Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

PRINSIP ILMU GEOLOGI

Untuk dapat memahami ilmu geologi, pemahaman tentang konsep-konsep dan hukum-
hukum dalam ilmu geologi sangatlah penting dan merupakan dasar dalam mempelajari ilmu
geologi.

2.1 PRINSIP-PRINSIP GEOLOGI


1. Superposisi (Superposition)
Setiap lapisan batuan yang berada di posisi paling bawah akan lebih tua daripada
lapisan yang berada di posisi paling atas. Ini merupakan dasar usia relatif semua lapisan
dan fossil yang terkandung didalamnya. “pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat
terjadinya pengendapan), semua massa yang berada diatasnya adalah fluida, maka pada
saat suatu lapisan yang lebih dulu terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya.”
Steno, 1669.

Lapisan
termuda

Gambar 2.1 Prinsip Superposisi

2. Horizontalitas (Original Horizontality)

Jika lapisan terendapkan secara horizontal dan kemudian terdeformasi menjadi


beragam posisi. “lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun miring terhadap
horizon, pada awalnya paralel terhadap horizon”. Steno, 1669.
Gambar 2.2 Prinsip Horizontalitas

3. Kesinambungan lateral (Original Lateral Continuity)

Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai batas


cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang
kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi. Dalam keadaan
normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba,
kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral,
yaitu:

Gambar 2.3 Kesinambungan Lateral

- Pembajian
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya

Gambar 2.4 Penipisan lapisan sedimen pada tepian cekungan

- Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang sama, atau
perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari).

Gambar 2.5 Penghilangan lapisan secara lateral

- Pemancungan atau Pemotongan karena ketidakselarasan

Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di mana urutan


batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan diatasnya.
Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang
ketidakselarasan.

Gambar 2.6 Pemancungan

- Dislokasi karena sesar

Pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan terjadinya


sesar atau patahan.

Gambar 2.7 Dislokasi

4. Hubungan intrusif (Intrusive Relationships)


Hasil intrusi bisa menembus batuan yang lain dan akan terus saling berhubungan.
Magma yang menerobos kerak bumi, selama proses perjalanannya, akan melepaskan
panas ke batuan sekelilingnya. Akibat proses itu, batuan sekeliling yang dilalui cairan
magma tersebut akan mengalami proses pemanggangan sehingga sifat fisiknya berubah.
Dengan demikian, batuan yang mengalami proses pemanggangan umurnya lebih tua
daripada batuan yang menyebabkan pemanggangan tersebut.

Gambar 2.8 Hubungan Intrusif

5. Hubungan potong memotong (Cross-Cutting Relationships)

Hubungan potong memotong pertama kali dikembangkan oleh James Hutton.


prinsip hubungan potong memotong menyatakan sesuatu yang memotong batuan
kemungkinan besar berumur lebih muda daripada batuan yang dipotong.
Prinsip-prinsip Cross-cutting Relationship :
a. Cross-cutting Relationship Struktural, dimana suatu retakan yang memotong batuan
yang lebih tua
b. Cross-cutting Relationship Stratigrafi, terjadi jika erosi permukaan atau
ketidakseragaman memotong batuan yang lebih tua, struktur geologi atau bentuk-
bentuk geologi yang lain.
c. Cross-cutting Relationship Sedimentasi, terjadi jika suatu aliran telah mengerosi
endapan yang lebih tua pada suatu tempat. Sebagai contoh suatu terusan atau saluran
yang terisi oleh pasir.
d. Cross-cutting Relationship Paleontologi, terjadi jika adanya aktivitas hewan dan
tumbuhan yang tumbuh. Sebagai contoh ketika jejak hewan yang terbentuk atau
terendapkan pada endapan berlebih.
e. Cross-cutting Relationship Geomorfologi, terjadi pada daerah yang berliku atau
bergelombang (sungai, dan aliran di sepanjang lembah).

Gambar 2.9 Cross-cutting Relationships

6. Suksesi fauna
Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua asumsi dalam
evolusi organik. Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah sepanjang waktu
dan perubahan yang telah terjadi pada organise tersebut tidak akan terulang lagi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah jumlah dari
seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Asumsi kedua adalah kenampakan-
kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua yang
mewakili kondisi primitif organisme tersebut.
7. Law of Inclusion

Inklusi terjadi bila magma bergerak keatas menembus kerak, menelan fragmen2
besar disekitarnya yang tetap sebagai inklusi asing yang tidak meleleh. Jadi jika ada
fragmen batuan yang terinklusi dalam suatu perlapisan batuan, maka perlapisan batuan
itu terbentuk setelah fragmen batuan. Dengan kata lain batuan/lapisan batuan yang
mengandung fragmen inklusi, lebih muda dari batuan/lapisan batuan yang menghasilkan
fragmen tersebut.

