Anda di halaman 1dari 31

PENCEMARAN AIR TAWAR

(Air Mengalir)

Kelompok 10

Penyusun :

Erlangga Wahyu Nurpratama H1C021022


Irmasari H1C021023
Safira Qotrunnida H1C021048
Kevin Aldrin Afiansyah H1C021055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PURWOKERTO

2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

II.1 Latar Belakang


Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang bersifat
mengalir, sehingga perlakuan air di hulu akan memberi dampak di hilir.
Pencemaran di hulu akan menyebabkan biaya sosial di hilir (extematily
effect) dan pelestarian di hulu akan bermanfaat di hilir. Sungai sangat
bermanfaat bagi manusia dan juga bermanfaat bagi biota air.
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Perlu upaya pelestarian
dan pengendalian air, untuk menjaga kualitas air atau mencapai kualitas air
sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat
mutu air yang dikehendaki. Pengelolaan kuaitas air dilakukan dengan upaya
pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air
sehingga kualitas air memenuhi baku mutu. Air yang relatif bersih sangat
didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari,
keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan
pertanian dan lain sebagainya.
Saat ini air menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian
serius. Karena air telah tercemar oleh limbah – limbah dari berbagai hasil
kegiatan manusia, sehingga untuk memperoleh air yang baik sesuai dengan
standar tertentu diperlukan biaya yang cukup mahal. Secara kualitas,
sumber daya air telah mengalami penurunan. Begitu pula secara kuantitas
yang sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia yang terus
meningkat.
Makin banyak berita-berita mengenai pencemaran sungai dari hari
kehari. Pencemaran sungai ini terjadi dimana-mana. Krisis air juga tejadi di
hampir seluruh Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera, terutama di kota-

2
kota besar baik akibat pencemaran limbah cair industri, rumah tangga
ataupun pertanian.
Pencemaran sungai di banyak wilayah di Indonesia telah
mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Kurangnya kesadaran warga
sekitar serta lemahnya pengawasan pemerintah dan keengganan mereka
untuk melakukan penegakan hukum yang benar menjadikan masalah
pencemaran sungai menjadi hal yang kronis yang semakin lama semakin
parah.

II.2 Rumusan Masalah


I.2.1. Apa yang dimaksud pencemaran sungai?
I.2.2. Apa saja yang menjadi indikator pencemaran sungai?
I.2.3. Apa saja yang menjadi sumber pencemaran sungai?
I.2.4. Apa dampak dari pencemaran sungai?
I.2.5. Bagaimana mencegah pencemaran sungai?
I.2.6. Bagaimana menanggulangi pencemaran sungai?

II.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang diatas, maka tulisan ini bertujuan untuk
mengupas mengenai pencemaran sungai. Secara khusus akan dibahas
sumber, dampak dan pencegahan serta penanggualangan pencemaran
sungai yang tentu saja tidak lepas dari pengertian dan perspektif hukum dari
pencemaran sungai serta indikator pencemaran tersebut. Diharapkan dengan
adanya penjelasan mengenai dampak pencemaran sungai beserta cara
penanggulangan, timbul kesadaran dari kita semua akan betapa pentingnya
sungai bagi kehidupan yang pada akhirnya pencemaran sungai dapat
dikurangi sehingga didapat sumber air yang aman dan sesuai baku mutu.

3
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi Pencemaran Air Sungai

Gambar 1.1. Pencemaran Air Sungai (kompas.com)

Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua


bergantung pada air. Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Tapi pada akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air
yang memenuhi syarat menjadi masalah seluruh umat manusia. Dari segi
kualitas dan kuantitas air telah berkurang yang disebabkan oleh
pencemaran. Pencemaran air sungai terjadi apabila dalam air sungai terdapat
berbagai macam zat atau kondisi yang dapat menurunkan standar kualitas
air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur
dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan
kebutuhan tertentu, sebagai contoh suatu sungai yang mengandung logam
berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk
kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak
dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah
ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-
komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air
sungai, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara.
Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi
lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup
yaitu UU No. 23/1997.

4
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang terdapat di
sungai yang dapat tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk
hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air sungai dikatakan
tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan
sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.

