Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai
permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi. Kata Vulkan berasal dari “Vulcano”,
suatu kawah gunung api di Kepulauan Lipari di lepas pantai Italia. Juga berkaitan dengan
nama Dewa Api Bangsa Yunani “Vulcanus”.
isstilah-istilah Vulkanisme:
Magma Masam (Asam) atau dikenal juga sebagai Magma Silika adalah magma yang
banyak mengandung mineral-mineral Silikat dan Feldspar, cukup banyak Natrium
dan Kalium, kurang mineral Besi dan Magnesium. Umumnya mineral-mineralnya
kurang berat. Kandungan gasnya tinggi, dan lebih kental. Biasanya menghasilkan
ledakan dahsyat kerena tekanan gasnya besar. Magma tipe ini menghasilkan tipe
gunung api komposit atau strato dan gunung api maar.
Magma Basa, magma tergolong Basa (Mafic) adalah magma yang banyak
mengandung mineral-mineral Besi dan Magnesium serta Kalsium, tetapi kurang
mineral Silikat. Kandungan gasnya rendah dengan kekentalan rendah (encer).
Biasanya letusan dari magma ini tidak begitu hebat, erupsinya bersifat effusif/
meleleh. Tipe gunung api yang dihasilkan oleh tipe Magma Basaltik adalah tipe
gunung api perisai
Menurut Bemmelen magma akan mengalami peristiwa hipodifferensiasi/ pemisahan
magma, dimana magma yang bersifat asam akan bergerak keatas karena lebih
ringan, sedangkan yang bersifat basa dibagian bawah. Gerakan pemisahan magma
di dalam dapur magma tersebut akan menimbulkan gaya keatas, mendobrak batuan
penyusun kerak bumi dan bila ada kesempatan akan muncul ke permukaan lewat
celah-celah retakan atau lewat pipa gunung api
Material Hasil Aktivitas Vulkanisme
Sesuai wujudnya, ada 3 jenis bahan yang dikeluarkan tenaga vulkanisme, yaitu benda
padat, cair, dan gas.
a. Benda Padat
Material vulkanik yang padat disebut efflata atau piroklastik. Ukuran efflata mulai dari yang
paling halus sampai yang kasar atau besar berturut-turut adalah debu, pasir, lapili (batu
sebesar kerikil), batu-batuan besar (bom), dan batu apung
b. Benda Cair
Bahan cair yang dikeluarkan oleh tenaga vulkanisme terdiri dari 3 macam, yaitu lava, lahar
panas, dan lahar dingin
Solfatar (Belerang), yaitu gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang keluar dari lubang
Fumarol, yaitu tempat yang mengeluarkan uap air panas
Mofet, yaitu tempat yang mengeluarkan gas asam arang (CO2)
Ekstrusi magma adalah suatu kegiatan penerobosan magma ke permukaan bumi. Salah
satu contohnya adalah letusan gunung api (erupsi)
Berdasarkan banyaknya celah pada permukaan bumi waktu magma keluar, erupsi
dibedakan menjadi :
- Erupsi Linier (Erupsi Belahan)
Gerakan magma menuju permukaan bumi melalui celah-celah atau retakan–retakan,
magma yang dikeluarkan dari gunung api tersebut bersifat sangat encer dan menutupi
wilayah yang sangat luas
- Erupsi Sentral
Yaitu jika lava keluar melalui terusan kepundan yang berbentuk pipa yang relatif kecil dan
sempit. Akibatnya meterial vulkanik yang dihasilkan berbentuk kerucut vulkanik. Tipe ini
menghasilkan tiga bentuk gunung api, yaitu gunung api perisai, gunung api maar, dan
gunung api strato
Erupsi sentral dibagi menjadi 3 macam yaitu:
- Erupsi Effusif/ aliran, terjadi pada gunung api perisai
- Erupsi Eksplosif/ ledakan, terjadi pada gunung api maar
- Erupsi Campuran (aliran dan ledakan), terjadi pada gunung api strato
Tiga bentuk gunung api hasil erupsi sentral:
- Gunung Api Perisai
Gunung api ini terbentuk oleh aliran magma cair encer, sehingga pada waktu magma keluar
dari lubang kepundan, meleleh kesemua arah dalam jumlah besar dari satu kawah besar/
kawah pusat dan menutupi daerah yang luas yang relatif tipis. Sehingga bentuk gunung
yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas dibandingkan dengan tingginya. Sifat
magmanya basa dengan kentalan rendah dan kurang mengandung gas. Karena itu
erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi secara effusif/ meleleh. Akibatnya lereng
