Anda di halaman 1dari 38

BAB I

STRATIGRAFI

1.1. PENGEERTIAN STRATIGRAFI


Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari
bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan,
menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan
batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang
sejarah bumi.

1.2. PRINSIP-PRINSIP DASAR STRATIGRAFI


Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Superposisi
Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya
sedimen, lapisan yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada
lapisan-lapisan yang telah mengalami pembalikan.

Umur Relatif Batuan Sedimen

2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)


Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh
gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari
pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi
setelah proses pengendapan.
Pengecualian : (Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping,
terumbu, dll) dapat terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli
(Original Dip) dan disebut Clinoform.)

1 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


3. Azas Pemotongan (Cross Cutting)
Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia lebih
muda dari batuan yang diterobosnya.
4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai
batas cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah
penerusan bidang kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi
stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin
terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab yang
menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral, yaitu :

Pembajian
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya

Gambar. Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan

Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang sama,
atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari).

Gambar. Penghilangan Lapisan Secara Lateral

2 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan
Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di mana urutan
batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan
diatasnya. Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di
bawah bidang ketidakselarasan.

Gambar Pemancungan

Dislokasi karena sesar


Pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan
terjadinya sesar atau patahan.

Gambar Dislokasi

5. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)


Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua asumsi
dalam evolusi organik. Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah
sepanjang waktu dan perubahan yang telah terjadi pada organise tersebut tidak
akan terulang lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu kejadian pada
sejarah geologi adalah jumlah dari seluruh kejadian yang telah terjadi
sebelumnya. Asumsi kedua adalah kenampakan-kenampakan anatomis dapat
ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi
primitif organisme tersebut.
6. Teori Katastrofisme (Catastrophism)
Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang kebangsaan Perancis pada tahun
1830. Ia berpendapat bahwa flora dan fauna dari setiap zaman itu berjalan
tidak berubah, dan sewaktu terjadinya revolusi maka hewan-hewan ini

3 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


musnah. Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul hewan dan
tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih umum disebut dengan teori
Malapetaka.
7. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)
Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi The Present is The
Key to The Past , yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang adalah
cerminan atau hasil dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala
kejadian alam yang ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat dan
proses yang berkesinambungan seragam dengan proses-proses yang kini
sedang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-
pegunungan besar, lembah serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu
malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi melalui proses alam yang berjalan
dengan sangat lambat.
8. Siklus Geologi
Siklus ini terdiri dari proses Orogenesa (Pembentukan Deretan Pegunungan),
proses Gliptogenesa (Proses-proses Eksogen/ Denudasi) dan proses
Litogenesa (Pembentukan Lapisan Sedimen). Bumi tercatat telah mengalami
sembilan kali siklus geologi, dan yang termuda adalah pembentukan deretan
pegunungan Alpen.

Gambar Siklus Geologi

4 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


1.3. UNSUR UNSUR STRATIGRAFI
Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :
1) Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk dipelajari
adalah batuan sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang
batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.
2) Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang
disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas
antara lapisan satu dengan yang lainnya yang merepresentasikan perbedaan
waktu/periode pengendapan.

Gambar Perlapi
Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:
Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh
pengendapan sedimen yang lain.
Perubahan warna material batuan yang diendapkan.
Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir).
Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.
Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral,
kandungan fosil, dll).
Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan
lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.Terdapat
dua macam kontak antar lapisan, yaitu :

5 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang
menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat
dengan mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan lain.
Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan litologi.
Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya
bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya
mempergunakan caracara tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur,
yaitu : Kontak Progradasi & Kontak Interkalasi.
Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan
bidang perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material
yang terbawa oleh arus.
Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan
yang memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan
stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak
selaras dan kontak tidak selaras.
Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara
dua lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil
atau tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam
dan kontak berangsur.
Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu
merupakan suatu bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat
macam bidang ketidakselarasan, yaitu:
1) Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan
ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang
telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut
diendapkan lapisan lain.

Gambar Angular Unconformity

6 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


2) Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi
dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.

Gambar Disconformity

3) Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan


suatu lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang
ketidakselarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan
bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya
harus dilakukan analisis Paleontologi (dengan memakai kisaran umur
fosil).

Gambar Paraconformity

4) Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana


terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.

Gambar Nonconformity

7 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala
singkapan. Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola
jurus.
Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan
yang terdapat pada batuan sedimen di mana kenampakannya itu disebabkan oleh
proses sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas
biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta aliran gravitasi sedimen. Struktur
sedimen ini harus dianalisa langsung di lapangan, dengan tujuan untuk
menentukan lingkungan pengendapan batuan serta untuk menentukan posisi atas
dan bawah dari suatu lapisan.

8 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


BAB II
BATUAN

2.1. PENGEERTIAN BATUAN


Batuan adalah material padat yang terdiri dari satu atau beberapa mineral dan
terbentuk secara alami. Umumnya batuan bersifat heterogen (terbentuk dari
beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang homogen (disusun oleh
satu mineral atau monomineral). Tekstur dari batuan akan memperlihatkan
karakteristik komponen penyusunnya, sedangkan struktur batuan akan
memperlihatkan proses pembentukannya (dekat atau jauh dari permukaan).

