Anda di halaman 1dari 15

2.

PENGERTIAN STRATIGRAFI

merupakan cabang Geologi yang membahas tentan pemerian, pengurutan, pengelompokan, dan
klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu terhadap lainnya.

Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi
mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya
(kronostratigrafi).

stratigrafi :

Strata = Perlapisan, sedimen

Grafi = Pemerin / Uraian

Dalam arti sempit Stratigrafi adalah ilmu yang membahas tentang uraian / pemerian perlapisan batuan.
Sedangkan -

Arti luasnya adalah aturan, hubungan dan kejadian macam-macam batuan dialam, dalam dimensi ruang
dan waktu geologi.

Tujuan dari Stratigrafi yaitu :

1. Memberikan pengertian tentang

Konsep-Konsep / Prinsip Dasar Stratigrafi

Unsur-Unsur Stratigrafi

Arti Dan Makna Kolom Stratigrafi

Hubungan Strata

Spesies Sedimenter

Lingkungan Pengendapan

2. Memberikian pengertian tentang penggamaan konsep-konsep dasar Stratigrafi untuk analisis


Stratigrafi.
1).

A. Konsep-Konsep / Prinsip Dasar Stratigrafi

Dalam pembelajaran stratigrafi permulaannya adalah pada prinsip-prinsip dasar yang sangat penting
aplikasinya sekarang ini.Sebagai dasar dari studi ini Nicolas Steno membuat empat prinsip tentang
konsep dasar perlapisan yamg sekarang dikenal dengan “Steno’s Law”.

Empat prinsip steno tersebut adalah :

1.The Principles of Superpositin (Prinsip Superposisi)

Dalam suatu uruan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah lapisan yang berada diatas lapisan
yang lebih tua. “pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat terjadinya pengendapan), semua massa yang
berada diatasnya adalah fluida, maka pada saat suatu lapisan yang lebih dulu terbentuk, tidak ada
keterdapatan lapisan diatasnya.” Steno, 1669

2.Principle of Initial Horizontality

Jika lapisan terendapkan secara horizintal dan kemudian terdeformasi menjadi beragam
posisi.”Lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun miring terhadap horizon, pada awalnya paralel
terhadap horizon“. Steno, 1669

3.lateral Continuity

Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan berkelanjutan jauh sebelum
akhirnya terbentuk sekarang. “Material yang membentuk suatu perlapisan terbentuk secara menerus
pada permukaan bumi walaupun beberapa material yang padat langsung berhenti pada saat mengalami
transportasi.” Steno, 1669

4.Principle of Cross Cutting Relationship


Suatu struktur geologi seperti sesar atau tubuh intruksi yang memotong perlapisan selalu berumur
lebih muda dari batuan yang diterobosnya. “Jika suatu tubuh atau diskontinuitas memotong perlapisan,
tubuh tersebut pasti terbentuk setelah perlapisan tersebut terbentuk.” Steno, 1669

William Smith (1769-1839) seorang peneliti dari inggris. Smith adalah seorang insinyur yang bekerja
disebuah bendungan, ia mengemukakan teori biostratigrafi dan korelasi stratigrafi. Smith
mengungkapkan dengan menganalisa keterdapatan fosil dalam suatu batuan, maka suatu lapisan yang
satu dapat dikorelasikan dengan lapisan yang lain, yang merupakan satu perlapisan. Dengan korelasi
stratigrafi maka dapat mengetahui sejarah geologinya pula.

Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan batuan, ia pun menyimpulkan suatu hukum yaitu “Law of
Faunal Succession“, pernyataan umum yang menerangkan bahwa fosil suatu organisme terdapat dalam
data rekaman stratigrafi dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejarah geologi yang
pernah dilaluinya. Jasanya sebagai pencetus biostratigrafi membuat ia dikenal dengan sebutan “Bapak
Stratigrafi”.

Ahli stratigrafi lainn seperti D’Orbigny dan Albert Oppel juga berperan besar dalam perkembangan ilmu
stratigrafi. D’Orbigny mengemukakan suatu perlapisan secara sistematis mengikuti yang lainnyayang
memiliki karakteristik fosil yang sama. Sedangkan Oppel berjasa dalam mencetuskan konsep
“Biozone”.Biozone adalah satu unit skala kecil yang mengandung semua lapisan yang diendapkan selama
eksistensi/keberadaan fosil organisme tertentu.Kedua orang nilah yang juga mencetuskan pembuatan
standar kolom stratigrafi.

B. Unsur-Unsur Stratigrafi

Didalam penyelidikan stritigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu di ketahui, yaitu:

1. Unsur batuan

Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti
diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam
penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan
terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis
memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan
waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.

Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah
pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi
oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang
lainnya.

2. Unsur perlapisan

Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang
sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen
dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer
berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral
yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:

• Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan
mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya
massa yang diendapkannya.

• Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan
sedimentasi di bawahnya.

C. Arti Dan Makna Kolom Stratigrafi

Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan susunan berbagai jenis batuan
serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua hingga termuda menurut umur
geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan batuannya. Pada umumnya banyak
cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi, namun demikian ada suatu standar umum yang menjadi
acuan bagi kalangan ahli geologi didalam menyajikan kolom stratigrafi. Penampang kolom stratigrafi
biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan
Batuan, Ketebalan, Besar-Butir, Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan Linkungan
Pengendapan.

Kolom stratigrafi yang diperoleh dari jalur yang diukur siap dijadikan dasar untuk :

1. Penentuan batas secara tepat dari satuan-satuan stratigrafi formal maupun informal, yang dalam peta
dasar yang dipakai terpetakan atau tidak, sehingga akan meningkatkan ketepatan dari pemetaan geologi
yang dilakukan di tempat dimana dilakukan pengukuran tadi.
2. Penafsiran lingkungan pengendapan satuan-satuan yang ada di kolom tersebut serta sejarah geologi
sepanjang waktu pembentukan kolom tersebut.

3. Sarana korelasi dengan kolom-kolom yang diukur di jalur yang lain.

4. Pembuatan penampang atau profil stratigrafi (stratigraphic section) untuk wilayah tersebut.

5. Evaluasi lateral (spatial = ruang) dan vertical (temporal = waktu) dari seluruh satuan yang ada ataupun
sebagian dari satuan yang terpilih, misalnya saja :

a. lapisan batupasir yang potensial sebagai reservoir.

b. lapisan batubara.

c. lapisan yang kaya akan fosil tertentu.

d. Lapisan bentonit dan lain-lain.

Ada dua metoda yang biasa dilakukan dalam usaha pengukuran jalur stratigrafi. Metoda tersebut
adalah :

• Metoda rentang tali.

• Metoda tongkat Jacob (Jacob’s staff method).

Metoda rentang tali atau yang dikenal juga sebagai metoda Brunton and tape (Compton, 1985; Fritz &
Moore, 1988)

“dilakukan dengan dasar perentangan tali atau meteran panjang. Semua jarak dan ketebalan diperoleh
berdasar rentangan terbut. Pengukuran dengan metoda ini akan langsung menghasilkan ketebalan
sesungguhnya hanya apabila dipenuhi syarat sebagai berikut”:

• Arah rentangan tali tegak lurus pada jalur perlapisan.

• Arah kelerengan dari tebing atau rentangan tali tegak lurus pada arah kemiringan.

Diantara 2 ujung rentangan tali tidak ada perubahan jurus maupun kemiringan

Tabel 8.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang tersusun dari kiri ke
kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan batuan, simbol litologi, deskripsi batuan, dan lingkungan
pengendapan.
D. Kondasi Dan Waktu Geologi

Terdapat dua penjelasan yang berbeda tentang stratigrafi, antara lain :

Waktu geologi, dimana meliputi jutaan tahun yang lampau sejak keterbentukan bumi.

Bukti material batuan, mineral dan fosil, untuk kejadian-kejaidan dalam sejarah bumi.

Kejadian-kejadian tersebut digambarkan dalam terminologi waktu dan penentuan waktu yang berjalan
pada setiap material geologi, sehingga kedua penjelasan diatas saling berhubungan. Namun dari
pandangan keilmuan yang objektif kedua konsep tersebut tetap terpisah dan sangat penting
keberadaannya.

Waktu Geologi

Alur waktu sejak terbentuknya bumi terbagi menjadi satuan-satuan geokronologi, yang merupakan
pembagian waktu dalam taun atau dalam penamaan tertentu yang mempresentasikan waktu tertentu.

Hirarki dari waktu geologi telah diterapkan, berikut dari periode terpanjang sampai terpendek :

Eon, merupakan periode waktu terpanjang, terbagi menjadi 3 eon, yakni arkeozoikum, proterozoikum,
dan fanerozoikum.