gunung api ini landai (2-10°) tingginya tidak terlalu tinggi dibanding diameternya, dan
permukaan lereng halus. Contohnya adalah gunung api di Kepulauan Hawaii
Kuat atau lemahnya gunung api tergantung dari tekanan gas, kedalaman dapur magma,
luasnya sumber/ dapur magma dan sifat magma (cair/ kental)
Menurut aktivitasnya, gunung api dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
Gunung aktif, yaitu gunung api yang masih bekerja yang kawahnya selalu
mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Misalnya Gunung Merapi
Gunung Mati, yaitu gunung api yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi,
misalnya Gunung Patuha, Gunung Sumbing
Gunung istirahat, yaitu gunung api yang sewaktu-waktu meletus dan kemudian
istirahat kembali, misalnya Gunung Ciremai, Gunung Kelud
Tipe Letusan Gunung Api
Letusan gunung api adalah suatu ketampakan gejala vulkanisme kearah permukaan/ suatu
aspek kimia pemindahan tenaga kearah permukaan. Tipe letusan gunung api dibedakan
berdasarkan bentuk dan lokasi kegiatan serta lokasi pusat kegiatan
a. Berdasarkan bentuk dan lokasi pusat kegiatan
Letusan pusat yaitu erupsi yang melalui pipa kepundan gunung api
Letusan celah yaitu erupsi yang tidak melalui lubang kepundan gunung api
melainkan meleleh keluar lewat retakan-retakan kerak bumi. Contoh: Plateau Pekka
di India, dan Plateau Columbia, AS
b. Berdasarkan lokasi pusat kegiatan menurut Rittman (1962)
Letusan pusat, lubang kepundan merupakan saluran utama bagi peletusan
Leleran samping, terbentuk apabila magma yang membentuk Sill menerobos
kepermukaan lereng gunung api
Korok melingkar, terjadi ketika pipa kepundan tersumbat oleh magma yang
membeku didalamnya, sehingga menghalangi keluarnya magma dan magma
mencari jalan lain menerobos magma mencari jalan lain, menerobos batuan yang
lebih lemah dan terbentuklan lubang kepundan yang baru
- Letusan diluar pusat, terjadi dibagian kaki gunung api dengan sistem saluran magma
tersendiri yang tidak ada kaitannyan dengan lubang kepundan utama
Escher membuat klasifikasi letusan gunung api yang didasarkan pada besarnya
tekanan gas, derajat kecairan magma, dan kedalaman dapur magma sehingga
melahirkan tipe-tipe letusan gunung api
Instruksi Magma
Yaitu proses penerobosan magma ke dalam litosfer tetapi tidak mampu mencapai
permukaan bumi. Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan sebagai berikut.
- Batolit, yaitu magma yang membeku di dalam dapur magma
- Lakolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari resapan magma dan membeku diantara
dua lapisan batuan erbentuk lensa cembung
- Sill/ keeping intrusi, batuan beku yang terbentuk diantara dua lapisan batuan,
berbentuk pipih dan melebar
- Gang/ dike, yaitu magma yang memotong lapisan batuan dengan arah tegak/ miring,
berbentuk pipih dan melebar
- Apofisa, yaitu batuan beku yang bercabang-cabang banyak (seperti menjari)
- Diatrema, yaitu batuan pengisi pipa letusan, berbentuk silinder mulai dari dapur
magma sampai kepermukaan bumi
- Lapolith, yaitu batuan beku yang mendesak lapisan di atas dan di bawahnya menjadi
bentuk bikonveks
- Pacolith, yaitu jenis batuan beku yang mendesak lapisan di bawahnya sehingga
membentuk suatu bentukan lenssa datar-cembung
Gejala-Gejala Gunung Api Akan Meletus
- Terjadinya getaran bumi
- Suhu disekitar kawah naik
- Sumber air tiba-tiba kurang atau kering
- Terdengar suara gemuruh
- Binatang di puncak turun ke lereng
- Pohon-pohon di sekitar kawah mengering
GEMPA BUMI
PENGERTIAN GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Besarnya
kekuatan gempa bumi diukur dengan alat pencatat gempa yang disebut dengan seismograf.
Seismograf mengukur kekuatan gempa yang terjadi dengan mencatat semua getaran
gempa dan cepat rambat gempa. Gempa bumi termasuk salah satu jenis tenaga endogen
(dalam bumi) karena dapat membuat perubahan pada permukaan bumi akibat tenaga dari
dalam bumi.