2.2. SIKLUS BATUAN


Siklus batuan merupakan sebuah siklus yang menggambarkan batuan dari awal
atau sebelum terbentu (berupa magma), kemudian mengalami modifikasi,
kemudian transportasi, dekomposisi, hingga berupah menjadi jenis batuan lain
dan kembali berubah menjadi magma kembali, dan begitu seterusnya.
Seperti layaknya proses terjadinya hujan, batu pun juga demikian. Setidaknya ada
beberapa proses dari siklus batuan ini. Proses atau siklus ini melibatkan tiga
pokok jenis batuan, yakni batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
1) Magma mengalami kristalisasi
Terjadinya batuan pertama kali diawali oleh adanya magma. Magma ini
merupakan bahan pokok pembentuk batuan. Terbentuknya batuan pertama kali
karena diawali oleh adanya magma yang mengalami proses kristalisasi. Magma
ini tidak terdapat di semua area bumi, sebagian besar magma terbentuk di
sepanjang batas lempeng bumi. Kemudian magma yang yang membeku akan
membentuk sebuh kristal atau mineral (hal ini dinamakan kristalisasi). Magma
yang membentuk kristal ini sma seperti air yang didinginkan menjadi es. Magma
yang mengkristal ini akan banyak ditemukan pada gunung berapi yang mengalami
erupsi. Magma yang keluar dari dalam gunung akan membeku setelah sampai ke
permukaan bumi .
Magma yang membeku ini akan membentuk sebuah jenis batuan, yakni batuan
beku. Magma yang membekunya setelah sampai di permukaa bumi akan
membentuk batuan beku yang jenisnya ekstrusif. Sementara magma yang

9 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


membeku namun belum sampai ke permukaan bumi ini membentuk sebuah
batuan jenis intrusif. Namun, semua batuan yang dibentuk karena adanya
pembekuan magma disebut dengan batuan beku.
2) Mengalami pengangkatan dan pelapukan
Kemudian batuan- batuan beku yang telah terbentuk tadi lama- kelamaan akan
mengalami proses pelapukan. Batuan yang mengalami proses pelapukan paling
cepat terutama adalah batuan yang membeku di permukaan bumi (batuan
ekstrusif). Batuan ini lebih cepat mengalami proses pelapukan karena terpapar
secara langsung oleh cuaca di bumi dan juga atmosfer bumi, sehingga
pelapukannya lebih cepat daripada yang berada di bawah permukaan bumi.
Meskipun demikian, bukan berarti batuan yang berada di permukaan bumi ini
tidak bisa mengalami pelapukan. Batuan yang berada di bawah permukaan tanah
tetap bisa mengalami pelapukan, namun harus mengalami proses pengangkatan ke
permukaan tanah terlebih dahulu. Batuan yang berada di bawah permukaan bumi
harus terangkat ke permukaan bumi melalui proses tektonik, kemudian lapisan
batuan yang berada di atasnya harus hilang terlebih dahulu oleh proses erosi.
Setelah berada di permukaan bumi inilah proses pelapukan batuan dimulai.
Pelapukan yang terjadi pada batuan ini dapat terjadi karena adanya beberapa
reaksi fisik dan kimia yang dapat disebabkan oleh interaksi udara, air, maupun
organisme tertentu. Setelah batuan menjadi lapuk karena angin, air, es, gletser
ataupun yang lainnya, maka akan menjadi material sedimen melalui sebuah proses
yang disebut erosi.
3) Mengalami erosi
Setelah mengalami proses pengangkatan dan pelapukan, maka proses yang
selanjutnya adalah erosi. Dalam proses erosi ini yang paling banyak berperan
adalah air. Air yang mengalir misalnya dari sungai merupakan salah satu hal yang
paling sepat menyebabkan proses erosi ini terjadi. Arus dari air ini pula yang akan
mengangkut material- baterial pelapukan batu menuju ke tempat lain. Selain air,
ada pula yang mengangkut meterial- material lainnya yakni angin ataupun gletser.
4) Pengendapan dan pembentukan batuan sedimen
Material- material dari pelapukan batuan beku yang telah terangkut oleh air,
angin, ataupun gletser, lama kelamaan akan mengendap di suatu tempat dan kan
berjumlah semakin banyak. Karena semakin banyak batuan yang mengendap ini,