II.2 Bahan Pencemaran Sungai


Pada dasarnya Bahan Pencemaran Air dapat dikelompokkan menjadi:
II.2.1. Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan
oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa organik,
misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula tebu,
sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia
dan kotoran hewan, tumbuhtumbuhan dan hewan yang mati.
Untuk proses penguraian sampahsampah tersebut memerlukan
banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut
terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan
kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan
mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah
yang mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan
gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk
diminum atau untuk mandi.
C, H, S, N, + O2 ? CO2 + H2O + H2S + NO + NO2
II.2.2. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan
pencemar yang mengandung virus dan bakteri coli yang dapat
menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare,

5
types) atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah
rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
II.2.3. Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam
berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb),
tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa
logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui
makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti
ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu
fungsi organ tubuh tersebut.
II.2.4. Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida,
herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah
industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung
dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan
makhluk hidup.
II.2.5. Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti
senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga
(ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain
itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme
dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal
ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan
organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat
masuk ke dalam air.
II.2.6. Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit
kanker, merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini
berasal dari limbah PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir
lainnya.
II.2.7. Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur
akibat erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar
yang disemburkan oleh gunung berapi yang meletus, menyebabkan

6
air menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang, dan air
kurang mampu mengasimilasi sampah.
II.2.8. Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari
limbah pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang
menggunakan air sebagai pendingin. Bahan pencemar panas ini
menyebabkan suhu air meningkat tidak sesuai untuk kehidupan
akuatik (organisme, ikan dan tanaman dalam air). Tanaman, ikan
dan organisme yang mati ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa
organik. Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan
oksigen, sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam air.
Secara garis besar bahan pencemar air tersebut di atas dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Bahan pencemar organic, baik yang dapat mengalami penguraian
pleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat mengalami
penguraian.
2. Bahan pencemar anorganik, dapat berupa logam-logam berat,
mineral (garam-garam anorganik seperti sulfat, fosfat, halogenide,
nitrat).
3. Bahan pencemar berupa sedimen/endapan tanah atau lumpur.
4. Bahan pencemar berupa zat radioaktif.
5. Bahan pencemar berupa panas.

II.3 Indikator Pencemaran Air Sungai

Gambar 1.2 Indikator Pencemaran Air Sungai


(Indonesian-publichealth.com)

7
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan
menjadi:
II.3.1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu,
warna dan adanya perubahan warna, bau, dan rasa.
II.3.2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.
II.3.3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada ddalam air, terutama ada
tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air
sungai terbagi dua jenis, yaitu parameter kimia dan parameter fisika.
Parameter kimia antara lain derajat keasaman (pH), Biologycal Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved
Oxygen (DO), lemak dan minyak, serta Nitrogen amoniak (NH3 – N),
Sedangkan parameter fisika antara lain suhu, Total Suspended Solid (TSS)
dan Total Dissolved Solid (TDS).
1. Parameter Kimia
a. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan
sifat asam dan basa. Perubahan pH di suatu air sangat
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, maupun biologi
dari organisme yang hidup di dalamnya. Derajat keasaman
diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan
pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan
bentuk zat didalam air. Nilai pH air digunakan untuk
mengekpresikan kondisi keasaman (kosentrasi ion hidrogen)
air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14. Kisaran nilai pH
1-7 termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa,
dan pH 7 adalah kondisi netral. Air limbah dan buangan

8
industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan
mengganggu kehidupan biota akuatik.
b. Biologycal Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen Biokimia atau BOD adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk menguraikan bahan organiknya yang mudah terurai.
Bahan organik yang tidak mudah terurai umumnya berasal
darilimbah pertanian, pertambangan dan industri. Parameter
BOD ini merupakan salah satu parameter yang di lakukan
dalam pemantauan parameter air, khusunya pencemaran
bahan organik yang tidak mudah terurai. BOD menunjukkan
jumlah oksigen yang dikosumsi oleh respirasi mikro aerob
yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu
sekitar 20 0C selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya.
Kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk
kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme
akuatik adalah 3,0-6,0 mg/L berdasarkan
UNESCO/WHO/UNEP, 1992. Sedangkan berdasarkan
kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu
limbah cair bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L
dan golongan II adalah 150 mg/L.
c. Chemical Oxygen Demand (COD)
Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD
menggambarkan jumlah totaloksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baikyang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi
secara biologis menjadi CO2 dan H2O. Keberadaan bahan
organik dapat berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah
tangga dan industri. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi
tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan petanian.
Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya
kurang dari 29 mg/liter. Sedangkan pada perairan yang

