Anda di halaman 1dari 20

Naskah Seminar Proposal

SIMULASI POTENSI OVERSTRESS PADA PERKERASAN KAKU


DENGAN VARIASI NILAI MODULUS ELASTISITAS TANAH DASAR
Taufiq Adi1, Suprapto Siswosukarto2, Muslikh3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yoyakarta.
Email: 1taufiq.adi.w@mail.ugm.ac.id , 2suprapto.siswosukarto@ugm.ac.id ,
3
muslikh_jtsl@ugm.ac.id
diperoleh apabila kadar air tanah mencapai
I. PENDAHULUAN
titik optimum. Dalam perancangan
1.1. Latar Belakang perkerasan kaku, daya dukung atau kekuatan
Perkerasan kaku (rigid pavement) tanah diwakili dengan nilai modulus reaksi
merupakan jenis perkerasan yang paling tanah (modulus of subgrade reaction) yang
cocok diterapkan pada jalan dengan beban diperoleh dari pengujian beban pelat (plate
lalu lintas yang tinggi dan daya dukung load test) atau melalui pendekatan dengan
tanah yang rendah, karena perkerasan kaku persamaan empiris yang mewakili
memiliki modulus elastisitas yang jauh lebih hubungan modulus reaksi tanah dan nilai
tinggi dibandingkan perkerasan lentur, california bearing ratio (CBR). Menurut
sehingga kemampuan penyebaran beban Saffar et al (2021), nilai CBR pada tanah
menjadi lebih tinggi. Struktur perkerasan granular berbanding lurus atau linier dengan
kaku terdiri dari pelat beton semen, dengan nilai modulus elastisitas tanah.
atau tanpa lapisan pondasi bawah (subbase), Menurut American Concrete Pavement
yang diletakkan di atas tanah dasar Association (2007), pada struktur
(subgrade). Karena tanah dasar merupakan perkerasan kaku tidak diperlukan lapisan
lapisan pendukung paling bawah, maka pendukung yang kuat seperti pada struktur
integritas struktur perkerasan bergantung perkerasan lentur, tetapi jauh lebih penting
pada stabilitas atau daya dukung tanah dasar adanya dukungan yang seragam. Dalam
(Hardiyatmo, 2015). perancangan perkerasan kaku, kondisi tanah
Daya dukung tanah umumnya dipengaruhi dasar dianggap seragam. Tidak ada
oleh beberapa hal, salah satunya adalah pedoman analisis perkerasan kaku yang
tingkat pemadatan. Pemadatan adalah upaya mempertimbangkan kondisi tanah dasar
memperkecil jarak antar partikel tanah, yang tidak seragam (Vishwakarma & Ingle,
sehingga rongga dalam tanah yang terisi 2020). Sedangkan pada saat konstruksi,
udara menjadi berkurang tanpa mengurangi ketebalan dan kadar air tanah seringkali
kadar air. Dengan adanya peningkatan tidak terkontrol dengan baik. Pengujian
kerapatan antar partikel tanah, hal ini dapat modulus elastisitas tanah yang hanya
meningkatkan daya dukung dan kuat geser dilakukan pada titik-titik tertentu, tidak bisa
tanah. Nilai modulus elastisitas tanah sepenuhnya mewakili kondisi seluruh area
tergantung pada ketebalan lapisan tanah tanah yang dipadatkan. Dengan demikian,
yang dipadatkan, jumlah energi alat kemungkinan didapatkan modulus
pemadat, serta kadar air dalam tanah, nilai elastisitas yang seragam pada lapisan tanah
modulus elastisitas maksimum bisa dasar sulit untuk diwujudkan. Adanya

1
Naskah Seminar Proposal

perbedaan modulus elastisitas lapisan tanah 1. Mengetahui respon struktur pada


dapat merubah perilaku penyebaran perkerasan kaku dengan variasi nilai
tegangan (Hardiyatmo, 2015). Tanah dasar modulus elastisitas lapisan tanah dasar
yang menerima tegangan berlebihan dapat saat adanya beban kendaraan.
mengalami deformasi permanen yang 2. Mengetahui ketebalan perkerasan kaku
menyebabkan kerusakan pada lapisan yang cukup untuk mendukung respons
perkerasan. Kerusakan-kerusakan yang tegangan struktur dengan variasi nilai
terjadi pada perkerasan kaku dapat modulus elastisitas lapisan tanah dasar.
menurunkan tingkat keamanan dan 3. Mengetahui cara memodelkan struktur
kenyamanan berkendara, sehingga akan perkerasan kaku dengan metode elemen
membahayakan pengguna jalan. hingga menggunakan program Abaqus
Oleh karena itu, pada rencana penelitian ini CAE 6.14.
akan dimodelkan struktur perkerasan kaku
1.4. Batasan Penelitian
menggunakan metode elemen hingga (finite
element method) 3-dimensi dengan alat Selama penelitian ini berlangsung,
bantu program komputer Abaqus CAE 6.14 ditetapkan batasan masalah sebagai berikut:
untuk menganalisis bagaimana respon pelat 1. Lokasi yang dijadikan acuan pengambilan
beton dengan variasi modulus elastisitas data adalah pada ruas Jalan Trengguli
lapisan tanah dasar. Dari penelitian ini (Batas Kab. Demak – Batas Kab. Jepara)
diharapkan dapat diketahui perilaku respons STA 34+150 hingga STA 34+400.
tegangan pada perkerasan kaku serta batas 2. Perkerasan asli merupakan perkerasan
nilai modulus elastisitas lapisan tanah dasar. kaku dengan umur layan 7 tahun (th.2014
– th.2021). Berdasarkan data
1.2. Rumusan Masalah
penyelidikan, kondisi perkerasan asli
Berdasarkan latar belakang tersebut, memiliki prosentase nilai IRI
rumusan maslah untuk penelitian ini adalah: (International Roughness Index) dengan
1. Bagaimana respon tegangan struktur kondisi baik 7,85% ; kondisi sedang
pada perkerasan kaku dengan variasi nilai 71,23% ; kondisi rusak ringan 20,92%.
modulus elastisitas lapisan tanah dasar Kerusakan yang terjadi pada perkerasan
saat adanya beban kendaraan? tersebut diperkirakan karena beban yang
2. Apakah tebal perkerasan kaku sudah melewatinya melebihi perencanaan.
cukup mendukung respons tegangan 3. Data yang dipakai dalam penelitian ini
struktur dengan variasi nilai modulus merupakan data sekunder yang diperoleh
elastisitas lapisan tanah dasar? dari Dinas Bina Marga PUPR Jawa
3. Bagaimana memodelkan struktur Tengah.
perkerasan kaku dengan metode elemen 4. Perkerasan yang digunakan adalah Jointed
hingga menggunakan program Abaqus Plain Concrete Pavement (JPCP) pada
CAE 6.14? jalan raya dengan beban kendaraan darat
yang sesuai pada fungsi jalan yang ada
1.3. Manfaat Penelitian
pada Detail Engineering Design (DED).
Manfaat yang akan dihasilkan pada 5. Perkerasan akan dianalisis dengan Finite
penelitian ini adalah: Element Method dari software Abaqus