10 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


akibatnya semakin lama akan semakin mengeras dan mengeras . Karena proses
pengerasan inilah membentuk terjadinya batuan yang disebut dengan batuan
sedimen.
Penjelasan yang ilmiah mengenai pembentukan batuan sedimen yang lebih ilmiah,
dalam material sedimen muda akan mengubur endapan yang lebih lama (tua).
Kemudian tekanan yang dihasilkan akan membuat endapan lama ini menjadi
kompak. Ketika air bergerak dan masuk ke dalam material sedimen, maka mineral
kalsit dan silika yang terlarut akan terendap dan mengisi rongga antar butir yang
bertindak sebagai semen yakni merekatkan butiran sedimen antar satu dengan
yang lainnya.
5) Batuan sedimen berubah menjadi batuan metamorf
Batuan sedimen banyak terdapat di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif
juga berada di bawah permukaan bumi. Ketika batu yang berada di di bawah
permukaan bumi ini tidak tersingkap ke atas permukaan bumi ketika proses
pengangkatan, maka batuan tersebut akan terkubur lebih dalam lagi. Semakin
dalam terkubur, maka akan semakin besar kemungkinan untuk terpapar suhu dan
juga tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresi tektonik dan energi panas yang
berasal dari dalam bumi, yang pada akhirnya dapat mengubah batuan tersebut.
Batuan yang telah berubah di bawah permukaan bumi akibat paparan suhu,
tekanan, dan juga kontak magma ini disebut dengan batuan metamorf atau
malihan.
6) Batuan metamorf atau malihan berubah lagi menjadi magma
Setelah batuan menjadi batuan malihan atau metamorf, lama kelamaan batuan
metamorf atau malihan ini akan berubah menjadi magma kembali. Dan dari
magma inilah proses terjadinya batu bisa terjadi kembali.

2.3. JENIS-JENIS BATUAN


Berdasarkan tekstur dan cara pembentukannya, batuan dibagi menjadi 3 yaitu :
Batuan Beku
Batuan Sedimen
Batuan Metamorf

11 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


2.3.1. BATUAN BEKU
A. Pengertian Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi yaitu cairan silikat pijar yang
bersitat mobile dengan suhu berkisar 1500-2500C, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik).
B. Klasifikasi Batuan Beku
Klasifikasi batuan beku di bagi atas beberapa klasifikasi yaitu sebagai berikut :
1. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genetik
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku,
pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan
penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai
berikut :
1) Batuan Beku Intrusif
Batuan ini terbentuk di bawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan
beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai
karakteristik tertentu seperti : pendinginannya sangat lambat (dapat sampai
jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan
sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku
intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung
pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.
Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh batuan beku intrusi
dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
a) Konkordan, intrusi yang sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya,
antara lain:
Sill: intrusi yang melembar (sheetlike) sejajar dengan batuan sekitar.

Gambar Bentuk tubuh sill

12 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Laccolith: sill dengan bentuk kubah (planconvex) di bagian atasnya.
Lopolith: massa intrusi yang melensa dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12
dari lebar tubuhnya. Bagian tengahnya cekung di sisi atasnya.
Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu lipatan.

Gambar Bentuk tubuh Laccolith

Gambar Bentuk tubuh intrusi (Anonim, 2004)

b) Diskordan, intrusi yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya, antara


lain
Dike: intrusi yang berbentuk tabular yang memotong struktur lapisan
batuan sekitarnya.
Batholith: intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran >100km2,
berbentuk tak beraturan, dan tak diketahui dasarnya.

13 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Stock: intrusi yang mirip dengan batholith, dengan ukuran yang tersingkap
di permukaan <100km2.

2) Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung di permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya :
Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen
lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Sheeting joint, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang
tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat
dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample)
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang
bergumpal-gumpal. Hal ini akibat proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air atau laut.
Vesicular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral-
mineral sekunder biasanya mineral silikat dan karbonat seperti kalsit, kuarsa
atau zeolit.
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.

c) Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Senyawa Kimia


Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral
penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah
dari senyawa oksidanya, seperti SiO2. Persentase setiap senyawa kimia dapat
mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral. Berdasarkan
komposisi kimia atau kandungan silika (SiO2) batuan beku dikelompokkan
menjadi 4 yaitu :

14 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya
adalah granit dan riolit.
Batuan beku intermedier, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah andesit dan diorit.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya
adalah gabro dan basalt.
Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contohnya adalah peridotit dan dunit.
Pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang
dilakukan. Hal ini disebabkan prosesnya lama dan mahal, karena harus
dilakukan melalui analisa kimiawi.

d) Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Susunan Mineralogi


Klasifikasi ini sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat
dengan kasat mata, klasifikasi ini didasarkan kepada susunan mineral
dipadukan dengan tekstur. Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan
tekstur lebih dapat mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada
berdasarkan komposisi kimia. Tekstur batuan beku mengambarkan keadaan
yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri.

Gambar Mineralogi Batuan Beku

15 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Pada gambar diatas diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam bagan,
berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam dimana
sebagian besar mineral-mineralnya adalah olivine dan piroksin. Sedangkan
felsparnya terdiri dari felspar plagioklas Ca. Teksturnya kasar atau fanerik,
karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama didalam litosfer.
Kalau membeku lebih cepat karena mencapai permukaan bumi, maka batuan
beku yang terjadi adalah basalt dengan tekstur halus.Jadi gabro dan basalt
keduanya mempunyai susunan mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda.
Demikian pula dengan granit dan riolit atau diorit dan andesit. Granit dan diorit
mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan riolit dan andesit, halus. Basalt dan
andesit adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung berapi, sebagai
hasil pembekuan lava.

Berdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya (mafic), maka batuan


beku terbagi atas:
1. Leucocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 0-30%
2. Mesocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 30-60%
3. Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 60-
90%.
4. Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 90-
100%.

