Anda di halaman 1dari 19

BAB

GEOLOGI

Formasi Muara Enim terdiri dari 4 units yaitu M1 - M4. M1 merupakan bagian yang terendah dan
tertua umur geologinya, M2 dan M4 berumur geologi diatas Miocene dan memiliki potensi paling
ekonomis.
M1 mempunyai dua lapisan induk batubara yaitu teratas lapisan Merapi (D) dan dibawahnya lapisan
Kladi yang memiliki ketebalan 5 - 10 m, sedangkan komposisi batuan M1 adalah brown - grey
sands, silts, dan clays.
M2 memiliki tiga lapisan batubara yaitu Mangus (A), Suban (B), dan Petai (C) dengan ketebalan
yang bervariasi antara 30 - 50 m. Komposisi batuan M2 terdiri dari clay band di Suban (B) dan
volcanic tuff di lapisan A1, brown-grey clays, brown-grey medium sands dan di bagian terbawah
terdapat green-grey fine sands.
M3 (ketebalan 40 - 120 m) terdiri dari sand, silt dan terdapat sedikit lapisan batubara yaitu Burung
dan Benuang yang tidak memiliki potensi ekonomis.
M4 dengan ketebalan 120 - 200 m merupakan bagian paling teratas dan termuda di formasi Muara
Enim. Bagian ini tersiri dari "hanging layers" yang meliputi lapisan Lematang (Bagian timurnya
adalah lapisan Jelawatan) dengan ketebalan 10 - 30 m.
Secara garis besar, distribusi batubara dan tanah dengan arah vertikal berdasarkan lokasi tambang
adalah sebagai berikut :

1. AIR LAYA
Lapisan C; lapisan ini terletak dibagian terbawah dari formasi Muara Enim grup M2 yang memiliki
ketebalan rata-rata 7 - 8 meter. Ketebalan maksimum 11.2 meter diperoleh data dari bor RC 59 A
Interburden B2-C; lapisan ini terbagi menjadi tiga bagian :
Layer silty claystone dengan ketebalan 1 - 2 meter dibawah lapisan B2
Sandstone dengan ketebalan 25 meter dengan kandungan glauconet (Marine mineral) dan
terjadi sebelum intrusi andesit. Kekuatannya 5 - 100 Kg/cm2.
Silty dark grey to black claystone terletak dibagian atas lapisan C
Lapisan B2; merupakan lapisan paling tipis dengan rata-rata ketebalan 3 meter dan ketebalan
maksimum 4.75 meter diperoleh dari bor RC 44.
Interburden B1-B2; silty claystone dengan kandungan pasir yang berbeda sehingga dikategorikan
keras - sangat keras dan berwarna dark grey to black yang semakin mendekati dasar B2.

STRATIGRAPHIC SEQUENCE AND LITHOLOGIC COLUMN OF


AIRLAYA MINE OF TANJUNG ENIM
(No Scale)

KAF

JELAWATAN

M4

ENIM

(MP. B )

MEMBER B

KEBON
BENUANG
BURUNG
M3

( MP. A )

MEMBER A

KASAI

FORMATION
FORMATION

MUARA ENIM

PALEMBANG GROUP

TERTIARY

MIO - PLIOC

PLIOCENE

NIRU

MANGUS
MANGUS
M2

SUBAN

MERAPI

BAF

FORMATION

AIR BENAKAT

MIOCENE

PETAI

M1

KELADI

+ + + o..oooo. - -+++
v-v-v-v
+++
-----++
-----+++
----+ + +- - - - - + + + -v -- v-- -v --v+ + +- - - - - +++ - - - - + + +- - - - - +++ v-v-v-v
+ + +- - - - - -----+++ - - - - + + +- - - - - +++
+++
+++ v-v-v-v
+ + +.v.v.v.v
+++
+++
+++
+ + + --- -- - -+++
+ + +- - - - - +++ - - - - +++
+++
+ + +- - - - - +++ - - - - +++
+++ . . . . . .
+ + +. . . . . . .
+ + ++ + . . . .
+ + ++ +. . . . .
+ + +- - - - - +++ - - - - +++
+++- - - - - + + +. . . . . . .
+++ - - .. .

