Anda di halaman 1dari 7

Perancangan Rumah Precast Sederhana Satu Lantai

Sistim Struktur Infilled Frame pada Wilayah Gempa


Y. Tajunnisa1, E. Wahyuni2, A. Sigit3 and Tavio4

Department of Civil Engineering, Sepuluh Nopember Institute of Technology (ITS)


(yuyun_t@ce.its.ac.id)

Abstrak—Penelitian ini mengenai rumah tinggal sederhana


dengan menggunakan sistem beton pracetak. Struktur
dianalisa dengan sistim struktur infilled frame pada
wilayah gempa (WG) tinggi (6) yang berdiri di atas tanah
keras dan lunak dengan σ ijin tanah masing-masing 1 dan
0,5 kg/cm2. Struktur secara keseluruhan dianalisis dengan
SAP2000. Beban gempa dianalisis dengan statik ekivalen.
Struktur tersebut juga dianalisis dengan pushover static
nonlinier, dimana beban mati, hidup dan pushover
dianalisis secara non linier. Ini dilakukan agar dapat
diketahui daktilitas struktur. Dimensi pondasi didesain
dari hasil joint reaction tidak berfaktor dan penulangan
pondasi dari joint reaction berfaktor dari SAP2000, yang
kemudian dicek dengan program nonlinier LUSAS untuk
mengetahui pondasi aman atau tidak. Dicek juga
differential settlement baik dengan perhitungan manual
maupun melalui program Plaxis 3D Foundation. Dari
analisis statik ekivalen SAP2000, simpangan struktur
memenuhi Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimit.
Hasil pushover menunjukkan, struktur memenuhi syarat
Gambar 1. Denah Rumah Tinggal
daktilitas yaitu diatas nilai 4. Pondasi dianalisis
nonlinieritasnya dengan LUSAS 13.57 dan hasilnya jauh
dari retak, masih aman. Maka, dimensi pondasi telapak Analisis yang dilakukan adalah static ekivalen
bujursangkar beton pracetak yang dihasilkan yaitu dan static pushover analysis. Pushover analysis adalah
1,1x1,1x0,2 dengan kaki kolom 20x20. Penulangan pelat cara analisis static 2 dimensi atau 3 dimensi linier dan
pondasi D10-200mm. Differential settlement hanya terjadi non-linier, dimana pengaruh gempa rencana terhadap
pada tanah lunak sehingga digunakan cerucuk kayu struktur gedung dianggap sebagai beban-beban static
ataupun mikropile beton di bawah pondasi telapak. Tiap yang menangkap pada pusat massa masing-masing
pondasi membutuhkan 4 cerucuk kayu atau 2 mikropile. lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur
Kata kunci: rumah tahan gempa, rumah sederhana satu
angsur sampai melampaui pembebanan yang
lantai,struktur infilled frame, beton precast, gempa, pondasi
telapak setempat. menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis)
pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan
I. PENDAHULUAN peningkatkan beban lebih lanjut mengalami perubahan
Perancangan struktur bangunan biasanya bentuk elastoplastis yang besar sampai mencapai kondisi
menggunakan sistim open frame, dimana kekakuan di ambang keruntuhan.
dinding tidak diperhitungkan. Sebagai inovasi, maka Pada struktur bawah, direncanakan
diteliti merancang struktur rumah dengan sistim infilled menggunakan pondasi telapak beton precast. Pondasi
frame dimana selain kekuatan balok dan kolom (seperti yang memikul beban-beban gempa atau yang
open frame) juga diperhitungkan kekakuan dinding. menyalurkan beban-beban gempa antara struktur dan
lapisan tanah di bawahnya harus sesuai SNI 2847
Ps.23.8. Pondasi telapak harus direncanakan sedemikian
II. METODE
rupa struktur secara keseluruhan adalah stabil dalam arah
Tahapan meliputi tahap persiapan, tahap vertical, arah mendatar, dan terhadap guling.
penelitian dan penyusunan laporan. Tahap persiapan ini Metodologi rumah sederhana tahan gempa
dimulai dengan melakukan studi literatur mengenai adalah seperti pada diagram alir berikut:
gempa, beton precast, perilaku struktur bangunan beton
tahan gempa, sistim struktur infilled frame, perilaku
masing-masing elemen (kolom, balok, HBK, dinding
dan pelat), desain pondasi telapak, berbagai jurnal
tentang penelitian yang telah dilakukan, serta studi
pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
Tahap penelitian dimulai dengan membuat desain rumah
sederhana satu lantai.