9
tercemar dapat lebih dari 200 mg/liter pada limbah industri
dapat mencapai 60.000 mg/liter.
d. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut atau DO adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk proses degradasi senyawa organik dalam
air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari hasil
fotosintesis. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada
temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan data-data
temperatur dan tekanan, maka kelarutan oksigen jenuh dalam
air pada 25oC dan tekanan 1 atm adalah 8,32 mg/L (Warlina,
1985).
e. Lemak dan Minyak
Merupakan zat pencemar yang sering dimasukkan
kedalam kelompokpadatan, yaitu padatan yang mengapung
di atas permukaan air. Menurut Sugiharto (1987), bahwa
lemak tergolong benda organik yang relatif tidak mudah
teruraikan oleh bakteri. Terbentuknya emulsi air dalam
minyak akan membuat lapisan yang menutup permukaan air
dan dapat merugikan, karena penetrasi sinar matahari ke
dalam air berkurang serta lapisan minyak menghambat
pegambilan oksigen dari udara sehingga oksigen terlarut
menurun. Untuk air sungai kadar maksimum lemak dan
minyak 1 mg/l.
f. Nitrogen Amoniak (NH3-N)
Merupakan salah satu parameter dalam menentukan
kualitas air, baik airminum maupun air sungai. Amoniak
berupa gas yang berbau tidak enak sehingga kadarnya harus
rendah, pada air minum kadarnya harus nol sedangkan air
surgai kadarnya 0.5 mg/l.
2. Parameter Fisika
a. Suhu

10
Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air
dipengaruhi olehmusim, lintang (latitute), ketinggian dari
permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara,
penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air,
adalahsalah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
organisme, karena suhumempengaruhi baik aktivitas
metabolisme maupun pengembangbiakan dariorganisme-
organisme tersebut.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi
adalah padatan yangmenyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut, dan tidak dapat mengendap. Padatantersuspensi
terdiri dan partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya
lebih kecildari pada sedimen, seperti bahan-bahan Organik
tertentu, tanah liat dan lainnya. Partikel menurunkan
intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnyaterdiri
dari fitoplankton, zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman
dan hewan, kotoran manusia dan limbah industri.
c. Total Dissolved Solid (TDS)
Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah
padatan-padatan yangmempunyai ukuran lebih kecil dari
padatan tersuspensi. Bahan-bahan terlarutpada perairan
alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat
meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan
akhirnya berpengaruh terhadap prosesfotosintesis diperairan.

II.4 Penyebab Terjadinya Pencemaran Sungai


Pencemaran air sungai dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu
pencemaran sungai yang disebabkan oleh alam dan pencemaran sungai yang
disebabkan oleh ulah manusia. Pencemaran sungai yang disebabkan oleh
alam antara lain akibat desposisi asam, kebakaran hutan, meletusnya

11
gunung berapi, serta endapan hasil erosi. Sementara pencemaran sungai
yang disebabkan oleh ulah manusia terbagi menjadi beberapa sumber
pencemaran, antara lain limbah industri, limbah pemukiman, limbah
pertanian, limbah rumah sakit, dan limbah pertambangan.
II.4.1. Pencemaran Sungai yang disebabkan oleh Alam
1. Desposisi Asam, Kelebihan zat asam pada sungai akan
mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan. Jenis
plankton dan invertebrata merupakan mahkluk yang paling
pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Jika sungai
memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan
akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh
rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada
keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua sungai yang
terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah
ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu
menetralkan keasaman.
2. Kebakaran Hutan, Kebakaran hutan memang tidak secara
signifikan menyebabkan perubahan kualitas air di sungai,
namun kebakaran hutan bisa menyebabkan terganggunya
ekosistem makhkluk hidup yang ada di sungai yang
disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan
matahari sulit untuk menembus dalamnya lautan. Pada
akhirnya hal ini akan membuat beberapa spesies tumbuhan
yang hidup di sungai menjadi sedikit terhalang untuk
melakukan fotosintesa dan ikan-ikan sulit bernafas karena
kandungan CO2 yang berlebih.

Gambar 1.3. Kebakaran Hutan (kompas.com)

12
3. Letusan Gunung Berapi, letusan gunung berapi
menyebabkan sungai atau danau tercemar karena bebatuan
serta materi-materi yang terbawa dari gunung mengendap di
sungai. Jika materi yang mengendap bervolume besar, maka
hal ini menyebabkan ikan-ikan mati bila tertumpuk oleh
bebatuan tersebut. Selain itu, materi-materi yang bervolume
kecil menyebabkan sungai keruh dan mempengaruhi
ekosistem di sungai.
4. Endapan Hasil Erosi, Tebalnya lumpur yang terbawa erosi
akan mengalami pengendapan di bagian hilir sungai.
Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai
bersangkutan akibat erosi yang terus menerus. Ketika air
hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan
lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada
di atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada.
Akibatnya adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan
terus berulang apabila ada hujan di atas gunung ataupun di
hulu sungai sana.
II.4.2. Pencemaran Sungai yang disebabkan oleh ulah Manusia
1. Limbah Industri, Limbah industri sangat potensial sebagai
penyebab terjadinya pencemaran air sungai. Pada umumnya
limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan
berbahaya dan beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal
1, “limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat
mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga
membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk lainnya.”. Karakteristik limbah B3
adalah korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar dan
meledak, bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/
penyakit. Limbah industri yang berbahaya antara lain yang
mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah yang