16 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Tabel 2.1 Klasifikasi batuan beku
Nama Batuan Kandungan
Kandungan
Sifat Mineral Indeks Warna
Intrusi Ekstrusi Silika (%)
Mafic (%)
Granit Ryolit
Adamelit Ryodasit Asam >65 0-30 Leucocratic
Granodiorit Dasit
Trachyt
Syienit
Andesit
Diorit Menengah 65-52 30-60 Mesocratic
Trachyt
Monzonit
andesit
Gabro Basalt Basa 52-45 60-90 Melanocratic
Peridotit Dunit Ultrabasa <45 90-100 Hypermelanic

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke


permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-
mineral silikat (magma), oleh N.L. Bowen (Kanada) disusun suatu seri yang
dikenal dengan Bowens Reaction Series.

Gambar Deret reaksi Bowen


Catatan untuk Deret Bowen:
Apabila temperatur magma turun hingga mencapai titik jenuhnya maka
magma tersebut mulai mengkristal
Unsur-unsur yang sukar larut akan mengkristal terlebih dahulu, misalnya
mineral asesoris (apatit, zirkon, ilmenit, magnetit, rutil, titanit, chromit dll)
Mineral utama pembentuk batuan yang mula-mula mengkristal adalah

17 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


olivin, Mg piroksen (ortho piroksen), klino piroksen, amfibol, plagioklas dst
Deret Bowen
Unsur-unsur yang mudah larut akan mengkristal paling akhir dan akan
terjebak di sekitar kristal yang telah terbentuk dahulu.

Dari Deret Bowen ini dikenal dua kelompok mineral utama pembentuk batuan,
yaitu:
1. Mineral mafic, mineral-mineral utama pembentuk batuan yang bewarna
gelap, hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu Magnesium dan
Ferrum (Mafic=Magnesium Ferric). Yang termasuk mineral ini adalah:
olivin, piroksen, amfibol, dan biotit.
2. Mineral felsic, mineral-mineral utama pembentuk batuan beku yang
bewarna terang, hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu feldspar
+ lenad (mineral-mineral feldsparthoid) + silika. Yang termasuk mineral ini
adalah: plagioklas, kalium feldspar (potassium feldspar), muskovit dan
kuarsa.

C. DESKRIPSI BATUAN BEKU


1) Warna
Warna terbagi dua, yaitu:
Warna Segar
Warna Lapuk
3) Komposisi Mineral
Dapat dilihat dengan indeks warnanya apakah leucocratic, mesocratic atau
melanocratic. Lihat juga komposisi mineral pembentuk batuannya, misalnya:
kuarsa, plagioklas, dll.
4) Tekstur (properties of individual grain)
Tekstur dibagi lagi menjadi:
a. Granularitas (grain size) atau Ukuran Butiran
Granularitas terbagi tiga, yaitu:
Afanitik: berbutir halus atau besar butiran (phenocryst) < 1mm, tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Porfiritik: berbutir sedang atau besar butiran (phenocryst) 1-5mm, dapat

18 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


dilihat dengan bantuan loupe.
Faneritik: berbutir kasar atau besar butiran (phenocryst) > 5mm, dapat
dilihat dengan mata telanjang.
b. Derajat Kristalisasi
Umumnya menunjukkan kecepatan pendinginan. Derajat Kristalisasi terbagi
tiga, yaitu:
Holohyalin: secara keseluruhan tersusun atas gelas/massa dasar. Hal ini
terjadi karena pendinginan cepat.
Hipokristalin/Hipohyalin: tersusun atas kristal (phenocryst) dan gelas
(groundmass).
Holokristalin: secara keseluruhan tersusun atas kristal (phenocryst). Hal ini
terjadi karena pendinginan lambat.
c. Bentuk Kristal
Umumnya menunjukkan rangkaian kristalisasi. Bentuk kristal terbagi tiga,
yaitu:
Euhedral: bentuk kristalnya masih utuh (apakah ia kubik, monoklin, triklin
atau yang lainnya).
Subhedral: bentuk kristalnya sebagian tidak utuh.
Anhedral: bentuk kristalnya sudah tidak utuh lagi sehingga tidak dapat
dilihat apakah ia kubik, monoklin, atau yang lainnya.
Keterangan:
A: Anhedral
B: Subhedral
C: Euhedral
Gambar Bentuk kristal

d. Keseragaman Antar Butiran


Granulitas dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan
ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Granulitas pada batuan beku non
fragmental dapat di bagi menjadi beberapa macam yaitu:
1. Equigranular.
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur
equigranular di bagi menjadi :

19 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


1) Fanerik granular
Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang dan
berukuran seragam. Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-
ukuran :
- Halus, apabila ukuran diameter rata-rata kristal individu @ 1 mm.
- Sedang, apabila ukuran diameterkristal-kristal antara 1 mm 5 mm.
- Kasar, apabila ukurannya berkisar antara 5 mm 30 mm.
- Sangat kasar apabila ukurannya A 30 mm.