E-35
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
Gambar 2 b. Flow Chart Metodologi Penelitian

Saat permodelan di SAP2000, untuk sistim


open frame dimodelkan sebagai rangka balok dan kolom
seperti pemodelan pada umumnya. Sedangkan untuk
Gambar 2 a. Flow Chart Metodologi Penelitian
sistim infilled frame, selain kolom dan balok juga
dinding dihitung kekakuannya. Dimodelkan dalam
SAP2000 seperti pada gambar 3.

Gambar 3 Permodelan Struktur Open Frame pada


SAP2000

E-36 ISBN : 978-979-18342-3-0


Struktur tersebut berada di atas tanah lunak dan
keras. Pertama, tanah lunak pada permodelan di
SAP2000, diasumsikan perletakan sendi, sedangkan
pada tanah keras diasumsikan menggunakan perletakan
jepit. Berdasarkan literatur, tegangan ijin pada tanah
lunak adalah 0,5 kg/cm2 dan tanah keras 1 kg/cm2. Dari
jurnal dengan judul : A Numerical Investigation of
Seismic Response of the Aggregate Pier Foundation
System ditulis oleh Cristian Hariady Girsang pada
prosiding pertemuan geoteknik VI-2002, didapatkan data
tanah, dengan di ganti-ganti beberapa parameter tanah
sehingga mempunyai tegangan ijin untuk tanah lunak
sekitar 0,5 kg/cm2 dan tanah keras sekitar 1 kg/cm2.
Berdasarkan data tanah tersebut dan besar dimensi Gambar 4 Posisi sendi plastis pada step 3
pondasi yang didapat dari hasil joint reaction pada
perletakan sendi dan jepit, didapatkan nilai koefisien Analisis dengan pola beban sesuai ragam
pegas. Nilai koefisien pegas untuk vertikal, horisontal fundamental atau pola beban merata pada rumah WG 6
dan torsional dimasukkan pada restraint perletakan tanah keras, berhenti pada step 6 dan tidak bisa
dengan menganggap pondasi telapak di atas tanah dilanjutkan berdasarkan kontrol perpindahan sebesar
berperilaku seperti pegas. Dari permodelan struktur yang 1000 mm. Kondisi tersebut diakibatkan ketidakstabilan
menggunakan perletakan pegas, didapatkan joint dari adanya sendi plastis yang terbentuk setelah step 6
reaction. Dari sini, dapat dicari dimensi pondasi, dan tersebut. Meskipun demikian, besarnya perpindahan
dapat dibandingkan hasil yang didapatkan. Pada tanah pada kondisi collaps (runtuh) di step 6, δfail = 0.28 mm >
lunak antara perletakan sendi dan pegas yang 150% δt = 1.5 (0.094) = 0.141 mm, maka dianggap
menggunakan parameter tanah lunak. Pada tanah perilakunya masih dapat diterima. Sesuai prediksi yang
dengan tegangan ijin 1 kg/cm2 antara perletakan jepit dan diperoleh dari Metode Spektrum Kapasitas, pada kondisi
pegas yang menggunakan parameter tanah dengan target perpindahan 0,094 mm dapat diketahui gaya geser
tegangan ijin tanah sama. dasar = 132907 x (0,094/0,096) = 130138 N = 130140 N
III. HASIL DAN PEMBAHASAN < VY = 131137 kN yang menunjukkan bahwa perilaku
keseluruhan struktur rumah 1 lantai infilled frame tanah
keras juga masih dalam keadaan elastis. Begitu pula
Tabel 1: Variabel Perancangan Rumah untuk struktur rumah pada tanah lunak.
Kontrol KBU telah memenuhi syarat. Diperoleh
Variabel Infilled Frame displacement ultimate dengan KBU sebesar 0,483 mm >
Mutu beton 20 Mpa 0,094 mm, berarti perpindahan yang paling menentukan
Mutu baja tulangan utama 320 Mpa pada saat gempa rencana adalah perpindahan yang
Mutu tulangan sengkang 240 Mpa dihitung dengan metode KBU. Syarat daktilitas struktur
Jumlah lantai 1 lantai
kemudian dicek dengan membandingkan perpindahan
Tinggi kolom 3,2 m
Luas bangunan (6 m x 6 m)
ultimate terhadap perpindahan saat sendi plastis pertama
Dimensi Kolom 15 x15 cm (tanah kali terbentuk (step 1), dan diharapkan daktilitas struktur
keras) ini lebih besar dari 4 (untuk R = 6,5: Infilled frame).
Dimensi Balok 20 x20 cm (tanah Pembacaan nilai perpindahan ultimate dan perpindahan
lunak) leleh pertama didasarkan pada kurva pushover, seperti
Wilayah gempa 15x15 (balok atap) ditunjukkan oleh Gambar 5.
Jenis Tanah 15x20 (sloof)
Berat jenis beton zona 4 dan zona 6
Berat jenis beton ringan (untuk Lunak dan keras
`
dinding) 2400 kg/m3
1900 kg/m3

Gambar 5 Pembacaan perpindahan ultimate dan


perpindahan leleh pertama pada kurva pushover

Gambar 5 menunjukkan bahwa rumah infilled


frame mencapai perpindahan ultimate atau akan runtuh
saat base reaction turun menjadi 80% nilai puncaknya,
yaitu ketika titik kontrol (pada atap) berpindah sejauh
0,255 mm. Daktilitas perpindahannya:µ ∆ = ∆u / ∆y =
0,255 / 0,043 = 5.93 > 4 (memenuhi).
E-37
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
Gambar 6 memperlihatkan sendi plastis Tabel 2 Ukuran Pondasi yang Dibutuhkan dan Panjang
pertama yang terbentuk pada rumah tidak terjadi di Cerucuk (l) pada Tanah Keras
kolom tetapi di sloof, yang berarti kemampuan kolom Wil. Dimensi Tulanga L Kaki
rumah 1 lantai memenuhi syarat (lihat gambar step 1). No t (m)
Gempa (m) n (m) Kolom
Sementara gambar step 6 menunjukkan bahwa pada saat
akan runtuh, sendi-sendi plastis di kolom terjadi
beberapa, namun masih masuk taraf sangat aman yaitu 1. WG 4 1,2 x 1,2 0,2 D10-200 0 200x200
kondisi B ke IO, atau belum melewati keadaan jepit
[4D13]
Immediate Occupancy.
2. 1,2 x 1,2 0,2 D10-200 0 200x200
WG 6
jepit [4D13]

3. WG 4 1,1 x 1,1 0,2 D10-200 0 200x200


pegas
[4D13]
WG 6
4. pegas 1,1 x 1,1 0,2 D10-200 0 200x200
[4D13]

Tabel 3 Ukuran Pondasi yang Dibutuhkan dan Panjang


Gambar 6 Sendi plastis yang terbentuk pada step 1 (leleh Cerucuk (l) Aktual pada Tanah Lunak
pertama) dan step 6 Wil. Dimens Tulanga l Kaki
Struktur pada tanah keras semula diasumsikan No t (m)
Gempa i (m) n (m) Kolom
jepit, kemudian dihitung konstanta pegasnya, yang
selanjutnya diaplikasikan pada perhitungan SAP dengan 1. WG 4 1,2 x 0,2 D10-200 2.5 200x200
perletakan pegas. Begitu pula dengan struktur pada tanah sendi 1,2 => [4D13]
0,2 D10-200 3 200x200
lunak, semula diasumsikan sendi, kemudian digunakan 2. WG 6 1,2 x [4D13]
perletakan pegas. Konstanta pegas (spring constant) sendi 1,2 2.5
untuk half space model dievaluasi pada kondisi =>
konstanta pegas statis elastis (the elastic static spring 3
constants). Ekspresi untuk teori konstanta pegas untuk 3. WG 4 1,1 x 0,2 D10-200 1.5 200x200
gerakan vertical, horizontal, rocking dan torsi diberikan pegas 1,1 [4D13]
dalam rumus pada tabel 6.1. Rumus yang dipakai untuk 0,2 D10-200 1.5 200x200
4. WG 6 1,1 x [4D13]
mengevaluasi konstanta pegas baik circular maupun pegas 1,1
rectangular footing.
Keterangan: l = panjang cerucuk dalam meter
Tabel 6.1 Equivalent Spring Constants untuk Rigid
Circular dan Rectangular Footing Pada tanah keras dengan asumsi jepit, dibutuhkan
Mode of Rectangular Footing pondasi telapak 1,2x1,2x0,2 m, sedangkan dengan asumsi
Vibration pegas dibutuhkan 1,1x1,1x0,2 m. Pada tanah lunak dibutuhkan
Vertical kz = dimensi pondasi yang sama. Tulangan yang dipakai D10-200
G mm. Struktur rumah pada tanah keras tidak membutuhkan
β z BLη z tambahan cerucuk, baik ketika asumsi perletakan jepit maupun
1 −ν pegas. Pada tanah dengan tegangan ijin < 0,5 kg/cm2 tidak
2(1 + ν )Gβ y BLη y
Horizontal kx =
memakai cerucuk dengan panjang 1,5 m. Sedangkan pada
Rocking kψ = G perletakan sendi, cerucuk yang diperlukan lebih panjang, yaitu
βψ BL2ηψ
Torsional 1 − ν available; use ro from Table 6-
No solution
2.5 m.
Pemakaian dengan software yang modern dapat
2 digunakan untuk melakukan simulasi perilaku bagian struktur
yang hasilnya mendekati hasil penyelidikan dengan cara
eksperimental di laboratorium. Kemampuan program yang
Berikut adalah hasil perhitungan pondasi pelat untuk dapat melakukan analisis non linier dapat digunakan untuk
rumah tahan gempa: memprediksi perilaku struktur sampai kondisi pasca runtuh dan
hasilnya dapat bersaing dengan hasil eksperimen di
laboratorium. Sebenarnya untuk mendesain pondasi rumah
cukup dengan program SAP2000, hanya saja dalam penelitian
ini dibahas juga analisis pondasi dengan menggunakan
program non linier Lusas yang kemampuan non liniernya lebih
lengkap dibandingkan program SAP2000.

