Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI POTENSI AMBLESAN MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI DAERAH POJONG,


GUNUNG KIDUL

Theresia Yoachina Meo Ngiso;Departemen Teknik ;Program Studi Teknik Geologi


;Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Ichaangiso15@gmail.com

ABSTRAK

Kecamatan Pojong merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah


Kabupaten Gunung Kidul dan berada pada formasi Wonosari dengan morfologi
pegunungan Kars. Formasi Wonosori formasi ini terdiri terutama dari batugamping dan
napal . Pada daerah Kars sangat muda terjadi ambelasan atau sinkhole. Amblesan tanah
sebagai permasalahan geologi dapat terjadi secara alamiah atau disebabkan oleh
pengaruh aktivitas manusia. Salah satu pemicu alamiah terjadinya amblesan tanah
adalah proses pelarutan batuan bawah permukaan oleh air yang umum terjadi pada
batuan karbonat (batugamping, dolomit), endapan garam dan gypsum (Allen, 1984).
Maka dari itu, penulis melakukan penelitian di 3 lokasi berbeda di Kecamatan Pojong,
yaitu Desa Sawahombo, Desa Kentang dan Desa Asem Lulang dengan menggunakan
metode observasi topografi, litologi, morfologi dan kelurusan geologi serta
menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger. Dan pada data diperoleh
beberapa litologi yaitu batupasir tufaan, batu gamping dan napal serta akuifer air tanah,
serta terdapat rongga yang memungkinkan untuk menjadi celah sehingga air dapat
masuk ke bawah permukaan. Amblesan sangat mudah terjadi di daerah dengan litologi
batugamping sebagai hasil pelarutan batugamping oleh air terutama pada saat musim
penghujan tiba.

Kata kunci : Kecamatan Pojong, Formasi Wonosari, Amblesan, Batugamping


ABSTRAK

Pojong Subdistrict is one of the sub-districts in the Gunung Kidul Regency and is
located in the Wonosari formation with the Kars mountain morphology. The Wonosori
Formation of this formation consists mainly of limestone and marl. In the Kars area
there is very little clutter or sinkhole. Land subsidence as a geological problem can
occur naturally or be caused by the influence of human activities. One of the natural
triggers for soil subsidence is the process of dissolving subsurface rocks by water
which is common in carbonate rocks (limestone, dolomite), salt deposits and gypsum
(Allen, 1984). Therefore, the authors conducted research in 3 different locations in
Pojong Subdistrict, namely Sawahombo Village, Kentang Village and Asem Lulang
Village using topographic observation methods, lithology, morphology and geological
alignment and using Schlumberger configuration geoelectric methods. And in the data
obtained several lithologies namely tuffaceous sandstones, limestone and marl and
groundwater aquifers, and there are cavities that allow it to become a gap so that water
can enter below the surface. Bubbles are very easy to occur in areas with limestone
lithology as a result of dissolving limestone by water, especially when the rainy season
arrives.

Keywords : Pojong Subdistrict, Wonosari Formation, Sinkhole, Limestone

PENDAHULUAN

Amblesan tanah sebagai permasalahan geologi dapat terjadi secara alamiah atau
disebabkan oleh pengaruh aktivitas manusia. Salah satu pemicu alamiah terjadinya
amblesan tanah adalah proses pelarutan batuan bawah permukaan oleh air yang umum
terjadi pada batuan karbonat (batugamping, dolomit), endapan garam dan gypsum
(Allen, 1984). Permasalahan amblesan tanah yang disebabkan oleh pengaruh aktivitas
manusia umumnya berkembang dalam jangka waktu yang lama dan berkaitan erat
dengan proses pengambilan airtanah pada akuifer yang tersusun oleh litologi endapan
alluvial, fluvial dan estuary (Poland, 1970 dalam Foley, dkk, 2009). Baik secara
alamiah atau pengaruh aktivitas manusia, kecepatan dan tingkat amblesan dikontrol
oleh kondisi litologi, iklim, vegetasi dan waktu serta dipicu oleh beberapa proses
seperti pelarutan batuan, erosi mekanik bawah permukaan, kompresi atau kompaksi,
pengaliran airtanah, getaran, hidrokompaksi dan penyusutan (Allen, 1984, Glopper dan
Ritzema, 1994).