Gambar Tekstur Fanerik Granular

2) Afanitik.
Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat halus, sehingga tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur afanitik dapat
tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah
Mikrokristalin dan Kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila kristal
individu dapat dikenal/dilihat dengan menggunakan mikroskop,
sedangkan Kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan mikroskop.

Gambar Tekstur Afanitik


2. Inequigranular
Disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran kristal
pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
1) faneroporfiritik.
Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang
lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal dengan mata telanjang.

20 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Gambar : Tekstur Faneroporfiritik
2) Pirfiroafanitik
Bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.

Gambar Tekstur Porfiroafanitik.

3) Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya
tersusun atas gelas.

5) Struktur
b) Masif: Secara keseluruhan kenampakan batuan terlihat seragam/monoton
c) Vesikuler: pada massa batuan terdapat lubang-lubang kecil yang berbentuk
bulat atau elips dengan penyebaran yang tidak merata. Lubang ini
merupakan ruang tempat gas terperangkap pada waktu magma membeku
(gambar 2.4).

Gambar Batuan dengan struktur vesikuler

d) Amigdaloidal: vesikuler yang telah terisi oleh mineral sekunder.


e) Scorius: vesikuler yang penyebarannya merata.
f) Lava bantal (Pillow lava): lava yang memperlihatkan struktur seperti
kumpulan bantal, Ini disebabkan karena ia terbentuk di laut (gunungapi
bawah laut).

21 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Gambar Batuan dengan struktur lava bantal

g) Columnar joint: struktur yang memperlihatkan bentuk seperti kumpulan


tiang, ini disebabkan adanya kontraksi saat proses pendinginannya
6) Bentuk tubuh/kenampakan di lapangan
Apakah batuan tersebut intrusi atau ekstrusi, lihat perbedaannya dari tekstur
dan strukturnya

2.3.2. BATUAN SEDIMEN


A. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn, 1995).
Batuan sedimen terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi) yang kemudian
mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa. Jenis batuan umum seperti batu
gamping, batu pasir, dan batu lempung, termasuk dalam batuan sedimen. Batuan
sedimen menempati 75% dari luas bumi. Berdasarkan teksturnya dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik.

B. PROSES TERBENTUKNYA BATUAN SEDIMEN


Batuan sedimen mengalami proses pemadatan dan juga pengompakan dari bahan
lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen yang utuh. Proses ini dinamakan
sebagai diagenesa. Proses diagenesa sendiri dapat terjadi pada suhu dan tekanan
atmosferik sampai dengan suhu 300 derajat celcius dan juga tekanan 1 2 kilobar
yang berlangsung mulai dari sedimen mengalami penguburan hingga terangkat

22 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


dan juga tersingkap kembali di atas permukaan lapisan atmosfer bumi.
Berdasarkah hal ini maka ada 3 macam diagnesa, yakni:
1) Diagnesa eogenik, yakni diagnesa awal yang terjadi pada sedimen di bawah
permukaan air.
2) Diagnesa mesogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada waktu sedimen mengalami
penguburan yang semakin dalam.
3) Diagnesa telogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada saat batuan sedimen
tersingkap kembali ke permukaan bumi yang disebabkan karena pengangkatan
dan juga erosi..

Oleh karena diagnesa ini ada bermacam macamnya, maka derajat kekompakan
batuan sedimen ini juga ada berbagai macam atau bervariasi. Berbagai macam
kekompakan dari batuan sedimen ini antara lain:
1) Bahan lepas atau loose materials, yakni yang masih berupa endapan ataupun
sedimen.
2) Padu atau indurated. Pada tingkatan ini konsolidasi material terjadi pada kondisi
kering. Namun hal ini akan terurai apabila dimasukkan ke dalam air.

C. TEKSTUR BATUAN SEDIMEN


Tekstur adalah hubungan antar butir dari mineral yang membentuk suatu batuan.
Tekstur terdiri dari komponen ukuran besar butir (grain size), derajat kebundaran
(roundness), derajat pemilahan (sorting), kemas (fabric), fragmen, matrik, dan
semen.
i. Ukuran Besar Butir
Ukuran besar butir (partikel, butir, fragmen), adalah faktor pembeda yang
utama pada batuan sedimen klastik
Ukuran yang dimaksud adalah diameter dari butir-butir batuan

23 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Ukuran Besar Butir

ii. Derajat Kebundaran


Derajat kebundaran berbeda dengan derajat kebulatan
Derajat kebundaran (roundness) adalah derajat kebundaran bagian pinggiran
dari fragmen
Derajat kebulatan (sphericity) adalah derajat kemiripan bentuk fragmen
dengan bentuk bola

Gambar Roundness vs Spericity

Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk.,


(1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan
dengan pembulatan rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori
kebundaran tersebut yaitu:
Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
Meruncing (menyudut) (angular)
Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)

24 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
Membundar (membulat (rounded), dan
Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

iii. Derajat Pemilahan


Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka
pemilahan semakin baik.
Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut
seragam. Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas
tertutup.
Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat
yang seragam maupun yang tidak seragam.
Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat
beragam, dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan
sedimen dengan kemas terbuka.

