Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN TINGGI

Perencanaan struktur suatu gedung bertingkat secara rinci membutuhkan suatu


rangkaian proses analisis dan perhitungan yang panjang serta rumit, yang
didasarkan pada asumsi dan pertimbangan teknis tertentu. Dengan kecanggihan
perangkat lunak yang ada pada saat ini memungkinkan para teknisi untuk
merencanakan segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang dengan sangat rinci
dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Proses perencanaan diawali dengan diskusi
dan kolaborasi antar disiplin, kemudian perencana struktur akan membuat kriteria
perencanaan (design criteria) struktur yang dianggap paling ekonomis serta dapat
memenuhi semua persyaratan disiplin lain. Kriteria perencanaan tersebut antara lain
meliputi design philosophy, jenis dan besaran pembebanan, kekuatan dan stabilitas,
kekakuan dan pembatasan deformasi, layak pakai, rangkak, susut, pengaruh
temperatur dan ketahanan terhadap api serta pembatasan penurunan dan
perbedaan penurunan termasuk soil-structure interaction.

Syarat – syarat Umum Perancangan Struktur Gedung meliputi:

1. Syarat Stabilitas

a. Statik

b .Dinamik

2. Syarat Kekuatan

a. Statik

b. Dinamik

3. Syarat Daktilitas

a. Elastik (Fully Elastic)

b. Daktilitas terbatas (limited ductility)

c. Daktilitas penuh (full ductility)

4. Syarat layak pakai dalam keadaan layan (serviceability)

a. Lendutan pelat dan balok

b. Simpangan bangunan (lateral drift)

c. Simpangan antar tingkat (Interstory drift)

d. Percepatan (acceleration), khususnya perencangan struktur terhadap


pengaruh angin.

e. Retakan (cracking)
f. Vibrasi/getaran (vibration) Syarat – syarat Umum Perancangan Struktur
Gedung meliputi:

5. Syarat Durabilitas (durability)

a. Kuat tekan minimum beton

b. Tebal selimut beton

c. Jenis dan kandungan semen

d. Tinjauan korosi

e. Mutu baja

6. Syarat ketahanan terhadap kebakaran

a. Dimensi minimum dari elemen/komponen strukur

b. Tebal selimut beton

c. Tebal lapisan pelindung terhadap ketahanan kebakaran

d. Jangka waktu ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur atas dan


basemen)

7. Syarat intergritas

a. Pencegahan terhadap keruntuhan progresif (biasanya diberi penambahan


tulangan pemegang antar komponen beton precast).

8. Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi

a. Penyesuaian dengan metoda konstruksi yang umum dilakukan pada


daerah setempat.

b. Bahan bangunan serta mutu bahan yang tersedia

c. Kondisi cuaca selama pelaksanaan

d. Kesediaan berbagai sumber daya setempat.

STANDAR PERENCANAAN

Secara umum, standar yang dipakai adalah konsep LRFD (Load Resistance
Factor Design) , yaitu konsep ketahanan struktur terhadap beban terfaktor dengan
tinjauan adanya faktor reduksi kekuatan masing-masing komponen struktur yang
diproposikan. Pengertian umumnya adalah, suatu struktur dinyatakan kuat bila
dalam setiap perencanaan kekuatan dipenuhi :

- UR n
- nR U nR

Dimana :

O = faktor reduksi kekuatan

R = kuat nominal

U = kuat perlu

OR = kuat rancang yang tersedia

Beban Pada Struktur

1. Beban Grafitasi

a. Beban mati, semua bagian dari struktur yang bersifat tetap.

b. Beban hidup, semua beban yang terjadi akibat

penghunian atau pengguna suatu gedung.

2. Beban Lateral

a. Beban angin, semua beban pada struktur yang

disebabkan oleh selisih tekanan udara.

b. Beban gempa , semua beban yang terjadi akibat

pergerakan tanah akibat adanya gempa.