2
Naskah Seminar Proposal

CAE 6.14 dengan model 3d Linier Static penelitian sebelumnya. Adapun penelitian
Analysis Plate on Elastic Foundation. terkait yang sudah pernah dilakukan:
Model dari software tersebut terdiri dari 1. Brand et al (2013), menganalis beberapa
empat elemen yaitu pelat beton kasus dukungan tanah dasar yang tidak
perkerasan, lean concrete, pelat beton seragam memiliki dampak pada tegangan
eksisting dan subgrade sesuai dengan tarik di pelat. Kondisi tanah yang diteliti
kondisi sistem perkerasan yang tersedia. adalah kombinasi antara dua kondisi tanah
6. Material diasumsikan bersifat isotropis, yaitu tanah dasar lunak (E=13,5MPa) dan
homogen dan elastis linear. tanah dasar kaku (E=135MPa).
7. Kondisi batas yang harus didefinisikan Pemodelan pelat dilakukan pada
dalam model adalah tumpuan sendi di perkerasan kaku tunggal sehingga
permukaan bawah tanah dasar dan rol di sambungan (dowel & tie bar) tidak
permukaan luar trotoar (bidang x dan y). dimodelkan. Hasilnya adalah Tanah dasar
Tujuannya adalah untuk mengunci model kaku dengan tepi lunak dan tanah dasar
perkerasan sehingga model tersebut tidak dengan lokasi lunak dan kaku yang acak
memiliki perpindahan pada sumbu x dan secara signifikan meningkatkan tegangan
arah sumbu y. tarik sekitar 30% dibandingkan kondisi
8. Input beban yang digunakan adalah beban tanah dasar lunak yang seragam.
dari konfigurasi sumbu tandem untuk Pemodelan menggunakan program finite
jalan nasional (MST-10). element secara 2-dimensi yaitu
9. Suhu batas pada bagian atas dan bawah ISLAB2000.
perkerasan kaku didefinisikan tetap. 2. Utomo (2017), melakukan penelitian
tentang perilaku perkerasan kaku terhadap
1.5. Keaslian Penelitian
beban kendaraan dan pengaruh temperatur
Penelitian terkait analisis perkerasan yang berada di sekitar perkerasan kaku.
menggunakan pemodelan elemen hingga Analisis dilakukan dengan menggunakan
telah banyak dilakukan oleh para peneliti software SAP2000 dan Abaqus CAE.
sebelumnya. Pada penelitian ini akan 3. William & Shoukry (2001) melakukan
dianalisis respon struktur perkerasan meliputi penelitian guna mengetahui hasil analisis
tegangan, regangan, dan defleksi pada 3 Dimension (3D) Finite Element (FE)
perkerasan kaku menggunakan model pada yang mengkonfirmasi temuan
program komputer Abaqus. Perbedaan Westergaard bahwa tegangan lengkung
mendasar penelitian ini dengan penelitian- pelat tidak tergantung pada panjang pelat.
penelitian sebelumnya ada pada susunan Jadi, tegangan curling tidak menjelaskan
lapisan struktur perkerasan kaku, geometrik ketergantungan yang diamati di lapangan
struktur perkerasan kaku, properti material, dari retak tengah pelat pada panjang pelat.
serta parameter modulus elastisitas tanah 4. Setiawan (2020), melakukan analisis pada
yang digunakan dalam memodelkan kondisi penelitiannya yang menunjukkan bahwa
lapisan tanah dasarbelum pernah digunakan modulus tanah dasar dan suhu yang
pada penelitian sebelumnya. Dengan adanya semakin tinggi menyebabkan tegangan
perbedaan-perbedaan tersebut akan yang lebih tinggi pada perkerasan kaku.
menghasilkan model yang berbeda dari Modulus tanah dasar yang lebih tinggi