Discription

Thickness (m)

Gravel, sand (local coverages)


Hanging Seam

> 120

Claystone, silicified layers, bentonite layers


few siltstone layers.

6,5 - 10,0

A1 Coal, small tuffaceous claystone


intercolations.

0,5 - 2 ,0

Claystoe, bentonic, sandstone - tuffaceous.

9,0 - 12,9

A2 Coal, top silicified.


Claystone, siltstone, sandstone intercolations.

15 - 23

Suban Marker.
B1 Coal, small carbonaceous silty clay-

8,0 - 12,3

stone intercolations.

2-5

Claystone, siltystone layers.

4-5

B2 Coal, lences of carbonaceous claystone on the base.

25 - 40

Sandstone with siltstone layers.


Andesit sill.
Claystone

7,0 - 10,0

C Coal, small carbonaceous clay / siltstone intercolations.


Claystone, siltstone, sandstone.

Remark :

--------

Claystone

......
......

Sandstone

o ..o..o..o

vvvvvv
vvvvvv

Bentonite

- ..-..-..-

Coal

++++++
++++++

Andesite

Gravel

Siltstone

Sumber : Geologist - Dinas Eksplorasi Pengembangan


Lapisan B1; lapisan paling tebal dengan maksimum ketebalan 13.35 meter dari data bor RC 55,
sedangkan ketebalan rata-rata 10 meter.
Interburden A2-B1; ketebalannya 17 meter dengan kandungan siltstone dan claystone yang lebih
bersifat pasiran.
Lapisan A2; memiliki ketebalan rata-rata 9 meter dengan maksimum ketebalan 12.45 meter
diperoleh dari bor RC 55. Karakteristik dari lapisan ini terdiri dari silicified coal dengan ketebalan
10 - 20 cm dan bentoinitic pelletoidal clay band dengan ketebalan 10 cm yang terletak ditengah
lapisan.

Interburden A1-A2; terdiri dari bentoinitic layer dan tuffaceous bentoinitic sandstone.
Lapisan A1; lapisan teratas dengan ketebalan maksimum 10.25 meter diperoleh dari bor RC 62 dan
ketebalan rata-rata 7 - 8 meter. Karakteristiknya terdiri dari bentonoitic clay, pelletoidal dan tuff
dengan ketebalan 10 - 20 cm.

2. BANKO BARAT

STRATIGRAPHIC SEQUENCE AND LITHOLOGIC COLUMN OF


BANKO BARAT MINE OF TANJUNG ENIM
(Non Scale)

Discription

Thickness (m)

------

KAF

JELAWATAN

M4

ENIM

(MP. B )

MEMBER B

KEBON
BENUANG
BURUNG

--------------------v -- v-- -v --v--------------v-v-v-v


--------------------

( MP. A )

> 120

10.5

SUBAN

--- -- - -- -- -- -- -- ------

B1 Coal, small carbonaceous silty clay-

BAF

FORMATION

AIR BENAKAT

......
.......
.......
- -- -- -- -- --

B2 Coal, lences of carbonaceous claystone on the base.


Sandstone with siltstone layers.
Claystone

11.5

KELADI

stone intercolations.
Claystone, siltystone layers.

- -- -- -- -- --

-----.-.-.- - -

A2 Coal, top silicified.

Suban Marker (0,3 m)

5.0

M1

Batubara A1, small tuffaceous claystone


intercolations.

Claystone, siltstone, sandstone intercolations.

12.0

MERAPI

Claystone, silicified layers, bentonite layers


few siltstone layers.

Claystoe, bentonic, sandstone - tuffaceous.


11.0

MANGUS
MANGUS
M2

Hanging Seam

v-v-v-v
.v.v.v.v

M3

MEMBER A

KASAI

FORMATION
FORMATION

MUARA ENIM

MIO - PLIOC

PALEMBANG GROUP

v-v-v-v

PETAI

MIOCENE

TERTIARY

PLIOCENE

NIRU

0.9
> 100

C Coal, small carbonaceous clay / siltstone intercolations and sometime parting.


