Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH LINGKUNGAN TAMBANG

“Pencemaran Air Permukaan Akibaat Pertambangan”

Disusun Oleh:

YUDHA KURNIA ISTI


17137114

Dosen Pembimbing :
Drs. Yunasril, M.si
Tri Gamela Saldy, S.T, M.T

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan”. Air
di Indonesia sangat melimpah, hal ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan.
Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Sebaliknya, masyarakat kebanyakan menyalah gunakan kelebihan ini dengan
mencemarinya. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan ditempat
penampungan air antara lain seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat
aktivitas manusia. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memerlukan air bersih
untuk minum, memasak, mencuci, dan keperluan lainnya.

Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup
yang lain juga sangat membutuhkan air. kekurangan air pada tubuh manusi bisa
mneyebabkan dehidrasi karena ketahanan tubuh manusia sangat bergantung pada
berbagai fungsi air sedangkan tubuh manusia belum mengembangkan suatu sistem
penyimpanan air sebagai sistem penyimpanan lemak. Air merupakan salah satu
komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Menurut Kodoatie (2008) “air
merupakan sumber kehidupan Semua makhluk membutuhkan air, untuk
kepentingannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengn pencemaran air?
2. Apa saja penyebab dan akibat pencemaran air?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENCEMARAN AIR
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat
berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air
sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut
dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa
buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek
pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran
yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah
tetap harus menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat
dilihat berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu.
Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan
definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian
pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, sebagai turunan
dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-
undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak
pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-
komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut,
pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi
pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam
UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.

Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air


didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan
manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi
pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tga)
aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat
(Setiawan, 2001).
Pengertian tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat
kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum
sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah sampai ke batas atau
melewati batas). Ada standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air.
Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3
terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat, harus
memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas
tettuang dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun 1990 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air minum/air
bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi,
ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 (Achmadi, 2001).
B. AKIBAT DAN PENYEBAB PENCEMARAN AIR
Air merupakan kebutuhan vital bagi seluruh makhluk hidup, termasuk
manusia. Untuk dapat dikonsumsi air harus memenuhi syarat fisik, kimia maupun
biologis. Secara fisik air layak dikonsumsi jika tidak berbau, berasa, maupun tidak
berwarna. Di samping itu air tidak boleh mengandung racun maupun zatzat kimia
berbahaya (syarat kimia), dan tidak mengandung bakteri, protozoa ataupun
kumankuman penyakit. Oleh karena itu kebersihan dan terbebasnya air dari polutan
menjadi hal yang sangat penting.
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan
danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan
pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan
pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh
seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati,
dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan
mati, dan aktivitas bakteri menurun.

1. Penyebab
Pencemaran air dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Pembuangan limbah industri ke perairan (sungai, danau, laut).
b. Pembuangan limbah rumah tangga (domestik) ke sungai, seperti air cucian,
air kamar mandi.
c. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
d. Terjadinya erosi yang membawa partikel-partikel tanah ke perairan.
e. Penggunaan racun dan bahan peledak dalam menangkap ikan.
f. Pembuangan limbah rumah sakit, limbah peternakan ke sungai.
g. Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak
lepas pantai.
2. Akibat
Akibat yang akan ditimbulkan dari pencemaran air adalah sebagai berikut:
a. Dapat menyebabkan banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.Peristiwa banjir timbul
jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya
disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat
curah hujan yang tinggi.
Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir
juga membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah air surut.
Banjir adalah hal yang rutin.Setiap tahun pasti datang. Banjir, sebenarnya
merupakan fenomenakejadian alam “biasa” yang sering terjadi dan dihadapi
hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.Banjir sudah
temasuk dalam urutan bencana besar, karena meminta korban besar.
b. Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan
partikel lainnya) akibat transportasi angin,air atau es, karakteristik hujan, creep
pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk
hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi
tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses
penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya. Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan
tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan
(degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah
untuk meresapkan air (infiltrasi).
Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan
meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di
sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada
akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat
tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan
mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan
baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang
lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat
menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan
kehilangan air secara serentak.
c. Menimbulkan Bebagai Penyakit
Limbah dari sisa detergen dan pestisida (misalnya DDT) dapat merangsang
pertumbuhan kanker (bersifat karsinogen), menyebabkan gangguan ginjal, dan
gangguan kelahiran. DDT (Dikloro Difenil Trikloretana) bersifat
nonbiodegradabel (tidak dapat terurai secara alamiah), karena itu jika
dipergunakan dalam pemberantasan hama DDT akan mengalami perpindahan
melalui rantai makanan, akhirnya tertimbun dalam tubuh konsumen terakhir.
Makin tinggi tingkat trofi makin pekat kadar zat pencemarnya. Hal ini disebut
biomagnifiation (pemekatan hayati).
Senyawa nitrat dan pospat yang terkandung dalam pupuk apabila terbawa air
dan terkumpul di suatu perairan (misalnya danau, waduk) dapat menimbulkan
eutrofikasi, yaitu terkonsentrasinya mineral di suatu perairan. Hal ini akan
merangsang pertumbuhan dengan cepat alga dan tumbuhan air seperti enceng
gondok dan sejenisnya sehingga menimbulkan blooming. Jika permukaan air
tertutup oleh tumbuhan air, maka difusi oksigen dan penetrasi cahaya matahari
ke dalam air menjadi terhalang. Sementara tumbuhan air terus-menerus
mengambil air dan menguapkannya ke udara, sehingga mempercepat habisnya
cadangan air di tempat tersebut. Alga menjadi kekurangan cahaya, sehingga laju
fotosintesis terganggu.
Makin sedikit kadar oksigen terlarut menyebabkan kematian organisme air.
Pembusukan oleh organisme pengurai juga makin menipiskan kadar oksigen
terlarut. Pengaruh negatif dari eutrofikasi adalah terjadinya perubahan
keseimbangan kehidupan antara tanaman air dengan hewan air, sehingga
beberapa spesies ikan mati. Menurut laporan hasil penelitian, kandungan nitrat
yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan gangguan sistem peredaran
darah pada bayi berumur di bawah 3 bulan. Penyakit ini disebut blue baby
syndrome (gejala bayi biru), ditandai dengan warna kebiruan pada daerah
sekitar bibir dan pada beberapa bagian
tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini berarti bahwa
penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi masa kini dan masa depan.
Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas
maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan dan perikehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guna menunjang
pembangunan yang berkelanjutan.
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi
lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan
keselamatan manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air
akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya
tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumber daya alam (natural resources depletion).

