Anda di halaman 1dari 30

Tahapan pertambangan

Pertambangan ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan galian
sampai dengan pemasaran bahan galian. secara umum tahapan kegiatan pertambangan terdiri
dari Penyelidikan Umum (Prospeksi), Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan,
dan Pemasaran.
1.

Penyelidikan Umum (Prospeksi)


Prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapanendapan mineral berharga. Atau dengan kata lain kegiatan ini bertujuan untuk menemukan
keberadaan atau indikasi adanya bahan galian yang akan dapat atau memberikan harapan
untuk diselidiki lebih lanjut. Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan
bahan galian yang berprospek untuk diteruskan sampai ke tahapan eksplorasi, maka kegiatan
ini harus dihentikan. Apabila tetap diteruskan akan menghabiskan dana secara sia-sia. Sering
juga tahapan prospeksi ini dilewatkan karena dianggap sudah ditemukan adanya indikasi atau
tanda-tanda keberadaan bahan galian yang sudah langsung bisa dieksplorasi.

Metoda prospeksi antara lain tracing float dan pemetaan geologi dan bahan galian.
metode tracing float ini digunakan terutama pada anak sungai, yang lebih mudah dilakukan
pada musim kemarau. Metode ini dilakukan untuk mencari atau menemukan float bahan
galian yang diinginkan, yang berasal dari lapukan zone mineralisasi yang melewati lereng
bukit atau terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran sungai. Dengan melakukan
tracing float dari arah hilir ke hulu sungai, maka bisa diharapkan untuk menemukan adanya
zone mineralisasi yang tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode ini litologi setempat
sebagian besar sudah diketahui.
Kedua, metode pemetaan geologi dan bahan galian. Metode ini dilakukan apabila
litologi setempat pada umumnya tidak diketahui, atau diperlukan data yang rinci lagi.
2.

Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan
suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan
bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan
galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut.

Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam
kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup. Tahap
ekplorasi ini juga sangat berperan pada tahan reklamasi nanti, melalui eksplorasi ini kita
dapat mengetahui dan mengenali seluruh komponen ekosistem yang ada sebelumnya.
A. Metode eksplorasi
Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi,
yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka

dilakukanlah

eksplorasi dengan metode atau cara antara lain sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat dilakukan dengan cara
membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.
2. Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal dari titik
percontohan dan dianalisis di laboratorium.
3. Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan geofisik seperti
seismic, SP, IP dan resistivity.
4. Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui
penyebaran lateral dan vertical bahan galian, maka dibuat peta penyebaran cadangan bahan
galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.
5. Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada di lapisan
atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan keteknikannya.
B. Tahapan Eksplorasi
Tahapan-tahapan eksplorasi secara umum ada dua, yaitu eksplorasi awal atau
pendahuluan dan eksplorasi detil. Penjelasan tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut,

Tahap Eksplorasi Pendahuluan


Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil

sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 :
50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap
data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama,
laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi
ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi
dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena

pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi
yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan
pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi
skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan
topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan
yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapansingkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran
langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan
batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal
penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas
geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan
sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru
(peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat
penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi
hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan
sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran.
Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur,
teodolit,

BTM,

dll.).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei
yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

Tahap Eksplorasi Detail


Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada

mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,
1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat
(rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang
lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan
cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga
dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat
dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan,
dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai
kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan
lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan
peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.

Studi Kelayakan
Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya

sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak
dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan
ekonomis dengan teknologi yang ada pada saat ini, dan dengan memperhatikan keselamatan
kerja serta kelestarian lingkungan hidup. Bila tidak atau belum layak maka data tersebut
diarsipkan.
3.

Perencanaan Tambang
Perencanaan tambang akan dilakukan apabila sudah ditemukan adanya cadangan
bahan galian yang sudah layak untuk ditambang, dengan tingkat cadangan terukur. Seperti
kita ketahui bahwa cadangan itu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu pertama, cadangan
terukur merupakan cadangan dengan tingkat kesalahan maksimal 20% dan pada cadangan

teukur ini telah dilakukan pengeboran untuk pengambilan sampel.Kedua, cadangan


terindikasi, merupakan cadangan dengan bahan galian dengan tingkat kesalahan 40% dan
belum ada dilakukan pengeboran. Ketiga, cadangan tereka, merupakan cadangan dengan
tingkat kesalahan 80% dan belum dilakukan pengeboran. Apabila tahap telah sampai pada
tahap perencanaan tambang. Berarti cadangan bahan galiannya telah sampai pada tingkat
cadangan terukur.
Perencanaan tambang dilakukan untuk merencanakan secara teknis, ekonomi dan
lingkungan kegiatan penambangan, agar dalam pelaksanaan kegiatannya dapat dapat
dilakukan dengan baik, aman terhadap lingkungan.
4.