3
Naskah Seminar Proposal

menyebabkan defleksi yang lebih kecil, modulus elastisitas pelat. Besar kecilnya
tetapi masih memiliki kurva yang lebih inersia ditentukan oleh ketebalan struktur
signifikan yang bergeser lebih kearah pelat, sedangkan modulus elastisitas
pusat pelat. ditentukan oleh mutu beton pembentuk
5. Xu & Cebon (2017), menyatakan bahwa struktur pelat (Atok et al, 2018).
rongga di bawah pelat beton biasanya
2.1.1. Kuat Tekan Beton
terjadi di sepanjang tepi pelat yang
berdekatan dengan bahu. Rongga di Kuat tekan beton (f’c) yaitu kuat tekan
sepanjang tepi pelat yang berdekatan silinder beton yang disyaratkan pada waktu
dengan bahu menyebabkan tegangan tarik berumur 28 hari (Asroni, 2010).
transversal yang tinggi pada permukaan 2.1.2. Modulus Elastisitas
atas, yang dapat mengakibatkan retak
Modulus elastisitas adalah rasio dari
longitudinal atas-bawah di dekat jalur
tegangan normal tarik atau tekan terhadap
roda luar.
regangan. Modulus elastisitas tergantung
6. Prawesti (2018), melakukan analisis
pada umur beton, sifat-sifat agregat dan
mengenai beban ekuivalen roda tunggal
semen, kecepatan pembebanan, jenis dan
dual-tridem pesawat boeing 777-300ER
ukuran dari benda uji. (Pade et al., 2013).
pada perkerasan kaku dengan metode
elemen hingga. Hasil analisis 2.2. Perkerasan
menunjukkan bahwa hasil respon struktur Menurut Hamirhan (2005) perkerasan jalan
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah adalah bagian dari jalur lalu lintas yang bila
defleksi dan tegangan. kita perhatikan secara strukturil pada
II. TINJAUAN PUSTAKA penampang melintang jalan, merupakan
penampang struktur dalam kedudukan yang
2.1. Pelat Beton Bertulang
paling sentral dalam suatu badan jalan.
Pelat adalah suatu struktur solid tiga dimensi Berdasarkan bahan pengikat yang terdapat
yang mempunyai tebal lebih kecil pada perkerasan jalan, jenis perkerasan dapat
dibandingkan dengan dimensi lainnya (I. dibagi dalam beberapa tipe yaitu (Sukirman,
Katili, 2003). Menurut (Timoshenko & 1999):
Woinowski, 1974) pelat adalah struktur
2.2.1. Perkerasan Lentur
bidang datar yang semula bidang tengah dan
setelah mengalami beban tegak lurus Menurut Sukirman (1999) konstruksi
padanya atau momen lentur akan mengalami perkerasan lentur yaitu perkerasan yang
lenturan. Menurut (Wang et al., 1985) menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
berdasarkan perbandingan antara panjang Lapisan-lapisan perkerasan bersifat memikul
dan lebar, pelat dapat di klasifikasikan dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
menjadi dua macam, yaitu pelat satu arah jika dasar. Konstruksi perkerasan lentur terdiri
perbandingannya lebih besar atau sama dari lapisan-lapisan yang diletakan diatas
dengan dua dan pelat dua arah jika tanah dasar yang telah dipadatkan.
perbandingan lebih kecil daripada dua.
Kekakuan struktur pelat ditentukan oleh dua
variabel, diantaranya inersia pelat dan

4
Naskah Seminar Proposal

nilai modulus of subgrade reaction (k)


yang berbanding lurus dengan defleksi
yang terjadi pada pelat. Pengukuran di
lapangan menggunakan nilai CBR.
Lapisan ini direkomendasikan memiliki
Gambar 2.1. Lapisan perkerasan lentur (Manual
sebaran nilai modulus yang seragam.
Desain Perkerasan, 2017) 2. Lapisan subbase biasanya berisi material
granular yang dipadatkan. Lapisan ini
2.2.2. Perkerasan Kaku
memiliki fungsi untuk memberikan
Menurut Manual Desain Perkerasan (2017), dukungan yang seragam sekaligus
perkerasan kaku (beton semen) merupakan meningkatkan nilai modulus of subgrade
konstruksi perkerasan dengan bahan baku reaction (k). Selain itu, digunakan juga
agregat dan menggunakan semen sebagai sebagai dasar dari platform kerja untuk
bahan pengikatnya, sehingga mempunyai konstruksi diatasnya.
tingkat kekakuan yang relatif cukup tinggi 3. Lapisan subdrainage merupakan lapisan
khususnya bila dibandingkan dengan khusus di bawah lapisan pelat beton yang
perkerasan aspal (perkerasan lentur), berfungsi untuk membantu mengalirkan
sehingga dikenal dan disebut sebagai aliran air keluar dari lapisan perkerasan
perkerasan kaku atau rigid pavement. dengan cepat karena air dapat
mempercepat kerusakan dari struktur
perkerasan.
4. Lapisan lean concrete berfungsi sebagai
lapisan platform kerja sebelum lapisan
Gambar 2.2. Lapisan perkerasan kaku (Manual perkerasan kaku dikerjakan. Biasanya
Desain Perkerasan, 2017) menggunakan mutu beton yang lebih
Perkerasan kaku memiliki kekakuan yang rendah dibanding lapisan perkerasan
besar sehingga dapat mendistribusikan beban kaku.
dalam daerah yang relatif luas hingga ke 5. Lapisan perkerasan beton sebagai lapisan
tanah dasar (Rahmat et al, 2017). Hal ini yang pertama yang menopang dari beban
membuat standar dalam penentuan mutu kendaraan yang lewat. Pada layer
beton perkerasan adalah nilai kuat lentur. permukaan teratas perkerasan diberi
Kuat lentur adalah kemampuan beton yang draisane permukaan sehingga air yang
diletakkan pada dua perletakan untuk mengalir di permukaan segera dialirkan
menahan gaya dengan arah tegak lurus keluar sistem perkerasan.
sumbu benda uji, yang diberikan padanya,
sampai benda uji patah (Pane et al, 2015).
Menurut Delatte (2008), berdasarkan
fungsinya, susunan lapisan perkerasan kaku
memiliki lapisan sebagai berikut:
1. Lapisan subgrade merupakan lapisan asli
dari tanah tempat perkerasan berada. Gambar 2.3. Lapisan perkerasan kaku (Delatte,
Kualitas dari lapisan ditunjukkan oleh 2008)

5
Naskah Seminar Proposal

Menurut Suryawan (2008), lapisan (A), Panjang (L) dan Inersia (I). (Suhendro,
perkerasan kaku diklasifikasikan menjadi 2000).
dua yaitu:
3.1.1. Elemen Segi Empat (BDR)
1. Perkerasan kaku dengan dowel dan tie
bar. Jika diperlukan dapat digunakan Elemen segi empat atau Bilinear
wiremesh dengan penggunaannya Displacement Triangle (BDR) memiliki
independen terhadap adanya tulangan keunikan tersendiri dalam memecahkan
dowel. solusi yang menggunakan metode elemen
2. Perkerasan kaku menerus dengan hingga. Guna mengembangkan matriks
prosentase besi yang relatif banyak dan kekakuan elemen segi empat, maka
tidak ada siar kecuali untuk pelaksanaan digunakan sistem “dimensionless centroidal
konstruksi dan siar muai. coordinates” yakni ξ dan η.

