Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PRAKTIKUM

ANALISIS FAKTOR KEAMANAN LERENG

Disusun Oleh:
Muhamad Yazid Gasal Putra

Program Studi Teknologi Pertambangan


Politeknik Energi dan Pertambangan
Bandung
2020 - 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Metode ...................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................ 2
2.1. Kelongsoran Lereng .................................................................................... 2
2.2. Kestabilan Lereng ....................................................................................... 3
2.3. Geometri Lereng ......................................................................................... 4
2.4. Metode Kesetimbangan Batas ..................................................................... 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
3.1. Hasil Praktikum........................................................................................... 5
3.2. Pembahasan ............................................................................................... 6
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 9
3.2. Saran .......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 10

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2.1 Tension Crack pada Lereng ......................................................... 1


Gambar 2.1.1 Jenis Longsoran (Hoek & Bray,1981) ........................................ 3
Gambar 2.3.1 Geometri Lereng pada Tambang Terbuka.................................. 4
Gambar 3.1.1 Ilustrasi Lereng pada Contoh Kasus .......................................... 5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Maksud dan tujuan dari tugas praktikum mata kuliah geoteknik ini
adalah sebagai berikut
1. Mengetahui dan memahami ilustrasi atau gambar dari suatu lereng
beserta parameternya.
2. Mengetahui beberapa macam konsep dasar dari analisis geoteknik
seperti metode kesetimbangan batas, metode irisan, metode janbu,
dan lain-lain.
3. Mengetahui dan memahami bagaimana perhitung nilai faktor
keamanan baik dalam kondisi awal, kondisi Tension Crack terisi penuh
dengan air, dalam keadaan kering, serta faktor keamanan lereng
dalam kondisi kohesi yang direduksi.

1.2. Metode

Gambar 1.2.1 Tension Crack pada Lereng


Limit Equilibrium Method (LEM) atau metode kesetimbangan batas
sering digunakan untuk analisa kestabilan lereng. Perhitungan analisis
kestabilan hanya menggunakan kondisi kestimbangan statik dan
mengabaikan adanya hubungan tegangan-tegangan pada lereng.
Asumsi lainnya Arah bidang gelincir dan tension crack sejajar dengan
arah lereng, tension crack vertikal dan umumnya terisi oleh air, air
menginfiltrasi bidang gelincir, sepanjang tension crack dan memberikan
tekanan di sepanjang aliran air, gaya dari blok (W), U (uplift oleh
tekanan air pada bidang gelincir), dan V (gaya tekanan air pada tension
crack) mengarah pada bidang gelincir, sehingga kemungkinan
terjadinya rotasi kecil.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kelongsoran Lereng


Longsor merupakan pergerakan massa batuan atau tanah yang
menggelincir karena pengaruh secara langsung dari gaya gravitasi. Jadi,
longsor terjadi akibat tertanggu kestabilan lereng tersebut sehingga
mengalami pergerakan untuk mencapai kesetimbangan. Hoek dan Bray
(1981) Menyebutkan kestabilan lereng akan tercaoai jika gaya penahan
longsor lebih besar daripada gaya penggerang longsor.
Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa
batuan di tambang terbuka yaitu:
A. Longsoran Bidang
Longsor bidang merupakan tipe longsoran batuan yang paling
mudah untuk dianalisis. Longsor bidang merupakan suatu longsor
batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang dianggap rata.
Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang sesar, kekar (joint)
maupun bidang perlapisan batuan. Longsor bidang dapat terjadi
jika ditemukan kondisi antara lain (Hoek dan Bray, 1981):
Kemiringan dari bidang diskontinuitas harus melebihi sudut geser
dalam dan Kemiringan dari bidang diskontinuitas harus lebih kecil
dari kemiringan muka lereng.
B. Longsoran Baji
Longsoran ini hanya dapat terjadi pada batuan yang
mempunyai lebih dari satu bidang lemah yang saling berpotongan
membentuk baji. Dalam kondisi yang sangat sederhana longsoran
baji terjadi pada sepanjang garis potong kedua bidang lemah
tersebut.
C. Longsoran Guling
Longsor guling terjadi pada lereng terjal untuk batuan yang
keras dengan bidang-bidang lemah tegak atau hampir tegak dan
arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Kondisi untuk
mengguling ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan
sudut bidang gelincirnya.
D. Longsoran Busur
Longsor busur merupakan longsor batuan yang terjadi
sepanjang bidang luncur yang berbentuk busur. Longsor busur
paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak
(tanah). Pada batuan yang keras longsor busur hanya dapat
terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan
mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat
dan tidak dapat dikenal lagi kedudukannya.
.

