Anda di halaman 1dari 2

Sipnosis

Pada zaman dahulu, diwilayah U Duluwo limo lo pohala’a hiduplah seorang lelaki yang dikenal
sangat baik hati dan perangainya. Anak lelaki ini karena lahir dipinggir pantai, maka diberi nama
oleh orang tuanya dengan nama Pentadu. Ketika lahir, Pentadu memiliki perawakan yang tinggi,
badan kekar dan kulit sawo matang.
Pada suatu hari saat sedang berada di kota untuk menukar kayunya, ia melihat salah
seorang pedagang yang sedang memarahi seorang anak kecil, dewngan masih tersedu-sedu, si
anak kemudian pergi meninggalkan sang pedagang. Ia terus berjalan saja tidak tentu arahnya.
Kemana kaki membawanya pergi, ia mengikuti langkah kaki itu. Pentad yang mendengarnya pun
kasihan. Ia mengeluarkan makanan yang sudah ia tukar dengan kayunya dan memberikannya ke
anak kecil. Sambil memanggul karung yang isinya sudah kosong, Pentadu pun akhirnya kembali
ke hutan tempat tinggalnya dengan tangan hampa. Sesampainya di rumah kecilnya, saat ia akan
membaringkan dirinya untuk mengobati kelelahannya, ia bermaksud meletakkan karung yang
dibawanya di sudut rumah kecilnya itu. Saat itu, ia merasakan keanehan terhadap karung yang ia
bawa. Dengan rasa penasaran, ia membuka karung itu akan tetapi, betapa terkejutnya ia ketika
mendapati sebuah tongkat dengan permata di atasnya. Ia tidak tahu dari mana asalnya tongkat
tersebut.
Suatu hari, ketika ia dalam perjalanan pulang ke rumah, ia mendengar suara isak tangis
perempuan. Ia yakin suara itu berasal dari danau di pinggir hutan, kemudian ia pergi untuk
memastikannya. Semakin ia menuju danau suara itu semakin terdengar. Setelah sampai di danau,
ia melihat seorang gadis cantik, elok rupanya, sedang menangis tersiak-siak. Setelah
menyaksikkan ada rona ketulusan dan kebaikan di mata Pentadu, gadis itu mendongak menatap
Pentadu dan menjawab “Namaku Boilode Mala. Aku seorang bidadari dari kayangan”.
Betapa kebahagiaan Pentadu tiada terkira. Ia pun bersujud syukur kepada yang
Mahakuasa dan mencium tangan Boilode Mala sebagai ungkapan terima kasihnya. Akhirnya,
mereka pun menikah dan dimulailah hari-hari mereka sebagai suami istri. Pentadu berjanji akan
mengabulkan semua permintaan istrinya itu. Ia pun berjanji sangai ingin membahagiakan
Boilode Mala.
Suatu hari, ia ingin menguji keraguannya. Ia meminta Pentadu untuk membelikannya
perhiasan emas. Boilode Mala kemudian menatap suaminya dalam-dalam, lalu berkata,
‘Sebenarnya, bukan soal perhiasan emas itu bagiku, Kanda, tetapi dengan pemberian yang Kanda
berikan kepadaku itu aku anggap sebagai bukti cinta kasih Kanda kepada Adinda”. Demikian
kata Boilode Mala mengiba. Tak lama kemudian, perhiasan emas yang diminta pun muncul
dihadapan Pentadu. Tanpa ia sadari, istrinya melihat semua kejadian itu dan tercengang
dibuatnya. Ternyata, selama ini suaminya memiliki tongkat sakti yang dapat mengabulkan
permintaan. Ketika sudah menemukan apa yang dicarinya, ia bergegas pergi ke suatu bukit itu
dengan nama Huntu lo Bohu atau bukit bara (api) karena memang di tempat itu banyak tanaman-
tanaman yang terbakar, menimbulkan bara karena adanya panas bumi yang berasal dari dalam
tanah di sekitar tempat itu.
Setelah berjam-jam, akhirnya ia sampai juga di puncak bukit tersebut. Dari kejauhan ia
melihat sesuatu yang taka sing baginya. Ketika ia dekati, barulah ia sadar bahwa itu adalah
tongkatnya yang hilang. Keheranan menyelimuti dirinya. Segera ia ambil tongkat itu dan
melontarkan pertanyaan. Betapa hancurnya hati Pentadu tatkala mendengar jawaban dari tongkat
saktinya. Wajahnya merah padam menahan amarah untuk istrinya. Amarah telah menguasai
Pentadu. Segala permintaannya pun dikabulkan oleh sang tongkat. Boilode Mala yang sudah
hampir sampai, tiba-tiba terjatuh kembali ke bumi. Ia tenggelam bersama lahar panas Gunung
Huntu lo Bohu.
Sejak kejadian itu, sumpah yang dikatakan oleh Pentadu pun terlaksana. Setiap wanita
cantic yang datang ke tempat itu akan mati tertimbun lahar panas dan mati seketika. Hingga kini,
wujud Pentadu dalam bentuk replica diabadikan menjadi patung yang bias kita temukan ketika
memasuki Pentadio Resort.

Anda mungkin juga menyukai