Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sedimentologi adalah studi tentang proses transportasi dan
pengendapan material sedimen yang terakumulasi di lingkungan kontinen
dan laut hingga membentuk batuan sedimen. Stratigrafi adalah studi
tentang urut-urutan batuan dan waktu kejadian dalam sejarah bumi. Catatan
stratigrafi batuan sedimen merupakan database yang fundamental untuk
memahami evolusi kehidupan, lempeng tektonik dari waktu ke waktu dan
perubahan iklim global.
Sifat material sedimen sangat bervariasi dari sisi origin, ukuran, bentuk dan
komposisi. Material tersebut bisa berasal dari pelapukan batuan yang lebih tua,
hasil erupsi gunungapi, ataupun organisme seperti filamen mikroba yang terbentuk
dari kalsium karbonat baik dalam bentuk utuh atau berupa pecahan cangkang,
terumbu karang, tulang dan sisa-sisa tanaman. Pengendapan langsung larutan
mineral dalam air juga merupakan sumber material sedimen pada kondisi tertentu.
Umur relatif batuan dan peristiwa yang terekam, dapat ditentukan dengan
hubungan stratigrafi sederhana (batuan tertua berada di bawah dari yang muda),
fosil yang terawetkan dalam lapisan dan dengan pengukuran proses seperti
peluruhan radioaktif dari unsur-unsur.
Aspek lain dari stratigrafi adalah sebagai metode untuk menemukan cadangan
energi: misalnya, 'sequence stratigraphy', suatu teknik prediksi yang sering
digunakan dalam industri hidrokarbon, yang dapat membantu kita untuk
menemukan cadangan minyak dan gas bumi.
Kombinasi sedimentologi dan stratigrafi memungkinkan kita untuk membuat
gambaran kondisi permukaan bumi pada waktu dan tempat yang berbeda. Karakter
batuan sedimen yang telah diendapkan, mungkin dapat memberikan informasi
bahwa pada suatu waktu daerah tersebut merupakan hamparan gersang, dengan

1
bukti-bukti endapan gurun pasir seperti dune. Di tempat yang sama, tapi pada
waktu yang berbeda, tempat tersebut berubah menjadi laut dangkal yang
memungkinkan pembentukan terumbu karang. Dengan menafsirkan proses dan
lingkungan pengendapan pada suatu batuan sedimen, kita dapat menemukan
rekaman kejadian dari perubahan tersebut. Selain itu, studi sedimentologi dan
stratigrafi juga dapat memberikan informasi tentang perubahan paleogeografi,
lempeng tektonik dan cekungan sedimen.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan Sedimentologi dan Stratigrafi
adalah agar praktikan dapat menentukan lapisan-lapisan batuan sedimen,
menentukan nama batuan serta mampu menganalisis lapisan batuan tertua
(terendapkan terlebih dahulu) dan pada akhirnya mampu melakukan pembuatan
kolom stratigrafi dan mampu memahami manfaat dari pembuatan kolom stratigrafi
tersebut. Selain itu, praktikan mampu memahami tentang analisis granulometri
butiran sedimen (pasir) pada daerah Gumuk Pasir Parangkusumo, Yogyakarta
sampai asal dari pasir tersebut.
1.3 MANFAAT
Manfaat yang diperoleh adalah praktikan mampu untuk memahami tentang proses
sedimentasi yang berlangsung pada suatu daerah dan mampu membuat kolom
stratigrafi sederhana dari daerah tersebut dan mahasiswa mampu melakukan
analisis granulometri butiran sedimen sehinnga mampu mengetahui asal dari
penegendapan tersebut.
1.4 LOKASI
Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi dilaksanakan pada tiga lokasi yaitu :
1. Candi Kedulan, Dusun Kedulan, Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan Kalasan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta
2. Pinggir jalan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta
3. Gumuk Pasir Parangkusumo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

2
LOKASI
PENGAMAT
AN 2

Lokasi pengamatan kedua Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul Yogyakarta

LOKASI PENGAMATAN 1

Lokasi Pengamatan pertama Candi Kedulan, Trimoktami, kalasan, Sleman,


Yogyakarta

3
LOKASI
PENGAMATAN 3

Lokasi ketiga terletak di Gumuk pasir, parang kusumo yang berada di Desa
Parangtris, berjarak kurang lebih 27 kilometer disebelah selatan Kota Yogyakarta
dan 13 kilometer dari pusat kecamatan Kretek Bantul DIY

BAB II
METODE
Metode yang dilakukan pada praktikum Sedimentologi Stratigrafi dibagi
berdasarkan lokasi praktikum, yaitu :
1. Pada lokasi 1 dan 2 dilakukan metode observasi, dimana kita melihat
perlapisan batuan yang ada di lokasi. Kemudia melakukan penggambaran
sketsa, pencatatan ukuran dan pembuatan kolom stratigrafi sementara.
Setelah itu dilakukan studi pustaka untuk membuat kolom stratigrafi
sesungguhnya
2. Pada lokasi 3 dilakukan pengamatan atau observasi terhadap gumuk pasir,
kemudian dilakakuan pengambilan sampel pasir di daerah tersebut. Setelah itu
dilakukan uji analisis granulometri butiran sedimen dan kajian pustaka untuk
memcocokan hasil analisis yang telah dilakukan. Analisis granulometri
meliputi :
- Analisis granulometri dengan menggunakan sample splitting, pengayakan,
penyusunan fraksi dan penimbangan
- Pencatatan hasil analisis seperti berat butir individu (gr), berat butir
individu (%) dan berat butir kumulatif (%)

4
- Studi pustaka untuk mencocokan hasil analisis lanjut seperti pembuatan
kurva probabilitas ukuran mesh dan berat butir kumulatif (%), median,
kurtosis,skewness dan standar deviasi

BAB III

DASAR TEORI
3.1 KOLOM STRATIGRAFI

Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari bahasa
Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan, menggambarkan). Jadi
pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan
serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan
untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi adalah
sebagai berikut:

1. Prinsip Superposisi

Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya sedimen,
lapisan yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada lapisan-lapisan
yang telah mengalami pembalikan.

Umur Relatif Batuan Sedimen

2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)

5
Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh gravitasi akan
membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari pernyataan ini adalah
lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah proses pengendapan.
Pengecualian :
Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping, terumbu, dll) dapat
terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli (Original Dip) dan disebut
Clinoform.

3. Azas Pemotongan (Cross Cutting)

Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia lebih muda dari
batuan yang diterobosnya.

4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)

Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai batas


cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang
kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi. Dalam keadaan
normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba,
kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral,
yaitu :

- Pembajian
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya

6
Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan

- Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang sama, atau
perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari).

Penghilangan Lapisan Secara Lateral

- Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan


Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di mana urutan batuan di
bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan diatasnya.
Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang
ketidakselarasan.

- Dislokasi karena sesar


Pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan terjadinya sesar
atau patahan.

7
Gambar Dislokasi

5. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)

Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua asumsi dalam
evolusi organik.
Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah sepanjang waktu dan
perubahan yang telah terjadi pada organise tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah jumlah dari
seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya.
Asumsi kedua adalah kenampakan-kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui
catatan fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi primitif organisme tersebut.

6. Teori Katastrofisme (Catastrophism)

Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang kebangsaan Perancis pada tahun 1830. Ia
berpendapat bahwa flora dan fauna dari setiap zaman itu berjalan tidak berubah, dan
sewaktu terjadinya revolusi maka hewan-hewan ini musnah. Sesudah malapetaka itu
terjadi, maka akan muncul hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih umum
disebut dengan teori Malapetaka.

7. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)

Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The Present is The Key to
The Past “, yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil
dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada sekarang ini,
terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang berkesinambungan seragam dengan
proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa rangkaian
pegunungan-pegunungan besar, lembah serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu
malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi melalui proses alam yang berjalan dengan sangat

8
lambat.:
Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :
 Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan.
 Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa lampau
namun dengan intensitas yang berbeda.
8. Siklus Geologi

Siklus ini terdiri dari proses Orogenesa (Pembentukan Deretan Pegunungan), proses
Gliptogenesa (Proses-proses Eksogen/ Denudasi) dan proses Litogenesa (Pembentukan
Lapisan Sedimen). Bumi tercatat telah mengalami sembilan kali siklus geologi, dan
yang termuda adalah pembentukan deretan pegunungan Alpen.

Gambar Siklus Geologi

Unsur-unsur stratigrafi adalah stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu:
1. Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk
dipelajari adalah batuan sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan,
terkadang batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang
sedikit.
2. Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen
yang disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas
antara lapisan satu dengan yang lainnya yang merepresentasikan perbedaan
waktu/periode pengendapan.

9
Gambar Perlapisan

Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:
 Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh
pengendapan sedimen yang lain.
 Perubahan warna material batuan yang diendapkan.
 Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir).
 Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.
 Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral,
kandungan fosil, dll).
Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan
yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.
Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :
 Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang
menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan
mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan
mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan litologi.
 Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi
sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan
cara–cara tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur, yaitu :

10
1. Kontak Progradasi
2. Kontak Interkalasi
 Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan bidang
perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material yang terbawa
oleh arus.
Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang
memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak
/ hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak
selaras.
 Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua
lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada
sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.
 Kontak Lapisan Tid ak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan
suatu bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang
ketidakselarasan, yaitu:
1. Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan
ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah
terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan lapisan
lain.
2. Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi
dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.
3. Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan
suatu lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang
ketidakselarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang
sentuh dua lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan
analisis Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).
4. Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana
terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