2
Gambar 2.1.1 Jenis Longsoran (Hoek & Bray,1981)

2.2. Kestabilan Lereng


Kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan
yang bekerja pada bidang gelincir tersebut. Gaya penahan (resisting
forces) adalah gaya yang menahan agar tidak terjadi kelongsoran,
sedangkan gaya penggerak (driving force) adalah gaya yang
menyebabkan terjadiya kelongsoran. Perbandingan antara gaya-gaya
penahan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah inilah yang
disebut dengan faktor keamanan (FK) lereng. Banyak faktor yang
berpengaruh terhadap stabilitas atau kelongsoran lereng. Dikelompokkan
menjadi 5 faktor utama, yaitu:
1. Geometri Lereng, yaitu tinggi dan kemiringan lereng.
2. Sifat fisik-mekanik, kekuatan (terutama kuat geser) dan bobot isi
massa batuan pembentuk lereng.
3. Orientasi umum struktur diskontinuitas massa batuan lereng
terhadap orientasi muka lereng bukaan tambang.
4. Adanya air tanah di dalam massa batuan lereng.
5. Faktor luar sistem, berupa beban luar dan atau getaran (gempa
bumi dan akibat peledakan tambang).

3
2.3. Geometri Lereng
Geometri lereng merupakan ukuran yang menyatakan tinggi, lebar dan
besar kemiringan lereng dan azimut dari dinding tersebut seperti pada
gambar 2.3.1 semakin tinggi dan semakin tajam sudut kemiringan lereng
akan semakin berpotensi menyebabkan longsor (Hoek dan Bray, 1981).

Gambar 2.3.1 Geometri Lereng pada Tambang Terbuka

2.4. Metode Kesetimbangan Batas


Analisa kestabilan lereng dengan metode keseimbangan batas atau
Limit Equilibrium Method (LEM) telah dilakukan sejak pertengahan tahun
1930.Semenjak itu banyak metode keseimbangan batas di kembangkan
dan beberapa masih digunakan secara umum. Keseimbangan batas bukan
digunakan karena pembatasnnya, salah satu perbedaan dasar
penggunaan metode keseimbangan batas adalah penggunaan kondisi
keseimbangan.
Beberapa kondisi memenuhi untuk keseimbangan gaya dan
keseimbangan momen sendangkan metode yang lain hanya memenuhi
salah-satunya saja. Dengan kata lain beberapa metode hanya
memperhitungkan gaya normal saja sedangkan metode yang lain
memperhitungkan gaya normal, gaya tangensial dan juga gaya-gaya antar
irisan. Oleh karena itu hanya beberapa metode yang memenuhi kondisi
sebenarnya di lapangan.

4
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Praktikum

Gambar 3.1.1 Ilustrasi Lereng pada Contoh Kasus

Pada contoh kasus ini suatu lereng memiliki ketinggian (H) 12 m telah
digali dengan sudut lereng sebesar (ψ𝑓 ) 60 derajat. Batuan yang dipotong
merupakan batuan dengan bidang perlapisan yang menerus (persistent
bedding planes) dengan dip (ψ𝑝 ) 35 derajat terhadap penggalian, dengan dip
pada diatas crest (ψ𝑠 ) 0 derajat. Pada lereng ditemukan Tension Crack
dengan kedalaman (Z) 4,35 m dan terletak sejauh (b) 4 m dari crest,
terinfiltrasi air dengan ketinggian (Zw) 3 m di atas bidang gelincir. Parameter
kohesi sebesar (C) 25 kPa dan memiliki sudut gesek dalam (Φ) 37 derajat,
bobot isi batuan sebesar (𝛾𝑟 ) 26 kN/m3, dan bobot isi air sebesar (𝛾𝑤 ) 9,81
kN.m3.
Dari parameter yang telah diketahui dapat dilakukan analisis faktor
keamanan lereng dan hasilnya sebagai berikut:
1. Faktor keamanan lereng dengan parameter yang diberikan yaitu F = 1,25
2. Faktor keamanan lereng apabila tension crack terisi air yaitu F = 1,07
3. Menghitung faktor keamanan lereng apabila kondisinya kering F = 1,54
4. Faktor keamanan lereng apabila kohesi direduksi menjadi nol (0) akibat
getaran didekat lokasi peledakan, asumsikan lereng masih dalam kondisi
kering yaitu F = 1,08