Gambar Pemilahan

iv. Kemas
Kemas menunjukkan hubungan kerapatan antara butiran penyusun dalam
batuan sedimen.
Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling
bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain
(grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam
(besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila
ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal
clast supported.

25 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di
antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix
supported).

Kemas Terbuka dan Kemas Tertutup

v. Fragmen, matrik, dan semen


Semen yang umumnya ditemukan pada batuan sedimen adalah kalsit, hematit,
dan silika.

Sand = Fragmen; Silt = Matrik; Clay = Semen

b. Tekstur Batuan Sedimen Klasik


1. Pengertian Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan
sedimen yang terbentuk sebagai hasil perombakan dari batuan yang sudah
ada. Proses perombakan itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan
kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut
adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang
terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok
batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan
(klastika) sehingga bertekstur klastika.

26 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


2. Proses Pembentukan Batuan Sedimen Klastik
Proses pembentukan batuan sedimen klastik melalui tahapan sebagai berikut
a. Weathering (pelapukan), adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan
dan material tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan
karena proses fisik, kimia dan biologi.
b. Erosion & Transportation (erosi dan transportasi), adalah proses
perpindahan partikel batuan (butiran-butiran) dari sumbernya dengan
media air, angin, atau gletser.
c. Deposition (deposisi), adalah proses pengendapan butir-butir batuan di
permukaan bumi sehingga membentuk lapisan sedimen
d. Compaction (kompaksi), adalah proses termampatnya butir sedimen satu
dengan yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Volume
sedimen berkurang dan hubungan antar butir menjadi lebih rapat.
e. Lithification (litifikasi), adalah proses pembatuan atau sementasi lapisan
material sedimen sehingga membentuk batuan sedimen
f. Diagenesis (diagenesa), adalah proses perubahan material sedimen yang
belum terkonsolidasi menjadi batuan sedimen yang koheren.

Gambar Siklus Pembentukan Batuan

c. Tekstur Batuan Sedimen Non-Klasik


Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai
hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga

27 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


(insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia).
Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO +
CO2 --> CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas
binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang
laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-
kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Berdasarkan komposisinya batuan sedimen non klastik dibagi 2, yaitu :
1) Batuan Karbonat, komposisi utama batuan ini adalah batu gamping dan
batuan serumpun lainnya.
2) Batuan Non Karbonat, antara lain adalah :
o Batu api (flint) dan rijang (chert), berbentuk nodular atau terbungkus silika
o Batu bara (coal) dan lignit, pembatuan dari material gambut dan tanaman
o Bijih besi (ironstone), batu sedimen yang kaya zat besi, pasir, lempung atau
tekstur oolite lainnya
o Batu garam (salt) dan gipsum, batuan mineral tunggal atau kristalin yang
diendapkan dari hasil evaporasi air laut.

D. STRUKTUR BATUAN SEDIMEN


1) Struktur di dalam batuan (features within strata) :
Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm
disebut struktur laminasi.
Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination).
Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)
Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.
Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.
2) Struktur permukaan (surface features) :
Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)
Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals)
Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)
Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
Gumuk pasir (dunes, antidunes)

28 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


3) Struktur erosi (erosional sedimentary structures)
Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)
Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)
Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)
Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

Pettijohn (1975) membagi struktur sedimen menjadi 2 kelompok besar, yaitu


struktur inorganik (anorganik) dan struktur organic. Struktur anorganik di bagi
lagi menjadi struktur primer (mekanis) dan struktur sekunder (kimiawi).

Tabel Klasifikasi struktur sedimen (Pettijohn, 1975).

INORGANIC STRUCTURE ORGANIC STRUCTURE


CHEMICAL
MECHANICAL (PRIMARY) (SECONDARY)
A. Beddding : geometry A. Solution structures
1. Laminations 1. Stylolites
A. Petrifactions
2. Wavy bedding 2. Corrosion zone
3. Vugs, oolicasts etc.
B. Accretionary
B. Bedding internal structures structures
1. Cross-bedding 1. Nodules
2. Ripple-bedding 2. Concretions B. Bedding
(weedia and other
3. Graded bedding 3. Crystal aggregates stromatolites)
4. Growth bedding (sperulites & osettes)
4. Veinlets
5. Color banding
C. Bedding-plane marking (on surface) C. Composite structures C. Miscellaneous
1. Scour or current marks (flutes) 1. Geodes 1. Borings
2. Tool marks (grooves etc.) 2. Septaria 2. Tracks and trails
3. Cone-in-cone 3. Casts and molds
4. Fecal pellets and
coprolites
D. Bedding-plane marking (on surface)
1. Wave and swash marks
2. Pits and prints (rain etc.)
3. Parting lineation
E. Deformed bedding
1. Load and founder structures

29 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


2. Synsedimentary folds and breccias
3. Sandstone dikes and sills

PENAMAAN BATUAN SEDIMEN


Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data
deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian
batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan
bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1) Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat
(fragmen membulat)
2) Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka
penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen
batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.
3) Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir
ini dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir
berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal
batupasir kuarsa.
4) Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih
adalah batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.