Daerah Pojong merupakan salah satu kecamatan yang berada di daerah di Kabupaten
Gunung Kidul, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Pojong berada pada
geologi regional Pegunungan Selatan tepatnya berada pada Formasi Wonosari.
Pegunungan Selatan secara umum tersusun oleh batuan sedimen volkaniklastik dan
batuan karbonat. Batuan volkaniklastiknya sebagian besar terbentuk oleh pengendapan
gayaberat (gravity depositional processes) yang menghasilkan endapan kurang lebih
setebal 4000 meter. Hampir seluruh batuan sedimen tersebut mempunyai kemiringan
ke selatan. Pada regional Pegunungan Selatan terdapat beberapa formasi dari yang
paling tua yaitu formasi Wungkal Gamping merupakan yang tertua di daerah
Perbukitan Jiwo yang diduga berumur Pra Tersier, yaitu berupa filit, sekis, dan marmer,
Formasi Kebo Butak secara umum terdiri dari konglomerat, batupasir dan batulempung
yang menunjukkan kenampakan pengendapan arus turbid maupun pengendapan gaya
berat yang lain, Formasi Semilir secara umum Formasi ini tersusun oleh batupasir dan
batulanau yang bersifat tufan, ringan, kadang-kadang dijumpai selaan breksi vulkanik,
Formasi Nglanggran formasi ini tercirikan oleh penyusun utama berupa breksi dengan
penyusun material vulkanik, tidak menunjukkan perlapisan yang baik dengan
ketebalan yang cukup besar, Formasi Sambi-Pitu Formasi ini tersusun terutama oleh
batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau batulempung, Formasi Wonosori
formasi ini terdiri terutama dari batugamping dan napal, dan Endapan Kuarter.

Poland dan Davis (1986) menyatakan bahwa amblesan pada batugamping diakibatkan
karena proses pelarutan batugamping oleh air secara terus menerus sehingga celah
berkembang menjadi rongga, dimana apabila bagian atas dari rongga terlalu lemah,
keruntuhan atau amblesan di permukaan akan terjadi. Waltham, dkk, (2005)
menyebutkan bahwa kejadian amblesan di daerah karst berkaitan dengan proses
pembentukan sinkhole. Proses pembentukan Sinkhole dapat dibagi menjadi enam
genesa yaitu; solution sinkhole, collapse sinkhole, dropout sinkhole, buried sinkhole,
caprock sinkhole, dan suffosion sinkhole (Waltham, dkk, 2005). Tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk melakakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi amblesan
dan akibatnya bagi masyarakat sekitar dan untuk menambah data penelitian apabila
suatu saat dibutuhkan. Selain itu, dengan adanya penelitian bahaya amblesan
diharapkan dapat memberikan arahan pengembangan wilayah berbasis bencana
geologi yang tepat untuk wilayah Kecamatan Pojong, Gunung Kidul, Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian, metode yang digunakan untuk pengambilan data
meliputi evaluasi peta topografi dan Digital Elevation Model (DEM), observasi kondisi
morfologi, observasi jenis litologi, evaluasi kelurusan geologi dan observasi persebaran
amblesan dan/atau sinkholes yang termanifestasi dalam bentuk morfologi gua, luweng
dan telaga. Selanjutnya berdasarkan data-data tersebut dilakukan pembagian wilayah
untuk melakukan penelitian menggunakan metode geolistrik, Konfigurasi
Schlumberger dan data yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan klasifikasi
Telford,1990. Dilakukan pengambilan data pada tiga titik yaitu Desa Sawahombo,
Desa Kentang dan Desa Asem Lulang.

HASIL

Pada tiga titik pengambilan data yang telah diolah menggunakan software Progress
diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Desa Sawahombo
Tabel 1 Resistivitas Batuan Desa Sawahombo
Kedalaman Resistivitas
Lapisan (m) (ohm) Nama Lapisan

1 0-15 0,56-4.84 Top Soil- Rongga pada lapisan

2 15-45 16,83-16,07 Batupasir tufaan

3 45-270 3,08-2,79 Napal

2. Desa Kentang

Tabel 2 Resistivitas Batuan Desa Kentang

Kedalaman Resistivitas
Lapisan (m) (ohm) Nama Lapisan
Top Soil-Rongga pada
1 0-15 3,99-3,06 Lapisan
2 15-125 23,53-778,27 Batugamping
3 125-130 5,45 Napal
4 130-170 18,55-133,03 Batugamping
5 170-270 31,11-36,14 Batugamping

3. Desa Asem Lulang

Tabel 3 Resistivitas Batuan Desa Asem Lulang

Kedalaman Resistivitas
Lapisan (m) (ohm) Nama Lapisan
Top Soil- Rongga pada
1 0-5 1,62-0,13 Lapisan
2 15-20 7,26-4,46 Napal
3 20-115 0,34 Air Tanah
4 115-180 110,36-966-82 Batugamping
5 180-270 1,5 Napal