E-38 ISBN : 978-979-18342-3-0


IV. KESIMPULAN
Dari hasil running didapatkan nilai kontur tegangan
pada pondasi pelat beton, seperti pada gambar 7. 1. Evaluasi daktilitas struktur menunjukkan hasil yang
telah memenuhi syarat. Kontrol atau evaluasi yang
dilakukan meliputi:
- Kontrol kinerja struktur melalui persyaratan
kinerja batas layan (KBL) dan kinerja batas
ultimate (KBU).
- Kontrol daktilitas struktur untuk melihat
performa keseluruhannya dilakukan melalui
analisa pushover sebagai bentuk aplikasi
penerapan performance-based design.
Gambar 7 Tampak meshing 3D pondasi dengan
Didapatkan nilai daktilitas struktur diatas nilai
loading dari kolom dan support pegas
4, berarti struktur mampu berdeformasi sesuai
aturan SRPMK.
Dari hasil running didapatkan nilai kontur tegangan pada
2. Pemodelan struktur rumah infilled frame berupa
pondasi pelat beton, seperti pada gambar 7: nilai
kolom, balok dan dinding yang dimodelkan dalam
tegangan max = 0,7366 Mpa pada titik 2091 dan min =
program SAP2000.
0,8678E-2 di titik 194. Bandingkan dengan nilai
3. Struktur pada tanah keras, perletakannya
tegangan pada pondasi dengan perletakan sendi, nilai
diasumsikan jepit. Sedangkan untuk tanah lunak,
tegangan maximum = 2,043 Mpa dan tegangan
perletakan struktur dimodelkan sebagai sendi. Agar
minimum = 0,206E-2 MPa. Tegangan ijin retak beton =
pemodelan perletakan mendekati kenyataan, maka
0,7 x √fc = 0,7 x √20 = 3,13 MPa. Tegangan yang
digunakan perletakan pegas. Besar koefisien-
terjadi baik untuk perletakan pegas maupun sendi, masih
koefisien pegas ditinjau dalam arah horizontal,
jauh lebih kecil dari tegangan ijin, masih aman.
vertikal dan rocking berdasarkan data tanah dan
dimensi pondasi yang didapat dari asumsi jepit dan
sendi. SAP2000 menghasilkan antara perletakan
jepit dan pegas (pada tanah keras), dimensi pondasi
telapak lebih kecil jika dibandingkan dengan
menggunakan ketika memakai asumsi pegas.
Begitupula pada tanah lunak, ketika perletakan
diasumsikan menggunakan sendi dan pegas, pada
perletakan pegas (tanah lunak) menghasilkan
dimensi pondasi yang lebih kecil.
Gambar 8 Kontur tegangan beton pondasi telapak 4. Pada tanah lunak dengan tegangan ijin antara 0,5-1
(tampak atas) kg/cm2, pondasi mengalami differential settlement
yang melebihi ijin, sehingga digunakan cerucuk
kayu panjang 1,5 m dan untuk tegangan ijin
dibawah 0,5 kg/cm2, panjang cerucuk lebih besar
yaitu 3 m. Diameter cerucuk kayu 10 cm atau
mikropile beton dimensi 20 x 20 cm.

E-39
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
DAFTAR PUSTAKA Requirements for Structural Concrete – with
[1]. Applied Technology Council, (1996), ATC 40 - Design Applications, Portland Cement
Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Association, Skokie, IL.
Buildings, Redwood City, California, U.S.A. [18]. Girsang, C.H, 2002, A Numerical
[2]. Applied Technology Council, (2004), ATC 58 – Investigation of Seismic Response of the
Engineering Demand Parameters for Structural Aggregate Pier Foundation System, dalam
Framing Systems , Redwood City, California, prosiding pertemuan ilmiah tahunan geoteknik
U.S.A. VI-2002, Hatti Komda Jatim
[3]. ASCE.2000. FEMA356 : Prestandard and [19]. Hardiyatmo, H.C, 2002, Mekanika Tanah 2,
Commentary for The Sismic Rehabilitation Gadjah Mada University Press, Yogjakarta
of Buildings. [20]. Hardiyatmo, H.C, 2002, Teknik Pondasi 1,
[4]. Boen, T. 1983, Manual Bangunan Tahan Beta Offset, Yogjakarta
Gempa (Rumah Tinggal), Yayasan Lembaga [21]. Heinz F dan Suskiyatno, 1999, Dasar-dasar
Penyelidikan Masalah Bangunan. eko-arsitektur, Penerbit Kanisius dan UNIKA
[5]. Boen, T. 2000a, Bangunan Rumah Tinggal Press, Yogyakarta.
Sederhana : Belajar dari Kerusakan Akibat [22]. Wahyudi, H dan Lastiasih, Y, 2007, Korelasi N
Gempa, Prosiding Lokakarya Nasional SPT dan Berat Volume Tanah untuk Lempung
Bangunan Sederhana Tahan Gempa, UII, Sangat Lunak, Jurnal Torsi, Jurusan Teknik
Yogyakarta. Sipil ITS Edisi Maret 2007 Tahun ke 27 No.1
[6]. Boen, T. 2000b, Gempa Bumi Bengkulu: [23]. Mochtar. B, Indrasurya. 2000. Teknologi
Fenomena dan Perbaikan Perkuatan Perbaikan Tanah dan Alternatif
Bangunan (Bedasarkan Hasil Pengamatan Perencanaan Pada Tanah Bermasalah
Bangunan yang Rusak akibat Gempa Bumi (Problematic Soils). Surabaya: Jurusan Teknik
Bengkulu 4 Juni 2000, Teddy Boen dan Sipil-FTSP ITS.
Rekan, Jakarta. [24]. Mulyanto, Pedoman Membangun Rumah
[7]. Bowles, J.E, 1984, Analisis dan Desain Sederhana Tahan Gempa,
Pondasi, Erlangga, Jakarta www.mulyanto.wordpress.com., Yogyakarta.
[8]. Braja, Mochtar, E dan Mochtar, I, 1993, UGM.
Mekanika Tanah Jilid 2, Erlangga, Jakarta [25]. Murdiati Munandar, 2000, “Bangunan Tahan
[9]. Craig, R.F, 1991, Mekanika Tanah, Gempa di Lokasi Mitigasi, Liwa,Lampung
diterjemahkan oleh Budi Susilo, Penerbit Barat ”, Jurnal Penelitian Puslitbang
Erlangga, Jakarta Permukiman, Bandung
[10]. Das, Braja M., 1983, “Advanced Soil [26]. Murdiati Munandar, 2001, “Ketentuan Dinding
Mechanics” McGraw-Hill Book Company, Tembok di Wilayah Gempa “, Buletin
New York, USA. Pengawasan, LIPI
[11]. Das, Braja M., Noor Endah, Indrasurya B [27]. Naeim, F. 2001 . The Seismic Design
Mochtar, 1998, “Mekanika Tanah (Prinsip- Handbook – 2nd Edition. Kluwer Academic
Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1 dan Jilid Publishers, Boston, MA.
2” Penerbit Erlangga, Jakarta. [28]. Nawy, Edward G, 1998, Beton Bertulang
[12]. Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Suatu Pendekatan Dasar, diterjemahkan oleh
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc. Bandung :
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), PT. Refika Aditama
Yayasan LPMB, Bandung. [29]. Nakazawa dkk, 1980, Mekanika Tanah dan
[13]. Departemen Pekerjaan Umum, 1999, Tata Pondasi, diterjemahkan oleh Suyono
Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Sosrodarsono, PT AKA, Jakarta
Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut No. [30]. Nilson, A. H., Winter, G ,1991, Design of
029/T/BM/1999, Concrete Structure, McGraw-Hill
[14]. Diterbitkan Oleh PT. Mediatama Saptakarya International Edition, New York.
(PT. Medisa). [31]. Park, R. 1990. Precast Concrete in Seismic-
Resisting Building Frames in New Zealand.
[15]. Dewobroto, W. 2005. Evaluasi Kinerja
Struktur Baja Tahan Gempa dengan Analisa
Pushover. Civil Engineering National [32]. Park, R. 1995. A Perspective on the Seismic
Conference Sustainability Construction & Design of Precast Concrete Structures in
Structural Engineering Based on New Zealand. University of Canterbury
Professionalism – Unika Soegijapranata, Christchurch, New Zealand.
Semarang. [33]. Park, R. dan Paulay, T. 1933. Reinforced
[16]. Elliot, K.S, 1996, Multy-Storey Precast Concrete Structure. John Wiley &Sons, Inc.,
Concrete Frame Structures, Blackwell New York.
Science, London [34]. Paulay, T., dan Priestley, M.J.N. 1992 . Seismic
Design of Reinforced Concrete and Masonry
[17]. Fanella, D. A., Munshi J. A., and Rabbat, B. Buildings. John Wiley & Sons, Inc., New York.
G, 1999, Notes on ACI 318-99 Building Code
E-40 ISBN : 978-979-18342-3-0
[35]. PCI, 2004. PCI Design Handbook - 6th [45]. Sanglerat, 1972, The Penetrometer and Soil
Edition. Precast/Prestressed Concrete Institute, Exploration, Development in Geotechnical
Chicago, IL. Engineering Volume 1, Elsevier Publishing
[36]. PPIUG 1983, Peraturan Pembebanan Company, Amsterdam, The Netherlands.
Indonesian untuk Gedung, Direktorat [46]. Sosrodarsono, S dan Nakazawa, K, 1980,
Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT
[37]. PT. Ultrajasa Persada Prima. 2008. Laporan Pradnya Paramita, Jakarta
Perhitungan Struktur Precast Rusunawa [47]. Sumeru, Suhartinah dan Halim, 1999,
Surabaya. Ketahanan Gempa pada Bangunan Non-
[38]. Pramono, H, Tavio dan Iranata,D. 2010. Engineered, Prosiding Konferensi Nasional
Perilaku dan Perancangan Pelat Pracetak Rekayasa Kegempaan, ITB, Bandung.
[39]. Prakash, S, Soil Dinamics, McGraw-Hill Book [48]. Suresh, O’Neil .M, dan Pincus.G, Design of
company. Structures and Foundations for Vibrating
[40]. Puslitbang, Peta Zona Gempa Indonesia Machines, Gulf Publishing Company, 1979.
Sebagai Acuan Dasar Perencanaan, Pusat [49]. SNI 1726-2002. Standar Perencanaan
Litbang Sumber Daya Air. Ketahanan Gempa Untuk Struktur
[41]. Purwono, 2005, Perencanaan Struktur Beton Bangunan Gedung. Badan Standarisasi
Bertulang Tahan Gempa Sesuai SNI 1726 Nasional, Bandung.
dan SNI 2847 Terbaru, ITS press, Surabaya [50]. SNI 2847-2002. Tata Cara Perhitungan
[42]. Purwono dkk, 2007, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung Badan Standarisasi Nasional, Bandung.
(SNI 03-2847-2002) dilengkapi penjelasan [s- [51]. Tular R.B (alm), 1984, Perencanaan
2002], ITS press, Surabaya Bangunan Tahan Gempa, Yayasan Lembaga
[43]. Rahman, A, (2008). Prinsip dan Gambaran Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung
Umum Konstruksi Prefabrikasi. Bahan [52]. Wibowo, Nurwadji, Rumah Tumbuh Satu
Kuliah Struktur-Konstruksi 5, Universitas Lantai Memakai Kanal C Ringan, Jurusan
Gunadarma, Depok. Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya
[44]. Saleh, Afandi. 1986. Daya Dukung Tanah Yogyakarta.
Diatas Perbaikan Dengan Cerucuk, Laporan
Penelitian di Jurusan Teknik Sipil, FTSP-
ITS.

E-41
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011

Anda mungkin juga menyukai