11
Gambar Angular Unconformity

Gambar Disconformity

Gambar Paraconformity

Gambar Nonconformity

Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala singkapan.
Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola jurus.
Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan yang
terdapat pada batuan sedimen di mana kenampakannya itu disebabkan oleh proses
sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas biogenik (oleh

12
hewan dan tumbuhan), serta aliran gravitasi sedimen. Struktur sedimen ini harus
dianalisa langsung di lapangan, dengan tujuan untuk menentukan lingkungan
pengendapan batuan serta untuk menentukan posisi atas dan bawah dari suatu lapisan.
Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan susunan
berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang
tertua hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta
genesa pembentukan batuannya. Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu
kolom stratigrafi, namun demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi
kalangan ahli geologi didalam menyajikan kolom stratigrafi. Penampang kolom
stratigrafi biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut sebagai berikut:
Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan, Besar-Butir, Simbol Litologi,
Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan Linkungan Pengendapan.

Tabel contoh Stratigrafi Daerah Karawang, Jawa Barat

13
3.2 ANALISIS GRANULOMETRI
Granulometri atau sering diterjemahkan dengan analisa besar butir adalah
salah satu dari sekian banyak metode yang sering dipakai untuk menganalisa
batuan sedimen klastik. Dalam granulometri ini lebih mengutamakan
bagaimana sebaran butiran batuan sedimen klastik tersebut. Metode-metode
perhitungan secara statistik kita dapat melihat adanya bentuk kurva yang
sangat khas atau proses tertentu. Sebab kita tahu bahwa banyak proses yang
terjadi pada batuan sedimen saat diendapkan pada suatu cekungan. Metode
pendekatan dengan cara granulometri adalah metode empiris, artinya bukan
padatan yang sifatnya genetik. Maka itulah dalam penggunaan metode ini
harus sangat hati-hati, terutama pada saat pengambilan contoh batuan
dilapangan maupun aplikasinya dalam kepentingan-kepentingan yang
memerlukan kepentingan yang memerlukan ketelitian yang sangat tinggi.
Gerakan air dan udara biasanya akan memisahkan partikel- partikel
menurut ukuran butirnya. Ukuran butir dalam sedimen atau batuan sedimen
akan mencerminkan:
1.Resistensi batuan terhadap pelapukan, erosi
dan abrasi
2.Proses-proses sedimentasi yang meliputi pengangkatan dan pengangkutan
(antara lain dengan rolling, saltasi, traksi, sliding, suspensi). Proses-proses
itulah yang akan membentuk kenampakan tekstur dan struktur batuan
sedimen atau sedimen yang bersangkutan. Aspek tekstur yang dapat
dianalisis dengan metode Granulometri antara lain mean, median, modus,
koefisien sortasi, koefisien kepencengan, standar deviasi dan kurtosis.
Adapun batasan masing-masing pengertian tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
- Mean merupakan harga rata-rata dari suatu kurva.
- Median adalah nilai tengah dari suatu kurva.
- Modusmerupakan puncak maksimal penyebaran klas ukuran butir
tertentu.

14
Nilai Standard Deviasi Klasifikasi
< 0,35 Very well sorted
0,35 – 0,50 Well sorted
0,50 – 0,71 Moderately well sorted
0,71 – 1,00 Moderately sorted
1,00 – 2,00 Poorly sorted
2,00 – 4,00 Very poorly sorted
> 4,00 Extremely poorly sorted
- Sortasiadalah tingkat keseragaman ukuran butir. Sortasi dapat
tercermin dari tinggi-rendahnya atau lebar sempitnya suatu kurva.
Kurva yang pendek dan lebar mencerminkan sortasi jelek, sebaliknya
kurva yang tinggi dan sempit mencerminkan sortasi baik.
- Standar Deviasi merupakan nilai statistik yang mencerminkan
sejauh mana klas besar butir menyimpang dari harga rata-rata.
Semakin kecil harga standar deviasi semakin baik harga sortasinya dan
sebaliknya.

- Skewness merupakan ukuran tingkat simetrinya penyebaran besar


butir atau arah condongnya penyebaran besar butir, Skewness positif
apabila mempunyai kecenderungan kearah kasar. Skewness negatif
apabila mempunyai kecenderungan kearah halus.

Nilai
Skewness Klasifikasi
Very fine
+1.0 sd +0,3 skewness
+0,3 sd +0,1 Fine skewness
Near
+0,1 sd -0,1 symmetrical
Coarse
-0,1 sd -0,3 skewness

15
Nilai Kurtosis Klasifikasi
<0,67 Very platycurtic
0,67 – 0,90 Platycurtic
0,90 – 1,11 Mesokurtic
1,11 – 1,50 Leptokurtic
1,50 – 3,00 Very leptokurtic
>3,00 Extremely leptokurtic
Very coarse
-0,3 sd -1,0 skewness

- Kurtosi sadalah derajat kemancungan suatu kurva yang menunjukkan


harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap
pemilahan bagian tepi kurva.