Persiapan/Konstruksi
Persiapan/konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan fasilitas
penambangan sebelum operasi penambangan dilakukan. Pekerjaan tersebut seperti
pembuatan akses jalan tambang, pelabuhan, perkantoran, bengkel, mes karyawan, fasilitas
komunikasi dan pembangkit listrik untuk keperluan kegiatan penambangan, serta fasilitas
pengolahan bahan galian.

5.

Penambangan
Penambangan bahan galian dibagi atas tiga bagian yaitu tambang terbuka, tambang
bawah tanah dan tambang bawah air. Tambang terbuka dikelompokan atas quarry strip mine,
open cut, tambang alluvial, dan tambang semprot. Tambang bawah tanah dikelompokkan atas
room and pillar, longwall, caving, open stope, supported stope, dan shrinkage. System
penambangan dengan menggunakan kapal keruk dapat dikelompokkan menjadi tambang
bawah air, walaupun relative dangkal.
a.

Metoda tambang terbuka


Tambang terbuka secara umum didefinisikan sebagai kegiatan penambangan bahan

galian yag berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat tahapan umum dalam kegiatan
penambangan terbuka yaitu pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk dan menyimpannya
di tempat tertentu, pembongkaran dan penggalian tanah penutup (overburden) dengan
menggunakan bahan peledak ataupun tanpa bahan peledak dan memindahkannya ke disposal
area, penggalian bahan galian atau eksploitasi, dan membawanya ke stockpile untuk diolah

dan dipasarkan serta melakukan reklamasi lahan bekas penambangan (pembahasan


selanjutnya).
b. Tambang Bawah Tanah
Tambang bawah tanah secara umum didefinisikan sebagai tambang yang tidak
berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat beberapa tahapan dalam tambang bawah
tanah yaitu, pembuatan jalan utama (main road), pemasangan penyangga (supported),
pembuatan lubang maju untuk produksi, ventilasi, drainase, dan fasilitas tambang bawah
tanah lainnya. Setelah itu melakukan operasional penambangan bawah tanah dengan atau
tanpa bahan peledak dan kemudian membawa bahan galian ke stock pile untuk diolah dan
dipasarkan.
c.Tambang bawah air
Tambang bawah air ialah metode penambangan di bawah air yang dilakukan untuk
endapan bahan galian alluvial, marine dangkal dan marine dalam. Pralatan utama
penambangan bawah air ini ialah kapal keruk.

Secara umum, penambangan adalah kegiatan penggalian terhadap bahan tambang yang
kemudian untuk dilakukan pengolahan dan pemasaran. Pada tahap ini kegiatannya terdiri dari
pembongkaran/penggalian, pemuatan ke dalam alat angkut, dan pengankutan ke fasilitas
pengolahan maupun langsung dipasarkan apabila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
6.

Pengolahan
Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih
dahulu di tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar lain oleh tercampurnya pengotor
bersama bahan galian, perlu spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah
maka harga jualnya relative lebih rendah jika dibandingka dengan yang sudah diolah, dan
bahan galian perlu diolah agar dapat mengurangi volume dan ongkos angkut, mningkatkan
nilai tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa-senyawa kimia yang tidak
dikehendaki pabrik peleburan.
Cara Pengolahan bahan galian secara garis besar dapat dibagi atas pengolahan secara
fisika, secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, dan pengolahan secra fisika dan kimia
dengan ekstraksi metal. Pengolahan bahan galian secara fisika ialah pengolahan bahan galian

dengan cara memberikan perlakuan fisika seperti peremukan, penggerusan, pencucian,


pengeringan, dan pembakaran dengan suhu rendah. Contoh yang tergolong pengolahan
ini seperti pencucian batu bara. Yang kedua pengolahan secara fisika dan kimia tanpa
ekstraksi metal, yaitu pengolahan dengan cara fisika dan kimia tanpa adanya proses
konsentrasi dan ekstraksi metal. Contohnya, pengolahan batu bara skala rendah
menggunakan reagen kimia. Ketiga, pengolahan bahan galian secara fisika dan kimia
dengan ekstraksi metal, yaitu pengolahan logam mulia dan logam dasar.
7.

Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen.
Antara perusahaan pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka
panjang, dan spot ataupun penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar
yang penjualan produknya dengan kontrak jangka panjang misalnya lebih dari satu
tahun. Sedangkan penjualan spot, yaitu penjualan sesaat atau satu atau dua kali
pengiriman atau order saja.

8.

Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang
telah rusak baik itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya. Reklamasi ini
dilakukan dengan cara penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang
rusak akibat kegiatan penambangan tersebut. Reklamasi perlu dilakukan karena
Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan biologi seperti bentuk
lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat
fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari
dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk,
masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh
bahan beracun dan lain-lain. Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu
Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu Ekologinya,
dan Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk
pemanfaatannya selanjutnya.

Klasifikasi massa batuan


KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Pendahuluan
Geologi adalah faktor terpenting dalam menentukan jenis, bentuk dan biaya
terowongan, pelaksanaan terowongan akan menemui tingkat ketidak pastian yang
tinggi jika data kondisi batuan atau tanah disekitar terowongan tidak lengkap.
Sebelum

pelaksanaan

terowongan,

pada

umumnya

akan

dilakukan

penyelidikan geologi teknik menggunakan metode pemboran, insitu testing, adits


maupun pilot tunnel. Adits untuk ekplorasi umumnya tidak dilakukan kecuali
suatu bagian terowonga n dianggap berbahaya. Pada pemboran inti, core sampel
harus selalu disimpan untuk membantu jika ditemui masalah geoteknik saat
pelaksanaan.
Pilot tunnel adalah cara terbaik untuk menyelidiki lokasi terowongan dan
harus digunakan bila terowongan berukuran besar akan dilaksanakan pada jalur
yang mempunyai kondisi geologi yang kritis. Degan membuat pilot tunnel maka
berbagai masalah yang akan ditemui pada pelaksanaan penggalian pada skala
yang lebih besar dapat diantisipasi sedini mungkin.
Syarat utama untuk konstruksi suatu terowongan adalah :
1. Dapat dilaksanakan dengan aman.
2.

Pelaksanaan tidak mengakibatkan kerusakan yang tidak dikehendaki


pada bangunan penting lainnya.

3. Konstruksi terowongan harus minim pemeliharaan.


4. Dalam jangka panjang harus dapat menahan segala gaya yang bekerja ,
terutama tekanan tanah dan air tanah.

Sudah dikembangkan lebih dari 100 tahun lalu, sejak Ritter (1879) mencoba
melakukan pendekatan empiris untuk perancangan terowongan, khususnya
penentuan kebutuhan penyangga.

Metode klasifikasi akan cocok jika digunakan dalam kondisi yang sama
dengan kondisi pada saat metode tersebut dikembangkan. Meskipun demikian,
tetap diperlukan kehatihatian untuk menerapkannya pada persoalan mekanika
batuan yang lain.
Klasifikasi massa batuan menguntungkan pada tahap studi kelayakan dan
desain awal dimana sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai massa
batuan, tegangan, dan hidrogeologi.
Secara sederhana, klasifikasi massa batuan digunakan sebagai sebuah checklist untuk meyakinkan bahwa semua informasi penting telah dipertimbangkan.

Tujuan Pengklasifikasian Massa Batuan


Secara umum tujuan dan manfaat pengklasifikasian massa batuan yaitu dapat
mengelompokkan batuan dan mengetahui jenis, karakter atau data-data lain
mengenai batuan tersebut.Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk:

Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat


massa batuan.

Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai


kesamaan sifat dan kualitas.

Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas


massa batuan.

Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu


tempat dengan kondisi massa batuan di tempat lain.

Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.

Menyediakan dasar acuan untuk komunikasi antara geologist dan engineer.

Keuntungan dari digunakannya klasifikasi massa batuan:

Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data masukan


sebagai parameter klasifikasi.

Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.

Memungkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi yang


lebih efektif pada suatu proyek.
10

Macam macam Klasifikasi Massa Batuan pada Penerowongan


1. Klasifikasi Massa Batuan Terzaghi
Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946.
Merupakan metode pertama yang cukup rasional yang mengevaluasi
beban batuan untuk desain terowongan dengan penyangga baja. Metode
ini telah dipakai secara berhasil di Amerika selama kurun waktu 50 tahun.
Akan tetapi pada saat ini metode ini sudah tidak cocok lagi dimana banyak
sekali terowongan saat ini yang dibangun dengan menggunakan
penyangga beton dan rockbolts.

