1
Naskah Seminar Proposal
2
Naskah Seminar Proposal
CAE 6.14 dengan model 3d Linier Static penelitian sebelumnya. Adapun penelitian
Analysis Plate on Elastic Foundation. terkait yang sudah pernah dilakukan:
Model dari software tersebut terdiri dari 1. Brand et al (2013), menganalis beberapa
empat elemen yaitu pelat beton kasus dukungan tanah dasar yang tidak
perkerasan, lean concrete, pelat beton seragam memiliki dampak pada tegangan
eksisting dan subgrade sesuai dengan tarik di pelat. Kondisi tanah yang diteliti
kondisi sistem perkerasan yang tersedia. adalah kombinasi antara dua kondisi tanah
6. Material diasumsikan bersifat isotropis, yaitu tanah dasar lunak (E=13,5MPa) dan
homogen dan elastis linear. tanah dasar kaku (E=135MPa).
7. Kondisi batas yang harus didefinisikan Pemodelan pelat dilakukan pada
dalam model adalah tumpuan sendi di perkerasan kaku tunggal sehingga
permukaan bawah tanah dasar dan rol di sambungan (dowel & tie bar) tidak
permukaan luar trotoar (bidang x dan y). dimodelkan. Hasilnya adalah Tanah dasar
Tujuannya adalah untuk mengunci model kaku dengan tepi lunak dan tanah dasar
perkerasan sehingga model tersebut tidak dengan lokasi lunak dan kaku yang acak
memiliki perpindahan pada sumbu x dan secara signifikan meningkatkan tegangan
arah sumbu y. tarik sekitar 30% dibandingkan kondisi
8. Input beban yang digunakan adalah beban tanah dasar lunak yang seragam.
dari konfigurasi sumbu tandem untuk Pemodelan menggunakan program finite
jalan nasional (MST-10). element secara 2-dimensi yaitu
9. Suhu batas pada bagian atas dan bawah ISLAB2000.
perkerasan kaku didefinisikan tetap. 2. Utomo (2017), melakukan penelitian
tentang perilaku perkerasan kaku terhadap
1.5. Keaslian Penelitian
beban kendaraan dan pengaruh temperatur
Penelitian terkait analisis perkerasan yang berada di sekitar perkerasan kaku.
menggunakan pemodelan elemen hingga Analisis dilakukan dengan menggunakan
telah banyak dilakukan oleh para peneliti software SAP2000 dan Abaqus CAE.
sebelumnya. Pada penelitian ini akan 3. William & Shoukry (2001) melakukan
dianalisis respon struktur perkerasan meliputi penelitian guna mengetahui hasil analisis
tegangan, regangan, dan defleksi pada 3 Dimension (3D) Finite Element (FE)
perkerasan kaku menggunakan model pada yang mengkonfirmasi temuan
program komputer Abaqus. Perbedaan Westergaard bahwa tegangan lengkung
mendasar penelitian ini dengan penelitian- pelat tidak tergantung pada panjang pelat.
penelitian sebelumnya ada pada susunan Jadi, tegangan curling tidak menjelaskan
lapisan struktur perkerasan kaku, geometrik ketergantungan yang diamati di lapangan
struktur perkerasan kaku, properti material, dari retak tengah pelat pada panjang pelat.
serta parameter modulus elastisitas tanah 4. Setiawan (2020), melakukan analisis pada
yang digunakan dalam memodelkan kondisi penelitiannya yang menunjukkan bahwa
lapisan tanah dasarbelum pernah digunakan modulus tanah dasar dan suhu yang
pada penelitian sebelumnya. Dengan adanya semakin tinggi menyebabkan tegangan
perbedaan-perbedaan tersebut akan yang lebih tinggi pada perkerasan kaku.
menghasilkan model yang berbeda dari Modulus tanah dasar yang lebih tinggi
3
Naskah Seminar Proposal
menyebabkan defleksi yang lebih kecil, modulus elastisitas pelat. Besar kecilnya
tetapi masih memiliki kurva yang lebih inersia ditentukan oleh ketebalan struktur
signifikan yang bergeser lebih kearah pelat, sedangkan modulus elastisitas
pusat pelat. ditentukan oleh mutu beton pembentuk
5. Xu & Cebon (2017), menyatakan bahwa struktur pelat (Atok et al, 2018).
rongga di bawah pelat beton biasanya
2.1.1. Kuat Tekan Beton
terjadi di sepanjang tepi pelat yang
berdekatan dengan bahu. Rongga di Kuat tekan beton (f’c) yaitu kuat tekan
sepanjang tepi pelat yang berdekatan silinder beton yang disyaratkan pada waktu
dengan bahu menyebabkan tegangan tarik berumur 28 hari (Asroni, 2010).