PENGUKURAN GEMPA
A. PENGUKURAN GEMPA BUMI
Skala Kekuatan Gempa Bumi
Skala kekuatan gempa bumi diukur berdasarkan kuat atau lemahnya getaran. Kekuatan
gempa bumi umumnya dinyatakan dengan skala Richter. Skala Richter didasarkan pada alat
pengukur gempa bumi, yaitu seismograf Wood Anderson. Hasil pengukuran alat pengukur
gempa bumi ini dengan cepat dapat diketahui berapa kekuatan gempa dan jarak antara
lokasi pengamat dengan sumber gempa.
Skala kekuatan gempa bumi tidak hanya skala Richter saja, tetapi ada juga skala Mercalli
dan skala Omori. Pada skala Richter, kekuatan gempa diukur berdasarkan getaran
magnitudo. Akan tetapi, pada skala Mercalli dan skala Omori berdasarkan tahapan yang
berkaitan dengan intensitas gempa.
Untuk mengukur intensitas kekuatan gempa, ada beberapa macam skala, antara lain :
1. Skala kekuatan gempa bumi menurut C.F. Richter
Skala Richter adalah skala logaritmis, dan setiap selisih satu skala perbedaan energi adalah
31,5 kali lebih besar.
C.F. Richter menyusun skala gempa bumi berdasarkan skala magnitudo (ukuran besarnya
gempa) dengan menggunakan klasifikasi angka 0 sampai 8. Semakin besar angkanya,
maka semakin besar magnitudonya.
Cara menentukan intensitas gempa menurut Richter adalah menggunakan jarak dan
besaran amplitudo. Berikut ini adalah tabel skala kekuatan gempa bumi menurut C.F.
Richter.
No. Magnitudo Klasifikasi secara umum
1 78 Bencana nasional (national disaster)
2 77 – 8 Gempa besar (major earth quake)
3 76 – 7 Gempa destruktif (destructive earth quake)
4 76 – 6 Gempa merusak (damaging earth quake)
5 74 – 5 Gempa keras (strongly earth quake)
6 73 – 4 Gempa kecil (small quake)
7 0 – 3 Goncangan kecil (small shock quake)
Skala Richter terdapat pada pesawat pengukur antara lain pesawat Anderson. Dengan
model pesawat ini orang dengan cepat dapat membaca kekuatan atau magnitudo gempa,
jarak episentrum dari pengamatan, serta besarnya amplitudo getaran gempa.
Jika jarak episentrum 300 km, dengan arah 30, sedangkan amplitudo menunjukkan 10 mm,
maka kekuatan gempa (magnitudo) gempa adalah 5 pada skala Richter.
Sampai sekarang orang belum mampu meramalkan gempa bumi secara tepat, walaupun
para ahli telah mampu menentukan daerah-daerah gempa bumi, namun meramalkan akan
terjadinya gempa bumi, lokasi episentrumnya, serta besarnya belum terpecahkan.
2. Skala kekuatan gempa bumi menurut Mercalli
Mercalli menyusun skala gempa bumi berdasarkan skala intensitas gempa. Intensitas
gempa suatu tempat adalah kekuatan gempa ditaksir berdasarkan eek geologis dan efeknya
terhadap bangunan-bangunan dan manusia. Skala Mercalli disusun dengan menggunakan
angka romawi. Berikut ini adalah tabel skala gempa bumi menurut Mercalli :
No. Intensitas Klasifikasi secara umum
1 I Getaran tidak dapat dirasakan oleh semua orang, kecuali orang yang sangat peka
terhadap getaran
2 II Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda ringan yang bergantung bergoyang
3 III Getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terutama lebih satu lantai dan kendaraan
yang sedang berhenti agak bergerak
4 IV Getaran dirasakan oleh banyak orang, pecah belah, daun jendela bergetar, dinding
berbunyi karena pecah
5 V Getaran dirasakan oleh setiap penduduk. Barang-barang banyak yang berjatuhan, tiang
tampak bergoyang, dan bandul jam dinding berhenti
6 VI Getaran dirasakan oleh setiap penduduk dan pada umumnya penduduk terkejut. Meja
dan kursi bergerak, cerobong asap pabrik rusak
7 VII Getaran terasa agak kuat dan setiap orang keluar rumah. Bangunan banyak yang
rusak, cerobong asap pabrik pecah dan getaran dirasakan oleh orang yang sedang naik
kendaraan