2.2.3. Perkerasan Komposit


Perkerasan komposit merupakan perkerasan
kaku yang dikombinasikan dengan
perkerasan lentur (Flintsch, 2008).

Gambar 3.1. Elemen segi empat (Suhendro, 2000)

Polinomial bilinear dalam ξ dan η untuk u


Gambar 2.4. Lapisan perkerasan komposit
dan v diambil dari “The Assumed
(Flintsch, 2008) Displacement Field” maka:
u = a1 + a2 ξ + a3 η + a 4 ξη (3-1)
III. LANDASAN TEORI
v = a 5 + a6 ξ + a7 η + a 8 ξη (3-2)
3.1. Metode Elemen Hingga
Selanjutnya, parameter nondimensional a1, a2,
Metode Elemen Hingga adalah metode
…, a8 akan dinyatakan dalam fungsi nodal
numerik untuk mendapatkan solusi
degrees of freedom di titik nodal u, j, k, dan ℓ
permasalahan diferensial, baik persamaan
(Suhendro, 2000).
diferensialmaupun persamaan diferensial
parsial. Saat ini Metode Elemen Hingga 3.1.2. Elemen Pelat Lentur
merupakan salah satu metode numerik paling Menurut Widodo, (2008), pelat merupakan
serbaguna untuk memecahkan masalah suatu struktur solid tiga dimensi dengan
dalam domain kontinum (Hajar & Pathur bidang lurus, datar (tidak melengkung) dan
Razi, 2018). Bentuk fisik dan materi tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan
penyusun suatu elemen tersebut dengan dimensinya yang lain. Suhendro
menggambarkan totalitas dari sifat elemen (2000) menyatakan bahwa bila struktur tipis
tersebut atau disebut juga kekakuan elemen. (a>> t; b >> t), dan beban luar bekerja
Sebuah struktur mempunyai Modulus Elastis berarah tegak lurus bidang strukturnya
(E), Modulus Geser (G), Luas Penampang disebut plate bending (pelat lentur).

6
Naskah Seminar Proposal

Gambar 3.2. Elemen pelat lentur (Suhendro, 2000) Gambar 3.3. Elemen persegi solid 8 node
(Suhendro, 2000)
Pada kondisi tanah linier elastis, maka dapat
dimodelkan sebagai pegas aksial, maka The Bentuk persegi beraturan elemen
Assumed Displacement Field yang hexahedral dapat disebut juga sebagai
digunakan antara lain (Suhendro, 2000): Rectangular Solid Element (RS-8) dimana
menurut (Suhendro, 2000), elemen RS8
𝑤 = 𝑎 + 𝑎 𝑥 + 𝑎 𝑦 + 𝑎 𝑥 + 𝑎 𝑥𝑦 + 𝑎 𝑦 +
mempunyai matriks kekakuan berorde
𝑎 𝑥 + 𝑎 𝑥 𝑦 + 𝑎 𝑥𝑦 + 𝑎 𝑦 + 𝑎 𝑥 𝑦 +
𝑎 𝑥𝑦 (3.3) 24x24.
( )
𝑘 = ∭ [𝐵] [𝐸] [𝐵] 𝑑𝑉 (3.5)
Matriks kekakuan untuk elemen pelat lentur
segi empat oleh Suhendro (2000) adalah 3.2. Modulus Elastisitas Beton
sebagai berikut: Modulus elastisitas atau Young Modulus
[𝑘𝑙] = [𝑘] (3.4) adalah ukuran kekakuan dari suatu material
tertentu (Soleman, 2005). Modulus ini dalam
dengan, aplikasi rekayasa didefinisikan sebagai
σ = Tegangan (MPa) perbandingan tegangan yang bekerja pada
E = Modulus Elastisitas Beton (MPa) sebuah material dengan regangan yang
ε = Regangan (mm) dihasilkan. Secara lebih rinci, modulus ini
υ = Poisson Ratio adalah suatu angka limit untuk regangan-
K = Matriks Kekakuan Sumbu Global regangan kecil yang terjadi pada bahan yang
D = Flexural Rigidity of Plate proporsional dengan pertambahan tegangan.
t = Tebal Pelat (mm)
3.1.3. Elemen Solid 3D
Suatu elemen solid tiga dimensi (3-
Dimensional (3D) Solid) merupakan elemen
yang paling umum karena semua variabel
bidang tergantung dari x, y dan z
(Suhendro, 2000). Elemen 3D Solid juga
dapat memiliki bentuk yang tidak beraturan,
sifat material dan kondisi batas dalam ruang, Gambar 3.4. Kurva Tegangan – Regangan (Wang et
sehingga ada enam komponen tegangan al, 1985)
yaitu tiga tegangan normal dan tiga tegangan Mengacu pada SNI 2847:2019, nilai Ec
geser yang perlu dipertimbangkan. untuk beton normal dapat diambil sebesar:

7
Naskah Seminar Proposal

𝐸 = 4700 𝑓’𝑐 (3-6) (k) dihitung menggunakan formula dan


Ec = Modulus Elastisitas Beton (MPa) grafik berdasarkan ketentuan CBR tanah
f’c = Kuat Tekan Beton (MPa) dasar yaitu:
×
𝑘 = (3-8)
3.3. Hukum Hooke ,
k = modulus of subgrade reaction (pci)
Hubungan tegangan dan regangan untuk
CBR = rasio perbandingan nilai kepadatan
bahan struktur yang elastis linier
tanah (%)
dinyatakan sebagai berikut:
Koreksi nilai k, menggunakan grafik
𝜎= 𝐸𝜀 (3-7)
sebagai berikut:
σ = Tegangan (MPa)
E = Modulus Elastisitas Beton (MPa)
ε = Regangan (mm)
3.4. Poisson Ratio
Kondisi dimana beton mengalami desakan,
memendek pada arah memanjang atau aksial
dan mengalami pengembangan arah melebar
atau lateral (Sutrisno, 2009). Perbandingan
antara regangan arah melebar dan arah
memanjang dikenal sebagai poisson ratio.
𝑣 = − 𝜀’/𝜀 (3-8) Gambar 3.6. Grafik Correction of Effective
Modulus of Subgrade Reaction for
υ = Poisson Ratio
Potential Loss Subbase Support
ε = Regangan Lateral (mm)
ε’ = Regangan Aksial (mm) (AASHTO, 1993)
Tabel 3.1. Loss of Support Factor (AASHTO, 1993)