transversal yang tinggi pada permukaan 2.1.2. Modulus Elastisitas
atas, yang dapat mengakibatkan retak
Modulus elastisitas adalah rasio dari
longitudinal atas-bawah di dekat jalur
tegangan normal tarik atau tekan terhadap
roda luar.
regangan. Modulus elastisitas tergantung
6. Prawesti (2018), melakukan analisis
pada umur beton, sifat-sifat agregat dan
mengenai beban ekuivalen roda tunggal
semen, kecepatan pembebanan, jenis dan
dual-tridem pesawat boeing 777-300ER
ukuran dari benda uji. (Pade et al., 2013).
pada perkerasan kaku dengan metode
elemen hingga. Hasil analisis 2.2. Perkerasan
menunjukkan bahwa hasil respon struktur Menurut Hamirhan (2005) perkerasan jalan
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah adalah bagian dari jalur lalu lintas yang bila
defleksi dan tegangan. kita perhatikan secara strukturil pada
II. TINJAUAN PUSTAKA penampang melintang jalan, merupakan
penampang struktur dalam kedudukan yang
2.1. Pelat Beton Bertulang
paling sentral dalam suatu badan jalan.
Pelat adalah suatu struktur solid tiga dimensi Berdasarkan bahan pengikat yang terdapat
yang mempunyai tebal lebih kecil pada perkerasan jalan, jenis perkerasan dapat
dibandingkan dengan dimensi lainnya (I. dibagi dalam beberapa tipe yaitu (Sukirman,
Katili, 2003). Menurut (Timoshenko & 1999):
Woinowski, 1974) pelat adalah struktur
2.2.1. Perkerasan Lentur
bidang datar yang semula bidang tengah dan
setelah mengalami beban tegak lurus Menurut Sukirman (1999) konstruksi
padanya atau momen lentur akan mengalami perkerasan lentur yaitu perkerasan yang
lenturan. Menurut (Wang et al., 1985) menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
berdasarkan perbandingan antara panjang Lapisan-lapisan perkerasan bersifat memikul
dan lebar, pelat dapat di klasifikasikan dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
menjadi dua macam, yaitu pelat satu arah jika dasar. Konstruksi perkerasan lentur terdiri
perbandingannya lebih besar atau sama dari lapisan-lapisan yang diletakan diatas
dengan dua dan pelat dua arah jika tanah dasar yang telah dipadatkan.
perbandingan lebih kecil daripada dua.
Kekakuan struktur pelat ditentukan oleh dua
variabel, diantaranya inersia pelat dan
4
Naskah Seminar Proposal
5
Naskah Seminar Proposal
Menurut Suryawan (2008), lapisan (A), Panjang (L) dan Inersia (I). (Suhendro,
perkerasan kaku diklasifikasikan menjadi 2000).
dua yaitu:
3.1.1. Elemen Segi Empat (BDR)
1. Perkerasan kaku dengan dowel dan tie
bar. Jika diperlukan dapat digunakan Elemen segi empat atau Bilinear
wiremesh dengan penggunaannya Displacement Triangle (BDR) memiliki
independen terhadap adanya tulangan keunikan tersendiri dalam memecahkan
dowel. solusi yang menggunakan metode elemen
2. Perkerasan kaku menerus dengan hingga. Guna mengembangkan matriks
prosentase besi yang relatif banyak dan kekakuan elemen segi empat, maka
tidak ada siar kecuali untuk pelaksanaan digunakan sistem “dimensionless centroidal
konstruksi dan siar muai. coordinates” yakni ξ dan η.
6
Naskah Seminar Proposal
Gambar 3.2. Elemen pelat lentur (Suhendro, 2000) Gambar 3.3. Elemen persegi solid 8 node
(Suhendro, 2000)
Pada kondisi tanah linier elastis, maka dapat
dimodelkan sebagai pegas aksial, maka The Bentuk persegi beraturan elemen
Assumed Displacement Field yang hexahedral dapat disebut juga sebagai
digunakan antara lain (Suhendro, 2000): Rectangular Solid Element (RS-8) dimana
menurut (Suhendro, 2000), elemen RS8
𝑤 = 𝑎 + 𝑎 𝑥 + 𝑎 𝑦 + 𝑎 𝑥 + 𝑎 𝑥𝑦 + 𝑎 𝑦 +
mempunyai matriks kekakuan berorde
𝑎 𝑥 + 𝑎 𝑥 𝑦 + 𝑎 𝑥𝑦 + 𝑎 𝑦 + 𝑎 𝑥 𝑦 +
𝑎 𝑥𝑦 (3.3) 24x24.