8 VIII Getaran terasa kuat. Dinding bangunan dapat lepas dari rangka rumah dan meja kursi
terlempar, orang yang sedang naik kendaraan terganggu keseimbangannya
9 IX Getaran terasa sangat kuat. Kerangka rumah banyak yang terlepas, rumah tampak
bergeser, instalasi air minum banyak yang putus
10 X Getaran agak dahsyat. Dinding rumah tergeser dari pondasinya, tanah terbelah, rel
kereta api tampak melengkung dan banyak tanah longsor
11 XI Getaran terasa dahsyat. Bangunan roboh, jembatan putus, rel kereta api semuanya
melengkung, pipa dalam tanah bengkok
12 XII Getaran terasa dahsyat. Bangunan hancur berkeping-keping, permukaan tanah
bergelombang, banyak benda-benda yang terlempar ke udara
3. Skala kekuatan gempa bumi menurut Omori
Skala gempa menurut Omori secara umum hampir sama dengan skala kekuatan gempa
yang ditulis oleh Mercalli, yaitu :
No. Derajat Klasifikasi secara umum
1 I Getaran lunak, tidak dirasakan oleh semua orang
2 II Getaran sedang, banyak orang terbangun karena bunyi barang-barang yang pecah dan
bunyi jendela atau pintu berderit karena bergoyang
3 III Getaran yang agak kuat, pintu dan jendela terbuka
4 IV Getaran kuat, gambar di dinding berjatuhan dan dinding retak-retak
5 V Getaran sangat kuat, dinding dan atap runtuh
6 VI Rumah-rumah banyak yang roboh
7 VII Terjadi kerusakan umum
B. PENENTUAN LOKASI SUMBER GEMPA
Sebagaimana kita ketahui bersama, bagian kerak bumi terdiri atas beberapa potongan
lempeng. Sementara itu, bagian mantle bumi yang bergerak secara konveksi menyebabkan
adanya gaya geser yang diterima lempeng bumi pada bagian bawahnya. Hal ini tentu akan
menyebabkan lempeng-lempeng bumi ini juga bergerak. Pergerakannya tidak dapat
dirasakan oleh manusia karena berlangsung sangat lambat sekitar 0-12 cm pertahun.
Namun terkadang pergerakan ini macet, sehingga terjadi penimbunan energi. Dan pada
suatu saat energi ini akan dilepaskan dalam bentuk gelombang gempa.
Gempa menimbulkan gelombang badan (p-waves, s waves) dan gelombang permukaan
(rayleigh waves, love waves). Gelombang -gelombang yang mempunyai kecepatan yang
berbeda ini terekam dalam stasiun pencatat gempa. Jika terjadi gempa bumi, maka stasiun
pencatatan gempa akan dengan segera merekam p-waves, s-waves dan gelombang
permukaan. Dari pencatatan ini, diperoleh selisih waktu antara p-waves dan s-waves,
semakin jauh jarak stasiun pencatat gempa dengan sumber gempa, tentu selisih waktu
antara p-waves dan s-waves juga akan semakin besar. Dengan adanya kurva travel time,
selisih waktu ini dapat dikonversi menjadi selisih jarak. Untuk mendapatkan posisi sumber
gempa, maka diperlukan minimum 3 time historis dari stasiun pencatatan gempa.
Ilustrasi berikut menggambarkan konsep dasar penentuan lokasi sumber gempa, dengan
menggunakan contoh gempa disekitar Mexico dan stasiun pencatatan gempa di Amerika
Utara (IRIS).
Step 1. Selisih waktu antara gelombang primer dan gelombang sekunder (S-P time)
diukur di masing-masing stasiun pencatatan gempa. S-P time mengindikasikan jarak
ke sumber gempa, sama halnya dengan selisih waktu antara cahaya dengan suara
gemuruh kilat yang juga mengindikasikan jarak. Dari hasil observasi dan analisis
terhadap banyak gempa bumi, disusun korelasi antara S-P time dan jarak antara
stasiun pencatatan gempa ke sumber gempa. Selisih waktu ini dapat dikonversi
dengan menggunakan kurva travel time.
Step 2. Setelah diketahui jarak dari sumber gempa terhadap minimum tiga stasiun
pencatatan gempa, maka lokasi sumber gempa dapat ditentukan. Untuk masing-
masing stasiun pencatatan gempa digambarkan lingkaran dengan radius yang sama
dengan jaraknya ke sumber gempa. Sumber gempa diperkirakan pada titik dimana
ketiga lingkaran ini berpotongan.