Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIMENTOLOGI

KADAR AIR DAN UKURAN BUTIR SEDIMEN

OLEH:
MUHAMMAD MULYANTO
08051381823086
KELAS B

DOSEN PENGAMPU:
DR. WIKE AYU EKA PUTRI, S. Pi., M. Si
GUSTI DIANSYAH, S. Pi., M. Sc
DR. MELKI, S. Pi., M. Si

LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI


KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sedimen merupakan bahan alami yang dipecah oleh proses pelapukan dan
erosi, dan kemudian diangkut oleh aksi angin, air, atau es, dan atau oleh gaya
gravitasi yang bekerja pada partikel itu sendiri. Media pengangkutan sedimen
adalah gletser, air (proses fluvial), angin (proses Aeolian). Klasifikasi sedimen
umumnya dilakukan berdasarkan ukuran dan komposisinya. Berdasarkan ukuran
butirnya, sedimen dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan ukuran diameter
butirnya yang ditetapkan dalam ukuran skala tertentu. Sedangkan dari
komposisinya, sedimen diklasifikasikan berdasarkan batuan asalnya, komposisi
mineral dan komposisi kimianya (Prihantoro et al. 2018).
Pengendapan bahan partikulat tersuspensi merupakan penyusun terbesar
dari terbentuknya sedimen. Peningkatan konsentrasi logam berat dalam sedimen
waduk akan lebih tinggi akibat pencemaran oleh kegiatan manusia, jika
dibandingkan dengan akibat dari proses salami melalui pelapukan geologi.
Menurut peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun, logam berat ini termasuk dalam limbah B3 yang berbahaya. Cd, dan Cr
merupakan logam berat yang sulit mengalami degradasi sehingga dapat bertahan
lama dalam perairan kemudian mengendap dalam sedimen. Partikulat tersebut
berpotensi sebagai sumber polusi sekunder pada kolom air (Paramita et al. 2017).
Distribusi besar butiran sedimen sangat dipengaruhi oleh jenis dan
keberadaan material sumber sedimen dan proses yang terjadi dimana material
sedimen tersebut terbawa atau terdistribusi. Analisis besar butir selain dilakukan
untuk identifikasi tipe sedimen permukaan dasar laut dan distribusinya, juga dapat
digunakan untuk mengetahui dinamika dan kondisi energi lingkungan
pengendapannya (Putra, Septriono.2017).
Sedimen dasar perairan merupakan tempat mengendapnya berbagai
macam zat, salah satunya logam berat. Sedimen yang berasal dari hancuran
bahan-bahan organik dari hewan maupun tumbuhan yang sudah mati, disebut juga
sedimen organik atau sedimen organogen atau biolit. Muara sungai dan teluk
merupakan bagian dari ekosistem estuari. Ekosistem estuari dapat berfungsi
sebagai tempat pendukung aktivitas perikanan dan transportasi laut, serta
merupakan zona transisi antara ekosistem laut dengan perairan tawar sehingga
mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan partikel padatan tersuspensi yang
kemudian terendapkan (Maslukah et al. 2019).
Iklim, geomorfologi, maupun kondisi dan proses geologi yang lainnya
mempengaruhi komposisi sedimen laut. Secara temporal maupun spasial,
perubahan karakteristik sedimen menjadi hal penting dalam rekonstruksi
pengendapan sedimen. Perubahan permukaan laut relatif (berdasarkan eustasi
global dan tektonik) menambah atau mengurangi ruang akomodasi. Kondisi
morfologis menentukan pola sedimentasi dan erosi selanjutnya. Proses iklim
mengontrol input sedimen berdasarkan jenis dan oleh intensitas pelapukan, laju
erosi dan volume sedimen (Bambang, et al. 2011).
Distribusi ukuran butir dipengaruhi oleh faktor lain seperti jarak dari garis
pantai, jarak dari sumber (sungai), sumber material sedimen, topografi dan
mekanisme transportasi sedimen. Analisis granulometri adalah analisis ukuran
butir sedimen. Analisis ukuran butir karena itu memberikan petunjuk penting asal
sedimen, sejarah transportasi dan kondisi pengendapan). Sifat-sifat sedimen yang
penting untuk diketahui antara lain ukuran partikel dan butir sedimen, rapat
massa, bentuk dan juga kecepatan sedimen. Ukuran butir adalah aspek yang
paling fundamental dari partikel sedimen, yang mempengaruhi proses
sedimentasi, transportasi dan pengendapan (Gemilang et al.2017).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan kadar air kering
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan ukuran butir sedimen
3. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi sedimen berdasarkan ukuran butirnya

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan kadar air kering
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan ukuran butir sedimen
3. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi sedimen berdasarkan ukuran butirnya
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Sedimentasi


Proses perpindahan sedimen paling dominan sejajar pantai atau sepanjang
pantai yang memberikan perpindahan sedimen dengan bentuk lintasan seperti
garis zig zag sepanjang pantai dan perpindahan sedimen di surf zone. Selanjutnya,
sedimen pasir yang terjadi dapat masuk ke daerah muara sungai dan mengendap
pada saat gelombang tenang di daerah muara sungai. Kekuatan gelombang di
pantai berpasir tersebut akan mempengaruhi banyaknya volume sedimen yang
masuk daerah muara sungai (Sunardi dan Adhiperdana 2013).
Distribusi sedimen permukaan dasar laut juga sangat mungkin dipengaruh
oleh faktor oseanografi. Fitur oseanografi yang diyakini sangat berpengaruh di
kawasan ini adalah arus laut yang disebut South Java Current dan juga proses
fisika berupa mixing, yaitu pencampuran massa air yang bisa terjadi karena arus
pasang surut, batimetri, dan internal wave. Kawasan perairan Pulau Sumba
diyakini unik dari sudut pandang oseanografi karena adanya interaksi antara Arus
Lintas Indonesia dengan fitur geografi/geologi yang kompleks. Sedimen di zona
pasang surut juga sangat dinamis distribusinya (Putra, Septriono.2017).
Perpindahan sedimen ini akan mengakibatkan terjadinya erosi atau abrasi.
Sedimentasi dan distribusi ukuran butir sedimen sangat di pengaruhi oleh arus
karna butir sedimen banyak yang terbawa oleh arus. Proses sedimentasi yang
terjadi di pantai salah satu faktor yang berpengaruh adalah arus, arus pada suatu
kawasan perairan merupakan informasi penting untuk mengetahu pola pergerakan
arus dari waktu ke waktu. Kecepatan arus dapat digunakan untuk memperkirakan
besaarnya energy yang bekerja di dasar perairan yang mampu memindahkan
sedimen dari suatu tempat ke tempat lainnya (Aryanti et al. 2016).

2.2 Kandungan Logam di Sedimen


Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik,
mengendap di dasar perairan, dan bersatu dengan sedimen. Hal ini yang
menyebabkan kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air.
Selain itu, karakteristik logam Pb dan Zn memiliki kelarutan yang rendah dalam
air Logam berat secara alami ditemukan pada bebatuan dan mineral lainnya, maka
dari itu logam berat secara normal merupakan unsur dari tanah, sedimen, air, dan
organisme hidup serta akan menyebabkan pencemaran bila konsentrasinya telah
melebihi batas normal (Adani et al. 2018).
Terdapat tiga cara untuk logam berat dapat masuk ke dalam suatu perairan
akan dipindahkan dari badan air, yaitu pengendapan, adsorbs dan absorbs oleh
organisme perairan. Tinggi rendahnya kandungan logam Kromium (Cr) di
perairan disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam berat Kromium ke
perairan. Rendahnya kadar Kromium (Cr) di lingkungan perairan Trimulyo
disebabkan karena pergerakan air laut yang dinamis. Siklus pasang surut
menyebabkan kuantitas logam berat pada satu satuan massa air tertentu akan
cenderung menurun (Nuraini et al.2017).

2.3 Ukuran Butiran Sedimen


Umumnya sedimen yang mempunyai ukuran sedimen yang lebih halus
dan mempunyai banyak kandungan organik mengandung konsentrasi logam berat
yang lebih besar daripada sedimen yang mempunyai tipe ukuran butir sedimen
berukuran besar. Lumpur mempunyai ukuran sedimen yang halus sehingga
mempunyai kemampuan yang baik dalam mengikat logam di sedimen.
Keberadaan logam berat dalam sedimen sangat erat hubungannya dengan ukuran
butiran sedimen (Adani et al. 2018).
Pengamatan ukuran butiran atau granulometri sedimen digunakan untuk
memprediksi hubungan pergerakan sedimen dengan perkembangan bentuk lahan,
dan menginterpretasi proses yang telah berlangsung. Proses di pantai tidak dapat
diobservasi secara langsung, karena beberapa faktor penghambat, mengharuskan
proses yang berlangsung hanya dapat dipelajari berdasarkan ukuran dan distribusi
dari populasi ukuran butir sedimennya (Manengkey, 2011)
Diantara sifat-sifat sedimen tersebut ukuran butir sedimen merupakan
informasi yang paling penting untuk diketahui, karena dengan informasi tersebut
klasifikasi sedimen pantai dapat diketahui. Sifat-sifat sedimen yang penting untuk
diketahui antara lain ukuran partikel dan butir sedimen, rapat massa, bentuk dan
juga kecepatan endap sedimen. Maka dari itu, penelitian terkait butiran sedimen
akan dapat memberikan informasi terkait kondisi sedimen di wilayah pantai atau
pesisir (Bayhaqil dan Dungga, 2015).
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum sedimentologi dilaksanakan secara virtual melalui Zoom pada
hati Kamis, 22 Oktober 2020 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai. Bertempat
di Lorong Adinda No. 10, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatra Selatan.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu:
No Alat dan Bahan Fungsi
1 Pinggan alumunium Wadah untuk bahan
2 Oven Mengeringkan sedimen
3 Desikator Menghilangkan air/ Kristal hasil pemurnian
4 Penjepit Menghindari panas saat mengambil
pinggang dari oven
5 Timbangan Menimbang massa dari bahan
6 Alat tulis Mencatat materi selama praktikum
7 Sedimen Bahan yang digunakan saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Adani JP, Wardhani E, Pharmawati K. 2018. Identifikasi pencemaran logam berat


timbal (pb) dan seng (zn) di air permukaan dan sedimen Waduk Saguling
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Vol. 6(2)

Aryanti CA, Muslim, Makmur M. 2016. Analisis jenis ukuran butir sedimen di
perairan Sluke, Rembang. Jurnal Oseanografi Vol. 5(2):211-217.

Bambang Riyanto, Nisa Rachmania Mubarik, Fitriani Idham. 2011. Energi Listrik
Dari Sedimen Laut Teluk Jakarta Melalui Teknologi Microbial Fuel Cell.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol. Xiv No. 1 : 32-42

Bayhaqi A, Dungga CMA. 2015. Distribusi butiran sedimen di pantai Dalegan,


Gresik, Jawa Timur. Depik.Vol. 4 (3).Hal : 153-159

Gemilang W A, Ulung J W, Gunardi K.2017. Distribusi Sedimen Dasar Sebagai


Identifikasi Erosi Pantai Di Kecamatan Brebes Menggunakan Analisis
Granulometri. Kelautan. 10 (1).

Manengkey HWK. 2011. Sebaran ukuran butiran sedimen gisik sekitar groin
Pantai Kalasey. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis.Vol. 7 (3).Hal :
132-137

Maslukah L, Wulandari SY, Herlintang AS, Muslim. 2019. Konsentrasi logam


berat timbal (Pb) dan besi (Fe) dalam sedimen dasar dan keterkaitannya
dengan karbon organic & ukuran butir di Muaro Wiso, Jepara. Maspari
Journal Vol. 11(2): 79-86

Nuraini RAT, Endrawati H, Maulana IR. 2017. Analisis kandungan logam berat
kromium (Cr) pada air, sedimen dan karang hijau (Perna viridis) di
Perairan Trimulyo Semarang. Jurnal Kelautan Tropis Vol. 20(1):48-55

Paramita RW, Wardhani E, Pharmawati K. 2017. Kandungan logam berat


kadmium (Cd) dan kromium (Cr) di air permukaan dan sedimen: studi
kasus Waduk Saguling Jawa Barat. Jurnal Online Institute Teknologi
Nasional Vol. 5(2)

Prihantono J, Fajrianto IA, Kurniadi YN. 2018. Pemodelan hidrodinamika dan


transpor sedimen di Perairan Pesisir sekitar Tanjung Pontang,
Kabupaten Serang – Banten. Jurnal Kelautan Nasional, Vol. 13 (2).Hal
: 75-88
Putra P S, Septriono H N.2017. Distribusi Sedimen Permukaan Dasar Laut
Perairan Sumba, Nusa Tenggara Timur. Asionologi dan Limnologi. 2
(3).

Sunardi E, Adhiperdana, B.G. 2013. Sedimentologi dan paleohidrologi sedimen


fluvial oligosen formasi walat, Sukabumi, Jawa Barat. Vol.15 (1) : 8-13

Anda mungkin juga menyukai