3.6. Distribusi Tegangan Boussinesq

Gambar 3.5. Regangan lateral dan aksial pada beton Solusi yang dikemukakan oleh Boussinesq
yang diberi gaya tekan (Sutrisno, untuk distribusi tegangan yang dihasilkan
2009) dari beban. Ini didasarkan pada asumsi
3.5. Koefisien Reaksi Tanah Dasar bahwa media tanah yang digunakan memiliki
sifat isotropik, homogen, dan linier-elastis.
Koefisien reaksi tanah dasar (coeficient of
Menurut Sadek and Shahrour (2007), dalam
subgrade reaction) merupakan nilai
rekayasa geoteknik, solusi ini umumnya
perbandingan tekanan tanah dengan
digunakan bersama-sama dengan hubungan
penurunan yang terjadi, yang ditentukan dari
konstitutif semi-empiris untuk penentuan
uji beban pelat. Jika merujuk pada AASHTO
penurunan tanah akibat penerapan beban
(1993), nilai modulus of subgrade reaction
8
Naskah Seminar Proposal

permukaan seperti pondasi dan timbunan. tengah pelat di bawah area beban melingkar
Pendekatan konvensional dalam desain berjari-jari a adalah sebagai berikut:
perkerasan jalan juga didasarkan pada 𝜎 =
( )
𝑙𝑛 + 0,6159 (3-10)
elastisitas linier.
Dimana 𝑙 adalah radius kekakuan relatif.
𝑏 = 𝑎 ketika 𝑎 ≥ 1,724ℎ (3-11)
𝑏 = 1,6𝑎 + ℎ − 0,675ℎ ,𝑎 < 1,724ℎ (3-12)

Gambar 3.8. Ilustrasi interior loading


(Westergaard, 1926)

3.7.2. Corner Loading


Formula Goldbeck (1919) dan Older (1924)
dalam Huang (2004) adalah yang paling awal
untuk digunakan dalam desain perkerasan
beton. Rumus ini didasarkan pada beban
terpusat (P) yang diterapkan pada sudut pelat.
Ketika beban diterapkan di bagian sudut
Gambar 3.7. Grafik distribusi tegangan di bawah tertentu, tegangan pada pelat simetris
beban persegi panjang (Sadek and
terhadap diagonal. Untuk penampang pada
Shahrour, 2007)
jarak ‘x’ dari sudut, momen lentur adalah Px
3.7. Pembebanan Westergaard dan lebar penampang adalah 2x.
Pembebanan pada penelitian ini 𝜎 = = (3-13)
( )
berlandaskan teori yang dikemukakan oleh
Untuk pengaplikasian beban yang berbentuk
Westergaard (1926) pada Huang (2004).
bulat di sudut pelat, karena penampang
Dalam penelitian yang akan dilakukan,
tegangan maksimum tidak mendekati sudut,
peneliti akan menggunakan closed-form
gaya reaktif total tanah dasar cukup besar dan
formulas yang telah dikemukakan oleh
tidak dapat diabaikan. Atas dasar tersebut,
Westergaard (1926) pada Huang (2004).
maka Westergaard melakukan successive
Closed-form formulas hanya berlaku untuk
approximations dan menghasilkan formula
pelat yang sangat besar dengan beban roda
di bawah ini.
tunggal yang diterapkan di dekat sudut, di ,

bagian dalam pelat pada jarak yang cukup 𝜎 = 1− (3-14)
jauh dari tepi mana pun, dan dekat tepi jauh
dan,
dari sudut mana pun.

∆ = 1,1 − 0,88 (3-15)
3.7.1. Interior Loading
Westergaard (1926) dalam Huang (2004)
merumuskan untuk tegangan di bagian

9
Naskah Seminar Proposal

terlalu besar. Hal tersebut menyerupai


tegangan dan defleksi yang bekerja pada
perkerasan lentur. Oleh karena itu, untuk
beban total tertentu, area melingkar yang jauh
lebih besar harus digunakan untuk perkerasan
kaku. Jika Pd adalah beban pada satu ban dan
Gambar 3.9. Ilustrasi corner loading (Westergaard,
q adalah tekanan kontak, luas masing-masing
1926)
ban adalah sebagai berikut:
3.7.3. Edge Loading = 𝜋(0,3𝐿) + (0,4𝐿)(0,6𝐿) = 0,5227𝐿 (3-20)
Westergaard (1948) dalam Huang (2004), sehingga,
terdapat penelitian yang menghasilkan
𝐿= (3-21)
sebuah solusi umum untuk tegangan dan ,

defleksi maksimum yang dihasilkan oleh area Luas dari lingkaran equivalen yaitu,
,
elips dan semielips yang ditempatkan di tepi 𝑎=
,
+ (3-22)
,
pelat.
𝜎 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 =
,
4 log + 0,666 − 0,034 (3-16)
𝜎 𝑠𝑒𝑚𝑖 − 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 =
,
4 log + 0,282 + 0,650 (3-17)
∆ 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 =
,
1 − 0,82 (3-18)
∆ 𝑠𝑒𝑚𝑖 − 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 =
,
1 − 0,349 (3-19)
Gambar 3.11. Ekuivalensi bidang kontak persegi
roda ganda (Huang, 2004)

