Anda di halaman 1dari 17

3

Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tujuan Pengujian

A. Sondir

Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang berfungsi
untuk mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan
seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan beban yang didirikan di atasnya. Tes
ini biasa dilakukan sebelum membangun pondasi tiang pancang, atau pondasi-
pondasi dalam lainnya. Data yang didapatkan dari tes ini nantinya berupa besaran
gaya perlawanan dari tanah terhadap konus, serta hambatan pelekat dari tanah
yang dimaksud. Hambatan pelekat adalah perlawanan geser dari tanah tersebut
yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per satuan panjang.

Hasil dari tes sondir ini dipakai untuk:

 Menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang mau dipakai


 Menghitung daya dukung tanah asli
 Menentukan seberapa dalam pondasi harus diletakkan nantinya

Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui


karakteristik tanah yang dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akan
dilakukan pembangunan konstruksi. Sondir ada dua macam, yang pertama adalah
sondir ringan dengan kapasitas 0-250 kg/cm² dan yang kedua adalah sondir berat
dengan kapasitas 0-600 kg/cm². Jenis tanah yang cocok disondir dengan alat ini
adalah tanah yang tidak banyak mengandung batu.

Kelompok I3
4
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

B. Sand Cone

Tes sand cone di lakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari tanah
atau perkerasan yang telah di padatkan.

C. Hand Bore

 Mengetahui profil dan karakteristik lapisan tanah dan muka air tanah.
 Mengetahui kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli dan
tidak asli.
 Mengumpulkan informasi/data untuk menggambarkan profil tanah.
 Mengambil contoh tanah dalam keadaan asli untuk penelitian
laboratorium.
D. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan nilai CBR langsung


dilapangan pada kedalaman tertentu dengan menggunakan alat dynamic
cone penetrometer.

2.2 Alat dan Bahan

A. Alat-Alat Pengujian Sondir

 Mesin sondir
 Satu set batang sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya 1
meter
 Manometer 2 buah

            Kapasitas 0-50   kg/cm²

            Kapasitas 0-250 kg/cm²

Kelompok I3
5
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 Satu buah Bikonus dan satu buah paten konus.


 Pelat persegi 2 batang
 Satu set (2) buah angker.

Gambar 2.1 Mesin Sondir

B. Alat-Alat Pengujian Sand Cone

 Botol transpasan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter.
 Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm.
 Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
bergaris tengah 16,51 cm.
 Peralatan kecil yaitu :
 Palu, sendok, kuas, pahat,,dan peralatan untuk mencari kadar air.
 Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg ketelitian sampai 1,0 gram.
 Satu buah timbangan kapasitas 500 gram ketelitian sampai 0,1 gram.
 Pasir : Pasir bersih keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak
mengandung bahan pengikat dan bergradasi lewat saringan no.10 (2 mm)
dan tertahan pada saringan no.200 (0,075 mm)

Kelompok I3
6
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

Gambar 2.2 alat pengujian sand cone

C. Hand Bore

 Augers (bor spiral) alat bor kecil dengan diameter minimum 1 ½”


 Post hole auger( Iwan type, tanpa casing )
 Drive hand
 Stick apparatus

Gambar 2.3 Bor Tangan

Kelompok I3
7
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

D. Alat-Alat Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP)


Peralatan utama Alat penetrometer konus dinamis (DCP) terdiri dari tiga
bagian utama yang satu sama lain harus disambung sehingga cukup kaku,
seperti telihat pada Lampiran A
1. Bagian atas
 Pemegang;
 Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi-jatuh setinggi 575 mm;
 Penumbuk berbentuk silinder berlubang, berat 8 kg.
2. Bagian tengah
 Landasan penahan penumbuk terbuat dari baja
 Cincin peredam kejut;
 Pegangan untuk pelindung mistar penunjuk kedalaman.

3. Bagian bawah

 Batang bagian bawah, panjang 90 cm, diameter 16 mm;


 Batang penyambung, panjang antara 40 cm sampai dengan 50 cm,
diameter 16 mm dengan ulir dalam di bagian ujung yang satu dan ulir
luar di ujung lainnya;
 Mistar berskala, panjang 1 meter, terbuat dari plat baja;
 Konus terbuat dari baja keras berbentuk kerucut di bagian ujung,
diameter 20 mm, sudut60 derajat atau 30derajat;
 Cincin pengaku.

Kelompok I3
8
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

Gambar 2.4 Alat DCP test

2.3 Teori Ringkasan Pengujian

A. Sondir

Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus.