Lebih muda

Lebih tua

Gambar 2.10 Law of Inclusion

5.2 KESELARASAN DAN KETIDAKSELARASAN

Keselarasan (Conformity) adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan
lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus), tidak terdapat selang waktu (rumpang
waktu) pengendapan. Secara umum di lapangan ditunjukkan dengan kedudukan lapisan
(strike/dip) yang sama atau hampir sama, dan ditunjang di laboratorium oleh umur yang
kontinyu. Sedangkan ketidakselarasan (Unconformity) adalah hubungan antara satu lapis batuan
dengan lapis batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak menerus), yang
disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Dalam geologi dikenal 3 (tiga) jenis
ketidak selarasan, yaitu:

1. Nonconformity

Hubungan antara 2 satuan stratigrafi, yaitu antara batuan beku/metamorf dan batuan
sedimen. Biasanya batuan beku/metamorf berada dibawah atau sebagai basement dan batuan
sediment berada diatasnya.
Gambar 2.11 Nonconformity

2. Angular Unconformity

Salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok
batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya), memiliki hubungan/kontak
yang membentuk sudut.

Gambar 2.12 Unconformity

3. Disconformity

Salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok
batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya) yang dibatasi oleh satu
rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi pengendapan).
Gambar 2.13 Disconformity

Gambar 2.14 Perbedaan Ketidakselarasan

5.3 UNIFORMITARIANISME
Uniformitarianisme adalah salah satu konsep penyatu dalam ilmu geosains. Konsep ini
berkembang pada tahun 1700 akhir, menyatakan bahwa proses Katastrofik bukanlah yang
bertanggung jawab pada bentuk bumi pada permukaannya. Ide ini berlawanan dengan ide dari
masa itu. Ide pada masa itu berdasarkan pada penafsiran injil. Uniformiti menyatakan bahwa
bumi berkembang dalam waktu yang sangat panjang melalui berbagai proses geologi dan
geomorfik. James Hutton atau ayah dari geologi pada 1785, mengatakan bahwa bumi lebih tua
dan muncul dalam proses yang proses yang terjadi sekarang adalah sama dengan proses yang
terjadi pada masa yang lampau dan akan menjadi proses yang terjadi kemudian hari. Salah satu
pernyataannya yang terkenal adalah "the present is a key to the past".
Pada filsafat kealaman, uniformitarianisme adalah asumsi bahwa hukum alam yang
berlaku sekarang selalu beroperasi di jagad ini baik pada masa lampau maupun di tempat
manapun di jagad ini. Uniformitarianisme pernah menjadi prinsip kunci di geologi, tetapi
naturalisme geologi modern, walau menerima bahwa geologi muncul melalui waktu yang
panjang, dia tidak lagi memegang prinsip gradualisme yang ketat.
Kelangsungan dari sebab dan akibat:
- Penerapan sebab-akibat di masa depan – prediksi
- Penerapan sebab-akibat di masa kini – teknologi
- Penerapan sebab-akibat di masa lampau – uniformitarianisme
Uniformitarianisme bukan berarti:
- Bencana tidak pernah terjadi
- Kondisi fisik dibumi tidak pernah berubah
- Bumi selalu sama
- Proses fisik selalu terjadi pada tingkat atau intensitas yang sama
- Hukum fisika selalu sama
Dengan menggunakan pengetahuan kita tentang hukum-hukum fisika, kita dapat
menguji:
- Apakah bencana telah terjadi
- Apakah kondisi fisik dibumi telah berubah, dan jika demikian, bagaimana prosesnya
- Apakah hukum-hukum fisika itu sendiri telah berubah dalam waktu, atau ditempat
lain di alam semesta.
-
5.4 PETA
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui
suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta
konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar computer. Secara umum
pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang
diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari
suatu ruang tiga dimensi.

Berdasarkan isi data yang disajikannya, peta dibagi menjadi 2, yaitu peta umum dan peta khusus.

A. Peta umum
Peta umum merupakan peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik
fenomena alam atau budaya. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Peta topografi
Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan
reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk
garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat
yang mempunyai ketinggian yang sama.

Gambar 2.15 Peta Topografi dengan kontur garis


2. Peta korografi
Peta korografi yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi
yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta korografi adalah atlas.
Gambar 2.16 Atlas
3. Peta dunia atau geografi
Peta dunia yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang
sangat luas.

Gambar 2.17 Peta Geografi

B. Peta khusus (peta tematik)


Peta khusus merupakan peta yang menggambarkan informasi dengan tema
tertentu/khusus. Misalnya, peta politik, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta
persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.
Gambar 2.18 Peta Tematik

Anda mungkin juga menyukai