KONSEP PERENCANAAN
GEOTEKNIK
(PONDASI, ABUTMENT ATAU BANGUNAN BAWAH)
22
d. Kondisi tanah.
e. Kondisi muka air tanah.
f. Kegempaan regional.
g. Pengaruh lingkungan (hidrologi, air permukaan, penurunan/subsidence,
perubahan dari temperatur dan kelembapan).
Pada prakteknya, pengalaman akan memperlihatan jenis kondis batas yang tepat
untuk perancangan serta keterbatasan kondisi batas yang lain. Bangunan
umumnya harus dilindungi dari masuknya air tanah atau transmisi cairan atau gas
ke dalamnya. Jika dapat diterapkan, hasil perancangan harus diperiksa terhadap
pengalaman lain yang sebanding.
Untuk memperoleh persyaratan minimum lingkup penyelidikan geoteknik,
pengecekan perhitungan dan kontrol konstruksi, kompleksitas setiap perancangan
geoteknik harus diidentifikasi dengan mempertimbangkan risiko yang mungkin
dihadapi. Secara khusus perlu dibedakan, antara:
a. Struktur yang ringan dan sederhana serta pekerjaan tanah yang kecil, sehingga
persyaratan minimum dapat dipenuhi melalui penyelidikan geoteknik kualitatif
dan berdasarkan pengalaman, dengan risiko yang dapat diabaikan,
b. Struktur geoteknik lainnya.
Untuk struktur dan pekerjaan tanah dengan tingkat kompleksitas dan risiko
rendah, seperti yang dijelaskan di atas, prosedur perancangan yang sederhana
dapat digunakan Untuk memenuhi persyaratan perancangan geoteknik, dapat
digunakan pengelompokan Kategori Geoteknik 1, 2 dan 3, yang dijelaskan
sebagai berikut.
a. Kategori Geoteknik 1 berlaku untuk struktur kecil dan relatif sederhana, yang
memungkinkan persyaratan mendasar dapat dipenuhi melalui penyelidikan
geoteknik kualitatif dan berdasarkan pengalaman, dengan risiko yang dapat
diabaikan. Prosedur pada Kategori Geoteknik 1 harus digunakan hanya jika ada
risiko yang dapat diabaikan berkaitan dengan stabilitas global
c. Kategori Geoteknik 2 berlaku untuk semua tipe struktur dan fondasi
konvensional (tanpa risiko besar, kondisi tanah yang sulit dan pembebanan).
Struktur atau bagian dari struktur konvensional yang sesuai dengan Kategori
Geoteknik 2, adalah: fondasi telapak, fondasi rakit, fondasi tiang, dinding dan
23
struktur penahan tanah atau air, penggalian, pilar dan abutmen jembatan,
timbunan dan pekerjaan tanah, angkur tanah dan sistem tie-back, terowongan.
Perancangan struktur di Kategori Geoteknik 2 harus melibatkan data geoteknik
kuantitatif dan analisis untuk memastikan bahwa persyaratan dasarnya
terpenuhi. Prosedur rutin untuk pengujian laboratorium dan lapangan untuk
perancangan dan konstruksi dapat digunakan untuk perancangan Kategori
Geoteknik 2.
c. Kategori Geoteknik 3 berlaku untuk struktur atau bagian dari struktur yang
tidak dapat dipenuhi dengan Kategori Geoteknik 1 dan 2. Kategori Geoteknik 3
berlaku untuk: struktur yang tidak biasa atau struktur sangat besar, struktur
yang memiliki risiko tidak umum, berada pada tanah dan kondisi pembebanan
yang sulit, struktur yang berada di zona gempa tinggi, serta struktur yang
berada pada area tidak stabil yang memerlukan penyelidikan dan penanganan
khusus.