5
3.2. Pembahasan

Sebelum melakukan perhitungan analisis faktor keamanan dari suatu


lereng, perlu dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu seperti tinggi
lereng (h), kohesi (c), sudut kemiringan lereng (ψ𝑓 ), sudut kemiringan bidang
lemah (ψ𝑝 ), sudut kemiringan lereng berada di atas crest (ψ𝑠 ), sudut gesek
dalam (φ), kedalaman rekahan tarik (Z), kedalaman rekahan tarik yang
jenuh air (Zw), berat jenis batuan (𝛾𝑟 ), berat jenis air (𝛾𝑤 ).
Dari data parameter ini kemudian dapat menghitung asumsi yang
digunakan pada longsor bidang yaitu:
A = Luas Bidang (m)
U = Gaya Angkat Oleh Air (t/m)
V = Gaya Tekan Air Dalam Rekahan (t/m)
W = Berat Blok yang Tergelincir (t/m)
Setelah didapatkan nilai parameter tersebut kemudian dapat di hitung
nilai faktor keamanan dari contoh kasus yang diberikan. Perhitungan analisis
faktor kemanan lereng pada contoh kasus yang diberikan sebagai berikut.

3.2.1. Menentukan Berat Blok yang Tergelincir (W)


1 1
W = 𝛾𝑟 [(1 − cot ψ𝑓 tan ψ𝑝 ) (𝑏. 𝐻 + 2 𝐻2 cot ψ𝑓 ) + 2 𝑏 2 (tan ψ𝑠 − tan ψ𝑝 )]
1 1
W= 26 [(1 − cot 600 tan 350 ) (4 . 12 + 2 (12)2 cot 600 ) + 2 (4)2 (tan 00 − tan 350 )]

W = 26 [(0,596)(89,569) − (5,602)]
W = 1242,31 kN/m

3.2.2. Menentukan Luas Bidang (A)


A = (H + b.tan ψ𝑠 – z) cosec ψ𝑝

A = (12 + 4 tan 00 – 4,35) cosec 350


A = (12 + 4 . 0 – 4,35) 1,743446
A = 13,34 m

3.2.3. Menentukan Gaya Angkat Oleh Air (U)


a. Apabila dalam keadaan normal
1
U = 2 . 𝛾𝑤 . Zw (H + b. tan ψ𝑠 − 𝑍)𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 ψ𝑝
1
U = 2 . 9,81 . 3 (12 + 4 tan 00 − 4,35) 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 350
1
U= . 9,81 . 3 (12 + 4 . 0 −4,35) 1,74345
2

U = 196,259 = 196,30 kN/m

6
b. Apabila tension crack dalam keadaan jenuh air zw= 4,35m
1
U= . 𝛾𝑤 . Zw (H + b. tan ψ𝑠 − 𝑍)𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 ψ𝑝
2
1
U = 2 . 9,81 . 𝟒, 𝟑𝟓 (12 + 4 tan 00 − 4,35) 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 350
1
U = 2 . 9,81 . 3 (12 + 4 . 0 −4,35) 1,74345

U = 284,57 kN/m

3.2.4. Menentukan Gaya Tekan Air Dalam Rekahan (V)


a. Apabila dalam keadaan normal
1
V = 2 . 𝛾𝑤 . Z𝑤 2
1
V = 2 . 9,81 . 32

V = 44,145 = 44,15 kN/m


b. apabila dalam keadaan tension crack terisi air
1
V = 2 . 𝛾𝑤 . Z𝑤 2
1
V= . 9,81 . 4,352
2

V = 92,81 kN/m

3.2.5. Menghitung Faktor Keamanan Lereng


cA+ (W cos ψ𝑝 −𝑈−𝑉 sin ψ𝑝 )𝑡𝑎𝑛ϕ
FS = 𝑊 sin ψ𝑝 +𝑉 cos ψ𝑝

25(13,34)+ (1242,31 cos 35−196,30−44,15 sin 35)𝑡𝑎𝑛 37


FS = 1242,31 sin 35 + 44,15 cos 35

333,5 +(1017,63−196,30−25,32)0,75355
FS = 712,56 + 36,165

FS = 1,2465 = 1,25
3.2.6. Menghitung Faktor Keamanan Lereng Apabila Tension Crack Terisi
Air Zw = 4,35 m
cA+ (W cos ψ𝑝 −𝑈−𝑉 sin ψ𝑝 )𝑡𝑎𝑛ϕ
FS =
𝑊 sin ψ𝑝 +𝑉 cos ψ𝑝