2. Klasifikasi Stand-Up Time


Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958.Metode ini adalah
metode dengan bertambahnya span terowongan akan menyebabkan
berkurangnya waktu berdirinya terowongan tersebut tanpa penyanggaan.
Metode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan klasifikasi massa
batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap stand-up
time adalah: arah sumbu terowongan, bentuk potongan melintang, metode
penggalian, dan metode penyanggaan.
11

Semakin besar terowongan, semakin singkat waktu yang harus


digunakan untuk pemasangan penyangga. Sebagai contoh, pilot tunnel
kecil mungkin saja dikonstruksi dengan penyangga minimal, sedangkan
terowongan dengan span yang lebih besar pada massa batuan yang sama
mungkin tidak mantap jika penyangga tidak seketika dipasang.

3. Rock Quality Designation (RQD)


RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini
didasarkan pada penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai
panjang 10 cm atau lebih. Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau
tidak keras tidak perlu dihitung walaupun mempunyai panjang lebih dari
10cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm. Nilai RQD ini dapat pula
dipakai untuk memperkirakan penyanggaan terowongan.
Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai RQD
Kualitas massa batuan
< 25%

Sangat jelek

25 50%

Jelek

50 75%

Sedang

75 90%

Baik

90 100%

Sangat baik

Metode ini tidak memperhitungkan faktor orientasi bidang diskontinu,


material pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan
keadaan massa batuan yang sebenarnya.

4. Rock Structure Rating (RSR)


RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan
Skinner pada tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan metode kuantitatif
untuk menggambarkan kualitas suatu massa batuan dan menentukan jenis
penyanggaan di terowongan. Motode ini merupakan metode pertama
untuk menentukan klasifikasi massa batuan yang komplit setelah
diperkenalkannya klasifikasi massa batuan oleh Terzaghi 1946.

12

RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan


penyanggaan dengan penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan untuk
menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt dan beton.

5. Rock Mass Rating (RMR)


Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan
yang disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock
Mass Rating (RMR). Setelah bertahun-tahun, klasifikasi massa batuan ini
telah mengalami penyesuaian dikarenakan adanya penambahan data
masukan sehingga Bieniawski membuat perubahan nilai rating pada
parameter yang digunakan untuk penilaian klasifikasi massa batuan
tersebut. Pada penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan
adalah klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989).
Parameter

yang

digunakan

dalam

klasifikasi

massa

batuan

menggunakan Sistim RMR yaitu:

Kuat tekan uniaxial batuan utuh

Kondisi bidang diskontinyu

Rock Quality Designatian

Kondisi air tanah.

(RQD)

Orientasi/arah bidang

Spasi bidang dikontinyu.

diskontinyu.

Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan


perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan
perubahan jenis batuan. RMR ini dapat digunakan untuk terowongan. lereng, dan
pondasi.

6. Rock Tunnelling Quality Index


Q-system diperkenalkan oleh Barton pada tahun 1974. Nilai Q didefinisikan sebagai:

13

Dimana:

RQD adalah Rock Quality


Designatio

Jn adalah jumlah set kekar

Jr adalah nilai kekasaran kekar

Ja adalah nilai alterasi kekar

Jw adalah faktor air tanah

SRF adalah faktor


berkurangnya tegangan

RQD/Jn Menunjukkan struktur massa


batuan.

Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan


karakteritik gesekan diantara bidang
kekar stsu material pengisi.

Jw/SRF merepresentasikan tegangan


aktif yang bekerja.

Berdasarkan nilai Q kemudian dapat


ditentukan jenis penyanggaan yang
dibutuhkan untuk terowongan.

14

METODE SISTEM PENYALIRAN TAMBANG


Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang
masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah
terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang
berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang
ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang
digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama.

1.2 Metode Penyaliran Tambang


Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada
tambang terbuka dapat dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:
Mengeluarkan Air Tambang (Mine Dewatering)
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi
penambangan. Beberapa metode penyaliran tambang (mine dewatering)
adalah sebagai berikut :
1. Membuat sump di dalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi kerja. Air
tambang dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian dipompa keluar.
Pemasangan jumlah pompa tergantung pada kedalaman penggalian, dengan
kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk ke dalam lokasi
penambangan.
2. Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open castatau
kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju
kolam penampungan, langsung ke sungai atau diarahkan ke selokan (riool).
Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu.
Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur
15

berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan


memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar melintang dari parit
umumnya trapesium.