B. SARAN
Sikap yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah sikap cinta lingkungan.
Sikap tersebut harus di tanamkan dalam diri sejak dini. Sehingga kita sebagai calon
seorang guru wajib memberikan pengetahuan tentang lingkungan hidup pada anak
didik kita agar mereka mengerti tentang pentingnya menjaga kelestarian alam yang
kita tempati ini.
Air adalah salah satu bentuk materi dari sumber daya alam yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan semua makhluk yang ada di bumi ini. Manusia dalam
menjalankan segala aktivitasnya juga membutuhkan air. Air yang dapat digunakan
dalam kehidupan manusia adalah air yang kualitasnya baik, bersih dan sehat. Oleh
karena itu kita harus berhati-hati dan sungguh-sungguh dalam melestarikan dan
mengelola sumber daya alam yaitu salah satunya dalam mengelola air.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, Setia dan Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air Dan Strategi
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi,
9(2)

Ariyanti, S. 2010. Hubungan Jarak Sumur dari Sungai Tercemar Limbah Tapioka
dengan Kadar Sianida. Jurnal Kemas, 5(2):106-111

Asmaranto, Ria, dan Nadjadjli. 2012. Penentuan Nilai Konduktivitas Hidrolik Tanah
Tidak Jenuh Menggunakan Uji Resistivitas Di Laboratorium. Jurnal Teknik Pengairan,
3(1)

BPS. 2013. Purbalingga Dalam Angka. BPS.Purbalingga.

Ditjen PPM dan PL. 2002. Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No:
403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat
(Rssehat). Jakarta: Menteri Dalam Negeri.

Fatmawati, Aniek, dan Solichin. 2012. Kajian Identifikasi Daya Tampung Beban
Pencemaran Kali Ngrowodengan Menggunakan Paket Program QUAL2Kw.Jurnal
Teknik Pengairan, 3(2):122131.

Hendrawan, D. 2005. Kualitas Air Sungai Dan Situ Di DKI Jakarta. Makara,
Teknologi, 9(1):13-19.

Herlambang, A. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya. JAI, 2(1)

Kadek DH dan Konsukartha. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan


Limbah Domestik Di Lingkungan Kumuh Studi Kasus Banjar Ubung Sari, Kelurahan
Ubung.Jurnal Permukiman Natah, 5(2).

Keman, S. 2005. Kesehatan Perumahan Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan


Pemukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2 (1): 29 -42.

Khomariyatika dan Eram. 2011. Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali. Kemas,
7(1):63-72

Madhi, Shabir A. 2010. Efect of Human Rotavirus Vaccine on Severe Diarrhea in


African In-fants. N Engl J Med, 362:289-298.

Mafazah, L. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu dan
Kejadian Diare. Kemas, 8(2):176-182.

Selintung Dan Suryani, 2012. Studi Pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir Kuarsa
(Studi Kasus Sungai Malimpung). Prosiding 6.

Stefano, Guandalini. 2011. Probiotics for Prevention and Treatment of Diarrhea.


Journal of Clinical Gastroenterology, 45(2):149153.

Anda mungkin juga menyukai