Claystone, siltstone, sandstone.

Remark :

--------

Claystone

......
......

Sandstone

vvvvvv
vvvvvv

Bentonite

Coal

- ..-..-..-

Siltstone

Sumber : Geologist - Dinas Eksplorasi Pengembangan

Lapisan A1; memiliki ketebalan rata-rata 7.3 m yang berasosiasi dengan siliceous dan
ferruginousdengan ketebalan 0.2 - 0.3 m.
Interburden A1-A2; Over burden A1 banyak mengandung silty claystone, sedangkan pada
interburden ini terbentuk dari tuffaceous sandstone yang mengandung montmorillonite dan kwarsa.
Lapisan A2; memiliki ketebalan rata-rata 9.8 m
Interburden A2-B1; pada bagian ini sangat banyak mengandung silty claystone dengan sedikit
terdapat sisa fosil tanaman dan mollusca.
Lapisan B1; memiliki ketebalan rata-rata 12.7 m
Interburden B1-B2; bagian ini juga terdapat porsi silty claystone.
Lapisan B2; memiliki ketebalan rata-rata 4.5 m
Interburden B2-C1; material utama pembentuk lapisan ini adalah laminated beds of sandstone,
silty claystone dan carbonaceous. Terdapat lensa-lensa silicified sandstone dengan ketebalan 1 m
dan lebar 5 m.
Lapisan C1; memiliki ketebalan rata-rata5.1 m
Interburden C1-C2; juga mendapat porsi yang sama dengan interburden B1-B2 yaitu silty
sandstone.
Lapisan C2; memiliki ketebalan rata-rata 6.2 m

3. MUARA TIGA BESAR UTARA


Lapisan A1; ketebalan rata-rata 8.5 m dengan kedalaman dari permukaan 150 m. Sedangkan dalam
range ketebalannya 6.8 m - 10 m.
Interburden A1-A2; layer volcanic tuff dengan ketebalan rata-rata 3 m, dan ketebalan dalam range
0.2 - 16.1 m.
Lapisan A2; ketebalan rata-rata 12.9 m dengan minimum 9.8 m dan maksimum 14.75 m.
Interburden A2-B; didominasi oleh claystone dengan ketebalan rata-rata 17 m.
Lapisan B; ketebalan rata-rata 17.7 m dan ketebalan maksimumnya 20 m diperoleh dari bor HD 7
dan HD 10. Pada bagian atas lapisan terdapat coast clastical sediment yang sudah tererosi.

STRATIGRAPHIC SEQUENCE AND LITHOLOGIC COLUMN OF


MUARA TIGA BESAR MINE OF TANJUNG ENIM
(Non Scale)

Discription

Thickness (m)

------

KAF

JELAWATAN

M4

ENIM

(MP. B )

MEMBER B

KEBON
BENUANG
BURUNG

( MP. A )

MANGUS
MANGUS
M2

> 120

--- -- - -- -- -- -- -- --

Claystone, silicified layers, bentonite layers


few siltstone layers.

8.6

Batubara A1, small tuffaceous claystone


intercolations.

2.9

Claystoe, bentonic, sandstone - tuffaceous.


A2 Coal, top silicified.
Claystone, siltstone, sandstone intercolations.

17.0

SUBAN
17.6

Suban Marker (0,3 m)

B Coal, small carbonaceous silty claystone intercolations.

MERAPI

BAF

FORMATION

AIR BENAKAT

v-v-v-v
.v.v.v.v

Hanging Seam

12.8

PETAI

MIOCENE

-------------------v-v-v-v
-------------------v-v-v-v
--------------------

M3

MEMBER A

KASAI

v-v-v-v

FORMATION
FORMATION

MUARA ENIM

MIO - PLIOC

PALEMBANG GROUP

TERTIARY

PLIOCENE

NIRU

M1

-----......
.......
.......
.......
- -- -- -- -- --

Claystone, siltystone layers.


36.9

Claystone
8.9

KELADI

-----.-.-.- - -

Sandstone with siltstone layers.