Biasanya dipakai adalah bi-conus type Begemann yang dilengkapi dengan
selimut/jacket untuk mengukur hambatan pelekat lokal (side friction) dengan
dimensi sbb :

 Sudut kerucut conus  : 60°


 Luas penampang conus  : 10.00cm2
 Luas selimut/jacket  : 150cm2

Dalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian
perlawanan tanah terhadap ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada silimur
silinder diukur. Alat ini telah lama di Indonesia dan telah digunakan hampir pada
setiap penyelidikan tanah pada pekerjaan teknik sipil karena relatif mudah
pemakaiannya, cepat dan amat ekonomis.

Sesungguhnya alat uji sondir ini merupakan representase atau model dari
pondasi tiang dalam skala kecil. Teknik pendugan lokasi atau kedalaman tanah
keras dengan suatu batang telah lama dipraktekan sejak zaman dulu. Versi mula-

Kelompok I3
9
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

mula dari teknik pendugaan ini telah dikembangkan di Swedia pada tahun 1917
oleh Swedish State Railwaysdan kemudian oleh Danish Railways tahun 1927.
Karena kondisi tanah lembek dan banyaknya penggunaan pondasi tiang, pada
tahun 1934 orang-orang Belanda memperkenalkan alat sondir sebagaimana yang
kita kenal sekarang (Barentseen, 1936).

Metode ini kemudian dikenal dengan berbagai nama seperti:  “Static


Penetration Test” atau “Duch Cone Static Penetration Test dan secara singkat
disebut sounding saja yang berarti pendugaan. Di Indonesia kemudian dinamakan
sondir yang diambil dari bahasa Belanda.

Uji sondir saat ini merupakan salah satu uji lapangan yang telah diterima oleh
para praktisi dan pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan manfaat untuk
pendugaan profil atau pelapisan (stratifikasi) tanah terhadap kedalaman karena
jenis perilaku tanah telah dapat diindentifikasi dari kombinasi hasil pembacaan
tahanan ujung dan gesekan selimutnya.

Besaran penting yg diukur pada uji sondir adalah perlawanan ujung yg


diambil sebagai gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir (qc).
Besarnya gaya ini seringkali menunjukkan identifikasi dari jenis tanah dan
konsistensinya. Pada tanah pasiran, tahanan ujung jauh lebih besar daripada tanah
butiran halus.

Apa hubungan kuat dukung tanah dengan data sondir (qc).  Anda dapat
melihat hubungan nilai tahanan konus (qc) terhadap konsistensi tanah, sebagai
berikut :

 tanah yang sangat lunak nilai qc <  5 kg/cm2


 lunak 5-10 kg/cm2,
 teguh 10-20 kg/cm2,
 kenyal 20-40 kg/cm2,
 sangat kenyal 40-80 kg/cm2,

Kelompok I3
10
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 keras 80-150 kg/cm2, dan


 sangat keras  > 150 kg/cm2.

Pelaksanaan test sondir ini mengacu pada prosedur ASTM.D.3441, dimana


nilai perlawanan conus (qc) dan nilai hambatan pelekat lokal atau side friction (fs)
diamati setiap interval kedalaman 20cm dengan kecepatan penetrasi saat
pembacaan nilai qc dan fs, diusahakan konstan yaitu kurang lebih 2cm/detik.

Test ini dilaksanakan hingga mencapai kemampuan maksimum alat, yakni


nilai tekanan total atau qc = 250kg/cm2 atau hingga mencapai kedalaman
maksimum dibawah permukaan tanah setempat.

Hasil test sondir ini disajikan berupa diagram atau grafik hubungan antara
kedalamaan dengan qc, fs, total friction dan friction ratio.

B. Sand Cone

Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari
lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini
hanya terbatas untuk tanah yang mengandung butiran kasar tidak lebih dari 5
cm.Kepadatan lapangan ialah berat kering persatuan isi.

C. Hand Bore

Prosedur yang paling murah dan paling baik dalam pemboran adalah wash
boring, rotary drilling dan auger drilling. Lubang dangkal sampai kedalaman 10 ft
(3,05 meter) biasa dibuat dengan auger. Untuk melakukan pengeboran yang lebih
dalam digunakan metode-metode lain.

a.      Wash Drilling (bor dengan air)

Alat ini merupakan peralatan yang paling primitif yang biasa digunakan dalam
pemboran dengan air (Mohr 1943) meliputi :

Kelompok I3
11
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 Pipa dengan panjang 5 ft dan diameter 21/2 inchi, yang disebut dengan pipa
pelindung (casing), yang berfungsi sebagai penyangga dinding lubang.
 Beban memancangkan pipa pelindung ke dalam tanah.
 Derek untuk menangani beban dan pipa pelindung.
 Pipa/selang karet penghubung dipasang di antara kepala swivel dan ujung atas
pipa pengunci dan di ujung bawah pipa dipasang mata bor.
 Bak penampung air dan pompa tangan atau berbahan bakar.