Era, eon terbagi lagi menjadi beberapa era, fanerozoikum terbagi menjadi paleozoikum, mesozoikum,
dan kenozoikum.

Period, merupakan bagian dari era, contohnya mesozoikum terbagi menjadi triastik, jura, dan kapur.

Epoch, pembagian selanjutnya dari periode, contohnya yaitu awal kapur, perengahan kapur, dan akhir
kapur.

Age, merupakan pembagian akhir yang hanya terdiri dari rentang beberapa juta tahun.

Material Satuan Stratigrafi

Kontras dengan waktu geologi, satuan stratigrafi didasarkan pada kesatuan materialnya. Ada dua tipe
dasar material stratigrafi yang dapat dikenali, antara lain :

(1) lithostratigraphy

Melengkapi pembahasan tentang litostratigrafi sebelumnya, bahwa satuan litostratigrafi dapat


didefinisikan sebagai suatu tubuh batuan yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik litologi dan
posisi stratigrafi relatif terhadap tubuh batuan lainnya.

(2) Chronostratigraphy
Merupakan suatu tubuh batuan yang batas atas dan bawahnya memiliki permukaan yang isokron
(memiliki kesamaan waktu). Suatu permukaan yang isokron terbentuk pada waktu yang sama
dimanapun.

Satuan kronostratigrafi dibedakan dengan menentukan umur-umur dari batuan-batuan yang ada baik
langsung melalui perhitungan isotop atau dengan kalibrasi informasi biostratigrafi. Satuan
kronostratigrafi merupakan kesatuan fisik bSukanlah konsep abstrak, yang memiliki persamaan langsung
dengan satuan waktu geologi.

E. Hubungan Strata

Hubungan Stratum adalah suatu layer batuan yang dibedakan dari strata lain yang terletak di atas atau
dibawahnya. William Smith, “Bapak stratigrafi”, adalah orang yang pertama-tama menyadari kebenaan
fosil yang terkandung dalam sedimen. Sejak masa Smith, stratigrafi terutama membahas tentang
penggolongan strata berdasarkan fosil yang ada didalamnya. Penekanan penelitian stratigrafi waktu itu
diletakkan pada konsep waktu sehingga pemelajaran litologi pada waktu itu dipandang hanya sebagai
ilmu pelengkap dalam rangka mencapai suatu tujuan yang dipandang lebih penting, yakni untuk
menggolongan dan menentukan umur batuan.

Pada tahun-tahun berikutnya, pemelajaran minyakbumi secara khusus telah memberikan konsep yang
sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi. Konsep yang baru itu tidak hanya menekankan masalah
penggolongan dan umur, namun juga litologi. Berikut akan disajikan beberapa contoh yang
menggambarkan konsep-konsep tersebut di atas.

Moore (1941, h. 179) menyatakan bahwa “stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang membahas
tentang definisi dan pemerian kelompok-kelompok batuan, terutama batuan sedimen, serta penafsiran
kebenaannya dalam sejarah geologi.” Menurut Schindewolf (1954, h. 24), stratigrafi bukan
“Schichtbeschreibung”, melainkan sebuah cabang geologi sejarah yang membahas tentang susunan
batuan menurut umurnya serta tentang skala waktu dari berbagai peristiwa geologi (Schindewolf, 1960,
h. 8). Teichert (1958, h. 99) menyajikan sebuah ungkapan yang lebih kurang sama dalam mendefinisikan
stratigrafi sebagai “cabang ilmu geologi yang membahas tentang strata batuan untuk menetapkan urut-
urutan kronologinya serta penyebaran geografisnya.” Sebagian besar ahli stratigrafi Perancis juga tidak
terlalu menekankan komposisi batuan sebagai sebuah domain dari stratigrafi (Sigal, 1961, h. 3).

Definisi istilah stratigrafi telah dibahas pada pertemuan International Geological Congress di
Copenhagen pada 1960. Salah satu kelompok, yang sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi
perminyakan, tidak menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi seperti yang telah
dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu, “stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari strata dan
berbagai hubungan strata (bukan hanya hubungan umur) serta tujuannya adalah bukan hanya untuk
memperoleh pengetahuan mengenai sejarah geologi yang terkandung didalamnya, melainkan juga untuk
memperoleh jenis-jenis pengetahuan lain, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai nilai
ekonomisnya” (International Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 9). Konsep
stratigrafi yang luas itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut yang, sewaktu memberikan komentar
terhadap berbagai definisi stratigrafi yang ada saat itu, menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-
usul, komposisi, umur, sejarah, hubungannya dengan evolusi organik, dan fenomena strata batuan
lainnya (International Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 18).