3.8. Beban Kendaraan


Muatan sumbu merupakan tekanan roda dari
satu sumbu kendaraan yang didistribusikan
pada perkerasan. Muatan sumbu terberat
Gambar 3.10. Ilustrasi edge loading (Westergaard,
1926) (MST) merupakan jumlah tekanan maksmum
roda kendaraan terhadap perkerasan.
3.7.4. Beban pada Roda Ganda
Beban/muatan sumbu kendaraan terdiri dari
Semua closed-form formulas yang disajikan beban sumbu, berat total kendaraan dan
sejauh ini didasarkan pada luasan beban konfigurasi sumbu dari setiap jenis
melingkar. Ketika sebuah beban diterapkan kendaraan yang sesuai yang ditetapkan oleh
pada sepasang roda ganda, perlu untuk Bina Marga. Dalam desain perkerasan, beban
mengubahnya menjadi luas lingkaran, lalu lintas dikonversi ke beban standar
sehingga persamaan berdasarkan luas (Equivalent Standard Axle, ESA) dengan
lingkaran yang dimuat dapat diterapkan. Jika menggunakan Faktor Ekivalen Beban
beban total sama tetapi luas bidang kontak (Vehicle Damage Factor). Analisis struktur
lingkaran sama dengan roda ganda, maka perkerasan dilakukan berdasarkan jumlah
tegangan dan defleksi yang dihasilkan akan kumulatif ESA pada lajur rencana sepanjang

10
Naskah Seminar Proposal

umur rencana. Desain yang akurat


memerlukan perhitungan beban lalu lintas
yang akurat pula. Studi atau survei beban
gandar yang dirancang dan dilaksanakan
dengan baik merupakan dasar perhitungan
ESA yang andal.
Tabel 3.1. Muatan sumbu kendaraan (Manual
Perkerasan Jalan dengan alat Berkelman Gambar 3.12. Tampilan Abaqus CAE 6.14
(Dokumen Pribadi, 2022)
beam 01/MN/BM/83)
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian
Lokasi dilaksanakannya penelitian adalah
pada Jalan Trengguli (Batas Kab. Demak –
Batas Kab. Jepara) STA 34+150 hingga STA
34+400. Objek yang menjadi fokus
penelitian adalah struktur perkerasan kaku
yang terletak di STA 34+150.

3.9. Program Komputer


Abaqus merupakan salah satu program
computer-aided engineering (CAE) milik
3DS Dassault Systems. Secara umum,
Gambar 4.1. Lokasi Penelitian (Google Maps,
program Abaqus dapat mensimulasikan
2022)
rekayasa yang didasarkan pada metode
elemen hingga, yang dapat memecahkan Menurut keterangan pihak Bina Marga
masalah mulai dari analisis linier relatif PUPR Jawa Tengah yang didapat dari
sederhana sampai simulasi nonlinier yang wawancara secara langsung, jalan eksisting
kompleks dan dapat memodelkan perilaku mengalami banyak kerusakan akibat beban
material rekayasa, termasuk logam, karet, yang berlebih dikarenakan jalan tersebut
polimer, komposit, beton bertulang, busa merupakan penyambung ekonomi utama
yang lentur dan kuat, serta bahan geoteknik antara Kab. Demak dan Kab. Jepara dimana
seperti tanah dan batuan. kedua kabupaten tersebut termasuk
kabupaten dengan industri pabrik terbesar di
Jawa Tengah.
4.2. Prosedur Penelitian
Secara umum, proses penelitian ini meliputi:

11
Naskah Seminar Proposal

1. Identifikasi masalah, perumusan masalah, sumbu dan beban kendaraan, serta data-
perumusan tujuan dan batasan penelitian. data tambahan lain dari berbagai literatur.
Pada tahap awal penelitian, dilakukan 4. Tahap Pemodelan yang akan dilakukan
identifikasi permasalahan bersamaan adalah sebagai berikut,
dengan kajian literatur agar latar belakang a. Pemodelan pada penelitian ini
penelitian dapat di rumuskan. Pada bagian digunakan tinjauan secara global,
latar belakang dijabarkan tentang struktur perkerasan kaku dimodelkan
fenomena, permasalahan, dan research dengan elemen solid tiga dimensi yang
gap sebagai dasar pentingnya penelitian terdiri dari slab, lean concrete, dan
ini dilakukan. Setelah permasalahan lapisan tanah dasar (subgrade). Slab
teridentifikasi, dilakukan perumusan dibagi menjadi 6 bagian, 2 bagian slab
maksud dan tujuan penelitian, serta disambung secara transversal (searah
penetapan hal-hal yang menjadi batasan sumbu-x) dan 3 bagian disambung
dalam penelitian. secara longitudinal (searah sumbu-y).
2. Kajian literatur dilaksanakan dengan Slab bersifat unbounded dengan
tujuan agar didapatkan informasi yang lapisan lean concrete, karena adanya
relevan terkait topik yang akan diteliti, penambahan plastic sheet diantara
teori-teori yang menjadi landasan slab dan lean concrete. Bidang kontak
penelitian, serta kedalaman pengetahuan beban roda kendaraan dimodelkan
peneliti terkait masalah yang akan diteliti. dalam bentuk persegi (rectangular)
Literatur yang dikaji pada penelitian ini dengan konfigurasi sumbu dan roda
yaitu mengenai konsep dan perancangan kendaraan golongan 6 (2 sumbu).
perkerasan kaku (rigid pavement), teori Karena keterbatasam sumber daya
pemadatan tanah, metode elemen hingga yang tersedia, koneksi antara pelat
(finite element method), dan program dibuat menggunakan dowel dengan
komputer Abaqus/CAE. Pustaka atau beam design.
literatur yang dikaji berasal dari berbagai b. Kondisi batas merupakan batasan-
sumber, seperti buku, artikel ilmiah, batasan yang harus diterapkan pada
publikasi penelitian sebelumnya baik model agar perilaku elemen dapat
dalam bentuk jurnal, tesis, maupun mewakili kondisi sebenarnya,
disertasi, serta dari peraturan, standar, atau sehingga perhitungan dapat diproses
pedoman. oleh software secara tepat. Kondisi
3. Pengumpulan data-data sekunder yang batas yang digunakan pada pemodelan
digunakan dalam penelitian ini berupa adalah kondisi batas terkait perilaku
data geometrik dan material properties mekanis yang menyebabkan
struktur perkerasan kaku ruas Jalan displacement pada elemen, antara lain:
Trengguli (Batas Kab. Demak – Batas - Sendi pada permukaan bawah
Kab. Jepara). Peneliti juga melakukan lapisan tanah dasar.
wawancara kepada pihak Bina Marga - Rol pada permukaan sisi terluar
PUPR Jawa Tengah terkait dengan slab (bidang arah-x dan arah-y),
kondisi perkerasan kaku eksisting. Selain hal ini bertujuan agar slab tidak
itu, digunakan juga data konfigurasi