13
dihasilkan industri pelapisan logam, yang mengandung
tembaga dan nikel serta cairan asam sianida, asam borat,
asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat. Limbah ini
bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan dan hewan air.
Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata,
mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker.
Logam yang paling berbahaya dari limbah industri
adalah merkuri atau yang dikenal juga sebagai air raksa (Hg)
atau air perak. Limbah yang mengandung merkuri selain
berasal dari industri logam juga berasal dari industri
kosmetik, batu baterai, plastik dan sebagainya. Di Jepang
antara tahun 1953- 1960, lebih dari 100 orang meninggal atau
cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk
Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang bearasal dari
sebuah pabrik plastik. Senyawa merkuri yang terlarut dalam
air masuk melalui rantai makanan, yaitu mula-mula masuk
ke dalam tubuh mikroorganisme yang kemudian dimakan
yang dikonsumsi manusia. Bila merkuri masuk ke dalam
tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat
menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada
anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/acrodynia,
alergi kulit dan disease/ mucocutaneous lymph node
syndrome.

Gambar 1.4. Limbah Industri (isw.co.id)

2. Limbah Pemukiman, Limbah pemukiman mengandung


limbah domestik berupa sampah organik dan sampah
anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah

14
yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri.
Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-
daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik,
gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit.
Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non
biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena
sebagian besar digunakan bakteri untuk proses
pembusukannya.
Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai,
cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses
fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan
oksigen. Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai
atau danau yang ditutupi buih deterjen. Deterjen merupakan
limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air.
Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan
deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh
bakteri sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama.
Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga
meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau.
Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng
gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang
tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau
sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya
matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses
fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses
pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan
pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan
pendangkalan.

15
Gambar 1.5. Limbah Pemukiman
(perikanan38.blogspot.com)

3. Limbah Pertanian, Pupuk dan pestisida biasa digunakan para


petani untuk merawat tanamannya. Namun pemakaian
pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air.
Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang
pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok.
Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini
menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran
oleh deterjen.
Limbah pertanian dapat mengandung polutan
insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan
biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan
hewan atau manusia orang yang memakannya akan
keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih
insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh
hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai
oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan
aturan. Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan
pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan
lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi,
ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal
yang demikian akan mengancam kelestarian bendungan.
bemdungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati
karenanya.
Selain itu penggunaan pupuk yang terus menerus
dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang

16
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat
ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin
berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan
hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di
dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada
jumlah organisme di dalamnya. Sedangkan penggunaan
pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama
tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.

Gambar 1.6. Limbah Pertanian


(jambangan magetan.go.id)

II.5 Dampak Pencemaran Sungai


Pada saat ini, limbah kegiatan industri dikatakan telah
mengancam seluruh negeri. Hal ini disebabkan karena melalui mekanisme
alam seperti tiupan angin, aliran air sungai, daya rambat di tanah melalui
difusi limbah tersebut dapat menyebar ke mana-mana.
Buangan di perairan menyebabkan masalah kehidupan biota dalam bentuk
keracunan bahkan kematian. Gangguan terhadap biota perairan telah
menimbulkan dampak penurunan kualitas dan kuantitas biota perairan (ikan
dan udang). Kelebihan pupuk yang dialirkan ke rawa atau ke danau dapat
menimbulkan suburnya enceng gondok. Selain itu, erosi lumpur yang
terbawa ke laut kemudian diendapkan mengakibatkan tertutupnya
permukaan karang yang pada akhirnya menyebabkan kematian karang.
Akibat pencemaran itu kehidupan dalam air dapat terganggu
dengan mematikan binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam air
karena oksigen yang terlarut dalam air akan habis dipakai untuk