Untuk memulai pekerjaan pemboran dengan air, terlebih dahulu ditegakkan


derek dan selanjutnya dipancang pipa pelindung yang panjangnya 5 ft sedalam 4
ft ke dalam tanah. Diujung atas pipa pelindung dipasang tee dengan gagangnya
pada posisi horizontal, dan sebuah pipa pendek dimasukkan dalam arah horizontal
kedalam gagang tee tersebut. Bak air diletakkan di bawah ujung pipa pendek
tersebut dan diisi oleh air. Pipa pencuci (wash pipa) diangkat ke posisi vertikal
dengan menggunakan tali yang ditarik oleh tangan dan melalui sebuah katrol yang
berada di puncak derek dan selanjutnya diturunkan ke dalam pipa pelindung.
Pompa dijalankan dan air mengalir dari bak melewati kepala swivel masuk ke
dalam pipa pencuci dan akhirnya sampai ke mata bor serta ruang diantara pipa
pencuci dan pipa pelindung. Sementara proses pemboran berjalan, pembor
mengamati warna dan kondisi umum campuran tanah dan air yang keluar melalui
lubang bor. Bilamana ada perubahan yang menyolok, maka pemberian air
dihentikan dan diambil contoh tanah dengan split-spoon. Contoh tanah semacam
ini diambil pada setiap kedalalman 5 ft andaikata karakter tanah nampaknya tidak
berubah.

b.      Rotary Drilling

Gambaran pokok rotary drilling dengan pemboran dengan air, hanya saja
batang bor dan mata bor diputar secara mekanik ketika pembuatan lubang
dilakukan. Mata bor memiliki wadah air tempat keluarnya air dari mata bor masuk
ke dalam ruang di luar mata bor. Penekanan batang ketika sedang berputar

Kelompok I3
12
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

dikerjakan secara mekanik dan hidraulik. Batang tersebut diganti dengan tabung
sample tanah bilamana diinginkan pengambilan contoh.

c.       Auger Drilling

Pemboran yang dangkal biasanya acapkali dikerjakan dengan auger. Cara


kerjanya, auger dibenamkan tak seberapa ke dalam tanah dan selanjutnya ditarik
beserta tanah yang melekat padanya. Tanah tersebut diambil untuk diteliti, auger
tersebut kembali dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian diputar ke bawah.
Apabila lubang tersebut tidak bias terus terbuka sehingga dapat dimasuki auger
karena disekeliling sisi-sisinya tertekan atau karena dinding runtuh, maka harus
dipergunakan pipa pelindung yang berdiameter sedikit lebih besar daripada
diameter auger. Pipa pelindung ini harus dipancang sampai kedalaman tak lebih
dari kedalaman puncak dari contoh yang berikutnya dan harus dibersihkan dengan
memakai auger tersebut. Kemudian auger dimasukkan ke dalam lubang yang
sudah bersih dan diputar bke bawah ke dasar pipa pelindung untuk memperoleh
contoh tanah. Auger boring dapat dilaksanakan pada pasir yang terletak di bawah
muka air tanah karena pasir tersebut tidak melekat pada auger.

D. DCP/Dynamic Cone Penetrometer

Pengujian dengan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ini pada


dasarnya sama dengan cone penetrometer (CP) yaitu sama-sama mencari nilai
CBR dari suatu lapisan tanah langsung di lapangan. Hanya saja pada alat Cone
Penetrometer dilengakapi dengan poving ring dan arloji pembacaan, sedangkan
pada alat Dynamic Cone Penetrometer adalah melalui ukuran(satuan) dengan
menggunakan mistar.
Percobaan dengan alat cone penetrometer digunakan untuk mengetahui
CBR tanah asli. Sedangkan percobaan alat dengan DCP ini hanya untuk mendapat
kekuatan tanah timbunan pada pembuatan badan jalan, alat ini dipakai pada
pekerjaan tanah karena mudah dipindahkan ke semua titik yang diperlukan tetapi
letak lapisan yang diperiksa tidak sedalam pemeriksaan tanah dengan alat sondir.

Kelompok I3
13
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

Hasil yang diperoleh pada percobaan ini dapat dihubungkan dengan nilai
CBR (perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan
terhadap beban standart dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama).

2.4 Prosedur Praktikum

A. Langkah-Langkah Pengujian Sondir

 Tentukan titik lokasi yang akan disondir.