12
Naskah Seminar Proposal

mengalami displacement searah


sumbu-x dan sumbu-y.
Karena penelitian ini ingin meninjau
pengaruh perbedaan modulus elastisitas
lapisan tanah dasar (subgrade) terhadap
tegangan pada perkerasan kaku, maka
ditetapkan model dengan beberapa variasi
Gambar 4.5. Variasi Non-Uniform Lane 1
kondisi modulus elastisitas lapisan tanah
dasar. Kondisi modulus elastisitas tanah
akan dikorelasikan dengan nilai CBR,
kemudian dari nilai CBR dapat diperoleh
nilai modulus elastisitas yang akan
dijadikan sebagai input material
properties pada lapisan tanah dasar. Nilai
modulus elastisitas tanah tersebut
Gambar 4.6. Variasi Non-Uniform Lane 2
diterapkan pada variasi nilai subgrade
seperti yang ditampilkan sebagai berikut,

Gambar 4.7. Variasi Non-Uniform Half 1

Gambar 4.2. Variasi Uniform-1

Gambar 4.8. Variasi Non-Uniform Half 2

Gambar 4.3. Variasi Uniform-2

Gambar 4.9. Variasi Non-Uniform Edge

Gambar 4.4. Variasi Uniform-3

13
Naskah Seminar Proposal

4.3. Alat Penelitian


Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah laptop/komputer dengan aplikasi
software Abaqus. Alat utama yang digunakan
pada penelitian ini adalah perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (sofware)
Gambar 4.10. Variasi Non-Uniform Quadrant komputer. Adapun perangkat keras yang
digunakan adalah komputer (laptop) dengan
5. Analisis respon struktur didapatkan dari
spesifikasi sebagai berikut:
hasil pemodelan, kemudian dilakukan
a. Merk : HP Pavilion / Gaming 15
analisis respon struktur seperti tegangan,
b. Processor : Intel Core i7
regangan, dan defleksi yang terjadi pada
c. VGA : NVIDIA GeForce GTX 1650
struktur perkerasan kaku setelah dibebani
d. Kapasitas RAM : 16 GB
roda kendaraan. Hasil tegangan, regangan,
e. Kapasitas Hardisk : 1 TB
dan defleksi maksimum yang terjadi pada
f. Mouse : Logitech G15
model slab dan dowel-tie bar kemudian
g. Printer : HP Ink Tank 315
dibandingkan dengan kapasitas izin
Sedangkan peragkat lunak komputer yang
material.
digunakan adalah sebagai berikut:
6. Kesimpulan dan saran penelitian diambil
a. Sistem operasi : Microsoft Windows 11
berdasarkan dari hasil analisis model yang
b. Analisis struktur : Abaqus/CAE V6.14
telah dibuat. Kesimpulan merupakan
c. Pengolahan data : Microsoft Excel 2016
jawaban dari rumusan masalah dan tujuan
d. Penulisan laporan : Microsoft Word 2016
penelitian yang telah ditetapkan pada
BAB I. 4.4. Parameter Pemodelan
4.4.1. Parameter Geometrik
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas
Bina Marga PUPR Jawa Tengah, desain
perkerasan kaku untuk ruas Jalan Trengguli
(Batas Kab. Demak – Batas Kab. Jepara)
adalah sebagai berikut:

Gambar 4.12. Denah pelat dan penulangan


perkerasan kaku Jalan Trengguli
Gambar 4.11. Alur Penelitian (Dinas BM PUPR Jawa Tengah)

14
Naskah Seminar Proposal

Gambar 4.13. Detail potongan sambungan Gambar 4.14. Detail potongan sambungan susut
memanjang perkerasan kaku dengan melintang dengan dowel (Dinas BM
tie bar (Dinas BM PUPR Jawa Tengah) PUPR Jawa Tengah)

4.4.2. Parameter Material


Karakter material penyusun perkerasan kaku
pada Proyek Peningkatan Ruas Jalan
Trengguli (Batas Kab. Demak – Batas Kab.
Jepara) berbeda-beda antar lapisan, sehingga
diperlukan nilai setiap material. Besarnya
nilai material didapatkan dari Dinas Bina
Marga PUPR Jawa Tengah, standar material
dari spesifikasi yang berlaku, jurnal
penelitian terdahulu dan buku lainnya.
4.5. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut,

V.DAFTAR PUSTAKA Atok, Dominikus K. I., Ramang, Ruslan, &


Simatupang, Partogi H. (2018). Studi
AASHTO 1993, Guide for Design Of
Parametrik Beton Bertulang Dua Arah.
Pavement Structures. AASHTO,
Jurnal Teknik Sipil, 8(1).
Washington, DC.
American Concrete Pavement Association.
Aly, M. A. (2004) ‘Teknologi Perkerasan
(2007). Subgrades and Subbases for
Jalan Beton-Semen’. Jakarta: Yayasan
Concrete Pavements. Concrete Paving
Pengembang Teknologi dan Manajemen.
Technology, TB011. P.
Asroni, A. 2010. Balok dan Pelat Beton
Aulia, R., Yulvi, Z. and Eko Andi, S. (2014)
Bertulang. Graha Ilmu, Yogyakarta.
‘PERBANDINGAN MODULUS REAKSI