Tabel Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Komposisi
Tekstur/Struktur Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Fragmen
Komposisi sejenis atau
umumnya
campuran, terutama dengan
Rudit (2-256 mm) Konglomerat bulat atau
rijang, kuarsa, granit,
agak
kuarsit, batugamping dll.
membulat

Fragmen umumnya runcing,


Breksi
dan menyudut

Kipas aluvial yang


Fanglomerat
mengalami pembatuan

Umumnya tidak
Pecahan batuan
Tillit terpisah. Fragmen
bercapur dengan semen
batuan terdapat

30 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


bekas goresan

Terutama kuarsa 25%,


felspar kalium atau
Pemilahan
plagioklas 10-25%. Pecahan Arenit atau
Arenit (1/16 2 mm) baik dan
batuan: basal, riolit, batupasir kuarsa
bersih
batusabak dll. Mineral mika,
serisit, klorit, bijih besi.

Pemilahan jelek, warna abu-


Arkose
abu kemerahan

Batupasir felspatik,
Lebih dewasa dari arkose
Graywacke,
antara graywacke dan arenit
subgraywacke

Umumnya mineral lempung, Antara


Lutit (1/16 1/256
kuarsa, opal, kalsedon, klorit Batulanau batupasir dan
mm)
dan bijih besi. serpih

Mudah membelah, tidak


Serpih, Batu Lumpur,
plastis, bila dipanasi
Batu Lempung
menjadi plastis

Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :


b) Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen batugamping.
c) Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
d) Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau lempung).

Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non
klastika. Apabila di dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat
disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan karbonat yang sudah tersusun
oleh kristal kalsit atau dolomit disebut batugamping kristalin. Napal adalah
terminologi untuk batuan sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh
bahan silisiklastika dan karbonat .Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya
mengikuti batuan piroklastika yang telah dijelaskan pada acara analisis batuan
beku, yaitu terdiri dari tuf (halus dan kasar), batulapili, breksi gunungapi dan
aglomerat. Dalam beberapa hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas
dapat ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah,
batulempung hitam dsb.

31 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Tabel Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Komposisi
Tekstur/Struktur Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Rapat, afanitik, berbutir Breaksi dengan HCl,
kasar, kristalin, porus, Terutama kalsit Batugamping mengandung
oolit dan mosaik organik, bioklastika,
Tidak segera
bereaksi dengan
Terutama dolomit Dolomit HCl, jarang
mengandung fosil,
berbutir sedang
Putih abu-abu
Kristal halus dengan
Berbutir halus Kapur terang, sangat rapuh,
mikroorganisme
mengandung fosil
Abu-abu terang,
Karbonat dan lempung Napal rapuh, pecahan
konkoidal
Warna beragam,
Campuran silika, opal
Rapat dan berlapis Rijang keras, kilap non
dan kalsedon dll.
logam, konkoidal
Terutama gips Evaporit, tidak
sendiri melainkan
Anhidrit berasosiasi dengan
Gips
mineral/batuan lain.
Terutama malit Dijumpai kristal
yang mengelompok
Diperlukan
Mineral fosfat dan
Masif atau berlapis Fosforit penentuan kadar
fragmen tulang
P2O3

Warna coklat,
Amorf, berlapis, tebal Humus, tumbuhan Batubara, lignit
pecahan prismatik

Genesis
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa dapat
diinterpretasikan mengenai :
1) Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2) Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di
antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses transportasinya.
3) Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di
pantai atau di laut (dangkal atau dalam).
4) Diagenesa dan lain-lain.

32 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Tabel Sifat sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.

Campuran/ Fragmen/mineral Besar Bentuk Mineral


Nama Batuan Warna Pemilahan Kemas Porositas Kekompakan
semen/matrix pembentuk x) butir butir
Sedikit
Breksi X X X X X X X X X X
Konglomerat X X X X X X X X X X
Tufa X X X X X X X X X
Batupasir X X X X X X X X X
Batulanau X X X X
Serpih
X X X X
Lempung
Lempung X X X X X
Napal X X X X X
Gamping X X X X X X X X X
Dolomit X X X X X X X X X
Batubara X X X X
Rijang X X X
Anhidrit X X X
Fosfat, dll X X X X - X

33 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


2.3.3. BATUAN METAMORF
A. PENGERTIAN BATUAN METAMORF
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah kelompok batuan hasil ubahan atau
transformasi baik secara fisik maupun kimia dari tipe batuan lain yang sudah ada
(protolith). Protolith atau batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen,
atau batuan metamorf yang lebih tua. Faktor yang mempengaruhi perubahannya
adalah suhu yang tinggi, tekanan yang kuat, serta waktu yang lama.
Contoh batuan asal dan hasil ubahannya antara lain adalah batu kapur (kalsit) yang
berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa menjadi kuarsit. Batuan metamorf
memiliki beragam karakteristik.

