Anda di halaman 1dari 28

Sugeng W-Dept.

Oseanografi
Konsep-konsep dan hukum-hukum
dasar geologi

Untuk melakukan analisis asal mula


jadi (genesa), proses dan
perkembangan kondisi geologi –
morfologi, batuan, struktur geologi
dan dampak lingkungannya

Sugeng W-Dept. Oseanografi


Konsep-konsep dan hukum-hukum
dasar geologi

hukum dan konsep geologi yang


menjadi acuan dalam geologi antara
lain adalah konsep tentang susunan,
aturan dan hubungan antar batuan
dalam ruang dan waktu

Sugeng W-Dept. Oseanografi


1. Doktrin Uniformitarianisme
James Hutton (1785) :

bentuk permukaan bumi dan segala


kehidupan diatasnya terbentuk dan
musnah dalam sesaat akibat suatu
bencana (catastroph) yang besar

Sugeng W-Dept. Oseanografi


Doktrin ini menyatakan bahwa hukum-hukum fisika,
kimia dan biologi yang berlangsung saat ini
berlangsung juga pada masa lampau. Artinya, gaya-gaya
dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi
seperti yang kita amati saat ini telah berlangsung sejak
terbentuknya bumi. Doktrin ini lebih terkenal sebagai
“The present is the key to the past”

“The present is the key to the future”

Sugeng W-Dept. Oseanografi


BUKIT BATUGAMPING

Reef-→ Laut dangkal

Sugeng W-Dept. Oseanografi


2. Horizontalitas (Horizontality)
(Nicolas Steno,1669)
Kedudukan awal pengendapan suatu
lapisan batuan adalah horisontal,
kecuali pada tepi cekungan memiliki
sudut kemiringan asli (initial-dip)
karena dasar cekungannya yang
memang menyudut.

Sugeng W-Dept. Oseanografi


Sugeng W-Dept. Oseanografi
3. Superposisi (Superposition)
(Nicolas Steno,1669):

Dalam kondisi normal (belum


terganggu), perlapisan suatu batuan
yang berada pada posisi paling bawah
merupakan batuan yang pertama
terbentuk dan tertua dibandingkan
dengan lapisan batuan diatasnya.
Sugeng W-Dept. Oseanografi
Apabila ada proses tektonik yang
mengganggu

Sugeng W-Dept. Oseanografi


4. Original Continuity (Nicolas Steno,1669):
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan
bersinambungan (continuity), sampai batas
cekungan sedimentasinya. Lapisan sedimen tidak
mungkin terpotong secara tiba-tiba, dan berubah
menjadi batuan lain dalam keadaan normal. Pada
dasarnya hasil suatu pengendapan yakni bidang
perlapisan, akan menerus walaupun tidak kasat
mata.
Pemancungan disebabkan oleh :
• Ketidakselarasan
• Erosi
• Morfologi
Sugeng W-Dept. Oseanografi
Sugeng W-Dept. Oseanografi
5. Lateral Continuity

Pada awalnya lapisan sedimen mengalami kemenerusan tapi lapisan


tersebut di pisahkan oleh lembah atau ada bidang yang tererosi

Gambar ini menjelaskan bahwa pada awalnya lapisan itu terbentuk


pada waktu yang sama tetapi mengalami deformasi yaitu terlipat
dan bagian atasnya terkena erosi.

Sugeng W-Dept. Oseanografi


Gambar ini menjelaskan bahwa pada awalnya lapisan itu
terbentuk pada waktu yang sama tetapi mengalami deformasi
yaitu terlipat dan bagian atasnya terkena erosi.

Sugeng W-Dept. Oseanografi


6. Fasies sedimen (sellay,1978)
Suatu kelompok litologi dengan ciri ciri yang khas yang
merupakan hasil dari suatu lingkungan pengendapan
tertentu baik aspek fisik, kimia, atau biologi suatu
endapan dalam kesatuan waktu. dua buah batuan yang
di endapkan pada satu waktu di katakan beda fasies
apabila berbeda fisik,kimia, biologi

Sugeng W-Dept. Oseanografi


7. Strata Identified by Fossils (Smith, 1816)

Pada setiap lapisan dapat di bedakan oleh fosil


fosil yang terkandung di di dalamnya tertentu.

