Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang perlapisan batuan, sehingga dapat
menginterpretasikan lingkungan pengendapan, dan umur batuan tersebut. Stratigrafi juga
ilmu yang mendiskripsi dan mempelajari perlapisan batuan-batuan, mengenai penyebaran,
komposisi, ketebalan, umur, keragaman dan korelasi lapisan batuan serta pelamparannya.
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi.
Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih
lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif
maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan batuan.
Prinsip Stratigrafi
II.2.1. Prinsip horizontalitas (Original horizontality)
Pada mulanya batuan sedimen diendapkan secara horizontal di dasar cekungan, sejajar dengan permukaan
bumi. Jadi kalau sekarang dijumpai batuan sedimen dengan kedudukan lapisannya miring, berarti batuan tsb sudah
dipengaruhi oleh gaya tektonik. Perlapisan batuan akan terendapkan secara horizontal dan terdeformasi dalam
setelahnya.
II.2.2. Prinsip keterusan perlapisan (Strata continuity)
Perlapisan dapat diasumsikan menerus secara lateral sangat jauh hingga tepi pembatas.
II.2.3. Prinsip superposisi
Pada sekuen lapisan yang belum terganggu, batuan yg tertua atau yg terendapkan paling awal akan berada
paling bawah, dan batuan yang termuda atau yg terendapkan paling akhir, akan berada di paling atas
II.2.4. Prinsip hubungan potong memotong (Cross cutting relationship)
Hukum ini menyatakan bahwa satuan batuan atau sesar yang memotong menyilang satuan batuan lain,
berumur lebih muda daripada satuan batuan atau sesar yang dipotongnya.
REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Stratigrafi
/ http://geoenviron.blogspot.com/2014/02/rumus-ketebalan-stratigrafi.html
http://geologistl.blogspot.com
http://geografi-geografi.blogspot.com
http://ptbudie.wordpress.com............................... http://stratigrafi.blogspot.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Geomorfologi
Prinsip-prinsip Cross-cutting.
Cross-cutting Relationship Struktural, dimana suatu retakan yang memotong batuan yang lebih tua
Cross-cutting Relationship Stratigrafi, terjadi jika erosi permukaan atau ketidakseragaman memotong
batuan yang lebih tua, struktur geologi atau bentuk-bentuk geologi yang lain.
3.
Cross-cutting Relationship Sedimentasi, terjadi jika suatu aliran telah mengerosi endapan yang lebih tua
pada suatu tempat. Sebagai contoh suatu terusan atau saluran yang terisi oleh pasir.
4.
Cross-cutting Relationship Paleontologi, terjadi jika adanya akt4itas hewan dan tumbuhan yang tumbuh.
Sebagai contoh ketika jejak hewan yang terbentuk atau terendapkan pada endapan berlebih.
5.
Cross-cutting Relationship Geomorfologi, terjadi pada daerah yang berliku atau bergelombang (sungai, dan
aliran di sepanjang lembah).
Gambar Perlapisan
Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:
1 Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh pengendapan sedimen yang lain.
2.Perubahan
warna
material
batuan
yang
diendapkan.
3.Perubahan
tekstur
batuan
(misalnya
perubahan
ukuran
dan
bentuk
butir).
4.Perubahan
struktur
sedimen
dari
satu
lapisan
ke
lapisan
lainnya.
5.Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan fosil, dll).
Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Bidang
batas
itu
disebut
sebagai
kontak
antar
lapisan.
Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :
a. Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan sifat fisik
yang sangat mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan
lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan litologi.
b. Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi sehingga batas kedua lapisan
tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan caracara tertentu. Terdapat dua jenis kontak
berangsur, yaitu :
1. Kontak Progradasi
2. Kontak Interkalasi
c. Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan bidang perlapisan yang
tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material yang terbawa oleh arus.
Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang memiliki karakteristik
yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua
jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak selaras.
a. Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan yang sejajar dengan
volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu
kontak
tajam
dan
kontak
berangsur.
b. Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu bidang ketidakselarasan
antar lapisan. Terdapat empat macam bidang ketidakselarasan, yaitu:
1. Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan ketidakselarasan yang
kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas
lapisan tersebut diendapkan lapisan lain.
2. Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas bidang erosi
tersebut diendapkan lapisan lain.
3. Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan suatu lapisan di atas dan di
bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk
membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan
analisis Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).
4. Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana terdapat kontak jelas antara
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala singkapan. Hubungan stratigrafi
ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola jurus.
Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan yang terdapat pada batuan
sedimen di mana kenampakannya itu disebabkan oleh proses sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran
air, deformasi, aktivitas biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta aliran gravitasi sedimen. Struktur
sedimen ini harus dianalisa langsung di lapangan, dengan tujuan untuk menentukan lingkungan
pengendapan batuan serta untuk menentukan posisi atas dan bawah dari suatu lapisan.