0.9
> 100

C Coal, small carbonaceous clay / siltstone intercolations and sometime parting.


Claystone, siltstone, sandstone.

Remark :

--------

Claystone

......
......

Sandstone

vvvvvv
vvvvvv

Bentonite

Coal

- ..-..-..-

Siltstone

Sumber : Geologist - Dinas Eksplorasi Pengembangan

Interburden B-C; ketebalan rata-rata 38.5 m dengan maksimum 44 m dan minimum 28 m.


Lapisan C; ketebalan rata-rata 8.6 m, ketebalan maksimum 11.4 m dan minimum 8 m.

BAB
UJI COBA & PENGAMATAN ANTARA
METODE "RIP AND PUSH" DAN "DRILLING AND BLASTING"

Parameter kemampugalian diperoleh dari hasil test UCS (Unconfined Compression Strength), secara
garis besar untuk kondisi di Tanjung Enim dapat dilihat pada Tabel I (Sumber Kinhill Otto Gold).
Berdasarkan data tersebut maka untuk jenis batuan yang memiliki kecenderungan untuk dilakukan
ripping, "ligth blasting" dan peledakan adalah pada batuan yang memiliki Kpa yang lebih besar dari
Kpa alat gali. Seperti yang ditemui di Tambang Air Laya bahwa Bucket Wheel Excavator memiliki
Kemampugalian < 5000 Kpa, jenis batuan yang tidak dapat langsung digali oleh BWE adalah
interburden B2C dengan UCS rata-rata 5210 Kpa, sehingga dibutuhkan alat atau cara untuk
melakukan pembongkaran terlebih dahulu dengan menggunakan ripper atau peledakan.

A. RIP AND PUSH


Pada kondisi tertentu metode "rip and push" memiliki keterbatasan yang dapat dilihat pada gambar
4, 5 dan 6 dari jenis alat yang berbeda yaitu D 8 R, D 10 R dan D 375 R. Berdasarkan grafik antara
produktivitas dan Seismic velocity tersebut dapat dilihat bahwa alat garu memiliki kemampuan yang
berbeda pada jenis material yang akan digaru. Pada kondisi Velocity Seismic > 9000 Ft/Sec fungsi
ripper harus digantikan oleh peledakan.

1m
Permukaan Garu

Shank Ripper

0.8 m
1m

Produktivitas (Bcm/Jam)

Produktivit Seismic VeSeismic Velocity (Ft/sec)


0
0.5Evaluasi2 D 8 R Single Shank Ripper
250
1
3
500
2
4
2500
750
5
1000
6
2250
1250
7
2000
1500
8
1750
1750
9
1500
2000
2250
1250
2500
1000
750
500
250
0
2

Seismic Velocity (ft/sec) x 1000

TOPSOIL
CLAY
GLACIAL TILL
IGNEOUS ROCK
Granite
Basalt
Trap Rock
SEDIMENTARY ROCKS
Shale
Sandstone
Siltstone
Claystone
Conglomerate
Breccia
Caliche
Limestone
METAMORPHICS ROCKS
Schist
Slate
MINERALS & ORES
Coal
Iron Ore

NON RIPABLE

RIPPABLE

Produktivitas (Bcm/Jam)

Produktivit Seismic VeSeismic Velocity (Ft/sec)


0
0.5Evaluasi2D 10 R Single Shank Ripper
250
1
3
500
2
4
2500
750
5
1000
6
2250
1250
7
2000
1500
8
1750
1750
9
1500
2000
2250
1250
2500
1000
750
500
250
0
2

Seismic Velocity (ft/sec) x 1000

TOPSOIL
CLAY
GLACIAL TILL
IGNEOUS ROCK
Granite
Basalt
Trap Rock
SEDIMENTARY ROCKS
Shale
Sandstone
Siltstone
Claystone
Conglomerate
Breccia
Caliche
Limestone
METAMORPHICS ROCKS
Schist
Slate
MINERALS & ORES
Coal
Iron Ore

NON RIPABLE

RIPPABLE

Produktivitas (Bcm/Jam)