Karena berbagai metoda petrologi, fisika, dan kimia makin lama makin banyak digunakan untuk
mempelajari strata dan makin lama makin menjadi bagian integral dari penelitian stratigrafi, maka
kelihatannya cukup beralasan bagi kita untuk mengadopsi konsep stratigrafi yang luas sebagaimana yang
diyakini oleh subkomisi tersebut.

F. Fasies Sedimenter

Pengertian Fasies

Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat dari
litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh
batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.

Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-fasies tersebut berhubungan
secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies
bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan
yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).

Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan
dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus
purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu
jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan
berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data, diantaranya :

1. Geometri :

a (regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)

b (intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)

2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi dengan log sumur (GR
dan SP)

3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core

4. Struktur sedimen : dari core

Model Fasies (Facies Model)


Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies adalah suatu model umum
dari suatu sistem pengendapan yang khusus ( Walker , 1992).Model fasies dapat diiterpretasikan sebagai
urutan ideal dari fasies dengan diagram blok atau grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini
menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk membandingkan framework dan sebagai penunjuk
observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari situasi geologi yang baru dan bentuk
dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara
untuk menyederhanakan, menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh
secara acak.

Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :

a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan bentuk lain
ilustrasi grafik dasar pengendapan framework

b) Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh waktu .

c) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis trend
permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui beberapa parameter
lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen lain dalam sebuah
proses-respon model.

Facies Sequence

Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang secara geneik berhubungan.
Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat fisik lapisan itu sendiri bukan oleh
waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya pengendapan dan tidak dari
interpretasi global atau asalnya regional (sea level change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya
ada perbedaan sudut pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit.

Ciri-ciri sequence boundary :

1. membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.

2. terbentuk secara relatif sangat cepat (<10.000 tahun).

3. mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.

4. selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.

5. batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.


Asosiasi Fasies

Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau kumpulan lapisan yang
memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda dengan batuan
di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang sama. Asosiasi fasies didefinisikan
sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai
skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana
fasies-fasies itu terbentuk.

Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan lingkungan sedimen
tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di sebuah fluviatile lingkungan dapat dikelompokkan
bersama-sama untuk menentukan fasies fluvial asosiasi.

Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke atas. Litologi sedimen ini
menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh braided stream berenergi tinggi.

a. Asosiasi fasies 1

Asosiasi fasies terendah di unit didominasi oleh palung lintas-stratifikasi, tinggi energi braided stream
yang membentuk dataran outwash sebuah sistem aluvial. Trace fosil yang hampir tidak ada, karena
energi yang tinggi berarti depositional menggali organisme tidak dapat bertahan.

b. Asosiasi fasies 2

Fasies ini mencerminkan lingkungan yang lebih tenang, unit ini kadang-kadang terganggu oleh lensa dari
FA1 sedimen. Bed berada di seluruh tipis, planar dan disortir dengan baik. Bed sekitar 5 cm (2 in)
bentuk tebal 2 meter (7 ft) unit "bedded sandsheets"- lapisan batu pasit yang membentuk lithology
dominan fasies ini.

Sudut rendah (<20 °), lintas-bentuk batu pasir berlapis unit hingga 50 cm (19,7 inci) tebal, kadang-kadang
mencapai ketebalan sebanyak 2 meter (7 kaki). Arah arus di sini adalah ke arah selatan timur - hingga
lereng - dan memperkuat interpretasi mereka sebagai Aeolian bukit pasir. Sebuah suite lebih lanjut
lapisan padat berisi fosil jejak perkumpulan; lapisan lain beruang riak saat ini tanda, yang mungkin
terbentuk di sungai yang dangkal, dengan membanjiri cekungan hosting mungkin pencipta jejak fosil.
Cyclicity tidak hadir, menunjukkan bahwa, alih-alih acara musiman, kadang-kadang innundation
didasarkan pada peristiwa-peristiwa tak terduga seperti badai, air yang berbeda-beda tabel, dan
mengubah aliran kursus.

c. Asosiasi fasies 3

Fasies ini sangat mirip FA1, dengan peningkatan pasokan bahan clastic terwakili dalam rekor sedimen tdk
halus, diurutkan buruk, atas-fining (yaitu padi-padian terbesar di bagian bawah unit, menjadi semakin
halus ke arah atas), berkerikil palung lintas-unit tempat tidur hingga empat meter tebal. Jejak fosil
langka. Sheet-seperti sungai dikepang disimpulkan sebagai kontrol dominan pada sedimentasi di fasies
ini.

d. Asosiasi fasies 4

Asosiasi fasies paling atas muncul untuk mencerminkan sebuah lingkungan di pinggiran laut. Fining-up
yang diamati pada 0,5 meter (2 kaki) hingga 2 meter (7 kaki) skala, dengan salib melalui seperai pada unit
dasar arus overlain oleh riak. Baik shales batu pasir dan hijau juga ada. Unit atas sangat bioturbated,
dengan kelimpahan Skolithos - sebuah fosil biasanya ditemukan di lingkungan laut.

Hubungan Antara Fasies, Proses Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia
yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena itu suatu
lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial (sungai)
termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan material pasiran atau kerikilan di atas
bar di dalam channel.

Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah limpah banjir
(floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah tanah dan
vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen channel dapat diwakili oleh
lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang terbentuk oleh pengendapan
pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan tipis batulumpur dan batupasir dengan
akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah.

Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies sering digunakan. Satu
fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang mencerminkan kondisi terbentuknya
(Reading & Levell 1996). Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua karakteristik
litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang dapat membantu dalam menentukan proses
pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies, suatu interpretasi lingkungan pengendapan dapat
dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan channel sungai jika endapan floodplain ditemukan
berasosiasi dengannya. Namun bagaimanapun, channel yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam
setting lain, termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk
bukanlah dasar yang cukup untuk menentukan lingkungan pengendapan.

Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan ketika
sedimen terakumulasi. Lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas dari setting
pengendapan [Gould, 1972].

2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss, 1963].

3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari daerah yang
berdekatan [Selley, 1978].

4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi pertumbuhan
sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].Tiap
lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya
untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi.
Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit
stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies
sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.

G. Lingkungan Pengendapan

Prinsip dari analisa stratigrafi untuk mengetahui lingkungan pengendapan.Lingkungan pengendapan


akan berhubungan dengan bahan galian yg bernilai ekonomis, ex : minyak bumi, batu bara, bijih2 logam
dsb.

Definisi tentang lingkungan pengendapan :

a. Krumbein & Sless (1963)

Suatu kompleks dari sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.

b. Potter (1967)

Suatu tempat yg ditegaskan oleh sejumlah sifat fisik, kimia dan beberapa varietasnya yg akan dibatasi
dengan adanya suatu satuan geomorfik dalam ukuran dan bentuk tertentu.

c. Selley (1970)

Suatu bagian di permukaan bumi dimana sifat-sifat fisik, kimia dan biologis berpengaruh terhadap proses
pengendapan, dan kondisi ini dapat dibedakan dengan kondisi tempat sekitarnya.

Kesimpulan : Lingkungan pengendapan adalah suatu tempat pengendapan yang dipengaruhi oleh sifat
fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.

Berdasarkan konsep Uniformitarisme : “ The Present is The Key to The Past “, selamanya tidak selalu
benar, karena lingkungan pengendapan purba berbeda dgn lingkungan pengendapan saat ini :
a. Rekonstruksi endapan purba sering dilakukan dengan interpretasi, sehingga belum tentu dianggap
benar.

b. Data-data dari endapan purba hanya bersifat interpretasi secara global, sehingga data-data belum
spesifik.

c. Interpretasi lapangan untuk endapan saat ini lebih spesifik dan telah dilakukan secara kontinyu,
sehingga data lebih akurat dan up to date.

