Anda di halaman 1dari 8

Cara Membuat koordinat pada program plaxis

Posted by Komarudin - on 13.11 No comments


Seringkali ketika kita akan mendesain dalam program plaxis (salahsatu software geoteknik)
menemui kesulitan menentukan titik koordinat dari sebuah model, sehingga kadang titik
koordinat tersebut harus dihitung dengan rumus tertentu, hal tersebut akan memerlukan waktu
yang sangat lama, oleh karena itu dalam kesempatan ini akan dibahas sedikit tutorial menentukan
titik koordinat pada plaxis dengan bantuan program autocad, khususnya program yang saya
gunakan adalah program autocad 2007, berikut ini adalah langkah-langkahnya.

1.      Buat gambar objek yang akan didesain pada program autocad.

Misalnya kita akan membuat objek konstruksi tanggul.

Gambar 1. Gamba Konstruksi tanggul

2.      Pindahkan ke objek pada koorinat 0,0,0.


Cara memindahkan objek ke koordinat 0,0,0 adalah dengan menggunakan tools move atau
dengan ketik M pada keyboard dengan sebelumnya blok obek tersebut, kemudian ketikkan pada
commond angka koordinat 0,0,0 kemudian enter maka akan pindah objek tersebut seperti pada
gambar berikut 
Gambar 2. Blok objek konstruksi tanggul

Gambar 3. Objek pindah pada koordinat 0,0,0

3.      Membuat titik koordinat referensi dengan tools poin.


Cari tools point pada autocad kemudian klik pada obek yang akan diadikan koordinat referensi.
Gambar 4. Membuat titi koordinat dengan tools point

4.      Cek titik koordinat titik referensi


Cek titik koordinat dengan menggunakan id pada keyboard kemudian arahkan pada titik point
tersebut.

Gambar 5. Cek koodinat dengan perintah id

Dari hasil titik-titik koordinat kemudian dimasukkan ke program plaxis, berikut adalah hasil
penggambaran koordinat-koordinat pada program plaxis

Gambar 6. Hasil penggambaran pada program plaxis 2D 

# Catatan, koordinat plaxis 2D dan autocad sudah sama, jika dengan plaxis 3D sesuaikan
kembali pengaturan koordinatnya 
Hidup penuh perjuangan

PERENCANAAN PONDASI TIANG


Posted by Komarudin - on 11.48 No comments

Perencanaan pondasi tiang pada umumnya mengikuti 7 langkah berikut :


1.      Menentukan profil dan katrakteristik teknis tanah
Penentuan stratifikasi atau pelapisan tanah, penggambaran profil kadar air dan batas-batas
aterberg, menentukan kuat geser tak teralir (undrained) dari uji triaxial UU atau uji geser baling
(Vane shear test), dan menggambarkan hasil uji lapangan (In-situ test). Muka air tanah juga perlu
diketahui.
Pada lapisan tanah lempung yang jenuh air dan kompresibel perlu dilakukan uji konsolidasi jika
diperlukan informasi penurunan jangka panjang dan evaluasi gaya hisap pada tiang, sedangkan
pada tanah ekspansif perlu digambarkan profil potensi pengembangan (Swelling). Untuk evaluasi
perilaku tiang terhadap beban lateral, modulus of subgrade reaction perlu ditentukan.
Bila terdapat beberapa pemboran dan uji sondir, gambarkan penampang potongan melalui titik-
titik uji tersebut. Penggambaran penampang melintang melalui beberapa titik bor akan lebih
memudahkan untuk mengevaluasi kondisi tanah dalam arah potongan tersebut. Dalam hal
tertentu bilamana uji laboratorium tidak dilakukan, profil tanah dari uji sondir atau nilai SPT
dapat ditampilkan.
2.      Penentuan kedalaman pondasi
Tentukan lapisan pendukung yang cukup baik dan dapat memikul beban berdasarkan profil tanah
di lapangan. Bila terdapat lapisan yang kompresibel dibawahnya, pondasi dapat diperdalam atau
perkiraan penurunan perlu dilakukan. Bila lapisan tanah keras tidak didapatkan hingga
kedalaman tertentu, tiang dapat direncanakan sebagai tiang gesekan.
Bila pondasi tiang digunakan untuk menahan longsoran, maka kedalaman pondasi harus
melampaui bidang longsor tersebut, dan bila digunakan menahan galian maka kedalaman
pondasi harus masuk secukupnya agar jepitan memadai.
3.      Penentuan jenis dan dimensi pondasi
Tentukan jenis dan dimensi pondasi tiang baik tiang pancang atau tiang bor atau pondasi khusus
berdasarkan pertimbangan beberapa faktor :
         Jenis tanah sehubungan dengan kemampuan penetrasi tiang
         Daya dukung tanah baik aksial dan lateral
         Kapasitas penampang struktur tiang terhadap tekan, tarik dan lentur
         Ketersediaan peralatan
         Pengalaman konstruksi di lokasi proyek
         Pertimbangan lingkungan (suara, getaran, jalan akses, dan lain-lain)
         Ekonomi (biaya)
4.      Perencanaan pondasi tiang
Prosedur perencanaan pondasi tiang untuk bangunan gedung dan jembatan mengikuti cara yang
belum umum, yaitu penentuan daya dukung ujung tiang, daya dukung gesekan selimut dan daya
dukung lateral. Peralihan lateral pada beberapa kombinasi beban umumnya ditentukan untuk
mengetahui kemapuan tiang untuk menahan beban lateral.
Masalah yang sangat penting dalam perencanaan adalah menetukan parameter tanah yang tepat.
Dalam banyak hal, meskipun metode analisis untuk daya dukung cukup banyak dan dapat
memberikan jawaban yang bervariasi, tetapi kesalahan yang terjadi akibat kekeliruan parameter
tanah adalah lebih fatal (Peck, 1988)
5.      Penentuan konfigurasi tiang
6.      Berdasarkan beban yang bekerja, pengelompokan atau konfigurasi tiang dapat ditentukan. Pada
beban yang relatif kecil kemungkinan beban dapat dipikul oleh tiang tunggal, sedangkan pada
beban aksial atau beban momen yang besar, kelompok tiang dapat direncanakan untuk disatukan
dalam sebuah pile cap. Dalam perencanaan juga perlu diperhatikan efisiensi dari kelompok tiang.
Penurunan pondasi tiang baik secara individual mapun pada kelompok kemudian dapat dihitung.
7.      Pengaruh konstruksi pada bangunan disekitar proyek
Pengaruh penggalian unuk pile cap mapun basement terhadap kesetabilan lereng disekitar proyek
mapun pengaruh vibrasi akibat pemancangan harus ikut diperhitungkan perubahan muka air
tanah akibat adanya pemompaan air atau dewatering juga perlu diantisipasi pengaruhnya
terhadap bangunan disekitar proyek.