3. Beban khusus Beban khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang terjadi akibat tekanan air, selisih suhu, pengangkatan dan
pemasangan, penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari
beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugaldan gaya
dinamik yang berasal dari mesin-mesin, serta pengaruhpengaruh khusus lainnya.
Aksi akibat beban khusus harus diperhitungkan dan ditambahkan pada perhitungan
perencanaan sebelumnya yang merupakan suatu rangkaian kombinasi pembebanan

Perencanaan Struktur-Umum

Sistem Struktur

Sistem struktur dari suatu bangunan, merupakan kumpulan dan kombinasi berbagai
elemen struktur yang dihubungkan dan disusun secara teratur, baik secara discrete
maupun menerus yang membentuk suatu totalitas kesatuan struktur.
Tujuan Perncanaan Struktur

Sistem struktur pada bangunan tinggi dirancang dan dipersiapkan agar mampu:

1. Memikul beban vertical baik statik maupun dinamik

2. Memikul beban horizontal, baik akibat angin maupun gempa

3. Menahan berbagai tegangan yang diakibatkan oleh pengaruh temperature dan


shinkage.

4. Menahan external dan internal blast dan beban kejut (impact loads).

5. Mengantisipasi pengaruh vibrations dan fatigue

Sistem Struktur Atas

a. Sistem struktur disebut baik bila dicapai :

1. Bentuk dan deh struktur yang simetris.

2. Skala struktur yang proporsional.

3. Tidak ada perubahan mendadak dari tahana lateral.

4. Tidak adanya perubahan mendadak dari kekakuan lateral.

5. Pembagian struktur yang seragam dan teratur.

6. Titik berat masa hampir sama dengan titik berat kekakuan.

7. Tidak sulit dibangun dan dalam batasan biaya yang memadahi.

b. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem


struktur terhadap beban lateral, antara lain :

1. Kekakuan diagfragma dan kekuan struktur.

2. Distribusi gaya dan konsentrasi tahanan. ‘

3. Tahanan pada keliling luar (perimeter) struktur bangunan.

4. Loncatan bidang vertikal.

5. Diskontinuitas kekuatan dan kekakuan struktur, akibat adanya balok transfer,


lantai trasfer, dinding struktur yang tidak menerus, dinding struktur yang letaknya
berselang seling.

6. Soft story effect


7. Ketidak teraturan struktur.

8. Adanya torsi yang besar tanpa adanya tahan torsi.

9. Benturan antar bangunan.

10. Pemisahan bangunan.

11. Effek kolom pendek.

12. Kemudahan pelaksanaan, terutama pada detail bangunan dan kerapatan


tulangan.

Sistem Struktur Lantai Diagfragma.

Ditinjau dari pemikulnya, pelat dapat dibagi dalam 2 macam :

1. Pelat yang memikul dalam satu arah ( one-way-slab)

2. Pelat yang memikul dalam dua arah (two-way- slab)

Besarnya beban yang didistribusikan pada masing-masing arah tergantung dari


berbagai faktor :

1. Kekakuan dari pelat.

2. Perbandingan sisi panjang dan pendek dari pelat.

3. Kekakuan dari balok-balok tumpuannya.

4. Jenis kondisi perletakan.

Tebal minimum pelat lantai pada umumnya berkisar antara 1/30 – 1/35 bentang
pendek untuk tumpuan balok-balok pada kedua sisinya. Dan 1/30 – 1/35
bentang panjang untuk struktur pelat lantai flat-plates (pelattanpa balok- balok
penumpu).
Sistem Struktur bawah Penentuan sistem struktur bawah harus didasarkan
pada datadata sebagai berikut :

a. Gambar rebcana arsitektur termasuk jumlah lapis basement yang dibutuhkan.

b. Keadaan dan situasi bangunan disekitarnya.

c. Hasil penyelidikan tanah yang meliputi :

1. Keadaan muka air tanah.

2. Penelitian pumping test jika dasar basement berada di bawah mika air tanah.

3. Lapisan tanah pendukung pondasi bangunan.

4. Rekomendasi sistem pondasi beserta daya dukung dan perkiraan penurunan


bangunan

Anda mungkin juga menyukai