Produktivit Seismic VeSeismic Velocity (Ft/sec)


0
0.5
Evaluasi 2D 375 R Single Shank Ripper
250
1
3
500
2
4
1400
750
5
1000
6
1200
1250
7
1500
8
1000
1750
9
2000
800
2250
2500
600
400
200
0
2

Seismic Velocity (ft/sec) x 1000

TOPSOIL
CLAY
IGNEOUS ROCK
Granite
Basalt
SEDIMENTARY ROCKS
Shale
Sandstone
Siltstone
Claystone
Conglomerate
Breccia
Caliche
Limestone
METAMORPHICS ROCKS
Schist
Slate
MINERALS & ORES
Coal
Iron Ore

NON RIPABLE

RIPPABLE

B. PEMBORAN DAN PELEDAKAN (DRILLING AND BLASTING)


Tujuan awal dari peledakan adalah untuk memberaikan atau membongkar material dengan
kekerasan tertentu dan pada material tersebut tidak dapat dilakukan penggalian langsung oleh alat
gali maupun alat garu. Metode peledakan digunakan untuk meningkatkan efektivitas penambangan
yang diperoleh dari peningkatan produktivitas alat gali dan alat angkut pada material yang lebih
lunak, sedangkan pada material ini alat garu mengalami penurunan produktivitas.

Shank Ripper

0.8 m
2m
Bucket

6m

Lubang Tembak
GAMBAR 7
PERBEDAAN PENAMPANG KEMAMPUAN
RIPPER, ALAT GALI DAN LUBANG TEMBAK

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa pada material "tertentu" (akan didefinisikan dihasil
pengamatan) alat garu memiliki kedalaman garu 0.8 meter sehingga alat gali tidak dapat menggali
secara optimal karena memiliki kedalaman gali 2 meter. Jika pada material tersebut dilakukan
peledakan, maka material gali memiliki kedalaman 6 meter sehingga alat gali dapat menggali lebih
optimal.

HIPOTESA AWAL PARAMETER VOLUME PELEDAKAN


PARAMETER VOLUME UNTUK UJI PELEDAKAN
x 1000
Unconfined Compressive Strengths (kPa)
Minimum
Maksimum
Rata-rata
Claystone *
Siltstone *
Sandstone *
Over Burden
A1
A2
B
B1
B2
C
Interburden
Total A1A2
Total A2B
Total A2B1
Total B1B2
Total B2C1
Total B2C
Coal
Total SRC

MTBU
Pit 1 & 2

Pit 1 & 2

220
760
590

7040
30640
12000

2160
4350
2840

220
1120
760
760
760
1120

3460
2090
5280
5280
5280
30640

1680
1600
3020
3020
3020
5210

83634
411
3670
23016

150821
21961
1285
14635
11372
50340

1120
760
760
760
1120
1120

2090
5280
5280
5280
30640
30640

1600
3020
3020
3020
5210
5210

0
35447
36603.4
22774

Total Material (Bcm)


% Volume
% Area Blasting
Note :
- Pit 3 Timur masih dalam evaluasi modelling geologi
*) Kinhill - Otto Gold
- Volume Blasting dan Area Blasting terhadap B-C & B2C

2797
17156
247153
16.25%
12.85%

640055
11.42%
8.17%

Banko Barat
Pit 3 Barat Pit 3 Timur

TAL
Prebench Plus SRC

1493
447
1016
327
2540

71

32957
-

14053
22.19%
8.64%

52
439
580
-

39959
82.48%
-

36804
39959
92.10%
-

Tal Ext

2043
3
876
10
1088
0
406
3075
1932
13331
22.65%
-

Parameter Pemboran dan Peledakan


Pelaksanaan pemboran dan peledakan dilakukan di tiga lokasi yaitu Tambang Air Laya, Banko
Barat dan Muara Tiga Besar Utara dengan parameter sebagai berikut :
Pemboran