 Buat lubang pertolongan dengan linggis untuk pemasukan bikonus pada
permukaan tanah.
 Pasang angker terlebih dahulu (tiap titik 2 buah angker), dengan jalan
memutar angker searah jarum jam dengan menggunakan batang pemutar
sambil menekan angker masuk ke dalam tanah.
 Pasang dan aturlah mesin sondir di atas titik lokasi dalam posisi vertikal.
 Besi-besi kanal dipasang untuk menjepit kaki sondir dan amati apakah
mesin benar-benar dalam keadaan vertikal terhadap permukaan tanah.
 Isikan oli ke dalam ruang hidrolis sampai penuh, hingga bekerjanya
tekanan sempurna.
 Pasang bikonus pada ujung pipa pertama dan kontrol sambungan-
sambungannya.
 Pasanglah rangkaian pipa pertama pada mesin sondir tepat pada lubang
yang telah dipersiapkan.
 Tekanlah pipa dengan jalan memutar stang pemutar pada alat sondir untuk
memasukkan bikonus ke dalam tanah. Setelah pipa masuk sedalam 20 cm,
hentikan pemutaran stang. Pemutaran dilanjutkan kembali untuk menekan
besi isi pipa. Pada penekan pertama ujung konus akan bergerak ke bawah
sedalam 4 cm, dan jarum manometer bergerak. Catat tekanan yang
ditunjuk oleh manometer tersebut. Tekanan inilah yang disebut
perlawanan penetrasi konus (PK). Pada penekanan berikutnya, konus dan
mantelnya bergerak ke bawah. Nilai manometer yang terbaca adalah nilai
perlawanan lekat (JP = PK + HL). Catat besarnya JP.

Kelompok I3
14
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 Tekan kembali pipa sondir masuk ke dalam tanah untuk mencapai


kedalaman baru. Hentikan setelah mencapai kedalaman tiap interval 20
cm. Lakukan kembali pekerjaan no. 9.
 Hentikan pengujian sondir apabila :

± Kedalaman telah mencapai kedalaman yang diinginkan.


± Jika bacaan manometer telah mencapai angka maksimal.

B. Langkah-Langkah Pengujian Sand Cone

 Menentukan isi botol


 Timbanglah alat (botol + corong = gram)
 Letakkan alat dengan botl di bawah , bukalah kran dan isi dengan
air jernih sampai penuh di atas kran. Tutuplah kran dan bersihkan
kelebihan air.
 Timbanglah yang terisi air ( gram). Berat air = isi botol pasir .
 Lakukan langkah ii dan iii sebanyak tiga kali dan ambil harga rata-
rata dari ketiga hasil. Perbedaan masing-masing pengukuran tidak
boleh lebih dari 3 cm3 .
 Menentukan berat isi pasir
 Letakkan alat dengan botol di bawah pada dasar yang rata tutup
kran isi corong pelan-pelan dengan pasir.
 Bukalah kran isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama
pengisian corong selalu paling sedikit setengahnya.
 Tutup kran bersihkan kelebihan pasir di atas kran dan timbanglah
(w3 gram)
 Menentukan berat pasir dalam corong :
 Isi botol pelan pelan dengan pasir dengan pasir secukupnya dan
timbang () gram.
 Letakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong , pada
dasar yang rata dan bersih.
 Bukalah kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir .

Kelompok I3
15
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 Tutup kran dan timbanglah alat berisi sisa pasir () gram.


 Hitunglah berat pasir dalam corong (). gram.
 Menentukan berat isi tanah :
 Isi botol dengan pasir secukupnya
 Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan plat
corong pada permukaan yang telah rata tersebut dan kokohkan
dengan paku pada keempat sisinya.
 Galilah lubang sedalam minimal 10 cm (tidak melampaui tebal
hamparan padat)
 Seluruh tanah hasil galian di masukkan ke dalam kaleng yang
tertutup dan telah diketahui beratnya () lalu timbang kaleng beserta
tanah ().
 Timbang alat dengan pasir di dalamnya ().
 Letakkan alat pada tempat ke ii , corong ke bawah di atas plat
corong dan buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk ke dalam
lubang.
 Setelah pasir berhenti mengalir kran ditutup kembali dan timbang
alat dengan sisa pasir ( gram).
 Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan kadar air w %

C. Langkah-Langkah Pengujian Hand Bore

 Menentukan lokasi yang akan diambil contohnya serta membersihkan


permukaannya dari rerumputan atau benda – benda lainnya.
 Merangkai mata pengarah dengan pipa bor serta tangkai pemutar.
 Menancapkan rangkaian tersebut di atas (b) pada lokasi (a) dan diputar
searah jarum jam sampai kedalaman 30 cm.
 Mencabut dan mengganti dengan mata bor ( Iwan besar / kecil )
 Meneruskan galian sampai kedalaman yang ditentukan, serta mencatat tiap
terjadi perubahan warna dan jenis tanah, dan juga kedalamannya.