Material- material yang diangkut oleh media pengangkut akan


terdistribusi menjadi berbagai macam ukuran. Distribusi ukuran butir akan
dapat mencerminkan:
1. Variasi litologi/ diameter butir yang terdapat pada source(sumber) dimana
tidak mesti berupa batuan tetapi dapat juga berupa endapan. Proses-proses
yang berlangsung selama sedimentasi terutama yang menyangkut arah
arus, kekuatan arus, perubahan-perubahan/ variasi yang terdapat pada arus itu.
- Mekanisme Transportasi Sedimen
Sedimen mengalami transportasi oleh sungai melalui tiga cara, yaitu dengan
mekanisme bed load, mekanisme suspended load dan mekanisme dissolved load
(Plummer dkk, 2003:231-232). Mekanisme bed load Partikel partikel sedimen
terangkut pada dasar sungai. Partikel partikel tersebut umumnya berukuran butir
gravel – sand. Pada mekanisme bed load ada beberapa macam cara partikel-partikel
tertransportasikan :

16
1. Creeping (rayapan tanah) yaitu gerakan massa tanah sepanjang bidang batas
dengan batuan induknya. Gerakannya sangat lambat, tidak dapat diikuti dengan
pengamatan mata langsung. Baru diketahui setelah nampak adanya pohon atau tiang
listrik/telpon yang miring.
2. Rolling, partikel partikel tersebut tertransportasikan dengan cara menggelinding di
dasar sungai.
3. Saltasi, partikel partikel tertransportasikan dengan cara melompat – lompat pada
dasar sungai.
Mekanisme suspended load, Material material sedimen tertransportasikan oleh sungai
dengan cara melayang layang di atas dasar sungai oleh turbulensi air. Material yang
terangkut dengan cara ini umumnya berukuran butir lanau sampai
lempung. Mekanisme dissolved load Umumnya material yang tertransportasikan
dengan cara ini merupakan larutan hasil pelapukan kimia, misalnya ion – ion
bikarbonat, kalsium, potassium, sodium, klorit, dan sulfat.
3.3 GUMUK PASIR

Banyak ahli geologi yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian gumuk


pasir, sehingga definisi dari gumuk pasir ada bermacam-macam :
1. Shuckin
Gumuk pasir menurut Shuckin adalah semua akmulasi pasir yang terbentuk akibat
angin, baik yang terdapat di daerah pantai maupun di padang pasir.

2. Musheketou dan S. Kalensik


Menurut kedua ahli ini, gumuk pasir adalah akumulasi pasir baik yang di daerah
pantai, sungai maupun danau.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Gumuk Pasir


Proses pembentukan gumuk pasir di daerah pantai, tidak jauh berbeda dengan
pembentukan gumuk pasir di daerah gurun. Di daerah pantai pembentukan gumuk
pasir ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain :
1) Ada penambahan material pembentuk yang terus-menerrus, biasanya diangkut oleh
sungai yang bermuara di sekitar pantai tersebut.

17
2) Jumlah pasir yang diendapkan teratur ke laut.
3) Adanya ombak kuat yang memindahkan pasir dari laut ke darat.
4) Terdapat pantai yang cukup luas dan landai, serta dipengaruhi oleh pasang surut.
5) Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
6) Sinar matahari cukup banyak untuk mengeringkan material pasir, agar dapat
diterbangkan oleh angin (terutama untuk daerah tropis dan sub tropis)
7) Terdapat angin yang bertiup secara konstan.
8) Ada igir-igir pegunungan sepanjang pantai yang berfungsi sebagai panahan
material yang terbawa angin.
9) Ada vegetasi yang berperan membantu proses pembentukan gumuk pasir.
10) Dinamika budaya masyarakat.

Vegetasi gumuk pasir, mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain :


1. Mempunyai batang keras.
2. Berdaun tebal dan runcing-runcing, dimana pada bagian permukaannya terdapat
semacam lapisan lilin yang berperan untuk mengurangi penguapan.
3. Mempunyai akar yang panjang dan kuat.