( )
𝑘 = ∭ [𝐵] [𝐸] [𝐵] 𝑑𝑉 (3.5)
Matriks kekakuan untuk elemen pelat lentur
segi empat oleh Suhendro (2000) adalah 3.2. Modulus Elastisitas Beton
sebagai berikut: Modulus elastisitas atau Young Modulus
[𝑘𝑙] = [𝑘] (3.4) adalah ukuran kekakuan dari suatu material
tertentu (Soleman, 2005). Modulus ini dalam
dengan, aplikasi rekayasa didefinisikan sebagai
σ = Tegangan (MPa) perbandingan tegangan yang bekerja pada
E = Modulus Elastisitas Beton (MPa) sebuah material dengan regangan yang
ε = Regangan (mm) dihasilkan. Secara lebih rinci, modulus ini
υ = Poisson Ratio adalah suatu angka limit untuk regangan-
K = Matriks Kekakuan Sumbu Global regangan kecil yang terjadi pada bahan yang
D = Flexural Rigidity of Plate proporsional dengan pertambahan tegangan.
t = Tebal Pelat (mm)
3.1.3. Elemen Solid 3D
Suatu elemen solid tiga dimensi (3-
Dimensional (3D) Solid) merupakan elemen
yang paling umum karena semua variabel
bidang tergantung dari x, y dan z
(Suhendro, 2000). Elemen 3D Solid juga
dapat memiliki bentuk yang tidak beraturan,
sifat material dan kondisi batas dalam ruang, Gambar 3.4. Kurva Tegangan – Regangan (Wang et
sehingga ada enam komponen tegangan al, 1985)
yaitu tiga tegangan normal dan tiga tegangan Mengacu pada SNI 2847:2019, nilai Ec
geser yang perlu dipertimbangkan. untuk beton normal dapat diambil sebesar:
7
Naskah Seminar Proposal
Gambar 3.5. Regangan lateral dan aksial pada beton Solusi yang dikemukakan oleh Boussinesq
yang diberi gaya tekan (Sutrisno, untuk distribusi tegangan yang dihasilkan
2009) dari beban. Ini didasarkan pada asumsi
3.5. Koefisien Reaksi Tanah Dasar bahwa media tanah yang digunakan memiliki
sifat isotropik, homogen, dan linier-elastis.
Koefisien reaksi tanah dasar (coeficient of
Menurut Sadek and Shahrour (2007), dalam
subgrade reaction) merupakan nilai
rekayasa geoteknik, solusi ini umumnya
perbandingan tekanan tanah dengan
digunakan bersama-sama dengan hubungan
penurunan yang terjadi, yang ditentukan dari
konstitutif semi-empiris untuk penentuan
uji beban pelat. Jika merujuk pada AASHTO
penurunan tanah akibat penerapan beban
(1993), nilai modulus of subgrade reaction
8
Naskah Seminar Proposal
permukaan seperti pondasi dan timbunan. tengah pelat di bawah area beban melingkar
Pendekatan konvensional dalam desain berjari-jari a adalah sebagai berikut:
perkerasan jalan juga didasarkan pada 𝜎 =
( )
𝑙𝑛 + 0,6159 (3-10)
elastisitas linier.
Dimana 𝑙 adalah radius kekakuan relatif.
𝑏 = 𝑎 ketika 𝑎 ≥ 1,724ℎ (3-11)
𝑏 = 1,6𝑎 + ℎ − 0,675ℎ ,𝑎 < 1,724ℎ (3-12)
9
Naskah Seminar Proposal
defleksi maksimum yang dihasilkan oleh area Luas dari lingkaran equivalen yaitu,
,
elips dan semielips yang ditempatkan di tepi 𝑎=
,
+ (3-22)
,
pelat.