15
Naskah Seminar Proposal

SUBGRADE BERDASARKAN UJI CBR Pade, M. M. M. et al. (2013) ‘Pemeriksaan


TERHADAP HASIL UJI BEBAN PELAT Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beton
(STUDI KASUS: PERENCANAAN Beragregat Kasar Batu Ringan Ape Dari
PERKERASAN KAKU)’, Jurnal Kepulauan Talaud’, Jurnal Sipil Statik, 1(7),
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 1(1). pp. 479–485.
Brand, A. S., Roesler, J., Chavan, H. L., & Pane, F. P. et al. (2015) ‘Pengujian Kuat
Evangelista, F. J. (2013). Effects of a Non- Tarik Lentur Beton dengan Varasi Kuat
Uniform Subgrade Support on the Response Tekan Beton’, Jurnal Sipil Statik, 3(5), pp.
of Concrete Pavement. 313–321.
Budi Utomo, W. (2017) ANALISIS RIGID Prawesti, P. (2018) ANALISIS BEBAN
PAVEMENT DENGAN METODE FINITE EKUIVALEN RODA TUNGGAL
ELEMENT. Yogyakarta: FT UGM. DUALTRIDEM PESAWAT BOEING 777-
300ER PADA PERKERASAN KAKU
Delatte, N. (2008). Concrete Pavement
DENGAN METODE ELEMEN HINGGA.
Design, Construction, and Performance.
Yogyakarta: MSTT UGM.
United States of America: Taylor & Francis.
Rahmat, Hendriyani, Irna, Pratama, Ryandi
Flintsch, G. W. (2008) ‘CONTRACT
Dito (2017) ‘KAJIAN KUAT LENTUR
REPORT VTRC 09-CR2 COMPOSITE
BETON PADA PERKERASAN KAKU
PAVEMENT SYSTEMS : SYNTHESIS OF
JALAN TOL BALIKPAPAN-
DESIGN AND CONSTRUCTION
SAMARINDA’, Media Ilmiah Teknik Sipil,
PRACTICES Center for Safe and
6(1), 50-60.
Sustainable Infrastructure’, Virgina
Polytechnic Institute. Sadek, M. and Shahrour, I. (2007) ‘Use of
the Boussinesq solution in geotechnical and
Hardiyatmo, H. C. (2015) Perancangan
road engineering: influence of plasticity’,
Perkerasan Jalan dan Penyelidikan Tanah.
Comptes Rendus - Mecanique, 335(9–10),
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
pp. 516–520. doi:
Hajar, I. and Pathur Razi, A. (2018) Metode 10.1016/j.crme.2007.08.007.
Elemen Hingga. Banjarmasin:
Saffar, A. K. K. Al, Behaya, S. A. M.,
UNIVERSITAS LAMBUNG
Jassim, H. S. H., & Ajam, H. K. K. (2021).
MANGKURAT.
Empirical Equation Correlate California
Huang, Y. H. (2004) Pavement Analysis and Bearing Ratio (CBR) with Dry Density for
Design, Second Edition. United States of Granular Soil. Academia.Edu, 10(07), 300–
America: Pearson Prentice Hall. 303.
Katili, I. (2004). Metode Elemen Hinggan Setiawan, D. M. (2020) ‘The role of
untuk Pelat Lentur. UI-Press temperature differential and subgrade
Manual Desain Perkerasan (2017) quality on stress, curling, and deflection
‘MANUAL PERKERASAN JALAN behavior of rigid pavement’, Journal of the
(Revisi Juni 2017)’, pp. 1–34. Mechanical Behavior of Materials, 29(1),
pp. 94–105. doi: 10.1515/jmbm-2020-0010.

16
Naskah Seminar Proposal

Simulia. (2014). Getting Started With Company. doi: 10.1016/0006-


Abaqus: Interactive Edition (6.14). 8993(74)902789.
Dassault Systems Simulia Corp.
Utomo, V. P., Surjandari, N. S., & Yulianto,
SNI 1725:2016 (2016) ‘Pembebanan Untuk B. (2017). Analisis Lendutan Perkerasan
Jembatan’, Badan Standarisasi Nasional, Kaku Pada Pembebanan Sudut Dengan
pp. 1–63. Metode Elemen Hingga. Jurnal Muara Sains,
Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan,
SNI 2847:2019 (2019) ‘Persyaratan Beton
1(1), 142–149.
Struktural Untuk Bangunan Gedung’, (8).
Vishwakarma, R. J., & Ingle, R. K. (2020).
Soleman, Y. (2005) ‘Evaluasi Modulus
Effect of non-uniform soil subgrade on
Elastisitas Beton ( Ec ) berdasarkan Analisis
critical stresses in concrete pavement.
Karakteristik Agregat’, Aggregate
Lecture Notes in Civil Engineering, 45, 805–
Characteristic Analysis Based Modulus of
817.
Elasticity of Concrete Evaluation, (Gambar
1), p. 1. Wang, C., Salmon, C. G. and Hariandja, B.
(1985) ‘Desain Beton Bertulang’. Bandung:
Suhendro, B. (2000) Metode Elemen Hingga
Erlangga.
dan Aplikasinya. Yogyakarta: Fakultas
Teknik UGM. Widodo, S. (2008) STRUKTUR BETON I.
Yogyakarta: FT UNY.
Sukirman, S. (1999). Perkerasan Jalan
Raya. Penerbit Nova. Xu, C., & Cebon, D. (2017). Foundation
Voiding in Jointed Plain Concrete
Sukirman, S. (2010). Perencanaan Tebal
Pavements. Journal of Engineering
Struktur Perkerasan Lentur. Penerbit Nova.
Mechanics.
Suryawan, A. (2016). Perkerasan Jalan
William, G. W. and Shoukry, S. N. (2001)
Beton Semen Portland (Rigid Pavement).
‘3D Finite Element Analysis of
Yogyakarta: Beta Offset.
Temperature‐Induced Stresses in Dowel
Sutrisno (2009) TINJAUAN MODULUS Jointed Concrete Pavements’, International
ELASTISITAS dan POISSON RATIO BETON Journal of Geomechanics, 1(3), pp. 291–
SERAT PERFORMA TINGGI DENGAN 307. doi: 10.1061/(asce)1532-
PENAMBAHAN SILICA FUME, FLY ASH 3641(2001)1:3(291).
dan SERAT BAJA. Surakarta: FT UNS.
Timoshenko and Woinowski (1974) Theory
of Plates and Shells, Brain Research. United
States of America: McGraw-Hill Book

17
Naskah Seminar Proposal

VI. LAMPIRAN

18
Naskah Seminar Proposal

19
Naskah Seminar Proposal

20

Anda mungkin juga menyukai