PEMBAHASAN
II.1 Penyaliran Pada Tambang Terbuka
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan.
Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal
dari sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran Mine drainage :

Metode Siemens : Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat


lubang bor kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap
bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam
lapisan akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya
dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan.
Metode Siemens

Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump). Metode ini digunakan


untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah dan jenjang tinggi.
Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam
lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatis jika tercelup air.
Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.
Metode Deep well pump

Metode Elektro Osmosis. Pada metode ini digunakan batang anoda serta
katoda. Bilamana elemen-elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai,
H+ pada katoda (disumur besar) dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada
sumur lalu dihisap dengan pompa.

16

Metode electro osmosis

Small Pipe With Vacuum Pump. Cara ini diterapkan pada lapisan batuan
yang inpermiabel (jumlah air sedikit) dengan membuat lubang bor. Kemudian
dimasukkan pipa yang ujung bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa
isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai
penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang.
Di bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan
pompa, rongga antara pipa
lubang bor kedap udara sehingga air akan
terserap ke dalam lubang bor.
Metode Small Pipe With Vacuum Pump

2. Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air
hujan. Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut :

Sistem Kolam Terbuka. Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang
telah masuk ke daerah penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump),
kemudian dipompa keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung
kedalaman penggalian.

Cara Paritan. Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang
paling mudah, yaitu dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi
penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan untuk menampung air limpasan
yang menuju lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluransaluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam penampung atau dibuang
langsung ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Sistem Adit. Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada
tambang terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang
dibuat dari tempat kerja menembus ke shaft yang dibuat di sisi bukit untuk
pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan
sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran

17

horisontal tersebut dan shaft.


Sistem Adit

II.2 Penyaliran Pada Tambang Bawah Tanah


Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Dengan Tunnel (Terowongan). Penyaliran dengan cara ini adalah
dengan membuat tunnel atau adit bila topografi daerahnya
memungkinkan, dimana terowongan atau adit ini dibuat sebagai level
pengeringan tersendiri untuk mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini
relatif murah dan ekonomis bila dibandingkan dengan sistem
penyaliran menggunakan cara pemompaan air ke luar tambang.

2. Dengan Pemompaan. Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem


pemompaan adalah untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar shaf
atau sumuran bawah tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dari
permukaan maupun air rembesan air bawah tanah.
II.3. Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
1. Permeabilitas
Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu
yang perlu diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan
sebagai kemapuan suatu fluida bergerak melalui rongga pori massa batuan.
2. Rencana Kemajuan Tambang
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran
yang akan dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak
menghambat sistem kerja yang ada.
3. Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan,
sehingga besar kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi
penambangan akan mempengaruhi banyak sedikitnya air tambang yang harus
dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan dalam data curah hujan
harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel. Analisa
18

curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan


dengan mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah
hujan maksimum setiap bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat
dibatasi jumlahnya sebanyak data.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode
ulang tertentu dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu
dimana curah hujan rencana tersebut diperkirakan berlangsung sekali.
Penentuan curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu berdasarkan
Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus diolah terlebih dahulu
menggunakan kaidah statistik mengingat kumpulan data adalah kumpulan
yang tidak tergantung satu sama lain, maka untuk proses pengolahannya
digunakan analisis regresi metode statistik.

Struktur Organisasi dan Tenaga kerja di Pertambangan


Organisasi adalah suatu mekanisme pembagian kerja dan kerjasama dari orang yang
berhimpun untuk menjalankan kegiatan produksi.
Pada umumnya pelaksanaan operasi penanmbangan dapat menggunakan 2 alternative
pola kerja yang perlu di kaji, yaitu:
1. seluruh kegiatan penambangan dikerjakan sendiri.
2. seluruh kegiatan operasi penambangan oleh sub-kontraktor
Pada kegiatan pola pertama konsekuensinya akan banyak tenaga kerja yang di serap.
Organisasi penambangan di pimpin oleh seorang manajer tambang yang bertanggung
jawab kepada direksi. Manajer tambang atau kepala teknik tambang merupakan
pimpinan tertinggi di lokasi penambangan, yang membawahi 5 divisi organisasi
yaitu: divisi perencanaan, divisi operasi tambang, divisi pengolahan, divisi perawatan
dan lingkungan serta divisi administrasi dan keuangan. Setiap divisi akan didukung
oleh beberapa staff untuk kelancaraan pekerjaan. Struktur organisasi alternatif pola
kerja pertama dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

