Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alya sri andini rivai

NIM : 471420028

Kelas : B

Peteologi Batuan Beku dan Metamorf

Membuat Rangkuman mengenai Effusive Eruption

Erupsi ledakan terbagi menjadi dua kelompok yaitu : efusif dan eksplosif. Erupsi efusif adalah
jenis letusan gunung berapi di mana lava terus mengalir keluar dari gunung berapi menuju ke
tanah.

Erupsi efusif berbeda dari erupsi eksplosif, di mana magma terfragmentasi dengan keras dan
dikeluarkan dengan cepat dari gunung berapi. Erupsi efusif paling sering terjadi pada magma
basaltik, tetapi juga terjadi pada magma intermediet dan felsik. Erupsi ini membentuk aliran lava
dan kubah lava yang masing-masing memiliki bentuk, panjang, dan lebar yang bervariasi.Jauh di
dalam kerak, gas dilarutkan ke dalam magma karena tekanan tinggi, tetapi saat naik dan meletus,
tekanan turun dengan cepat, dan gas-gas ini mulai keluar dari lelehan. Letusan gunung berapi
adalah efusif ketika magma yang meletus sangat mudah menguap (air, karbon dioksida, sulfur
dioksida, hidrogen klorida, dan hidrogen fluorida), yang menekan fragmentasi, menciptakan
magma yang mengalir keluar dari lubang vulkanik dan keluar ke daerah sekitarnya. .

Bentuk aliran lava efusif diatur oleh jenis lava (yaitu komposisi), laju dan durasi letusan, dan
topografi lanskap sekitarnya.

Untuk terjadinya erupsi efusif, magma harus cukup permeabel untuk memungkinkan
pengeluaran gelembung gas yang terkandung di dalamnya. Jika magma tidak berada di atas
ambang batas permeabilitas tertentu, magma tidak dapat mengalami degas dan akan meletus
secara eksplosif. Selain itu, pada ambang tertentu, fragmentasi dalam magma dapat
menyebabkan letusan eksplosif. Ambang batas ini diatur oleh Bilangan Reynolds, bilangan tak
berdimensi dalam dinamika fluida yang berbanding lurus dengan kecepatan fluida. Erupsi akan
efusif jika magma memiliki kecepatan pendakian yang rendah. Pada tingkat pendakian magma
yang lebih tinggi, fragmentasi dalam magma melewati ambang batas dan menghasilkan letusan
eksplosif. Magma silikat juga menunjukkan transisi antara letusan efusif dan eksplosif, tetapi
mekanisme fragmentasinya berbeda. Letusan Novarupta 1912 dan letusan Stromboli 2003
keduanya menunjukkan transisi antara pola letusan eksplosif dan efusif.

Erupsi efusif sering ditemukan pada gunung berapi yang memiliki lava mafik. Lava mafik yang
dihasilkan dari letusan ini bisa mengalir sangat jauh. Panas yang ditimbulkan oleh lava mafik
juga dapat bertahan selama berbulan-bulan jika diisolasi di dalam lubang lava. Lapisan atas
aliran lava mafik mengalami fenomena auto-breksiasi, atau pecahnya kerak lava yang membeku
menjadi beberapa gumpalan.

Pada umumnya magma yang mengalir dari ledakan efusif memiliki kecepatan yang rendah
sehingga hanya mempengaruhi daerah sekitar gunung api. Aliran magma yang lambat
memudahkan masyarakat dan pemerintah untuk mengungsi sebagai upaya meminimalisir korban
jiwa. Dalam beberapa kasus, seperti letusan Gunung Nyiragongo dan Gunung Merapi, aliran
magma relatif cepat sehingga menimbulkan kerusakan besar.

Kerusakan Erupsi Efusif

Letusan efusif jarang membunuh siapa pun karena bergerak lambat. Orang biasanya dapat
dievakuasi sebelum letusan efusif. Namun, letusan efusif bisa merusak. Tidak banyak yang bisa
dilakukan siapa pun untuk menghentikan aliran lahar yang menghancurkan bangunan atau jalan.
Sebuah jalan dibanjiri oleh letusan di gunung berapi Kilauea di Hawaii.

Anda mungkin juga menyukai