KORELASI UNIT STRATIGRAFI
Korelasi adalah sebuah bagian fundamental dari stratigrafi, dan lebih lagi merupakan usaha dari
stratigraphers dalam membuat unit stratigrafi yang formal yang mengarah pada penemuan praktis dan
metode yang dapat dipercaya untuk korelasi unit ini dari suatu area dengan lainnya (Boggs, 1987).
Dalam korelasi stratigrafi, pemahaman kita tentang korelasi sangat dipengaruhi oleh prinsip dasar, konsep
baru dan peralatan analisa (analytical tools) sehingga bisa dihasilkan metode baru dalam korelasi.
Definisi dan Prinsip Korelasi
Korelasi ialah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan
mempertimbangkan kesamaan waktu (Sandi Startigrafi Indonesia, 1996).
Menurut North American Stratigrafi Code (1983) ada tiga macam prinsip dari korelasi:
1.
Lithokorelasi, yang menghubungkan unit yang sama lithologi dan posisi stratigrafinya.
2.
3.
Korelasi dapat dipandang sebagai suatu yang langsung (direct)(formal) ataupun tidak langsung (indirect)
(informal) (B.R.Shaw,1982). Korelasi langsung adalah korelasi yang tidak dapat dipungkiri secara fisik dan
tegas. Pelacakan secara fisik dari kemenerusan unit stratigrafi adalah hanya metode yang tepat untuk
menunjukkan persesuaian dari sebuah unit dalam suatu lokal dengan unit itu di lokal lain. Korelasi tidak
langsung dapat menjadi tidak dipungkiri oleh metode numerik seperti contoh pembandingan secara visual
dari instrumen well logs, rekaman pembalikan polaritas,atau kumpulan fosil; meskipun demikian, seperti
pembandingan mempunyai perbedaan derajat reabilitas dan tidak pernah secara keseluruhan tegas (tidak
meragukan).
1 .Pendahuluan
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah
bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita
pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-19.
Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan
batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi).
Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang
terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena
banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang
berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya
pada suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka
kemudian Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk periodeperiode geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan waktunya.
Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal
dengan stratigrafi.
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu kata
strati berasal dari kata stratos, yang artinya perlapisan dan kata grafi yang
berasal dari kata graphic/graphos, yang artinya gambar atau lukisan. Dengan
demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu pemerian
lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan
(genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.
- Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam Sandi Stratigrafi. Sandi stratigrafi adalah
aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun tidak resmi, sehingga
terdapat keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-nama tersebut seperti
misalnya: Formasi/formasi, Zona/zona, Sistem dan sebagainya.
-Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap lapis batuan
dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan tersebut.
Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya adalah selaras
(conformity) atau tidak selaras (unconformity).
-Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan memiliki
genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh, facies sedimen marin, facies
sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb.
-Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau
diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa batuan
- Batas Satuan:
Batas atas dan bawah satuan sikuenstratigrafi adalah bidang bidang ketidakselarasan
atau bidang keselarasan padanannya.
- Tingkat Tingkat Satuan Sikuenstratigrafi
1. Urutan tingkat satuan sikuenstratigrafi, masing-masing dari besar sampai kecil
adalah Megasikuen, Supersikuen dan Sikuen.
2. Sikuen ialah satuan dasar dalam pembagian satuan sikuenstratigrafi.
- Satuan Resmi dan Tak resmi:
Satuan sikuenstratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan Sandi
sedangkan satuan tak resmi adalah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi
persyaratan Sandi.
- Tatanama Satuan Sikuenstratigrafi:Tatanama satuan sikuenstratigrafi resmi ialah
dwinama (binomial). Untuk tingkat sikuen atau yang lebih tinggi, dipakai istilah
tingkatnya dan diikuti nama geografi lokasitipenya (yang mudah dikenal).
5.Satuan Kronostratigrafi
- Azas Tujuan:
Pembagian kronostratigrafi ialah penggolongan lapisan-lapisan secara bersistem
menjadi satuan bernama berdasarkan interval waktu geologi. Interval waktu geologi
ini dapat ditentukan berdasar geo-kronologi atau metoda lain yang menunjukkan
kesamaan waktu. Pembagian ini merupakan kerangka untuk menyusun urutan
penafsiran geologi secara lokal, regional dan global.
- Hubungan Kronostratigrafi dan Geokronologi:
Bagi setiap Satuan Kronostratigrafi terdapat satuan geokronologi bandingannya:
Eonotem dengan Kurun, Eratem dengan Masa, Sistem dengan Zaman, Seri dengan
Kala dan Jenjang dengan Umur.
- Stratotipe dan Batas satuan:
1. Dalam Kronostratigrafi dikenal Stratotipe Satuan dan Stratotipe Batas
2. Stratotipe Satuan adalah sayatan selang stratigrafi yang dibatasi oleh stratotipe
batas atas dan bawah di tempat asal nama satuan.