Jenis-jenis vegetasi gumuk pasir secara umum antara lain adalah :


1. Pandanae (sejenis pandan)
2. Calantrophus gigantae (widuri)
3. Sphinifex Lithorus (rumout grinting)
4. Ipamoa pescaphrae (entong-entong)
5. Kaktus

Jenis-jenis Gumuk Pasir


Ada bermacam-macam pengelompokan gumuk pasir, antara lain adalah :
1) Berdasarkan tempat terbentuknya
Berdasarkan tempat terbentuknya, Lobeck (1939) membedakan gumuk pasir menjadi
tiga kelompok.
 Gumuk pasir di daerah pantai
 Gumuk pasir di dasar sungai

18
 Gumuk pasir di daerah gurun
2) Berdasarkan ada Tidaknya Vegetasi
Berdasarkan ada tidaknya vegetasi, gumuk pasir dapat dibagi menjadi dua kelompok.
a) Gumuk pasir yang tidak dipengaruhi vegetasi
 Gumuk pasir longitudinal
Gumuk pasir longitudinal adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu
sama lain dan arahnya searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini pada umumnya
dijumpai di daerah gurun dan bentuknya sangat panjang. Di daerah pantai gumuk
pasir jenis ini juga dijumpai, tetapi biasanya mempunyai bentuk yang lebih pendek
dan lebih kecil. Gumuk pasir longitudinal berkembang karena berubahnya arah angin
dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada
terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.

Gambar longitudinal dunes.


 Gumuk Pasir Barchan
Bentuk gumuk pasir ini menyerupai sabit. Bagian atau sisi yang cembung berhadapan
dengan angin. Sedangkan sisi yang cekung terletak pada bagian belakang menurut
arah angin. Barchan mempunyai proses pembentukan menarik. Mulanya terbentuk
gumuk pasir longitudinal yang mempunyai sumbu panjang sejajar dengan arah angin.
Berikutnya tubuh gumuk pasir semakin tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan
terjadinya perputaran air di belakang gumuk, yang menyebabkan terjadinya
penggerusan di bagian belakang. Penggerusan yang semakin kuat menjadikan
penggerusan semakin intensif sehingga dimensi lebar seimbang dengan dimensi
panjang. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter.

19
Gambar barchan dunes
b) Gumuk pasir yang berhubungan dengan vegetasi
 Gumuk pasir transverse (melintang)
Gumuk pasir ini sering dijumpai pada daerah pantai, dimana posisinya melintang.
Bagian atau sisinya yang cembung terletak di bagian belakang menurut arah angin,
sedangkan sisinya yang cekung berhadapan dengan arah angin. Gumuk pasir ini
terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk
gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin.
Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses
eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah
koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan
pasirnya berkurang. Bentuk gumuk pasir ini dipengaruhi oleh aktivitas angin yang
bertiup kuat.

Gambar transverse dunes


 Gumuk pasir parabolik
Gumuk pasir parabola mempunyai bentuk seperti huruf “u”. dimana bagian yang
cekung berhadapan dengan arah angin. Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk

20
pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir
parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk
pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya
berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit
dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam. Gumuk pasir ini dipengaruhi
oleh vegetasi yang memotong arah angin sehingga kecepatan angin di belakang
vegetasi kurang.

Gambar parabolic dunes


 Gumuk pasir comb
Gumuk pasir ini bentuknya seperti sisir, karena jumlahnya banyak dan posisinya
saling sejajar. Bagian yang cekung berhadapan dengan arah angin. Gumuk pasir
comb merupakan gabungan dari gumuk pasir parabolik.

 Gumuk pasir gypsum


Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir parabola, perbedaannya hanya
pada panjang bagian cembungnya, dimana pada gumuk pasir gypsum bagian
cembungnya jauh lebih panjang dibandingkan dengan gumuk pasir parabola.

21
Gambar gypsum dunes
 Gumuk pasir streep
Gumuk pasir ini mempunyai bentuk yang hampir sama dengan gumuk pasir parabola.
Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk bagian ujungnya, dimana gumuk pasir
streep mempunyai ukuran lebih kecil dan bagian ujungnya lebih meruncing.
Kedudukannya, saling sejajar antara satu dengan yang lain.

3) Berdasarkan ada tidaknya penghalang gumuk pasir dikategorikan dalam 2 jenis,


yaitu free dunes dan impedeed dunes
§ Tipe free dunes : merupakan bentukan gumuk pasir yang terbentuk tanpa adanya
penghalang. Contohnya adalah bentuk gumuk pasir barchan, longitudinal, transverse,
parabolik, dan bintang.
 Gumuk Pasir Bentuk Bintang (Star Dunes)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin
dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit
dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan
terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut
sehingga akan terbentuk lahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang
setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.

22
Gambar star dunes
§ Tipe impeded dunes
a. Gumuk Pasir Blowout
Pada gumuk pasir ini terdapat penutup lahan, misalnya vegetasi di sekitar cekungan.
Gumuk ini terjadi karena adanya deflasi lokal.

Gambar Blow out dunes


b. Gumuk Pasir Echo Dunes
Gumuk ini bagian tepinya memanjang, terpisah dari topografi penghalang. Proses
pembentukannya merupakan akumulasi pada zone perputaran aliran angin karena
zone penghalang.

23
Gambar Echo dunes
Struktur pada Gumuk Pasir
Struktur yang berkembang pada gumuk pasir, erat hubungnnya dengan cara
transportasi material pasir. Ada bermacam-macam cara transportasi material :
1) Suspension (mengambang)
2) Saltasion (meloncat-loncat)
3) Rolling (menggelinding)
4) Dagged (terseret)

Adanya bermacam-macam cara transportasi tersebut akan menghasilkan struktur


sedimen sebagai berikut :
1) Strukur yang berkembang pada permukaan
Struktur yang berkembang pada permukaan gumuk pasir adalah struktur gelembur
gelombang (ripple mark). Struktur gelombang yang terbentuk karena pengaruh arus
angin, akan memperlihatkan bentuk yang tidak simetris (asymmetrical). Bentuk yang
demikian dapat dipakai untuk menentukan arah arus angin.
Secara umum struktur gelembur gelombang dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu
“symmetrical ripple mark” dan “asymmetrical ripple mark”
Struktur gelembur gelombang terbentuk karena adanya dua massa yang berlainan
berat jenisnya saling bergesekan satu sama lain dengan kecepatan yang tidak sama.
2) Struktur yang berkembang di bagian dalam
Struktur dalam yang terdapat pada gumuk pasir, dapat dibedakan menjadi 2 macam :

24
a)Perlapisan horisontal
Perlapisan horisontal pada gumuk pasir, terdiri dari laminasi-laminasi pasir yang
hampir horisontal atau bersudut kecil. Perlapisan horisontal biasanya terdapat pada
lereng yang berhadapan dengan arah angin, sayap dan dekat puncak dari suatu gumuk
pasir. Kadang-kadang mungkin dijumpai sisipan pasir kasar dengan ketebalan
beberapa sentimeter.
b) Perlapisan silang siur
Struktur terbentuk, bila gumuk pasir yang tidak stabil mengalami deflasi, kemudian
oleh pengendapan baru. Struktur ini memperlihatkan unit perlapisan miring yang
saling menyilang, yang pembentukannya berhubungan erat dan dapat menunjukan
arah pengendapan

Gumuk Pasir Parangkusumo

Gumuk pasir di Parangtritis bertipe Barchan atau berbentuk bulan sabit.

Gumuk pasir Parangkusumo Bantul

Syarat-syarat terbentuknya gumuk pasir adalah sebagai berikut :

1. adanya pasokan material pasir yang banyak

2. morfologi pantai landai

3. adanya arus angin yang kuat untuk menerbangkan butiran pasir

25
4. musim kemarau dan hujan sangat tegas berbeda

5. perbedaan pasang anik dan surut cukup besar

Terbentuknya gumuk pasir atau sand dune di pantai selatan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
 Pengaruh dari Gunung Merapi
Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api
Merapi dan gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir
dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses
erosi dan gerak massa batuan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya
pada Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan
material tersebut hingga ke pantai selatan.

Gambar arah aliran sungai dari Merapi


 Pengaruh angin
Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena
kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa
pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang.
Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar,
maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun
impendeed dunes. .Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini

26
menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari
Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang
terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.

 Pengaruh Sungai
Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran
sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh
aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde
sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo.
Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak laut sehingga
material mengendap pada pantai selatan dan selanjutnya diterbangkan oleh angin. Pada
pantai selatan Jawa, material tersebut tidak diendapkan pada bagian depan dari sungai
yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini disebabkan karena kuatnya arus dan
gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal dari tenggara menyebabkan
material terendapkan pada bagian barat sungai.

 Pengaruh Graben Bantul


Zona selatan Jawa merupakan plato yang miring ke arah selatan menuju Samudra
Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak
terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY,
sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah
yang terjadi pada daerah bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang
mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst.
Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian
barat terdapat Perbukitan Manoreh. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada
zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada
akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui
misalnya pada Sungai Opak-Oyo. Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah
adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.

27
 Pengaruh dinamika masyarakat
Bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat yang saling
mendukung satu sama lain. Dalam hal ini keberadaan pantai depok menjadi
pendukung pariwisata parangtritis dan sebaliknya.
Pantai parangkusumo ini dikenal sebagai wisata budaya yang terkait dengan adanya
tempat yang diyakinmi sebagai tempat bertemunya raja mataramn dengan Nyai Roro
Kidul pada masa lampau. Selain itu ada pula tempat berupa makam dari Syeh
Maulana Maghribi dan Syeh Belabelu yang juga menjadi tempat peziarahan.
Penduduk utamanya bermatapencaharian di bidang jasa pariwisata maupun
perdagangan. Hidrologi kawasan ini tidak cukup baik. Meskipun relatif dangkal,
tetapi karena materi pasir memeliki kemampuan meloloskan air tinggi sehingga tidak
ada aliran permukaan yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air kecuali sungai
Opak. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat saja menyebabkan banyaknya air
tanah yang diambil di daerah pesisir ini sehingga dapat menyebabkan intrusi air laut.
Selain itu aktivitas ini juga menyebabkan semakin banyaknya limbah baik yang
berupa sampah ataupun sisa hasil konsumsi manusia lainnya.

Gambar morfologi gumuk pasir

Erosi angin di Parangtritis sangat kuat dan bisa menghancurkan bangunan di sekitar
pantai. Ekosistem gumuk pasir sangat unik dan menjadi salah satu lokasi ekowisata
yang ramai dikunjungi kalangan pelajar. Apalagi disana kini dibangun Laboratorium
Geospasial yang dibuka untuk umum. Vegetasi yang umum dijumpai di daerah gumuk
pasir ini adalah Cemara Udang.

28
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 KOLOM STRATIGRAFI LOKASI 1

29
Lingkungan geologi genang air dan dataran gunung api aktif telah berkembang
di dataran Yogyakarta hingga kaki Pegunungan Kulon Progo dan Pegunungan
Selatan. Perkembangan lingkungan geologi tersebut berhubungan dengan
aktivitas gunung api Merapi sejak 20.000 tl hingga 310 tl. Sejalan dengan
aktivitasnya hingga saat ini, Merapi telah mengendapkan materialnya dalam
volume yang besar, mendangkalkan lingkungan genang air hingga kering,
sedangkan pada dataran – kaki gunung api terjadi perkembangan
paleogeomorfologi secara lokal yang secara lateral berkesinambungan.
Penggenangan hingga pendangkalan berlangsung secara bertahap, dalam waktu

30
yang lama. Selama 20.000 tahun tersebut, secara periodik terjadi
penggenangan, kemudian secara tiba-tiba pendangkalan pada tiap-tiap 50-150
tahun, namun secara umum dan perlahan genang air makin menyusut. Kondisi
geologi di lingkungan dataran gunung api dalam 50-150 tahun sekali terjadi
pengendapan lahar dan abu gunung api, serta selama 50-150 tahun berikutnya
terjadi pelapukan membentuk soil. Kondisi tersebut mendorong masyarakat
pada masa sejarah untuk berbudi daya dan mendirikan bangunan seperti candi
hingga periode bencana berikutnya.

4.2 KOLOM STRATIGRAFI LOKASI 2

31
Formasi Semilir tersingkap luas di sepanjang Pegunungan Selatan, pantai selatan Jawa
bagian tengah. Formasi, yang memainkan peran penting dalam stratigrafi dan
magmatisme di daerah tersebut, dialasi secara selaras oleh Formasi Kebo-Butak dan
bagian atasnya ditindih oleh Formasi Nglanggran.

32
Formasi Semilir didominasi oleh batuan vulkanik berupa tuf kristal, tuf lapili, dan
breksi batuapung. Bagian bawah dari formasi ini tersusun oleh batupasir berupa lithic-
feldspathic wackes. Lempung gampingan di bagian bawah mengandung fosil
foraminifera dan nanno, mengindikasikan lingkungan laut dan umur Miosen Awal
(NN3). Bagian atas terdiri atas breksi batuapung dan breksi batuapung andesitan.
Di beberapa tempat di bagian atas terdapat beberapa lensa tipis lignit dan fosil kayu.
Di bagian atas, menunjukkan penyebaran ekstensif dari grain-flow sediment. Bagian
ini diinterpretasikan sebagai endapan terestrial. Berdasarkan penentuan umur dengan
jejak belah pada sirkon di breksi batuapung menunjukkan umur 17.0 + 0 juta tahun dan
16.0 + 1.0 juta tahun atau akhir Miosen Awal.

Lingkungan pengendapan Formasi Semilir menunjukkan pendangkalan ke arah atas,


yang semula laut dangkal berubah menjadi darat. Fasies breksi batuapung dan breksi
batuapung andesitan diendapkan dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan kegunungapian meningkat pesat pada saat pengendapan
bagian atas formasi. Erupsi besar yang membentuk Formasi Semilir diduga
berpusat di Cekungan Baturetn

33
4.3 ANALISIS GRANULOMETRI

TABEL ANALISA GRANULOMETRI

NO UKURAN BERAT BERAT BERAT BUTIR


MESH MESH (O) BUTIR BUTIR KUMULATIF
INDIVIDU INDIVIDU (%)
(GR) (%)

20 0,25 0,6 O,4 0,4

40 1,25 4,5 3 3,4

60 2,0 89,3 59,53 62,93

100 2,75 37,6 25,1 88,03

200 3,75 16,7 11,1 99,13

PAN 4,00 1,3 0,87 100

JUMLAH 150 100

34
Tabel Semi-log

Data phi (ukuran mesh) :

Phi 50 = 2,0

Phi 94 = 3,8

Phi 16 = 1,8

Phi 75 = 2,6

Phi 5 = 1,5

Phi 25 = 2,25

Phi 84 = 2,7

 Median
50 = 1,5
 Koefisien sortasi ( So)
84− 16 95−5 2,70−1,8 3,8−1,5
4
+ 6,6
= 4
+ 6,6