Alat bor dan kompresor yang digunakan CM 351 Ingersoll Rand


Diameter Bit 3" (inchi)
Panjang drill rod 3 meter (2 buah)
Pola pemboran zigzag

Peledakan

Burden 3 - 4 meter
Spasi 4 - 5 meter
Diameter lubang bor 3" (inchi)
Lubang bor 20 - 30 buah per peledakan
Kedalaman lubang bor 6 meter
Dinamit (primer) power gel magnum
Amonium Nitrat + Fuel (ANFO)
Detonator Non electric Ms 450, 42 dan 17
Detonator electric

Free Face

Burden
Free Face
Lubang Tembak
Pola Zigzag
Spasi
Stemming

Free Face
Isian/ANFO

Primer

BAB
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA TEKNO-EKONOMI

Pengamatan dilakukan ditiga lokasi tambang yaitu Air Laya, Muara Tiga Besar Utara dan
Banko Barat dengan kegiatan sebagai berikut :

A. RIP & PUSH VS DRILLING & BLASTING


1. PEMBORAN
Panjang
Lebar
Luas Area
Pola Pemboran
Spasi
Burden
Jumlah Lubang Bor
Faktor Pengali
Jumlah Blasting Caps
Depth of Cut
Subdrilling
Volume Rencana
Production Drilling

: 50 m
: 15 m
: 750 m2
:
:5m
:3m
: 30 buah
:1
: 30 buah
:6m
:0m
: 2880 m3
: 180 m

Biaya alat bor


Alat bor
Tahun Pembuatan
Kondisi Lapangan
Proyek
Harga (Delivered Price)
Harga Ban
Harga Alat tanpa ban
Nilai Sisa
Depresiasi
Jam Jalam Alat
Jam Jalan per tahun
Umur Alat
Trade in value

: CM 351 Ingersollrand
: 2000
: medium
: 2001
(A)
: $ 120,000
(B)
:$0
(C) = (A) - (B)
: $ 120,000
(D) = (I) x (C)
: $ 12,000
(E) = (C) - (D)1
: $ 108,000
(F)
: 10,000 Jam
(G)
: 4,150 Jam
(H) = (F)/(G)
:
2 Tahun
(I) = (D)/(A)
: 0.10

Biaya Kepemilikan
Depresiasi
Average Annual Investment Factor
Bunga, Pajak, Asuransi
Sub Total Biaya Kepemilikan

: $ 10.80 per jam


: 0.71
: $ 1.64 per jam
: $ 12.44 per jam

Biaya Operasi
Bahan bakar
Oli mesin
Oli transmisi
Oli final drives
Oli hidrolik
Gemuk (Grease)

25.00 Ltr./jam x unit harga (rp/ltr)


0.12 Ltr./jam x unit harga (rp/ltr)
0.09 Ltr./jam x unit harga (rp/ltr)
0.08 Ltr./jam x unit harga (rp/ltr)
0.10 Ltr./jam x unit harga (rp/ltr)
0.02 Kg/jam x unit harga (rp/ltr)

: Rp 28,750 per jam


: Rp
872 per jam
: Rp
654 per jam
: Rp
582 per jam
: Rp
727 per jam
: Rp
190 per jam

Filters
50 % x (b+c+d+e)
Mata & batang bor (Special item) harga/umur
Upah operator
Perbaikan (standar cost x multiple factor)
Sub Total Biaya Operasi

: Rp 1,417 per jam


:$
0.22 per jam
: Rp 10,000 per jam
: $ 3.56 & Rp 11,880 per jam
: $ 3.79 & Rp 55,072 per jam

Biaya Kepemilikan & Operasi (OOC) alat bor

: $ 16.22 & Rp 55,072 per jam

Kecepatan Pemboran
Total Waktu Pemboran

48.00 m/jam
3.75 jam

Total Biaya Pemboran $ 60.84 & Rp176,521


Porsi Biaya Pemboran $ 0.34 & Rp 1,147 per meter

2. PELEDAKAN
Kedalaman lubang untuk isian
Bahan Peledak (densitas) ANFO
Bahan Peledak per Lubang
Total Bahan Peledak

: 3.90 m
: 3.2 Kg/m
: 12.5 Kg
: 374 Kg

Biaya Handak
AN/FO
Detonator
Dinamite
Biaya Peledakan
Survervisor

: $ 137.40 & Rp 34,445


: $ 116.40
: $ 76.49
: $ 330.30 & Rp64,445
: Rp30,000

Total Pemboran & Peledakan

: $ 391 & Rp 240,966

Berdasarkan uraian di atas diperoleh :