Analisa endapan saat ini dilakukan berdasarkan analisa genesanya (genetic unit) atau proses
pembentukan batuan :

a. Rekonstruksi didasarkan pd sayatan litologi, dgn memperhatikan setiap jengkal perubahan / kelainan
litologi.

b. Rekonstruksi didasarkan pengelompokkan strata dengan mempunyai ciri-ciri genesa yg sama.

c. Penyebaran satuan yg sama genesanya ditentukan oleh proses yg terjadi dimana lingkungan sedimen
tsb terbentuk.

d. Pengamatan sayatan litologis utk melihat kelainan litologis yg mencerminkan kapan suatu proses atau
rangkaian proses tsb mempengaruhi sedimentasi dan kapan rangkaian tersebut berhenti mempengaruhi
sedimentasi.

e. Satuan genetik hampir selalu berukuran lebih kecil dibandingkan dengan formasi.

Ciri-Ciri Beberapa Lingkungan Pengendapan :

1. Endapan alluvial ciri-cirinya:

a. Transportasi berlangsung pada energi yang tinggi atau energi maksimum, bila dibandingkan dengan
energi lain, maka sortasinya sangat jelek.

b. Materialnya mempunyai pengendapan yang relatif dekat dengan sumbernya, maka abrasi relatif kecil.

c. Material yang terbentuk mempunyai sortasi jelek maka porositasnya tinggi.

d. Sebagian fragmennya masih mempunyai warna asli.

e. Biasanya ikatan antar butir tidak kuat sehingga sangat porous, maka biasanya kaya kandungan air.

f. Ketebalannya tidak seragam yaitu menebal ke arah bukit, sebab endapan kipas alluvial ini berada di
kaki bukit.
2. Endapan sungai yang teranyam (“Braded river”) cirinya:

a. Multi channel, maksudnya banyak dijumpai endapan yang arahnya memanjang sesuai alur sungai
purba.

b. Banyak dijumpai adanya perlapisan silang siur (“cross bedded”) dengan komposisi pasir kasar dan
sudut inklinasi kecil.

c. Alur-alurnya tida k begitu dalam, jadi endapan yang dihasilkan tidak begitu tebal.

d. Kemiringan cukup besar pada waktu terjadinya.

e. Pengendapan lateral lebih besar.

3. Endapan sungai yang telah bermeander cirinya:

a. “Single channel”, yaitu alurnya biasanya hanya satu.

b. Slope kecil

c. Erosi yang intensif ke arah lateral.

d. Adanya desa-desa yang mempunyai pola tertentu, misalnya melengkung-melengkung (bekas danau
tapal kuda atau “ex Bow Lake”).

e. Cross bedding dapat dijumpai dalam skala kecil.

4. Endapan delta, cirinya:

a. Endapan delta umumnya tebal, beberapa ratus sampai beberapa ribu meter.

b. Endapan delta banyak mengandung pasir yang berasal dari darat/terigen.

c. Umumnya mengandung sisipan batu bara, yang terjadi pada “deltaic plain”nya.

d. Secara umum makin ke atas makin mengkasar, terkecuali kalau kemudian diikuti dengan shifting
(perpindahan delta).

e. Porositas endaan delta relatif tinggi.

5. Endapan “Delta front”, ciri-cirinya:

a. Pengendapan kadang-kadang sub-aerial kadang sub-aqueous.


b. Variasi litologi, pasir, lanau, lempung dan kandungan organik sehingga dapat terbentuk lignit atau
batubara.

c. Biasanya dibagian permukaan telah mengalami erosi.

d. Jika dijumpai kemiringan yg kecil, maka arah kemiringan tsb ke arah laut.

e. Struktur sedimen yang mungkin dijumpai:

Silang siur, “current fill”, “graded bedding”, “ripple mark”.

f. Karena pengaruh gelombang sehingga sortasinya tidak baik.

g. Fauna dapat fauna darat dapat laut.

6. Endapan “Fore set” (bagian dari prodelta), ciri-cirinya:

a. Materialnya merupakan campuran material darat dan laut. Secara umum material ini agak kasar jika
dibandingkan “delta front”, sebab kedalaman tempat ini 15-20 m dimana pengaruh ombak sangat besar.

b. Material yang diendapkan mempunyai kemiringan yang lebih besar sesuai dengan “initial dip”, jika
dibanding dengan “delta front”.

c. Komposisinya: lempung, pasir dan lanau.

d. Kadang-kadang bagian prodelta dijumpai batu gamping yang hal ini disebabkan influx sedimen dari
darat yang besar, sehingga menghambat pertumbuhan batu gamping.

e. Bagian ini mungkin sekali dijumpai konversi silika ataupun oksida besi.

Anda mungkin juga menyukai