PEMBAHASAN
Berdasarkan pada Klasifikasi Telford (1990), pada lokasi pengambilan 1 yaitu Desa
Sawahombo diperoleh hasil pada kedalaman 0 sampai 15 meter dengan nilai resistivitas
0,56 – 4,84 0hm.m merupakan lapisan top soil atau merupakan rongga pada lapisan
batuan, pada kedalaman 15sampai 45 meter dengan nilai resistivitas 16,83 sampai
16,07 ohm.m merupakan lapisan batupasir tufaan dan pada kedalaman 45 sampai 270
meter dengan nilai resistivitas 3,08 sampai 2,79 ohm,m merupakan lapisan napal.
Pada lokasi pengambilan 2 yaitu desa Kentang, diperoleh hasil yaitu pada kedalaman
0 sampai 15 meter dengan nilai resistivitas 3,99 sampai 3,06 ohm.m merupakan lapisan
top soil atau rongga yang terdapat pada lapisan batuan, pada kedalaman 15-125 meter
dengan nilai resistivitas 25,53 sampai 778,27 merupakan lapisan batugamping, pada
kedalaman 125 sampai 130 meter dengan nilai resistivitas 5,45 ohm.m merupakan
sisipan napal, pada kedalaman 130-170 meter dengan nilai resistivitas 18,55-133,03
ohm.m merupakan lapisan batugamping dan pada kedalaman 170-270 meter dengan
nilai resistivitas 31,11 sampai 36,14 merupakan perlapisan batu gamping.
Pada lokasi pengambilan 3 yaitu desa Asem Lulang, yaitu diperoleh hasil pada
kedalaman 0 sampia 5 meter dengan nilai resistivitas 1,62 sampai 0,13 ohm.m
merupakan lapisan top soil atau rongga pada lapisan batuan, pada kedalaman 15 sampai
20 meter dengan nilai resistivitas 7,26 sampai 4,46 ohm.m merupakan sisipan napal,
pada kedalaman 20 sampai 115 meter dengan nilai resistivitas 0,34 0hm.m merupakan
lapisan akuifer yang mengandung air tanah, pada kedalaman 115 sampai 180 meter
dengan nilai resistivitas 110,36 sampai 966,82 ohm.m merupakan lapisan batu gamping
dan pada kedalaman 180 sampai 270 meter dengan nilai resistivitas 1,5 merupakan
lapisan napal.
Tiga data pada tiga lokasi pengambilan data terdapat top soil dan ronnga pada lapisan
batuan, sisipan napal, ait tanah dan batu gamping. Pada daerah kars terdapat beberapa
jenis amblesan atau sinkhole. Solution sinkhole dan collapse sinkhole tidak memiliki
litologi atau endapan penutup diatas batugamping, sedangkan tipe proses pembentukan
sinkhole lainnya berkaitan dengan adanya lapisan penutup diatas batugamping yang
dapat tersusun dari hasil pelapukan batugamping itu sendiri atau jenis litologi yang lain
(Waltham, dkk, 2005). Penjelasan Poland dan Davis (1986) mengenai amblesan di
batugamping sesuai untuk kasus amblesan pada proses pembentukan solution sinkhole
dan collapse sinkhole, sedangkan pada genesa sinkhole lainnya berkaitan erat dengan
jenis lapisan penutup dan proses pengisian celah atau rongga oleh litologi penutup
tersebut.

KESIMPULAN
Pada lokasi pengambilan 1 yaitu desa Sawahombo terdapat 3 jenis litologi yaitu
batugamping, batupasir tufaan dan napal, pada lokasi pengambilan 2 terdapat 2 jenis
litologi yaitu batugamping dan napal dan pada lokasi pengambilan 3 terdapat 2 jenis
litologi yaitu batu gamping dan napal dengan adanya akuifer untuk air tanah pada
kedalaman 20 sampai 115 meter dari permukaan. Berdasarkan data tersebut maka pada
daerah Kecamatan Pojong dalam kaitannya dengan proses kejadian
amblesan/sinkhole, dapat diprediksi bahwa kejadian amblesan/sinkhole di zona
batugamping segar akan berkaitan dengan solution dan collapse sinkhole, sedangkan
pada batugamping lapuk yang membentuk lapisan penutupdan terutama pada saat
musim penghujan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini, Orang tua yang selalu
mendukung dan memberi semangat kepada penulis, Dosen pembimbing Praktikum
Geofisika dan para asisten dosen yang selalu mau membantu dan mengarahkan penulis
dalam penyelesaian jurnal ini
DAFTAR PUSTAKA
Telford, M.W., Geldart L.P., Sheriff R.E., dan Keys D.A., 1990, “Applied
Geophysics”, Cambridge University Press, USA
C. P. Widyaningtyas,dkk.,2014, PEMETAAN BAHAYA AMBLESAN DI DAERAH
KARST KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROPINSI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Yogyakarta
www.geomacorner.com/2012/12/geologi-regional-pegunungan-selatan.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai