
oleh Mahkamah Konstitusi menurut UUD 24C ayat 2).
3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4
ayat 1). Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.
14
5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi.
Presiden memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut
UUD, dan Presiden diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada
Preisden.
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu
kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala
negara mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat
mutlak. Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana
kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.
8. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1
dan pasal 18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintah daerah.
15
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki
fungsilegislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi, angket,
menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas
(pasal 20).
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap provinsi. DPD
bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR
dan ikut membahasnya sesuai dengan bidangnya.
5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas (luberjurdil).
6. Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung
jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
7. Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang pengelolaan
keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR,
DPD, dan DPRD untuk ditindklanjuti (pasal 23E).
8. Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan dilakukan oleh sebuah MA dan badan
peradilan yang berada dibawahnya.
9. Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluruhan martabat serta perilaku hakim.
10. Mahkamah Konstitusi
MKberwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang putusannya
bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam
kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di Negara Republik Indonesia.
Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa
berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Dengan menggunakan sistem ketatanegaraan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang
berhubungan dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang
sesuai dengan yang tercermin dalam sila-sila Pancasila. Negara Indonesia dan masyarakat
Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada Pancasila akan membawa dampak positif
bagi terbentuknya bangsa Indonesia.
B. Saran
Kepada semua pembaca yang menyempatkan membaca makalah ini bila mendapat
kekeliruan terhadap materi kami harap bisa meluruskannya dan memakluminya. Maka kami
banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak segan memberikan kritik, saran, dan masukan
yang membangun kepada kami.
17
DAFTAR PUSTAKA
Karsadi, dkk.2014. Pancasila di Perguruan Tinggi: Bentuk Moral, Karakter dan Budaya Bangsa.
Kendari: FKIP-Universitas Halu Oleo
Safiun, La Ode. 2014. Modul Pendidikan Pancasila. Kendari : FKIP-Universitas Halu Oleo
Sugiarto, Ahmad. 2013. Makalah Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan NKRI. http://pend-
pancasila.blogspot.com/2013/12/makalahpancasila-dalam-konteks.html. Diakses pada
tanggal 20 November 2014.
Tim Pengajar Mata Kuliah Umum. 2014. Buku Ajar Pancasila. Kendari: Universitas Halu Oleo
18