B. PROSES TERJADINYA BATUAN METAMORF


Batuan metamorf berdasarkan proses terjadinya dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Batuan Metamorf Kontak, adalah batuan yang mengalami perubahan akibat
suhu yang sangat tinggi (akibat dari aktifitas magma). Suhu yang sangat tinggi
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan.
Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak antara batuan asal dengan
magma (intrusi) dengan lebar 2 - 3 km. Contoh metamorfisme kontak adalah
batu gamping menjadi marmer.
2. Batuan Metamorf Dinamik, adalah batuan yang mengalami perubahan akibat
adanya tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang
lama. Batuan ini banyak dijumpai di daerah lipatan dan patahan. Metamorfisme
terjadi akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan. Contoh
metamorfisme dinamik adalah batu lumpur (mudstone) menjadi batu tulis
(slate).
3. Batuan Metamorf Regional, adalah batuan yang mengalami perubahan sebagai
akibat dari adanya gas-gas yang ada pada magma. Metamorfisme terjadi oleh
kenaikan tekanan dan suhu yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas
mencapai ribuan km. Metamorfisme ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam
dan lebih intensif bila diikuti oleh orogenesa. Contoh metamorfisme ini adalah
kuarsa dengan gas fluorium menjadi topas.

34 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Batuan metamorf Berdasarkan penyebarannya dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Metamorfisme lokal / sempit / terbatas
a. Metamorfisme kontak (termal)
b. Metamorfisme kataklastik
c. Metamorfisme benturan
d. Piro-Metamorfisme
2. Metamorfisme luas
a. Metamorfisme regional dinamo-termal
b. Metamorfisme regional beban
c. Metamorfisme hidrotermal (metamorfisme lantai samudera).
Perbubahan himpunan mineral-mineral dari zona ke zona menunjukan penambahan
temperatur secara terus menerus hingga mencapai temperatur 700-800 C.
Setiap perbedaan P & T akan diperlihatkan himpunan mineral yang berbeda.
Metamorfisme jenis ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis, A = intermediate pressure,
B = high pressure, C = very high pressure.

Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan


tersebut :
1) Komposisi mineral batuan asal
2) Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
3) Pengaruh gaya tektonik
4) Pengaruh fluida

Tabel pembentukan batuan berdasarkan temperatur dan kedalaman


Temperatur ( C ) Tahapan Kedalaman Proses (km)
20 Sedimentasi 0 Proses Permukaan
terkubur
100 Diagenesa 5 Saling melingkupi

200 Metamorfisme 10-30 Metamorfisme

650 Sebagian meleleh 35-40 Saling melingkupi

800-1200 Larutan magma 50-100 Batuan beku

35 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


C. TEKSTUR BATUAN METAMORF
Tekstur dalam batuan metamorf menyangkut masalah rekristalisasi mineral yang
dipengaruhi temperatur atau suhu yang terjadi pada saat metamorfosis. Tekstur pada
batuan metamorf dicerminkan oleh ukuran dan bentuk butiran penyusunnya. Tekstur
batuan metamorf dibedakan menjadi :
1. Tekstur Kristaloblastik, dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan
lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
2. Tekstur Palimpset, dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa
diamati.
Macam-macam tekstur kristaloblastik :
Lepidoblastik, terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misal mineral mika
(muskovit, biotit).
Nematoblastik, terdiri dari mineral-mineral prismatik, misal mineral plagioklas,
k-feldspar, dan piroksen.
Granoblastik, terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan
batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya
kuarsa.
Porfiroblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar
(fenokris) tertanam pada masa dasar yang relatif halus.
Idioblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral
penyusunnya berbentuk euhedral.
Xenoblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral
penyusunnya berbentuk anhedral.

Macam-macam tekstur palimpset :


Blastoporfiritik, tektur yang memperlihatkan batuan asal porfiritik
Blastopsefit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran
butirnya lebih besar dari pasir
Blastopsamit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran
butirnya sama dengan pasir
Blastopellit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran
butirnya lempung

36 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


D. STRUKTUR BATUAN METAMORF
Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan berdasarkan ukuran, bentuk
atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Struktur batuan juga
meliputi susunan bagian masa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian
serta bentuk dan kenampakan bagian-bagian tersebut. Secara umum struktur batuan
metamorf dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Struktur Foliasi, struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/mineral
prismatik, sering terjadi pada metamorfosa regional.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :
Slaty cleavage, struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu
sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batusabak)
Phylitic, rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap
daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan
mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna,
batuannya disebut phyllite (filit)
Schistose, struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral
pipih orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity,
batuannya disebut schist (sekis)
Gneisose, struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral
pipih orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity,
batuannya disebut gneis

2. Struktur Non Foliasi, struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral


equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, sering terjadi
pada metamorfosa kontak.
Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :
Granulose, struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular
Hornfelsik, struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral
equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi khusus akibat metomorfosa
kontak, batuannya disebut hornfels
Cataclastic, struktur non foliasi yangdibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau
mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi
akibat metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit)

37 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon


Mylonitic, sruktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan
mekanikpada metomorfosa kataklastik, menunjukkan goresan-goresan akibat
penggerusan yang kuat dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer,
batuannya disebut mylonite (milonit)
Phyllonitic, gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya
halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukkan kilap silky, batuannya disebut
phyllonite (filonit)

38 Diktat Geologi Teknik /Teknik Sipil STT Cirebon

Anda mungkin juga menyukai