19

Fungsi tiap bagian Secara garis besar adalah sebagi berikut :


1. Divisi Perencanaan
Divisi Perencanaan membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung jawab terhadap
perencanaan tambang , laporan produksi harian/ mingguan/ bulanan, penentuan
sasaran produksi dan kualitas produk. Divisi ini bertanggung jawab pada perencanaan
tambang baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Divisi Operasi Tambang


Divisi ini di bagi 2 bagian yaitu bagian ekplorasi yang bertugas melakukan ekplorasi
yang dibantu oleh para staf dan bagian penambangan yang bertanggung jawab pada
pembongkaran , pengangkutan, dan pemuatan serta kualitas dari bahan galian itu
sendiri.

20

3. Divisi Pengolahan
Tugas dari divisi pengolahan antara lain sebagai pengendali mutu yang mempunyai
fungsi menganalisa bahan galian yang akan diolah.

4. Divisi K3 dan Lingkungan


Divisi ini bertanggung jawab terhadap:
a. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K-3)
b. Lingkungan, mencegah dampak negative yang timbul karena operasi tambang,
mengontrol, rekloamasi dan penghijauan daerah tambang.
c. Perawatan kendaran ringan dan alat-alat berat.
d. Sarana penerangan daerah tambang.
e. Bangunan kantor dan pabrik pengolahan

5. Divisi Administrasi dan keuangan


Divisi administrasi dan keuangan membantu manajer dan bertanggung jawab
terhadap kegiatan-kegiatan yangmendukung operasi tambang, anatara lain:
a. Keuangan dan Pembayaran gaji (payroll)
b. Administrasi dan surat-menyurat
c. Personalia dan umum.
d. Security / satpam
e. Hubungan kepada pemerintah dan masarakat setempat
f. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja.

21

22

UKL/UPL DAN AMDAL

Apakah Amdal Itu?


AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosialekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi
kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan).
kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup; dibuat pada tahap
perencanaan
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah
satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan
hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan

23

untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau


kegiatan.
Dokumen AMDAL terdiri dari :

Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAANDAL)

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana
usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu
direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.
Apa guna AMDAL?

Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan


hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup

Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan

memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif

24

digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin


usaha dan/atau kegiatan
Bagaimana prosedur AMDAL?
Prosedur AMDAL terdiri dari :

Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat

Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau
kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan
apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala


BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang
diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu
sebelum menyusun KA-ANDAL.
Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk
menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses
pelingkupan).
Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.

25

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL).
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa
mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL
untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL,
RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Siapa yang harus menyusun AMDAL?
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.
Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal
cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal
Nomor 09/2000.
Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses AMDAL?
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL,
pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di
tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di
tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan
hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga

26

masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini.
Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi
Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain
sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan,
faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan
hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat
berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena
dampak, dan masyarakat pemerhati.
Apa yang dimaksud dengan UKL dan UPL ?
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib
melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.

27

Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun


AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan
keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan
menggunakan formulir isian yang berisi :

Identitas pemrakarsa

Rencana Usaha dan/atau kegiatan

Dampak Lingkungan yang akan terjadi

Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


Kabupaten/Kota untuk

kegiatan

yang berlokasi

pada satu

wilayah

kabupaten/kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan


pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari
satu propinsi atau lintas batas negara

Apa kaitan AMDAL dengan dokumen/kajian lingkungan lainnya ?

28

AMDAL-UKL/UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi
diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001).
UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan
limbahnya.
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan
lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan
perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa
dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan
Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.
Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik,
dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya
kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun
Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

29

AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela


Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki
untuk meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan
audit lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan
yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang
Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan.
Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang
wajib AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban
penyusunan dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini
sangat didorong untuk disusun oleh pemrakarsa karena sifatnya akan sangat
membantu

efektifitas

pelaksanaan

pengelolaan

lingkungan

sekaligus

dapat

memperbaiki ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen AMDAL.


Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat
berguna bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan
dengan luar negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan
Sukarela, dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang
dipromosikan penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya.

30

Anda mungkin juga menyukai