17
dekomposisi aerobik dari zat-zat organik yang banyak terkandung dalam air
buangan.
Pencemaran yang tidak disebabkan oleh sifat racun dari bahan-
bahan pencemar adalah:
1. Kandungan lumpur yang meningkat di dalam air mengurangi jumlah
cahaya yang masuk yang diperlukan untuk berfotosintesis. Unsur
hara yang masuk berlebihan ke ekosistem perairan dapat
menyebabkan pertumbuhan yang sangat cepat dari algae atau
tanaman air, sehingga menyebabkan berkurangnya bentuk
kehidupan lainnya seperti ikan dan kerang-kerangan.
2. Buangan air panas meskipun tidak langsung membunuh biota air,
dapat merubah kondisi dari lingkungan hidupnya. Akibatnya, satu
jenis akan tumbuh dan berkembang lebih cepat sedang yang lain
justru dapat terhambat. Kelakuan ikan yang selalu berpindah
(migration) dapat berubah disebabkan adanya perubahan suhu yang
relatif cepat pada jarak yang pendek.
3. Lumpur erosi sebagai akibat pengelolaan tanah yang kurang
baik dapat diendapkan di pantai-pantai dan mematikan kehidupan
karang atau merusak tempat berpijak biota perairan.
4. Senyawa organik di dalam proses penguraiannya dapat mengambil
zat asam dari air terlalu banyak, sehingga membahayakan kehidupan
di tempat itu.
5. Air sungai yang mengalir berlebihan ke perairan pantai dapat
membentuk lapisan yang menghalangi pertukaran massa air dengan
lapisan air yang lebih subur dari bawah.
Pencemaran limbah ke lingkungan perlu diperhatikan dan
diantisipasi dengan baik, lebih-lebih terhadap air sungai, karena air sungai
dipakai penduduk untuk berbagai keperluan. Pencemaran sungai oleh air
buangan ditinjau dari sudut mikrobiologi antara lain: pencemaran bakteri
patogen dan non patogen serta bahan organik. Banyaknya bahan organik
akan merangsang pertumbuhan mikroorganisme menjadi pesat.

18
Hal ini mengakibatkan pemakaian oksigen akan cepat dan meningkat,
akibatnya kadar oksigen terlarut dalam air akan menipis dan menjadi sedikit
sekali, yang akhirya mengakibatkan mikroorganisme dan organisme air
lainnya yang memerlukan oksigen mati. Ekologi air akan berubah
drastis. Keadaan menjadi anaerobik, sehingga air sungai busuk, dan tidak
sehat bagi pertumbuhan mikroorganisme flora dan fauna air itu. Lingkungan
hidup yang demikian ini sudah rusak dan tidak layak lagi bagi kebutuhan
hidup kita (Ardhana, 1994).

II.6 Pencegahan Pencemaran Sungai


Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah pencemaran sungai:
1. Melakukan pengolahan limbah dengan benar
a. Metode pengolahan air limbah

Gambar 1.7. Pengolahan Air Limbah


(psychologymania.com)

Air limbah harus diolah demi melindungi kesehatan


masyarakat dari ancaman penyakit. Selain itu, pengolahan air
limbah juga perlu dilakukan dalam rangka mencegah
kerusakan lingkungan. Tujuan lainnya adalah untuk menjaga
pasokan air bersih yang bisa digunakan dalam kegiatan
sehari-hari. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mengolah air limbah sebelum dibuang, berikut di antaranya:
1) Pengenceran (Dilution)
Langkah pengolahan air limbah tahap
pertama yang bisa dilakukan adalah pengenceran. Air
limbah diencerkan sehingga memiliki konsentrasi

19
yang lebih rendah sebelum dibuang ke badan air.
Tantangannya, jumlah penduduk makin lama makin
banyak dan aktivitas manusia makin meningkat.
Secara otomatis, jumlah air limbah juga bertambah
sehingga air yang dibutuhkan untuk melakukan
pengenceran juga terlalu banyak.
Dampak lain dari metode pengolahan dilution
adalah tetap ada risiko bahaya kontaminasi pada
badan air. Selain itu, dapat terjadi pula pengendapan
pada badan air yang menimbulkan pendangkalan,
misalnya selokan atau sungai. Hal ini dapat
menimbulkan banjir.
2) Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds)
Pengolahan air limbah dengan kolam oksidasi
adalah dengan memanfaatkan sinar matahari,
oksigen, bakteri, dan ganggang (algae). Keempat
unsur tersebut dapat membersihkan limbah secara
alamiah. Untuk melakukan metode oxidation ponds
ini, dibutuhkan kolam segi empat sedalam 1-2 meter.
Kolam tidak perlu dilapisi apa pun. Lokasinya juga
harus jauh dari pemukiman penduduk dan memiliki
sirkulasi angin yang baik.
Cara kerja metode pengolahan air limbah ini
bergantung pada empat unsur utama. Peran penting
dilakukan oleh ganggang yang melakukan proses
fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Oksigen
yang terbentuk dari proses tersebut bisa digunakan
bakteri aerobik untuk dekomposisi zat organik dalam
air limbah.
Dari proses tersebut, BOD (biochemical oxygen
demand) air limbah akan berkurang. Air limbah pun

20
lebih aman untuk dibuang ke badan-badan air seperti
sungai.
3) Irigasi

Gambar 1.8. Irigasi (radartanggamus.cco.id)

Metode ketiga adalah dengan melakukan


irigasi. Pengolahan dengan cara ini adalah
mengalirkan limbah ke parit terbuka. Air kemudian
merembes ke tanah melewati dasar dan dinding parit.
Beberapa jenis limbah cair, seperti limbah dari rumah
tangga, rumah potong hewan, atau perusahaan susu
sapi, bisa dimanfaatkan untuk mengairi lahan
pertanian.
b. Tahap pengolahan air limbah
Untuk mengolah air limbah, ada beberapa tahap yang
harus dilakukan. simak ulasan singkatnya berikut ini.
1) Pengolahan pendahuluan
Pada tahap awal ini, air limbah akan
dipisahkan dari padatan kasar dan lemak atau minyak.
Fasilitas yang dibutuhkan untuk itu antara lain
saringan, pencacah, bak penangkap pasir, penangkap
lemak dan minyak, serta bak penyetaraan.
2) Pengolahan tahap pertama
Tahap pertama pengolahan air limbah
adalah melakukan pengurangan kandungan padatan
yang tersuspensi. Caranya adalah melalui proses
pengendapan. Partikel padat akan dibiarkan
mengendap. Untuk menambah kemampuan

21
netralisasi atau pengurangan padatan tersuspensi,
bahan kimia bisa digunakan.
3) Pengolahan tahap kedua
Selanjutnya, Anda dapat melakukan
pengolahan tahap kedua, yaitu mekanisme oksidasi
biologis. Tujuannya untuk mengurangi zat organik.
Untuk melakukan hal ini perlu dipertimbangkan
kuantitas limbah cair, kemampuan pengurangan zat
organik, serta lahan yang tersedia. Unit yang
digunakan untuk keperluan ini adalah saringan tetes,
kolam stabilisasi, dan unit lumpur aktif.
4) Pengolahan lanjutan
Setelah itu, ada pula pengolahan lanjutan
yang bertujuan untuk menghilangkan kontaminan
tertentu. Pengolahan lanjutan juga berguna jika
limbah akan dimanfaatkan kembali.
Pada tahap ketiga ini, pengolahan bertujuan untuk
menghilangkan senyawa fosfor dan nitrogen,
menghilangkan sisa bahan organik serta senyawa
penyebab warna, dan menghilangkan padatan yang
terlarut dalam limbah. Cara yang digunakan berbeda-
beda tergantung pada kebutuhan.
2. Menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan
Ketika memasuki era revolusi industri, istilah menjaga alam
tampaknya masih belum terlalu populer seperti saat ini. Pada saat itu
hampir seluruh industri yang ada secara besar-besaran melakukan
perubahan dan produksi dalam jumlah yang besar tanpa memikirkan
kesehatan dan keadaan lingkungan. Polusi yang dikeluarkan dari
industri secara terus menerus melukai kondisi lingkungan dan
mengakibatkan banyak dampak negatif.
Ketika peneliti mulai menemukan efek yang buruk dari
perkembangan industri yang terlalu pesat akhirnya hingga saat ini

22
mulailah bermunculan berbagai bentuk regulasi yang mengharuskan
setiap industri ataupun individu untuk mengurangi tingkat polusi dan
beralih menggunakan berbagai bentuk produk yang ramah
lingkungan. Perubahan regulasi ini sangat mendorong dan
berkontribusi terhadap lingkungan hingga akhirnya bisa menjadi
lebih baik lagi seperti saat ini.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan ramah
lingkungan itu? Dilansir dari Home Guides SF Gate, ramah
lingkungan adalah sebuah kondisi di mana produk yang digunakan
tidak akan merusak lingkungan dan bisa membantu dalam menjaga
kondisi ekosistem yang ada di bumi. Produk yang layak disebut
sebagai produk ramah lingkungan adalah sebuah produk yang
memanfaatkan bahan-bahan yang tidak mengandung bahan kimiawi
yang berbahaya. Produk tersebut umumnya memanfaatkan bahan
yang bisa didaur ulang dan tidak akan mencemari tanah.
3. Tidak membuang sampah di sungai atau sumber air lainnya
Dampak membuang sampah sembarangan akan merusak
pemandangan, mendatangkan bau yang tidak sedap, mendatangkan
banjir level rendah sampai yang tinggi, mendatangkan berbagai
penyakit dan dapat mencemari lingkungan.
4. Menggunakan detergen yang ramah lingkungan
Berikut adalah daftar bahan yang bisa menggantikan fungsi
detergen dan tentunya tetap ramah lingkunga.
a) Baking soda, bisa digunakan untuk membersihkan dan
mencerahkan pakaian, serta alat-alat dan perabotan rumah
tangga.
b) Asam cuka, bisa digunakan untuk membersihkan dan
melembutkan pakaian.
c) Jeruk lemon, bisa digunakan untuk membersihkan,
memutihkan, dan membuat pakaian wangi. Selain itu, ia juga
bisa digunakan untuk membersihkan alat-alat dan perabotan
rumah tangga.

23
d) Boraks-larutan garam konsentrasi tinggi, bisa digunakan
untuk mencuci dan mencemerlangkan warna pakaian. Selain
itu juga bisa digunakan untuk membersihkan peralatan dapur
dan toilet.
e) Lerak, kandungan saponin pada lerak menghasilkan busa
yang dapat berfungsi seperti detergen. Selain bisa digunakan
pada pakaian, lerak juga bisa digunakan untuk
membersihkan peralatan dapur, lantai bahkan aman
digunakan untuk memandikan hewan peliharaan.
5. Rutin melakukan upaya pembersihan sumber air tetap bersih
a) Mendaur ulang barang bekas
Barang-barang yang tidak didaur ulang sering
dibuang ke air seperti sungai atau laut. Misalnya Anda
membuang puntung rokok sembarangan. Benda ini memberi
efek yang buruk pada air dan tanah. Maka dari itu daur ulang
bahan bekas yang Anda miliki.
b) Minimalkan penggunaan bahan kimia
Menghilangkan atau meminimalkan penggunaan
bahan kimia merupakan cara tepat untuk melindungi perairan
global. Ketika bahan kimia larut ke dalam air, mereka dapat
menghancurkan ekosistem. Zat kimia yang ada di air bisa
menghancurkan alga yang merupakan makanan plankton.
c) Buang bahan kimia dengan benar
Bahan berbahaya seperti cat, oli motor dan kimia
dengan benar. Jangan buang di sungai yang dapat
mencemarkan air serta kehidupan masyarakat. Masih banyak
makhluk hidup yang menggantungkan hidupnya dari sungai.
d) Mengurangi penggunaan air
Kurangi penggunaan air Anda untuk menjaga
pasokan air bersih. Penggunaan air yang tidak bertanggung
jawab dapat menyebabkan kekeringan. Jangan mandi terlalu
lama dan matikan keran setelah Anda selesai mandi. Ketika

24
membersihkan mobil, sebaiknya gunakan ember untuk
mengisi air. Penggunaan air akan makin boros saat Anda
memakai selang, sebab Anda tidak bisa membatasi
penggunaan air.
e) Menjaga lingkungan
Bersihkan sampah di sepanjang sungai, pantai, atau
di sepanjang jalan-jalan kota atau jalan raya. Jika Anda
memiliki anak-anak, gunakan kesempatan ini untuk
mengajarkan mereka bagaimana sampah bisa mencemari
lingkungan. Kebiasaan ini akan berdampak panjang pada
kebersihan air.
f) Menanam pohon

Gambar 1.9. Penanaman Pohon


(dlh.bulelengkab.go.id)

Hutan di sepanjang aliran air juga bertindak sebagai


penyaring, sehingga melestarikan atau penanaman pohon di
sepanjang sungai dan sungai juga membantu untuk menjaga
saluran air bersih. Tanaman hijau berperan dalam mencegah
polusi udara, tanah dan air.
6. Menjauhkan sumber polutan dari sumber air
Air yang tercemar oleh zat polutan akan menyebabkan
kerusakan dan matinya ekosistem air yang tersusun dari makhluk
hidup dan tumbuh-tumbuhan air. Hal tersebut dapat diidentifikasi
dengan mudah melalui pengamatan tentang fenomena berkurangnya
beberapa binatang air pada habitatnya.
Dikutip dari modul Ilmu Pengetahuan Alam: Pencemaran
Lingkungan oleh Lina Herlina dan Rangga Bhakty Iskandar

25
(2020:7), pencemaran air dapat terjadi di beberapa sumber air. Itu
seperti mata air, sungai, rawa, danau, dan laut. Sementara itu,
beberapa polutan juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
air yaitu limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah
pertanian.
7. Tidak mendirikan Kawasan industri yang dekat dengan sumber air
Adanya eskalasi besar-besaran dalam bidang industri
memang memberikan keuntungan untuk banyak pihak. Dampak
positif adanya gedung-gedung tempat kegiatan industri berlangsung
ini antara lain meningkatnya jumlah lapangan kerja, membantu
mengatasi permasalahan terkait kemiskinan dan pengangguran,
menambah pendapatan negara, dan sebagainya.
Meskipun demikian, dampak negatifnya terhadap lingkungan pun
tak kalah banyak. Terganggungnya kebersihan dan munculnya
berbagai pencemaran lingkungan menjadi akibat utama tumbuhnya
industri; yang tak pelak merugikan masyarakat yang tinggal di
daerah sekitarnya.
Pencemaran air dan tanah. Pencemaran pada air dan tanah ini bisa
disebabkan oleh limbah-limbah industri, seperti sampah non-organik
dan zat-zat kimia sisa proses produksi yang dibuang secara
sembarangan oleh pihak pemilik industri.
Sampah anorganik yang dibuang di tanah dapat
mempengaruhi pertumbuhan organisme di dalam tanah (yang
berperan pada kesuburan tanah); mengakibatkan tanah tidak lagi
gembur dan subur sehingga tanaman enggan tumbuh di atasnya.
Sedangkan sampah, baik padat maupun cair, yang terbuang ke dalam
sumber air dapat menimbulkan, misalnya, bau, perubahan suhu, atau
pendangkalan sungai. Di samping itu, air tidak lagi sehat untuk
digunakan. Ketika penduduk sekitar memaksa menggunakan air
yang tercampur limbah tersebut, kemungkinan mereka akan
mengalami gangguan pada kesehatannya.