Tarif Pemboran & Peledakan
$ 0.14 & Rp 84 per Bcm
(Untuk keseluruhan perhitungan ditiap-tiap lokasi tambang dapat dilihat pada lampiran A)

Perbandingan antara metode "Rip & Push" dan "Drilling - Blasting" berdasarkan tarif
dimasing-masing lokasi tambang adalah sebagai berikut :
MTBU
Seismic Velocity (Ft/Sec)

TAL

BB

1000-2000

> 2000

4000-5000

5000

5000-6000

Prod. Ripping-Loading (Bcm/jam)

348

247

224

181

279

Prod. Blasting-Loading (Bcm/jam)

187

195

331

Biaya Ripping-Loading (Rp/bcm)

Rp 3,492 Rp 3,836 Rp 4,170 Rp 5,140 Rp 6,889

Biaya DrillBlast-Loading (Rp/bcm)


UCS (Kpa)

< 3000

3000

Rp 3,882 Rp 4,826 Rp 4,952


6000

7500

> 7500

Berdasarkan tabel di atas dan grafik terlihat bahwa untuk material dengan
"Unconfined Compressive Strength (UCS) > 5000 Kpa lebih efektif untuk dilakukan
peledakan daripada dengan ripper, karena pada material tersebut efektivitas ripper
megalami penurunan dimulai dari seismic velocity > 4000 ft/sec.
Penambahan volume untuk aktivitas blasting dimasing-masing lokasi tambang
adalah sebagai berikut :
MTBU

Persen Volume tanah


sebelum uji coba
peledakan
Penambahan persen
Volume tanah setelah
uji coba peledakan

Banko Barat

TAL

Tal Ext

Pit 1 & 2

Pit 1 & 2 Pit 3 Barat Pit 3 Timur Prebench

Plus SRC

16.25 %

11.42 %

22.19 %

82.48 %

92.10 %

22.65 %

35.69 %

49.95 %

71.13 %

100 %

92.10 %

78.31 %

Rp10,000
Rp9,000
Rp8,000
Rp7,000
Rp6,000
Rp5,000
Rp4,000
Rp3,000
Rp2,000
Rp1,000
Rp-

P roduktivita s (Bcm /Ja m )

400
350
300
250
200
150
100
50
0
1000-2000

> 2000

4000-5000

MTBU OB A1

5000

TAL B2C

Bia ya Tota l

Rip & Push vs Drilling & Blasting

5000-6000
BB B2C

Velocity (Ft/Sec) Per Lokasi


Prod. Ripping-Loading

Prod. Blasting-Loading

Biaya Ripping-Loading

Biaya Drill-Blast-Loading

B. DRILLING & BLASTING VS TARIF KONTRAK PENAMBANGAN


Metode pemboran dan peledakan ini juga dilakukan untuk membandingkan tarif kontrak
penambangan yang menggunakan metode rip & push, pengamatan dilakukan bersama-sama dengan
pihak kontraktor PT. Sumber Mitra Jaya.
PERBANDINGAN TARIF TAMBANG G-070 BANKO BARAT VS DRILLING & BLASTING
Jarak angkut tanah

Kurs 1 US$

Uraian

3.50
Rp

11,000

Unit

G-070

US$/bcm
Rp./bcm

0.359
965
4,916
1.075
2,894
14,715

Uraian

Unit

Uji 1

Uji 2

Uji 3 & 4

Uji 5

1.080
530
12,412
1.143
612
13,180
1.367
1204
16,238
0.897
3,192
13,065

0.594
291
6,824
0.656
374
7,593
0.933
1103
11,361
0.911
3240
13,261

0.540
265
6,209
0.603
348
6,978
0.754
746
9,038
0.723
2572
10,527

0.481
236
5,527
0.543
318
6,296
0.698
727
8,407
0.655
2331
9,541

29,302
3
415
0.787
3

24,622
4
755
0.432
3

19,564
5
1659
0.393
3

17,948
5
932
0.350
3

Tanah :
Gali
Angkut (3.5 Km)