Terutama pada tiang pancang, ada potensi terjadi dorongan akibat pemancangan (dalam arah
aksial maupun lateral) terhadap tanah disekitar. hal ini perlu dipertimbangkan karena pengaruh
desakan tanah akibat pemancangan ini dapat menyebabkan konstruksi yang ada disekitarnya
mengalami kerusakan akibat hal tersebut. Isu penting yang lain adalah besarnya tekanan air pori
ekses yang timbul akibat pemancangan. (Rahardjo dkk, 2013).

Hidup penuh perjuangan

Menghitung Penurunan Pada Program Plaxis 3D


Foundation
Posted by Komarudin - on 15.03 No comments
Menurut Hardiyatmo, 2002, istilah penurunan digunakan untuk menunjukkan gerakan

titik tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Jika seluruh permukaan tanah

dibawah dan disekitar bangunan turun secara seragam dan penurunan tidak terjadi berlebihan,

maka turunnya bangunan akan tidak nampak oleh pandangan mata dan penurunan yang terjadi

tidak menyebabkan kerusakan bangunan.

Bila penurunan terjadi secara berlebihan, maka akan nampak mengganggu pandangan

mata maupun kesetabilan bangunan, hal yang perlu diketaui mengenai penurunan yaitu, besarnya

penurunan maupun kecepatan penurunannya. Berikut ini contoh kerusakan akibat penurunan

dapat dilihat pada Gambar 1. 


Gambar 1. Contoh Kerusakan Bangunan Akibat Penurunan

Agar secara teknis penurunan memenuhi syarat, maka penurunan suatu bangunan harus

memenuhi penurunan izin. Penurunan izin dari suatu bangunan atau besarnya penurunan yang

telah ditoleransikan, bergantung terhadap beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis,

tinggi, kekakuan, fungsi bangunan serta distribusinya. Rancangan dibutuhkan untuk dapat

memperkirakan besarnya penurunan maksimum dan beda penurunan yang masih dalam batas

toleransi. Jika penurunan berjalan lambat, semakin besar kemungkinan struktur untuk

menyesuaikan diri terhadap penurunan yang terjadi tanpa adanya kerusakan struktur oleh

pengaruh rangkak (creep), Oleh karena itu dengan alasan tersebut kriteria penurunan pondasi

pada tanah pasir dan pada tanah lempung berbeda.

Karena penurunan dapat diprediksi, umumnya dapat diadakan hubungan antara

penurunan izin dengan penurunan maksimum. Skempton dan Mac Donald, 1955, menyarankan

batas-batas penurunan maksimum seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Batas Penurunan Maksimum


(Skempton dan Mac Donald, 1955)

Jenis Pondasi Batas Penurunan Maksimum


(mm)
Pondasi terpisah pada tanah lempung 65
Pondasi terpisah pada tanah pasir 40
Pondasi rakit pada tanah lempung 65-100
Pondasi rakit pada tanah pasir 40-65

Bjerrum, 1963, menyarankan hubungan antara tipe masalah struktur dan nilai distorsi

kaku (δ/L) dengan δ adalah penurunan total dan L adalah jarak antaara 2 kolom atau jarak 2 titik

yang ditinjau. Nilai-nilai distorsi kaku dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel tersebut menjelaskan

hubungan distorsi kaku dengan tipe kerusakan yang timbul akibat distorsi kaku. 

Tabel 2. Hubungan Tipe Masalah Pada Struktur


Dan Distorsi Kaku (Bjerrum, 1963)

Distorsi kaku
Type masalah
(δ/L)
itan pada mesin yang sensitif terhadap penurunan 1/700
ya pada rangka-rangka dengan diagonal 1/600
batas untuk bangunan yang tidak diijinkan retak 1/500
batas dengan retakan pertama diharapkan terjadi pada dinding-dinding panel, atau
1/300
n kesulitan terjadi pada overhead crane
pada batas penggulingan (miring) bangunan tingkat tinggi dapat terlihat 1/250
an signifikan dalam panel dan tembok. Batasan yang aman untuk dinding tembok
1/150
bel dengan h/L < ¼ ( h = tinggi dinding)
     

Untuk mempercepat proses perhitungan penurunan, berikut ini disajikan tutorial

bagaimana mencari penurunan dengan bantuan program Plaxis 3D foundation. Untuk lebih

lengkapnya bisa dibaca pada e-book berikut ini link download 

Anda mungkin juga menyukai