Anda di halaman 1dari 34

Dosen:

Hadianti Muhdinar Pasaribu, ST, MT


Pondasi dapat dibedakan atas Pondasi Dangkal dan
Pondasi Dalam
 Pondasi Dangkal, misalnya Pondasi Telapak, Pondasi Lajur
dan Pondasi Rakit. Kedalaman Pondasi ini umumnya
adalah D  B
contoh: pondasi telapak,pondasi batu kali dan pondasi rakit,
dsb.

 Pondasi Dalam, misalnya Pondasi Tiang Pancang dan


Pondasi Kaison. Kedalaman Pondasi D  4B-5B.
contoh: pondasi bor, pondasi tiang pancang, dsb.
Faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan tipe pondasi
yang paling utama adalah sebagai berikut :
 Fungsi Bangunan (bangunan penting akan dibuat dengan
keamanan yang lebih terjamin daripada yang kurang
penting)
 Beban yang harus dipikul
 Keadaan tanah dasar
 Biaya pembuatan pondasi dibandingkan dengan biaya
pembuatan bangunannya.
Sebuah pondasi harus mampu memenuhi beberapa persyaratan
stabilitas dan deformasi seperti :
 Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan
tanah lateral dari bawah pondasi khususnya untuk pondasi
telapak dan pondasi rakit.
 Kedalaman harus berada dibawah daerah perubahan volume
musiman yang disebabkan oleh pembekuan, pencarian dan
pertumbuhan tanaman.
 Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi,
penggelinciran atau pergeseran tanah (kegagalan kekuatan
geser).
 Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang
disebabkan oleh bahan berbahaya yang terdapat di dalam tanah.
 Sistem harus mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan
geometri konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan
dan mudah dimodifikasi seandainya perubahan perlu dilakukan.
 Metode pemasangan pondasi harus seekonomis mungkin.
 Pergerakan tanah keseluruhan (umumnya penurunan) dan
pergerakan diferensial harus dapat ditolerir oleh elemen pondasi
dan elemen bangunan atas.
 Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk
perlindungan lingkungan.
Tanah harus mampu mendukung dan menopang setiap
konstruksi yang direncanakan yang ditempatkan pada tanah
tersebut tanpa suatu kegagalan geser dengan lendutan
pemampatan (settlement/penurunan) yang dihasilkan dapat
ditolerir untuk konstruksi tersebut.
 Analisis daya dukung  mempelajari kemampuan tanah dalam
mendukung beban fondasi struktur yang terletak di atasnya.
 Daya dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan
penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan
oleh tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.
 Perancangan fondasi harus dipertimbangkan terhadap keruntuhan geser
dan penurunan yang berlebihan.
 Untuk ini, perlu dipenuhi dua kriteria, yaitu: kriteria stabilitas dan kriteria
penurunan.
1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampaunya daya dukung
harus dipenuhi. Dalam hitungan daya dukung, umumnya digunakan
faktor aman 3.
2. Penurunan fondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang
ditoleransikan. Khususnya penurunan yang tak seragam (differential
settlement) harus tidak mengakibatkan kerusakan pada struktur.
 Analisis-analisis daya dukung, dilakukan dengan cara pendekatan untuk
memudahkan hitungan.
 Persamaan-persaman yang dibuat, dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan
bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan.
 Analisisnya dilakukan dengan menganggap bahwa tanah berkelakuan
sebagai bahan bersifat plastis.
 Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Prandtl, (1921), yang kemudian
dikembangkan oleh Terzaghi (1943), Meyerhof (1965), De Beer dan Vesic
(1970an).
 Persamaan-persamaan daya dukung tanah yang diusulkan, umumnya
didasarkan pada persamaan Mohr-Coulomb.
 = c + . tan f
Dimana
 = tahanan geser tanah
c = kohesi tanah
 = tegangan normal
f = sudut gesek dalam tanah
Rumus dasar Terzaghi:
Nilai faktor kapasitas daya dukung Nc, Nq, Ng selanjutnya dapat dihitung
menggunakan persamaan-persamaan berikut:

Satuan sudut yang harus digunakan dalam pemakaian rumus-rumus diatas harus
dalam radian, agar perhitungan memberi nilai yang konsisten.
a. Teori Meyerhof (1965)
Tabel 2.3 Faktor bentuk (s=shape), kedalaman (d=depth) dan sudut kemiringan beban
(i=inclination) untuk rumus daya dukung Meyerhof
Nilai faktor kapasitas daya dukung Nc, Nq, Ng dari Meyerhof menggunakan persamaan-
persamaan berikut:
a. Teori Hansen (1970)
Kapasitas daya dukung Nc, Nq, Ng dari Hansen melengkapi teori usulan yang
sebelumnya dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:
a. Teori Vesic (1973)
Vesic (1973) menambahkan rumusan koefisien Ng baru dan disesuaikan dengan nilai
dari hasil perhitungan Ng Terzaghi yang terlalu rumit.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai