UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI MAGISTER GEOLOGI
TUGAS PAPER
OLEH :
MOH. NOORHIDAYAT BARUADI
D062221002
GOWA
2022
Dampak Dan Metode Pengelolaan Limbah Logam Berat Merkuri (Hg)
Abstrak
Bumi sebagian besar terdiri dari air karena luas daratan lebih kecil dari lautan. Manusia di
bumi ini tidak bisa lepas dari kebutuhan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses
kehidupan di bumi. Air yang relatif bersih yang didambakan oleh manusia, baik untuk
keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk keperluan kebersihan sanitasi
kota, serta untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran logam berat
merupakan hal yang sangat masalah yang serius untuk ditangani, karena lingkungan dan
ekosistem pada umumnya merugikan. Elemen logam berat adalah unsur yang massa jenisnya
lebih dari 5 gr/cm3. Hg memiliki massa jenis 13,55 gr/cm3. Bencana adalah sebuah wabah
keracunan merkuri Minamata pada orang yang memakan ikan tercemar merkuri di Minamata
Jepang, dan peristiwa ini dikenal sebagai Penyakit Minamata. Upaya penanggulangan
pencemaran logam berat sebenarnya bisa dilakukan menggunakan proses kimia atau oleh
mikroorganisme seperti mikroba dan bakteri. Ada beberapa metode untuk menghilangkan
atau menghilangkan merkuri dalam air seperti kimia proses oksidasi, proses pertukaran ion,
proses adsorpsi, elektrokimia proses, proses reverse osmosis dan metode alternatif lainnya
seperti biosorpsi. Setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahan, oleh karena itu untuk
memilih metode menghilangkan merkuri dalam air limbah tergantung pada kondisi polutan
seperti: konsentrasi merkuri dalam air limbah, jenis merkuri, konsentrasi merkuri dalam air
olahan, ketersediaan lahan, debit aliran air limbah yang akan diolah dan lain-lain parameter.
Kata kunci : Air tanah, logam berat, merkuri, dan efek keracunan merkuri.
A. PENDAHULUAN
Airtanah
Airtanah atau air bawah tanah adalah air yang terdapat dibawah permukaan tanah pada
lapisan tanah yang mengandung air. Siklus yang tak ada akhirnya tentang air antara samudra ,
atmosfer dan daratan disebut dengan siklus hidrologi. perputaran yang diperankan oleh energi
matahari. Tenaga gravitasi dari dalam terhadap siklus hidrologi datang sebagai presipitasi
dalam bentuk hujan dan lelehan salju. Sedangkan tenaga dari luar menghasilkan arus – arus,
penguapan dari permukaan badan air / tanah dan ter-transpirasi dari tanah oleh tumbuhan.
Untuk kandungan air di dunia.
Gambar 1. Distribusi air di dunia
Seperti hujan di bumi, beberapa arus turun dari bukit sebagai aliran yang mengalir ke dalam
arus, danau, atau laut.
Beberapa penguapan ditangkap oleh tumbuhan dan sisanya menetes kebawah masuk di
bawah permukaan tanah dan batuan. Air ini secepatnya menjangkau permukaan air di bawah
tanah. Air disuplai dari daerah discharge danau, dan sungai pada tempat dimana permukaan
air bertemu dengan permukaan daratan seperti pada gambar 2.
Matahari menyebabkan air permukaan ini menguap dan terakumulasi ke atmosfer dan awan
mulai terbentuk, dan siklus hidrologi baru mulai terbentuk (Anonim, 2003).
Istilah logam berat sebetulnya telah dipergunakan secara luas, terutama dalam perpustakaan
ilmiah, sebagai suatu istilah yang menggambarkan bentuk dari logam tertentu. Karakteristik
dari kelompok logam berat adalah sebagai berikut:
1. Memiliki spesifikasi gravity yang sangat besar (lebih dari 4).
2. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur-unsur lantanida dan aktinida.
3. Mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup.
Pengaruh Toksisitas Merkuri Pada Manusia Pengaruh langsung polutan (terutama pestisida)
terhadap ikan biasa dinyatakan sebagai lethal (akut), yaitu akibat-akibat yang timbul pada
waktu kurang dari 96 jam atau sublethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu
lebih dari 96 jam (empat hari). Sifat toksis yang lethal dan sublethal dapat menimbulkan efek
genetik maupun teratogenik terhadap biota yang bersangkutan (FAO, 1971 di dalam Budiono,
2003).
Pengaruh lethal disebabkan gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau
bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sublethal terjadi pada organ-organ tubuh,
menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi untuk perkembangbiakan,
pertumbuhan dan sebagainya (Caln, 1965 di dalam Budiono, 2003). Seperti peristiwa yang
terjadi di Jepang, dimana penduduk di sekitar teluk Minamata keracunan metil merkuri akibat
hasil buangan dari suatu pabrik plastik. Metil merkuri yang terdapat dalam ikan termakan
oleh penduduk disekitar teluk tersebut. Ikan-ikan yang mati disekitar teluk Minamata
mempunyai kadar metil merkuri sebesar 9 sampai 24 ppm. Faktor-faktor yang berpengaruh di
dalam proses pembentukan metil merkuri adalah merupakan faktor-faktor lingkungan yang
menentukan tingkat keracunannya. (Budiono, 2003).
Telah banyak orang-orang yang mengetahui tentang merkuri dan kebanyakan mereka
mengkonsumsi metil merkuri dari ikan dan hewan lain yang terkontaminasi merkuri dimana
hewan tersebut merupakan rantai makanan bagi manusia. National Research Council di
dalam beberapa laporannya tentang efek toxicological dari metil merkuri yang ditunjukkan
bahwa populasi pada resiko yang paling tinggi adalah keturunan dari wanita-wanita yang
mengkonsumsi sejumlah besar ikan dan makanan hasil laut. Laporan penyelidikan yang
didapat, menyatakan bahwa lebih dari 60.000 anak yang lahir tiap tahunnya berhadapan
dengan resiko neurodevelopmental yang kurang baik dalam kaitannya dengan kandungan
metil merkuri (gambar 5). Environmental protection agency menyimpulkan bahwa merkuri
merupakan sumber penyakit atau resiko bagi beberapa orang dewasa dan populasi hewan jika
mengkonsumsi sejumlah besar air minum dan ikan yang terkontaminasi oleh merkuri
(Anonim, 2000).
Merkuri merusak sistem pusat nerves, sistem endokrin, ginjal, dan organ bagian badan yang
lain, dan akan mempengaruhi mulut , gusi, dan gigi. Uap air raksa/merkuri di udara jika
terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan kerusakan otak dan pada akhirnya menimbulkan
kematian. Merkuri dan campurannya adalah senyawa yang terutama sekali meracuni janin
dan bayi. Wanita-wanita yang telah mengkonsumsi merkuri di dalam kondisi hamil terkadang
melahirkan anak-anak dengan cacat kelahiran yang serius.
Bentuk masalah merkuri yang sering terjadi dalam populasi adalah metil merkuri dari ikan
yang tercemar, merkuri inorganik dari makanan, dan merkuri murni dari dental amalgam
restoration. Jika distribusi metil merkuri di dalam tubuh oleh kompartemen, dan merkuri
bercampur dengan unsur yang lebih kompleks maka dapat mengganggu jaringan otak
dikarenakan unsur tersebut masuk ke dalam darah dan bercampur dengan darah tersebut. Jika
unsur merkuri kompleks tersebut masuk ke dalam jaringan otak melalui aliran darah, maka
penderita akan mengalami gangguan mental dan lama kelamaan akan mati.
Kebanyakan manusia keracunan merkuri akibat dental amalgam restoration dan
mengkonsumsi makanan dari hewan air dan mamalia yang terkontaminasi oleh limbah
pabrik. Limbah tersebut bisa berasal dari bahan sisa hasil pembuatan chlorine dan sodium
hidroxide dengan menggunakan elektrolisis. Limbah tersebut selain dari elektrolisis, bisa juga
berasal dari pembuatan alat listrik (batere, tombol, dan bohlam lampu neon). Limbah tersebut
meracuni manusia melalui makanan baik dari hasil perairan maupun hewan yang hidup di
sekitar limbah (Björkman, et. al., 2007).
C. Metoda Penghilangan Merkuri Di Dalam Air Limbah
Untuk menghilangkan senyawa logam merkuri, dapat dilakukan dengan cara pengendapan
sampai tingkat konsentrasi yang rendah dengan menggunakan senyawa karbonat, phospat
atau sulfida.
Jika pengendapan merkuri dilakukan dalam bentuk sulfida, seringkali masih ditemukan
residual merkuri dengan konsentrasi yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena reduksi
senyawa menjadi bentuk logam merkuri oleh sulfida, sebagian merkuri tidak dapat
membentuk senyawa sulfida yang tak larut dalam air. Merkuri dapat larut dalam air sekitar 25
μg/l, dimana konsentrasi tersebut masih di atas ambang batas yang dibolehkan (mg/l untuk
standar air limbah). Untuk menurunkan konsentrasi merkuri sampai tingkat yang lebih
rendah, residual merkuri di dalam air olahan harus dioksidasi menjadi bentuk merkuri 2 dan
selanjutnya diolah kembali untuk mencapai konsentrasi residual merkuri pada tingkat yang
rendah. Jika penghilangan merkuri dilakukan dengan cara pengendapan menjadi bentuk
merkuri phospat, maka tahap oksidasi harus dilkukan sebelum proses pengendapan.
Selanjutnya pada awal tahap pengendapan residual phospat harus diendapkan dengan
penambahan ion kalsium (dengan pembambahan kapur).
Merkuri dapat juga dihilangkan dengan proses pertukaran ion. Dalam hal ini diperlukan
proses oksidasi sebelum proses pertukaran ion. Proses penghilangan merkuri dengan
pertukaran ion dilakukan dengan menggunakan jenis resin atau resin chelate (chelating resin)
tertentu. Sebagian dari resin yang sudah tidak bisa diregenerasi atau rusak (hancur) harus
dibuang dan harus dikelola sebagai limbah berbahaya beracun (B3). Karbon aktif granular
sering digunakan untuk proses pengolahan lanjut air yang sudah diolah dengan tingkat
keberhasilan yang bervariasi. Untuk menghilangkan kandungan merkuri sampai tingkat
konsentrasi yang rendah umumnya menggunakan beberapa tahapan proses (multi step
process) yaitu gabungan proses pengendapan, proses pertukaran ion dan proses adsorpsi
dengan karbon aktif granular.
Teknologi penghilangan logam berat khususnya merkuri (Hg) di dalam air limbah yang
banyak digunakan dan berhasil dengan baik salah satunya adalah dengan proses pengendapan
kimia. Proses yang banyak digunakan adalah proses pengendapan sulfida dan proses
koagulasi atau co-presipitasi.
Salah satu proses penghilangan merkuri di dalam air limbah dengan cara pengendapan yang
banyak digunakan adalah pengendapan sulfida. Di dalam proses ini air limbah yang
mengandung merkuri ditambah dengan senyawa sulfida misalnya sodium atau natrium
sulfida sehingga senyawa merkuri yang terlarut diubah menjadi merkuri sulfida yang tak larut
di dalam air sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Hg2+ + S2- HgS (g)
Sama dengan proses pengendapan yang lain, proses pengendapan sulfida memerlukan
pengaturan pH dan proses flokulasi dilanjutkan dengan proses pemisahan padatan misalnya
proses pengendapan atau proses penyaringan.
Penghilangan merkuri (Hg) di dalam air limbah baik dalam bentuk senyawa organik maupun
anorganik di dalam air limbah dapat dilakukan dengan proses koagulasi atau copresipitasi.
Bahan koagulan yang banyak digunakan misalnya alumunium sulfat (alum), garam besi dan
kapur (lime). Untuk proses koagulasi dengan penambahan alum atau garam besi, mekanisme
penghilangan merkuri yang dominan adalah co-presipitasi adsorptif (adsorptive co-
precipitation). Pada proses ini ion merkuri akan diadsorp (diserap) oleh gumpalan padatan
(bulk solids) yang terbentuk akibat penambahan bahan koagulan.
Penghilangan merkuri dengan proses adsorpsi dengan karbon aktif umumnya digunakan
untuk penghilangan merkuri dengan konsentrasi yang rendah. Selain karbon aktif proses
adsorpsi dapat dilakukan dengan menggunakan adsorbent yang lain misalnya fly ash, silika
aktif atau lainnya. Untuk proses adsorpsi dengan karbon aktif dapat dilakukan dengan filter
karbon aktif granular. Karbon aktif merupakan zat karbon yang berwarna hitam dan
mempunyai porositas yang tinggi. Diameter partikel molekul karbon aktif antara 10 a 105 dan
luas permukaan spesifik nya antara 500 - 1500 m 2 per gram, mempunyai daya adsorpsi yang
besar terhadap zat-zat misalnya detergent, senyawa phenol, warna organik, gas H 2S, methane
dan zat-zat organik lainnya dalam bentuk gas maupun cairan.
1) Karbon Aktif Butiran (Granular Activated Carbon)
Karbon Aktif Butiran Yaitu karbon aktif dalam bentuk butiran atau kepingan (flake) dengan
ukuran partikel 0,16 -1,5 mm. Cara pengerjaan maupun cara pengangkutannya lebih mudah.
Proses pengolahan air dengan karbon aktif adalah merupakan proses Adsorpsi secara fisika
(Physical Adsorption) yaitu proses terkonsentrasinya molekul-molekul adsorbate (zat yang
akan diadsorp) dalam air (misalnya zat organik, logam berat dll.) ke permukaan karbon aktif
oleh karena adanya gaya tarik menarik antara molekul karbon aktif dengan molekul-molekul
adsorbate yang ada dalam air (Gaya Van der Walls). Karbon aktif adalah salah satu zat yang
mempunyai daya menyerap zat-zat polutan yang ada dalam air sehingga zat tersebut akan
menempel atau terkonsentrasi pada permukaan karbon aktif, sehingga konsentrasi zat polutan
yang ada dalam air tersebut menjadi hilang atau berkurang. Proses ini disebut Adsorpsi.
Pada umumnya, karbon aktif diinjeksikan kedalam air baku sebelum proses koagulasi.
Melalui kontak dan percampuran, zat polutan yang ada dalam air baku, akan teradsorp oleh
karbon aktif. Setelah itu karbon aktif yang telah menyerap zat-zat polutan tersebut bersama-
sama dengan kotoran lain misalnya lumpur, dipisahkan dengan cara koagulasi dan
sedimentasi sehingga keluar berupa lumpur (sludge) berwarna hitam. Untuk partikel-partikel
karbon aktif yang belum dapat terpisahkan oleh proses koagulasi dan sedimentasi dapat
dihilangkan dengan proses filtrasi. Tetapi pada prakteknya kadang-kadang partikel-partikel
karbon aktif yang sangat halus masih juga dapat lolos pada proses filtrasi. Terutama pada
musim dingin di mana suhu sangat rendah, proses koagulasi tidak berjalan dengan baik,
sehingga partikel-partikel karbon aktif tidak dapat diendapkan dan akibatnya beban filter
terlalu besar. Untuk menghindari hal tersebut, biasanya dapat dilakukan dengan cara
memberikan koagulan Poly Aluminium Chloride serta pengontrolan proses yang ketat.
Adsorpsi dengan karbon aktif butiran (granular) adalah proses yang paling banyak digunakan
untuk penghilangan merkuri di dalam air. Prosesnya adalah dengan cara mengalirkan air yang
mengadung merkuri ke dalam Suatu Filter yang diisi dengan karbon aktif. Proses filtrasinya
dapat dilakukan dengan cara gravitasi maupun dengan tekanan, tetapi yang sering digunakan
umumnya adalah dengan filtrasi dengan tekanan. Dilihat dari sistem pengalirannya dapat
dibagi dua yaitu aliran dari atas ke bawah (down flow) dan aliran dari bawah ke atas (up
flow). Sedangkan prosesnya dapat dilakukan secara seri maupun parallel.
Anonim. 2003. Central Pollution Control Board. Ministry of Environment & Forest,
Govt of India. Parivesh Bhawan. East Arjun Nagar. Delhi – 110032.
http://www.cpcb.nic.in/News%20Letters /Archives/Groundwater/ch3-GW.html
[Online Tanggal 30 November 2007].
Björkman, Lars, et. al. 2007. Mercury in human brain, blood, muscle and toenails in
relation to exposure: an autopsy study. Environmental health.
http://www.ehjournal.net/content/6/1/30 [Online Tanggal 8 November 2007].
Budiono, A. 2003. Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Biota Air. Institut Pertanian
Bogor. e-mail : brdolero@yahoo.com [Online Tanggal 8 November 2007].
EPA, “Capsule Report : Aqueous Mercury Treatment“, National Risk Management
Research Laboratory Office of Research and Development, US EPA
Cincinnati, OH 45268.1997.
Putranto, T. T. (2011). Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) pada Airtanah. Teknik,
32(1), 62-71.
Said, N. I. (2018). Metoda penghilangan logam merkuri di dalam air limbah industri.
Jurnal Air Indonesia, 6(1).
Tumenbayar. B, Murao S., Uramgaa J., Maidar T. 2006. Environmental Sampling for
Mercury Study. Workshop on the State-of-the Art of Science and Technology
to Protect the Environment and People. Bandung, Indonesia.
Patterson, J.W. et al., Toxicity Reduction Methodologies. In : Toxicity Reduction,
Evaluation, and Control. Lancaste, PA : Technomic Publishing Co. 1992.
Viessman W,JR.,and Hammer, “Water Supply And Pollution Control “, fourth edition,
Harper and Ror Publisher, New york, 1985.
Wardhana, Arya W. 1998. Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Yogyakarta.
Yogyakarta.