Kelompok I3
16
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 Meletakkan hasil galian di atas tanah secara memanjang untuk mengetahui


perubahan warna dan jenis tanah, serta mengambil kadar air asli pada tiap
50 cm.

D. Langkah-Langkah Pengujian DCP/Dynamic Cone Penetrometer

 Areal yang akan diperiksa dari rumput dan diratakan, usahakan untuk
mendapatkan tanah asli jangan sampai terganggu.
 Periksa sambungan DCP dan kencangkan.
 Tempatkan ujung DCP pada permukaan tanah dalam keadaan tegak lurus.
 Baca mistar berapa kedalaman masuknya alat dari muka tanah.
 Angkat palu pada ketinggian maksimum. Kemudian lepaskan sehingga
jatuh bebas. Baca dengan mistar berapa kedalamannya.
 Lakukan pemukulan sampai penetrasi 90 cm .

2.5 Pengolahan Data

A. Perhitungan Pengujian Sondir

PERHITUNGAN:

 Hambatan Lekat (HL)

HL = (JP-PK) x A/B

Dimana :

JP = Jumlah Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat (px2)

PK = Perlawanan Penetrasi Konus (px1)

A = Interval Pembacaan 20 cm

B = Faktor Alat = L Konus/L torak= 10 cm

Kelompok I3
17
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 Jumlah Hambatan Lekat

JHLi = Z HL

Dimana :

i = Kedalaman Lapisan Yang Ditinjau

Z= Zigma

B. Perhitungan Pengujian Sand Cone

 Isi botol+ corong = W1= 581 gram


 Berat Botol+corong+air = W2 = 5506 gram
 Berat air (W3) = W2-W1= 4925 gram

 Volume botol/jar(V1), air ᵞ = 1 gram/cm3


= W3/ air = 4925 gram

 Botol+corong+pasir = w4 =7704 gram


 Berat pasir (W5) = W4-W1 =7125 gram


 Berat isi pasir ( pasir) = W5-V1

= 7125-4925 = 1,45 gram


 Berat+pasir dalam botol (W6) = 5339 gram
 Berat pasir sisa+botol (W7) = 3970 gram
 Berat pasir dalam corong(W8) =W6-W7=1369
 Berat alat & Pasir =W9 = 8334 gram
 Berat alat & Pasir tersisa =W10 = 3060 gram

 Volume Lubang Galian (V2) ᵞ


= (W9-W10-W8)/ pasir

=2693,103 cm3
 Berat cawan+tanah alami = W11 =6496 gram
 Berat cawan kosong = W12 =0,289 gram

Kelompok I3
18
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 Berat tanah alami (W13) = (W11-W12) =6495,711 gram


 Berat isi tanah alami ( bulk-lap) = (W13-V2) = 2,4119 gram/cm3

 Kadar air (w), Menggunakan alat Speedy Mc = 2,4 %


 Kadar air koreksi = (0,011xW2+0,979xW+0,109) AASHTO T-217
= 2,52196 %

ᵞdry-lap ᵞ
= [100x bulk-lap/(W+100) = 2,355 gram/cm3


 Maksimum bulk-lab, Dari laboratorium = 1,874 gram/cm3

ᵞ ᵞ
 Tingkat Kepadatan = ( bulk-lap/( bulk-lab)x100% = 125,68 %

C. Perhitungan/Pengolahan data Pengujian Hand Bore

Gambar 2.5 Pengujian Hand Bore

D. Perhitungan/Pengolahan Data DCP/Dynamic Cone Penetrometer

Perhitungan dan Grafik

Kelompok I3
19
Investigasi Lapangan dan Kontrol Kualitas

 Proses perhitungannya adalah:


-   Menghitung besar penetrasi tiap tumbuhan
-   Menentukan CBR yang diperoleh yaitu dengan melihat grafik CBR
standard.

 Proses pembuatan grafiknya:

-    Buat koordinat titik sesuai dengan jumlah tumbuhan kumulatif pada


arah horizontal dan kedalaman penetrasi pada arah tersebut.

- Hubungkan titik-titik tersebut pada grafik sehingga akan membentuk


arah garis lurus yang memiliki keseluruhan titik-titik tersebut.

- Bandingkan dengan grafik CBR standar sehingga didapat harga CBR.

Kelompok I3

Anda mungkin juga menyukai