25(13,34)+ (1242,31 cos 35−284,57 −92,81 sin 35)𝑡𝑎𝑛 37


FS =
1242,31 sin 35 + 92,81 cos 35

333,5 +(1017,63−284,57−53,23)0,75355
FS = 712,56 + 76,02

FS = 1,07

7
3.2.7. Menghitung Faktor Keamanan Lereng Apabila Kondisinya Kering Zw
= 0, jadi V = 0 dan U = 0
cA+ W cos ψ𝑝 −𝑡𝑎𝑛 ϕ
FS = 𝑊 sin ψ𝑝

333,50 +1017,63 .tan 37


FS = 712,56

333,50 +1017,63 . 0,75355


FS =
712,56

FS = 1,54
3.2.8. Menghitung Faktor Keamanan Lereng Apabila Kohesi Direduksi
Menjadi Nol (0) Akibat Getaran Didekat Lokasi Peledakan,
Asumsikan Lereng Masih Dalam Kondisi Kering C = 0, Jadi A = 0
cA+ W cos ψ𝑝 −𝑡𝑎𝑛 ϕ
FS = 𝑊 sin ψ𝑝

0 + 1017,63 .tan 37
FS =
712,56

0 +1017,63 . 0,75355
FS = = 1,076 = 1,08
712,56

8
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kemantapan lereng tergantung pada besarnya gaya penahan dan
gaya penggerak yang terdapat pada bidang gelincirnya. Gaya penahan
adalah gaya yang menahan terjadinya suatu longsoran sedangkan gaya
penggerak merupakan gaya yang menyebabkan terjadinya longsoran.
Pada praktikum ini diberikan contoh kasus suatu lereng memiliki
ketinggian (H) 12 m telah digali dengan sudut lereng sebesar (ψ𝑓 ) 60
derajat. Batuan yang dipotong merupakan batuan dengan bidang
perlapisan yang menerus (persistent bedding planes) dengan dip (ψ𝑝 ) 35
derajat terhadap penggalian, dengan dip pada diatas crest (ψ𝑠 ) 0 derajat.
Pada lereng ditemukan Tension Crack dengan kedalaman (Z) 4,35 m dan
terletak sejauh (b) 4 m dari crest, terinfiltrasi air dengan ketinggian (Zw) 3
m di atas bidang gelincir. Parameter kohesi sebesar (C) 25 kPa dan
memiliki sudut gesek dalam (Φ) 37 derajat, bobot isi batuan sebesar (𝛾𝑟 )
26 kN/m3, dan bobot isi air sebesar (𝛾𝑤 ) 9,81 kN.m3.
Dari data-data yang diberikan dapat dilakukan analisis faktor
keamanan lereng tersebut dengan menghitung terlebih dahulu luas bidang
(A), gaya angkat oleh air (U), gaya tekan air dalam rekahan (V), berat blok
yang tergelincir (W). Kemudian dari parameter tersebut dapat dihitung
faktor keamanan lereng dan hasilnya sebagai berikut:
1. Faktor keamanan lereng dengan parameter yang diberikan yaitu F= 1,25
2. Faktor Keamanan Lereng Apabila Tension Crack Terisi Air yaitu F = 1,07
3. Menghitung Faktor Keamanan Lereng Apabila Kondisinya Kering
F= 1,54
4. Faktor Keamanan Lereng Apabila Kohesi Direduksi Menjadi Nol (0)
Akibat Getaran Didekat Lokasi Peledakan, Asumsikan Lereng Masih
Dalam Kondisi Kering yaitu F = 1,08
3.2. Saran
Berikut saran yang penulis dapat sampaikan sebagai berikut:

1. Proses analisis faktor keamanan lereng perlu dilakukan secara


bertahap, dan proses untuk mendapatkan data dilapangan harus
dilakukan sesuai prosedur, hal ini bertujuan agar hasil nilai faktor
keamanan yang didapat bernilai valid dan dapat dijadikan acuan
untuk tindakan selanjutnya.
2. Setiap jenis longsoran perlu pendekatan yang berbeda dalam
analisisnya oleh karena itu perlu diperhatikan lebih lanjut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Q., 2018. Analisis Kestabilan Lereng Studi Kasus Kelongsoran Ruas Jalan Sicincin-
Malalak KM 27,6 Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam.

Dwikasih, F. P. & Koesnaryo, S., 2020. Pengaruh Struktur Ketidakmenerusan pada


Kestabilan Lereng Penggalian Batuan. Volume 2.

Matupang, A. & Iskandar, R., n.d. Perbandingan Antara Metode Limit Equilibrium dan
Metode Finite Element Dalam Analisa Stabilitas Lereng.

10

Anda mungkin juga menyukai