𝜎 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 =
,
4 log + 0,666 − 0,034 (3-16)
𝜎 𝑠𝑒𝑚𝑖 − 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 =
,
4 log + 0,282 + 0,650 (3-17)
∆ 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 =
,
1 − 0,82 (3-18)
∆ 𝑠𝑒𝑚𝑖 − 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 =
,
1 − 0,349 (3-19)
Gambar 3.11. Ekuivalensi bidang kontak persegi
roda ganda (Huang, 2004)
10
Naskah Seminar Proposal
11
Naskah Seminar Proposal
1. Identifikasi masalah, perumusan masalah, sumbu dan beban kendaraan, serta data-
perumusan tujuan dan batasan penelitian. data tambahan lain dari berbagai literatur.
Pada tahap awal penelitian, dilakukan 4. Tahap Pemodelan yang akan dilakukan
identifikasi permasalahan bersamaan adalah sebagai berikut,
dengan kajian literatur agar latar belakang a. Pemodelan pada penelitian ini
penelitian dapat di rumuskan. Pada bagian digunakan tinjauan secara global,
latar belakang dijabarkan tentang struktur perkerasan kaku dimodelkan
fenomena, permasalahan, dan research dengan elemen solid tiga dimensi yang
gap sebagai dasar pentingnya penelitian terdiri dari slab, lean concrete, dan
ini dilakukan. Setelah permasalahan lapisan tanah dasar (subgrade). Slab
teridentifikasi, dilakukan perumusan dibagi menjadi 6 bagian, 2 bagian slab
maksud dan tujuan penelitian, serta disambung secara transversal (searah
penetapan hal-hal yang menjadi batasan sumbu-x) dan 3 bagian disambung
dalam penelitian. secara longitudinal (searah sumbu-y).
2. Kajian literatur dilaksanakan dengan Slab bersifat unbounded dengan
tujuan agar didapatkan informasi yang lapisan lean concrete, karena adanya
relevan terkait topik yang akan diteliti, penambahan plastic sheet diantara
teori-teori yang menjadi landasan slab dan lean concrete. Bidang kontak
penelitian, serta kedalaman pengetahuan beban roda kendaraan dimodelkan
peneliti terkait masalah yang akan diteliti. dalam bentuk persegi (rectangular)
Literatur yang dikaji pada penelitian ini dengan konfigurasi sumbu dan roda
yaitu mengenai konsep dan perancangan kendaraan golongan 6 (2 sumbu).
perkerasan kaku (rigid pavement), teori Karena keterbatasam sumber daya
pemadatan tanah, metode elemen hingga yang tersedia, koneksi antara pelat
(finite element method), dan program dibuat menggunakan dowel dengan
komputer Abaqus/CAE. Pustaka atau beam design.
literatur yang dikaji berasal dari berbagai b. Kondisi batas merupakan batasan-
sumber, seperti buku, artikel ilmiah, batasan yang harus diterapkan pada
publikasi penelitian sebelumnya baik model agar perilaku elemen dapat
dalam bentuk jurnal, tesis, maupun mewakili kondisi sebenarnya,
disertasi, serta dari peraturan, standar, atau sehingga perhitungan dapat diproses
pedoman. oleh software secara tepat. Kondisi
3. Pengumpulan data-data sekunder yang batas yang digunakan pada pemodelan
digunakan dalam penelitian ini berupa adalah kondisi batas terkait perilaku
data geometrik dan material properties mekanis yang menyebabkan
struktur perkerasan kaku ruas Jalan displacement pada elemen, antara lain:
Trengguli (Batas Kab. Demak – Batas - Sendi pada permukaan bawah
Kab. Jepara). Peneliti juga melakukan lapisan tanah dasar.
wawancara kepada pihak Bina Marga - Rol pada permukaan sisi terluar
PUPR Jawa Tengah terkait dengan slab (bidang arah-x dan arah-y),
kondisi perkerasan kaku eksisting. Selain hal ini bertujuan agar slab tidak
itu, digunakan juga data konfigurasi
12
Naskah Seminar Proposal
13
Naskah Seminar Proposal
14
Naskah Seminar Proposal
Gambar 4.13. Detail potongan sambungan Gambar 4.14. Detail potongan sambungan susut
memanjang perkerasan kaku dengan melintang dengan dowel (Dinas BM
tie bar (Dinas BM PUPR Jawa Tengah) PUPR Jawa Tengah)
15
Naskah Seminar Proposal
16
Naskah Seminar Proposal
17
Naskah Seminar Proposal
VI. LAMPIRAN
18
Naskah Seminar Proposal
19
Naskah Seminar Proposal
20