Total

US$/bcm
Rp./bcm

Rp/Bcm

19,631

Drilling & Blasting US$/bcm


Rp./bcm

Dozing

US$/bcm
Rp./bcm

Loading

US$/bcm
Rp./bcm

Hauling

US$/bcm
Rp./bcm

Rp/Bcm
Spacing
m
Volume (J Survey)
Bcm
Powder Factor Kg/Bcm
Burden
m

G-070 VS Drilling & Blasting

D&B

G-070

35,000

Tarif (Rp/Bcm)

30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
415

755

1659

Volume Joint Survey (Bcm)

932

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan setelah peledakan yaitu
aktivitas pemuatan (Loading) dan pengangkutan (Hauling) mengalami peningkatan produktivitas.
Hal tersebut terlihat dari menurunnya tarif pada sistem penambangan yaitu pada aktivitas
pangangkutan.
Pada uji coba terakhir di Banko Barat Pit III dengan menggunakan Mesin Bor Thamrock CHA 1100
milik PT PAMA PERSADA juga menunjukkan pencapaian efisiensi dari sistem penambangan
(Drilling-Blasting, Loading dan Hauling), walaupun secara tarif single rate masih relatif lebih mahal
dari pada tarif kontrak G-070, Yaitu sebagai berikut :

Uraian

Unit

G-070

Uraian

Unit

CHA 1100

US$/bcm
Rp./bcm

0.359
965
4,916
0.944
2,541
12,920

Drilling & Blasting

US$/bcm
Rp./bcm

0.567
216
6,453
0.629
299
7,222
0.835
841
10,027
0.641
2,278
9,324

Tanah :
Gali
Angkut (1.9 Km)

Total

US$/bcm
Rp./bcm

Rp/Bcm

+
Dozing

US$/bcm
Rp./bcm

Loading

US$/bcm
Rp./bcm

Hauling

US$/bcm
Rp./bcm

17,836
Spacing
Volume (J Survey)
Powder Factor
Burden

Rp/Bcm
m
Bcm
Kg/Bcm
m

19,351
5
1599
0.480
4

Dilihat dari Powder Factor yang tinggi > 0.25 Kg/Bcm yaitu 0.48 Kg/Bcm, aktivitas peledakan tidak
berhasil. Hal ini disebabkan oleh tidak meratanya campuran ANFO (dilihat dari pencampuran yang
dilakukan di lapangan) sehingga kekuatan ledakan berkurang. Oleh karena itu, untuk kegiatan
peledakan dikemudian hari harus mempertimbangkan pembuatan lokasi pencampuran ANFO
dengan menggunakan alat Mixing + Oker sehingga dapat diperoleh komposisi yang diinginkan
AN : FO = 94.5 % : 5.5 %.

BAB
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pemboran dan peledakan lebih efektif dalam kegiatan penambangan digunakan pada
material dengan UCS > 5000 Kpa
2. Performance ripping menunjukan penurunan pada seismic velocity > 4000 Ft/sec.
3. Direkomendasikan untuk melakukan pemboran dan peledakan pada tiga lokasi
tambang Air Laya, MTBU dan Banko Barat untuk meningkatkan efektivitas kegiatan
penambangan.
4. Pelaksanaan peledakan masih belum sesuai dengan prosedur metode peledakan,
terutama pada pencampuran ANFO sehingga hasil peledakan belum optimal.
Direkomendasikan untuk melakukan mixing ANFO dengan komposisi 94.5 % (AN) dan
5.5 % (FO).
5. Metode peledakan lebih efisien dibandingkan dengan metode konvensional yang
digunakan oleh kontraktor, khususnya pada aktivitas pemuatan dan pengangkutan.

Anda mungkin juga menyukai