24
Terdapatnya rongga, lubang atau rekahan yang terisi material lunak dan
proses tersebut berkelanjutan,
7) lingkungan tempat struktur berada, termasuk
efek gerusan, erosi dan penggalian, yang mengakibatkan perubahan
geometri permukaan tanah,
efek korosi kimiawi,
efek pelapukan,
efek musim kering yang berkepanjangan,
variasi tinggi muka air, termasuk misalnya efek dewatering, kemungkinan
terjadinya banjir, kerusakan sistem drainase, dan eksploitasi air,
munculnya gas dari dalam tanah,
efek-efek waktu dan lingkungan lainnya terhadap kekuatan dan sifat
material lainnya, misalnya efek lubang yang diakibatkan oleh aktivitas
hewan.
25
C. Persyaratan umum gaya-gaya yang bekerja
Di dalam perancangan geoteknik, faktor-faktor berikut ini harus dipertimbangkan
sebagai gaya.
a. Berat tanah, batuan dan air.
b. Tegangan di dalam tanah.
c. Tekanan tanah.
d. Tekanan air bebas, termasuk tekanan gelombang.
e. Tekanan air tanah.
f. Gaya rembesan.
g. Beban mati dan beban bekerja (imposed load) dari struktur.
h. Beban tambahan (surcharge load).
i. Gaya tambatan (mooring forces).
j. Pengangkatan beban atau penggalian tanah.
k. Beban kendaraan.
l. Pergerakan akibat penambangan atau penggalian lain, atau aktivitas
pembuatan terowongan.
m. Pengembangan dan penyusutan akibat vegetasi, iklim, atau perubahan
kelembapan.
n. Pergerakan akibat rangkak atau gelincir, ataupun turunnya massa tanah.
o. Pergerakan akibat degradasi, dispersi, dekomposisi, pemadatan sendiri dan
penurunan.
p. Pergerakan dan percepatan akibat gempa bumi, peledakan, getaran, dan
beban dinamik.
q. Efek temperatur.
r. Prategang yang bekerja di dalam angkur tanah atau strut.
s. Downdrag.
26
a. Gaya-gaya yang harus dipertimbangkan adalah gaya-gaya yang muncul
bersamaan maupun tersendiri. Durasi gaya yang bekerja harus
dipertimbangkan dengan merujuk pada efek waktu terhadap sifat material
tanah, terutama sifat drainase dan kompresibilitas tanah berbutir halus.
b. Gaya-gaya yang digunakan berulang kali, dan gaya dengan intensitas
berbeda harus diidentifikasi serta dipertimbangkan secara khusus, terkait
dengan misalnya pergerakan yang bersifat menerus, likuifaksi tanah,
perubahan kekakuan dan kekuatan tanah.
c. Gaya-gaya yang menghasilkan respon dinamik terhadap struktur dan tanah
harus diidentifikasi serta dipertimbangkan secara khusus.
d. Gaya-gaya yang didominasi oleh air dan tanah harus diidentifikasi dan
dipertimbangkansecara khusus, terkait dengan deformasi, rekahan,
permeabilitas yang bervariasi dan erosi.
Tingkat kerincian laporan tersebut dapat sangat bervariasi, tergantung pada tipe
perancangan. Untuk perancangan yang sederhana, cukup laporan yang singkat
(single sheet).
Laporan Perancangan Geoteknik umumnya terdiri atas hal-hal berikut ini, dan
direferensi silang dengan Laporan Penyelidikan Geoteknik serta dokumen-
dokumen lainnya.
a. Deskripsi lapangan dan sekitarnya,
b. Deskripsi kondisi tanah,
c. Deskripsi konstruksi yang direncanakan, termasuk gaya-gaya yang bekerja,
d. Parameter perancangan tanah dan batuan, termasuk hasil justifikasi, jika sesuai,
e. Pernyataan standar dan pedoman yang digunakan,
27
f. Pernyataan kesesuain lokasi dengan mempertimbangkan konstruksi yang
direncanakan serta besaran risiko yang dapat diterima,
g. Perhitungan perancangan dan gambar rencana,
h. Rekomendasi perancangan fondasi,
i. Hal-hal yang perlu diperiksa selama konstruksi maupun kebutuhan
pemeliharaan atau monitoring.
28
29