Sugeng W-Dept. Oseanografi


8. Faunal Succession (Abble Giraud-Soulavie, 1778)

Pada setiap lapisan yang berbeda umur geologinya akan ditemukan fosil
yang berbeda pula. Secara sederhana bisa juga dikatakan Fosil yang berada
pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan atasnya. Fosil yang
hidup pada masa sebelumnya akan digantikan (terlindih) dengan fosil yang
ada sesudahnya, dengan kenampakan fisik yang berbeda (karena evolusi).
Perbedaan fosil ini bisa dijadikan sebagai pembatas satuan formasi dalam
lithostratigrafi atau dalam koreksi stratigrafi. dan bisa untuk mengetahui
lingkunan sebelum terfossilkan

Sugeng W-Dept. Oseanografi


9. Keselarasan dan Ketidakselarasan
(Conformity dan Unconformity)

Conformity : adalah hubungan antara


satu lapis batuan dengan lapis batuan
lainnya diatas atau dibawahnya yang
kontinyu (menerus), tidak terdapat
selang waktu (rumpang waktu)
pengendapan

Sugeng W-Dept. Oseanografi


Unconformity : adalah hubungan
antara satu lapis batuan dengan lapis
batuan lainnya (batas atas atau
bawah) yang tidak kontinyu (tidak
menerus), yang disebabkan oleh
adanya rumpang waktu pengendapan

Sugeng W-Dept. Oseanografi


JENIS-JENIS KETIDAK SELARASAN

A. Disconformity

adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan


antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu
batuan lainnya (kelompok batuan lainnya) yang dibatasi oleh
satu rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu
dimana tidak terjadi pengendapan).

B. Paraconformity → jika jenis batuan yang dipisahkan


ketidakselaran merupakan jenis yang sama

Sugeng W-Dept. Oseanografi


C. Angular Unconformity (Ketidakselarasan
Bersudut)

adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang


hubungan antara satu lapis batuan
(sekelompok batuan) dengan satu batuan
lainnya (kelompok batuan lainnya), memiliki
hubungan/kontak yang membentuk sudut.

Sugeng W-Dept. Oseanografi


D. Nonconformity

adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang


hubungan antara satu lapis batuan
(sekelompok batuan) dengan satu batuan
beku atau metamorf.

Sugeng W-Dept. Oseanografi


Sugeng W-Dept. Oseanografi
10. Genang laut dan Susut laut (Transgresi dan
Regresi )

a). Transgresi (Genang Laut) : Transgresi dalam


pengertian stratigrafi / sedimentologi adalah laju
penurunan dasar cekungan lebih cepat dibandingkan
dengan pasokan sedimen (sediment supply). Garis
pantai maju ke arah daratan.
Rate of subsidence < Rate of sedimentation
b). Regresi (Susut Laut) : Regresi dalam pengertian
stratigrafi/sedimentologi adalah laju penurunan
dasar cekungan lebih lambat dibandingkan dengan
pasokan sedimen (sediment supply). Garis pantai
maju ke arah lautan.
Sugeng W-Dept. Oseanografi
Sugeng W-Dept. Oseanografi
11. Hubungan potong memotong (Cross-
cutting relationships) :

Hubungan p0tong-memotong (cross-


cutting relationship) adalah hubungan
kejadian antara satu batuan yang
dipotong/diterobos oleh batuan lainnya,
dimana batuan yang dipotong/diterobos
terbentuk lebih dahulu dibandingkan
dengan batuan yang menerobos.

Sugeng W-Dept. Oseanografi


Sugeng W-Dept. Oseanografi
12. Law of Inclusion
Inklusi terjadi bila magma bergerak keatas menembus
kerak, menelan fragmen2 besar disekitarnya yang
tetap sebagai inklusi asing yang tidak meleleh. Jadi jika
ada fragmen batuan yang terinklusi dalam suatu
perlapisan batuan, maka perlapisan batuan itu
terbentuk setelah fragmen batuan. Dengan kata lain
batuan/lapisan batuan yang mengandung fragmen
inklusi, lebih muda dari batuan/lapisan batuan yang
menghasilkan fragmen tersebut.

Sugeng W-Dept. Oseanografi

Anda mungkin juga menyukai