Anda di halaman 1dari 4

BERLIBUR DI RUMAH NENEK

Pada suatu hari saya berlibur di rumah nenek di Anakalang. Saya sangat senang berlibur di
rumah nenek karena saya jarang bertemu dengan nenek. Di Anakalang, saya sangat senang
membantu nenek di rumah yang sedang bekerja. Kemudian saya membantu nenek
membersihkan rumah, sapu halaman, cuci piring dan juga membantu memasak nasi dan
lain-lain.

Kemudian nenek saya menyuruh saya membatu kaka yang sedang bekerja di kebun, dan
saya bilang iya. Pas saya mau pergi di kebun, saya membawakan makanan dan minuman
untuk kakak. Pas saya sudah sampai di kebun, kemudian saya suruh kakak untuk makan dan
minum. Saya membantu kakak mencabut rumput dan lain-lain. Kemudian kakak menyuruh
saya pulang ke rumah dan saya bilang iya.

Kemudian saya pulang ke rumah. Nenek bertanya kepada saya mengapa saya pulang cepat
dari kebun. Saya bilang kakak yang menyuruh saya pulang cepat karena nenek tidak ada
teman di rumah, dan supaya saya membantu nenek di rumah.

HANSEL DAN GRETEL

Pada suatu hari seorang penebang pohon yang malang di sebuah hutan, mempunyai rumah
kecil yang terbuat dari kayu dan beratapkan jerami. Rumah tersebut berada di tepi hutan
yang mempesona. Istri pertamanya telah meninggal dunia dan dia menikah lagi dengan
seorang wanita yang berwatak buruk.

Walaupun beristri perempuan yang jahat, penebang pohon tetap bahagia karena istri
pertamanya telah memberikannya dua orang anak yang lucu-lucu. Putranya yang tampan
dan pemberani bernama Hansel dan seorang putri yang bernama Gretel.
Selama setahun, negeri mereka tertimpa bencana kelaparan. Saat musim dingin lumbung si
penebang pohon kosong. Apa yang akan terjadi pada kita? Kita tak punya lagi roti untuk
memberi makan anak-anak kita. Kita harus memecahkan masalahnya segera atau mereka
akan mati kelaparan, kata penebang pohon dengan sedih. Kemudian istrinya yang kejam
punya ide mengerikan: “besok saat matahari terbit kita akan membawa Hansel dan Gretel
masuk ke dalam hutan dan meninggalkan mereka di sana”. Mereka tidak akan bisa
menemukan jalan pulang dan kita membuang mereka di sana, jadi kita sudah mengurangi
dua mulut untuk diberi makan.

“Akan tetapi aku tidak bisa berbuat itm,.u! Mereka adalah anak-anakku” seru penebang
pohon. Kalau kamu begitu, kau akan mati kelaparan! Istrinya menjawab dengan kasar. Si
penebang pohon yang malang berlinangan air mata, tapi takut tabiat perempuan yang jahat
itu akhirnya menyerah. Di ruang sebelahnya, Hansel dan Gretel yang dikira sudah tidur
mendengar kata-kata kejam ibu tiri mereka. Gretel mulai terisak-isak. Oh kakakku yang
malang, aku tak ingin dibuang ke dalam hutan menakutkan. Aku takut dengan penyihir.
Hansel memeluk adiknya erat-erat dan menenagkannya.

“jangan kamu takut adikku, kakek telah mengajariku caranya menemukan jalan pulang. Kita
takkan tersesat! Sepanjang malam, Hansel tidak tidur. Setelah memastikan ayah dan ibu
tirinya tertidur lelap, ia melompat ke kebun, mengumpulkan kerikil-kerikil putih kecil,
kemudian kembali ke kamar tanpa suara. Pagi-pagi sekali, ibu tiri mereka membuka kamar
anak-anak dan memanggil keras-keras “ayo anak-anak kita mengumpulkan kayu di hutan”.

TRAGEDI CINTA SEGI TIGA

Menurut legenda setempat, pasola merupakan klimaks dari sebuah tragedi cinta segitiga.
Dahulu kala, di kampung Weiwuang hidup tiga bersaudara: Ngongu Tau Matutu, Yagi
Waikareri dan Ubu Dula. Ketiganya telah menikah dan si bungsu Ubu Dulla memperistri
seorang wanita cantik bernama Rabbu Kabba. Suatu hari ketiganya turun ke laut untuk
mencari ikan yang memang merupakan mata pencaharian mereka, namun tanpa
sepengetahuan para istri dan warga Weiwuang mereka terus berlayar hingga ke Muhu
Karera, sebuah negeri yang terkenal makmur untuk mengadu nasib.

Hari demi hari berlalu, mereka tak kunjung pulang. Mereka diyakini telah meninggal dan
Rabu Kabba pun dilanda kepedihan tak terperi. Ia berharap suatu waktu akan melihat
perahu yang membawa suaminya pergi dan kembali pulang. Suatu hari, sebuah perahu
benar-benar muncul tapi yang datang bukan Ubu Dulla maupun Teda Gaiparona, pemuda
asal Kodi. Keduanya saling jatuh cinta, tetapi karena adat yang ketat maka mereka kemudian
kawin lari.

Bersamaan dengan itu Ngongu Tau Matutu, Yagi Waikareri dan Ubu Dula tiba-tiba muncul
kembali di Weiwuang. Warga menyambut mereka dengan penuh sukacita, tetapi Ubu Dulla
sesih mendengar istrinya lari dengan pria lain. Demi menegakkan kehormatan, Ubu Dulla
kemudian mencari keduanya. Pencariannya membuahkan hasil, namun Rabu Kabba yang
merasa telah ternoda menolak untuk kembali. Hati Ubu Dulla terasa nyeri, tetapi ia tidak
membalaskan dendam. Ia merelakan istrinya dibawa pergi, asalkan Teda Gaiparona
menikahi Rabu Dulla secara resmi dan mebayarkan belis pengganti seperti yang dulu pernah
diberikan Ubu Dulla saat meminang Rabu Kabba.
KUMPULAN CERPEN

OLEH

NAMA : DORKAS DAIJO LERO


KELAS: XI APH 1
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

SMKN 1 WAIKABUBAK
2017

Anda mungkin juga menyukai