26
8. Tidak menggunakan pupuk kimia berbahaya dan pestisida secara
berlebihan
Penggunaan pupuk kimia dapat memicu pencemaran air dan
menganggu ekosistem di dalamnya. Dilansir dari Conserve Energy
Future, konsentrasi nitrogen dan nutrisi akan masuk ke dalam air dan
menyebabkan eutrofikasi yang memicu alga bloom. Alga bloom
adalah lonjakan mikroorganisme yang akan menyebabkan
penurunan kadar oksigen juga pelepasan racun. Hal tersebut dapat
membuat hewan air mati dan jika dibiarkan, seluruh perairan akan
menjadi zona mati.

II.7 Penanggulangan Pencemaran Sungai


Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah
diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal
ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah
satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian
pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).
Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair
khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta
dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari
sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata
pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat
(KLH, 2004).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi
pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis.
Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan
yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk
kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran.
Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara
jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi

27
AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku
disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada
perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan
mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat
mengurangi pencemaran. Sebenarnya penanggulangan pencemaran air
dapat dimulai dari diri kita sendiri. Dalam keseharian, kita dapat
mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi produksi sampah
(minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula mendaur
ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Kitapun perlu
memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat
ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis
zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan
rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Kita harus bertanggung jawab
terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan kaleng,
minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat unsur pewarna pada
kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat pembuangan
akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut
menyumbangkan emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang
akhirnya berdampak pada siklus air alam.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan
yang bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi,
apakah nantinya akan menjadi sumber bencana yang persisten, eksplosif,
korosif dan beracun atau degradable (dapat didegradasi alam)? Apakah
barang yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan
tumbuhan aman bagi makhluk hidup dan lingkungan? Teknologi dapat kita
gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih,
instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik,
mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Dari segi
kebijakan atau peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila
kita ingin benar-benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan
hukumnya harus dilaksanakan pula. Pada akhirnya, banyak pilihan baik
secara pribadi ataupun social (kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar

28
maupun tidak, yang akan mempengaruhi tingkat pencemaran dimanapun
kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan lebih efektif dan
bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa
pencemaran akan berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih
ditingkatkan, sehingga akan didapat sumber air yang aman, bersih dan sehat.

29
BAB III

KESIMPULAN

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya penyebab
pencemaran air adalah aktivitas manusia yang menciptakan limbah (sampah)
pemukiman atau limbah rumbah tangga. Selain itu, pencemaran air juga disebabkan
dari limbah industri yang dibuang sembarangan di sungai, selokan, laut dan lain-
lain. Hal itu mengakibatkan terjadinya bencana banjir, erosi, tanah longsor, dan
lain-lain.
Upaya penanggulangan pencemaran air dimulai dari pengertian yang baik
dan perubahan dari masyarakat. Dimulai dengan tidak membuang sampah rumah
tangga sembarangan di sungai sampai pada pengertian untuk mengolah sampah
agar tidak mencemari air. Selain hal itu, penanggulangan pencemaran air dengan
cara penanaman pohon dapat mencegah longsor dan dapat menyerap banyak air
bersih.
Proses pengolahan air buangan dapat mengurangi pencemaran air dari
limbah rumah tangga atau limbah industri. Proses pengolahan air buangan dimulai
dari penanganan primer, sekunder, tersier dan pengolahan lumpur.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2019). Pencemaran Sungai. https://kanalispolban.wordpress.com/che


mlib/makalah/makalah-pencemaran-sungai/ (diakses pada 2 Juni 2022).

Rukandar, D. (2015). Pencemaran Air. https://dllhk.bantenprov.go.id/upload/art


icle-pdf/PENCEMARANAIR-PENGERTIAN-PENYEBAB-DAN-
DAMPAKNYA.pdf (diakses pada 4 Juni 2022)

Simanullang, M. (2017). Pencemaran Air Tawar. https://www.academia.edu/90


83809/Makalah_Pencemaran_Sungai (diakses pada 1 Juni 2022).

31

Anda mungkin juga menyukai