35
= 0,225 + 0,34
= 0,565 ( moderately well sorted ) Folk dan Ward (1975)

 Skewness ( Sk)
16+ 84− 50 5+95−50
Skg = (84− 16)
+ 2(95− 5)

1,8+2,70−2,0 1,5+3,75−2,0
= (2,70−1,8
+ 2(3,8−1,85)

2,5 3,25
= 0,9 + 3,9

= 2,77+ 0,83
= 3,6 ( strongly fine Skewed ) Folk dan Ward 1957

 Kurtosis ( K )
95− 5
K = 2,44 (75− 25)

3,8−1,5
K=
2,44(2,6− 2,0)

2,3
=
1,2

= 1,91 ( very leptokurtic) Folk dan Ward 1968

kurva frekuensi

Berdasarkan hasil pengukuran, dapat disimpulkan bahwa pasir yang terdapat


di Gumuk Pasir Parangkusumo memiliki :
- Nilai koefisien sortasi 0,565 yang menurut klasifikasi Folk dan Ward
(1975) berarti memiliki sortasi yang sangat bagus, itu berarti pasir
tersebut telah mengalami transportasi yang jauh dari sumber

36
- Nilai skewness 3,6 yang menurut Falk dan Ward (1957) berarti harga
Sk positif, dimana butiran yang lebih kasar dominan terhadap butiran
yang lebih halus
- Nilai kurtosis 1,91 yang dimana menurut Folk (1968) berarti memiliki
ketajaman atau kemancungan kurva frekuensi yang very leptokurtic,
dimana pada jenis very leptokurtic memiliki puncak kurva yang tinggi
sehingga itu berarti mempunyai derajat sortasi yang baik.

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Sedimentologi adalah studi tentang proses transportasi dan
pengendapan material sedimen yang terakumulasi di lingkungan kontinen
dan laut hingga membentuk batuan sedimen. Stratigrafi adalah studi
tentang urut-urutan batuan dan waktu kejadian dalam sejarah bumi. Catatan
stratigrafi batuan sedimen merupakan database yang fundamental untuk
memahami evolusi kehidupan, lempeng tektonik dari waktu ke waktu dan
perubahan iklim global.
Pada lokasi satu yaitu Candi Kedulan, Candi ini kemungkinan terbuat di
sekitar sungai, karena berdasarkan kepercayaan dahulu nenek moyang selalu
membuat candi yang berdekatan dengan sungai. Hal ini memungkinkan candi
tertutup atau terkubur oleh aliran lahar dengan sumber material berasal dari
Gunung Merapi. Dengan ukuran partikel dari bongkah sampai ukuran pasir.
Pondasi Candi rusak kemungkinan diakibatkan oleh gempa bumi. Berdasarkan
pengukuran dan interpretasi kolom stratigrafi terdapat endapan yang mengandung
fragmen dengan ukuran bongkah sampai kerakal, dengan fragmen berupa batuan
Andesit-Basaltik dan endapan halus diatasnya yang beukuran pasir medium.
Kemungkinan material endapan tersebut berasal dari endapan kuater.

37
Pada lokasi dua, yaitu daerah Ngoro Oro, Pathuk, Gunung Kidul terdapat
satuan batuan yang didominasi oleh batu lempung dengan sisipan batu lempung
hitam dan terdapat batupasir berukuran medium.
Pada lokasi ketiga yaitu Gumuk Pasir Parangkusumo,Yogyakarta, setelah
dilakukan analisis granulometri dan pengukurannya diketahuai pasir memiliki
sortasi yang baik dan telah tertransport jauh dari sumber. Kemungkinan sumber
pasir yang ada pada gumuk pasir ini terbawa melalui 2 sungai besar yaitu Sungai
Opak dan Sungai Progo yang membawa material yang berasal dari Gunung
Merapi dan gunung-gunung lain disekitar gumuk pasir seperti Gunung Sumbing
dan Gunung Sindoro.
5.2 SARAN
Saran yang dapat penulis berikan adalah semoga praktikum ini semakin baik
kedapannya sehingga praktikan mampu memahami dengan bai kapa yang telah
diajarkan oleh asisten dosen. Selain itu, penulis juga mau memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan laporan ini dan penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang berguna bagi penulis untuk kedepannya.

38
DAFTAR PUSTAKA
- Panduan Praktikum Sedimentologi Stratigrafi, Laboratorium Soft
Rock, STTNAS Yogyakarta,2018
- https://www.researchgate.net/publication/
- https://www.geografi.org/2016/11/proses-pembentukan-gumuk-pasir-
di.html
- https://www.iagi.or.id

39

Anda mungkin juga menyukai