3. Stratotipe Batas ialah tipe batas bawah dan atas satuan
4. Batas satuan kronostratigrafi ialah bidang isokron.
5. Batas satuan kronostratigrafi ditetapkan pada stratotipe, berdasarkan
pertimbangan obyektif.
- Tingkat Tingakat Satuan Kronostratigrafi:
1. Urutan tingkat satuan kronostratigrafi resmi, masing-masing dari besar sampai kecil
ialah: Eonotem, Sistem, Seri, dan Jenjang. Satuan ini dapat diberi awalan Super bila
tingkatnya dianggap lebih tinggi daripada satuan tertentu, tetapi lebih rendah dari
satuan lebih besar berikutnya. Dalam hal sebaliknya awalan yang dipergunakan
adalah Sub,
2. Bidang lapisan pada dasarnya adalah bidang kesamaan waktu, oleh karena itu satu
lapisan yang menerus, cirinya mudah dikenal serta mempunyai pelamparan luas,
dapat merupakan penunjuk kesamaan waktu dan dinamakan lapisan pandu. Selang
antara dua lapisan pandu disebut Selang Antara.
3. Lapisan yang ditandai oleh keseragaman polaritas geomagnit yang mempunyai
kesamaan waktu dinamakan Selang Polaritas.
- Penyebaran Satuan Kronostratigrafi:
Kelanjutan suatu satuan kronostratigrafi dari stratotipe hanya mungkin, bila terdapat
bukti-bukti akan adanya kesamaan waktu.
- Urutan Satuan kronostratigrafi:
Pembagian Kronostratigrafi dalam Sandi adalah seperti tercantum pada Skala Waktu
Geologi
- Satuan Kronostratigrafi Tak Resmi:
Pemakaian istilah satuan kronostratigrafi tak resmi tidak boleh mengacaukan istilah
satuan resmi.
- Pembagian Geokronologi:
Pembagian waktu geologi ialah pembagian waktu menjadi interval-interval tertentu
berdasarkan peristiwa geologi. Interval waktu geologi ini disebut sebagai satuan
geokronologi. Cara penentuannya didasarkan atas analisis radiometrik atau isotropik.
- Tingkat satuan Geokronologi:
Tingkat-tingkat satuan geokronologi dari besar ke kecil adalah: Kurun, Masa, Zaman,
Kala, dan Umur.
6. Satuan Tektonostratigrafi
- Azas Tujuan:
Pembagian tektonostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan suatu kawasan di
bumi, yang tergolong pinggiran lempeng aktif, baik yang menumpu (plate
convergence) ataupun memberai (plate divergence) menjadi mintakat-mintakat
(terrances). Penentuan mintakat didasarkan pada asal-usul terbentuknya dan bukan
pada keterdapatannya, dan karenanya mintakat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu 1).
Atockton (Autochthonous), 2). Alokton (Allochthonous) dan 3). Para-Atokton (Paraautochthonous). Penentuan batas penyebarannya ditentukan oleh kegiatan tektonik
pada waktu tertentu.
- Tingkat Tingkat Satuan Tektonostratigrafi:
1. Urutan tingkat satuan tektonostratigrafi resmi, mulai dari yang terbesar: Lajur
7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah melalui proses perhitungan dan
koreksi-koreksi yang kemudian digambarkan dengan skala tertentu dan data singkapan yang ada disepanjang
lintasan di-plot-kan dengan memakai simbol-simbol geologi standar.
8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan terlebih dahulu koreksi-koreksi
antara lain koreksi sudut antara arah lintasan dengan jurus kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng
(apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), perhitungan ketebalan setiap lapisan batuan dsb.
3.2. Perencanaan lintasan pengukuran
Perencanaan lintasan pengukuran ditetapkan berdasarkan urut-urutan singkapan yang secara keseluruhan
telah diperiksa untuk hal hal sebagai berikut:
a. Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai, vertikal atau horizontal. Arah lintasan
yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus terhadap jurus.
b. Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu tetap atau berubah rubah.
Kemungkinan adanya struktur sepanjang penampang, seperti sinklin, antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini
penting untuk menentukan urut-urutan stratigrafi yang benar.
c. Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang dapat diikuti di seluruh daerah serta
penentuan superposisi dari lapisan yang sering terlupakan pada saat pengukuran.
3.3.Menghitung Ketebalan
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atas (top). Dengan demikian
perhitungan tebal lapisan yang tepat harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila
pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam bidang yang tegak lurus tersebut maka jarak terukur yang
diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus:
d = dt x cosinus ( = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran).
Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut yang terukur pada arah
pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Apabila arah sudut lereng yang terukur tidak tegak lurus
dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan koreksi untuk mengembalikan kebesaran sudut lereng yang
tegak lurus jurus lapisan. Biasanya koreksi dapat dilakuan dengan menggunakan tabel koreksi dip untuk
pembuatan penampang.
1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0o)
Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus, ketebalan langsung di
dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin (dimana d adalah jarak terukur di lapangan dan adalah
sudut kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi
seperti pada cara diatas.
Posisi pengukuran pada daerah datar
gambar 8.6. { Catatan: sudut lereng (s) dan kemiringan lapisan () adalah pada keadaan yang tegak lurus
dengan jurus atau disebut true dip dan true slope }.
a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng.
Bila kemiringan lapisan ( ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka
perhitungan ketebalan adalah :
T = d sin ( - s ). (Gambar 8.5 b)
Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka
perhitungan ketebalan adalah:
T = d sin (s - ). (Gambar 8.5 c)
Gambar 8.5 Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan lapisan
b. Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus maka:
T = d sin ( + s ) (Gambar 8.6 b)
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900 (lereng berpotongan tegak lurus
dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka :
T = d (Gambar 8.6 c)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka :
T = d sin (1800 - - s) (Gambar 8.6 d )
Bila lapisannya mendatar, maka :
T = d sin (s)
Gambar 8.6 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan lapisan
Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar 8.7 dibawah ini. Adapun
penggambaran urutan perlapisan batuan/satuan batuan/satuan stratigrafi disesuaikan dengan umur batuan
mulai dari yang tertua (paling bawah) hingga yang termuda (paling atas)
Seringkali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai foto-foto singkapan seperti yang
diperlihatkan pada gambar 8.8. Adapun maksud dari penyertaan foto-foto singkapan adalah untuk lebih
memperjelas bagian bagian dari perlapisan batuan ataupun kontak antar perlapisan yang mempunyai makna
dalam proses sedimentasinya.
Penggambaran penampang stratigrafi terukur yang dilengkapi dengan foto-foto untuk menjelaskan
hubungan antar lapisan batuan ataupun kontak antar lapisan batuan
Gambar 8.9 Lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan (atas) dan penampang lintasan yang
memperlihatkan hubungan antar lapisan batuan atau satuan batuan.
Gambar 8.10 memperlihatkan lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan / satuan batuan
disepanjang jalan dari desa Cipanas ke Bendungan Saguling. Terdapat 4 (empat) satuan batuan yang dapat
diamati mulai dari desa Cipanas hingga ke Bendungan Saguling, yaitu: Satuan Batuan Batugamping
(Formasi Rajamandala), Satuan Batuan Batupasir selangseling Serpih (Formasi Citarum) dan Satuan Batuan
Breksi (Formasi Saguling) dan Satuan Batuan Lempung selangseling Batupasir (Anggota Cibanteng
Formasi Saguling).
Gambar 8.11 adalah sketsa penampang stratigrafi lintasan daerah Saguling yang menunjukan hubungan
antar satuan batuan (formasi) dan struktur geologi yang mengontrol hubungan antar satuan batuan dari yang
tertua hingga termuda, yaitu antara Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala dan Formasi Citarum serta
Formasi Saguling.
8.10 Lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan Daerah Saguling (Desa Cipanas Bendungan
Saguling)
Gambar 8.11 Penampang stratigrafi lintasan Daerah Saguling (Desa Cipanas Bendungan Saguling)
8.12 Penampang stratigrafi lintasan Daerah Ampiteater Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat
Gambar 8.12 adalah sketsa hasil pengamatan stratigrafi di daerah ampiteater Ciletuh, Jawa Barat.
Pengamatan dilakukan mulai dari bagian atas ampiteater Ciletuh hingga ke Cikadal (Muara S. Ciletuh).
Disepanjang lintasan ini tersingkap satuan batuan dari Formasi Jampang (batupasir tufan dan breksi),
Formasi Bayah (pasir konglomeratan dan lempung) Formasi Ciletuh (breksi, batupasir greywacke,
lempung), dan Melange Ciletuh (filit). Hubungan stratigrafi antara Melange Ciletuh dengan Formasi Ciletuh
diperkirakan adalah selaras, sedangkan hubungan antara Formasi Ciletuh dengan Formasi Bayah diatasnya
juga selaras, sedangkan antara Formasi Bayah dengan Formasi Jampang diatasnya tidak selaras (lihat sketsa
kolom stratigrafinya).
Gambar 8.13 adalah penamang stratigrafi lintasan Batuasih Gunung Walat yang memperlihatkan hubungan
antara Formasi Bayah, Formasi Batuasih dan Formasi Rajamandala. Hubungan stratigrafi antara Formasi
Bayah dengan Formasi Batuasih diatasnya adalah tidak selaras, sedangkan hubungan Formasi Batuasih
dengan Formasi Rajamandala diatasnya adalah selaras.