Anda di halaman 1dari 15

9

MEKANIKA TANAH II

PENDAHULUAN

1.1 Referensi

Ada berbagai cara untuk menentukan daya dukung


tanah, salah satu diantaranya adalah melakukan pengetesan
dengan alat sondir. Alat ini mempunyai standart luas
penampang sebesar 10 cm2, sudut puncak 60ᵒ, dan luas
selimut 150 cm2 (di Indonesia 100 cm2). Kecepatan
penetrasi 2 cm/detik (standart ASTM D411-75T).

2.1 Dasar Teori


Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang
teknik sipil yang berfungsi untuk mengetahui letak
kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan
seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan beban yang
didirikan di atasnya. Tes ini biasa dilakukan sebelum
membangun pondasi tiang pancang, atau pondasi-pondasi
dalam lainnya. Data yang didapatkan dari tes ini nantinya
berupa besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap konus,
serta hambatan pelekat dari tanah yang dimaksud. Hambatan
pelekat adalah perlawanan geser dari tanah tersebut yang
bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per
satuan panjang.
Metoda sounding/sondir terdiri dari penekanan suatu
tiang pancang untuk meneliti penetrasi atau tahanan
gesernya. Alat pancang dapat berupa suatu tiang bulat
atau pipa bulat tertutup dengan ujung yang berbentuk
kerucut dan atau suatu tabung pengambil contoh tanah,
sehingga dapat diperkirakan (diestimasi) sifat-sifat
fisis pada strata dan lokasi dengan variasi tahanan pada
waktu pemancangan alat pancang itu. Metoda ini
berfungsi untuk eksplorasi dan pengujian di lapangan. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan “keras”
(Hard Layer) dan homogenitas tanah dalam arah lateral.
Hasil Cone Penetration Test disajikan dalam bentuk
9
MEKANIKA TANAH II

diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan


friksi selubung, kemudian digunakan untuk menghitung daya
dukung pondasi yang diletakkan pada tanah tersebut.
Di Indonesia alat sondir sebagai alat tes di
lapangan yang sangat terkenal karena di negara ini banyak
dijumpai tanah lembek (misalnya lempung) hingga kedalaman
yang cukup besar sehingga mudah ditembus dengan alat
sondir. Di dunia penggunaan Sondir ini semakin populer
terutama dalam menggantikan SPT untuk test yang dilakukan
pada jenis tanah liat yang lunak dan untuk tanah pasir
halus sampai tanah pasir sedang/kasar. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus
(qc), hambatan lekat (fs) tanah dan friction ratio (rf)
untuk memperkirakan jenis tanah yang diselidiki.
Perlawanan konus adalah suatu perlawanan tanah
terhadap ujung kerucut yang dinyatakan dalam gaya per-
satuan luas. Sedangkan Hambatan lekat adalah perlawana
geser suatu tanah terhadap selimut bikonus yang
dinyatakan dalam gaya per-satuan panjang. Penetrometer
dapat dikelompokan menjadi 2 jenis:

1. Penetrometer Statis
Ujung ditekan ke tanah dengan kecepatan tertentu dan
gaya perlawanan konusnya dapat diukur
2. Penetrometer Dinamis
Ujung dimasukkan kedalam tanah dengan pukulan yang
dilakukan dengan menjatuhkan beban pada ketinggian
tertentu dan jumlah pukulan yang diperlukan untuk
mendorong ujung tersebut menembus jarak tertentu.
Macam – Macam jenis ujung Penetrometer yang bisa
dipakai dalam pengujian di lapangan adalah :

1. Standar type (Bikonus)


9
MEKANIKA TANAH II

Yaitu ujungnya sendiri berupa konus (Kerucut) dengan


luas penampang 10 cm dan untuk kedua macam ujung
ditekan kebawah dengan suatu rangkaian stang crassing
luar. Gaya yang dibutuhkan untuk menekan kerucut
tersebut diukur dengan suatu alat ukur (Gaude) yang
ditempatkan pada suatu kerangka dongkrak di permukaan
tanah dan untuk pengukuran selanjutnya dilakukan dengan
hanya menekan crassing luarnya saja.

2. Fruction Sleeve
Nilai konus dan hambatan lekat kedua - duanya
diukur. Jadi nilai hambatan lekat didapat kemudian
dengan mengurangi besarnya nilai konus dari jumlah
nilai keseluruhan, keseluruhan konus akan ditekan
kebawah, friction dan stang dengan hanya menekan
crassing saja sampai kedalaman dimana dilakukan
pembacaan berikutnya. Perbedaan antara konus biasa
(standar type) dengan Fricion Sleeve, adalah :
 Pada stardar type yang diukur hanya perlawanan ujung
konus.
 Pada friction sleeve yang dihitung nilai konus dan
nilai hambatan lekat.

Alat yang biasa digunakan sondir mekanis type


begemen sleve-cone dengan bikonus yang kapasitas

kg
maximumnya adalah 250 dimana luas bidang gesernya
cm2
2 2
100 cm dan proyeksi ujung konus 10 cm .
Pemberian gaya dengan dengan system hidrolik dengan
2
luas 10 cm . Pembacaan gaya dilakukan dengan interval
20 cm dengan menggunakan 2 buah manometer yang

kg kg
bersekala 0 – 6 2 dan 0 – 250 2
cm cm
9
MEKANIKA TANAH II

Pengujian sondir ini dapat dilakukan pada semua


jenis tanah, berbutir halus maupun kasar, namun tidak
dapat dilaksanakan jika lapisan tanah tersebut terdapat
kerikil.
Sebelum alat sondir digunakan sebaiknya terlebih
dahulu dilakukan pengontrolan pemasangan alat – alat
yang dipakai yaitu kedudukan sondir harus tegak lurus
terhadap pemukaan tanah. Hasil pengujian sondir
biasanya dinyatakan secara grafis dalam bentuk

a) Perlawanan penetrasi konus (PK) pada tiap kedalaman

kg
dinyatakan dalam
cm2
b) Jumlah hambatan lekat (JHL) pada tiap kedalaman

kg
dinyatakan dalam
cm

Beberapa keuntungan dari alat sondir :


Cepat menentukan letak lapisan tanah keras
Dapat memperkirakan perbedaan lapisan tanah keras.
Dengan menggunakan persamaan, hasilnya dapat
digunakan untuk menentukan daya dukung tanah.

Kelemahan dari alat sondir adalah :


 Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung
 Jika alat ini tidak lurus dank onus tidak bekerja
dengan baik maka hasil yang didapat bisa meragukan
 Jika terdapat batu lapi, penyondiran tidak dapat
dilanjutkan karena bisa memberikan indikasi lapisan
tanah keras yang salah.
9
MEKANIKA TANAH II

3.1 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
 Alat sondir

 Satu set batang stang sondir lengkap dengan stang


dalam yang panjangnya masing – masing 1 m.
 Manometer
kg
 Kapasitas 0 – 6
cm2
kg
 Kapasitas 0 – 250 2
cm
9
MEKANIKA TANAH II

 Biknus

 Kunci Pipa

 Satu set angker


9
MEKANIKA TANAH II

 Kunci Manometer
 Water Pas

b. Bahan
 Oli
9
MEKANIKA TANAH II

PEMBAHASAN

1.1 Langkah Kerja


1. Tentukan hasil tempat dilakukan penyondiran
2. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan selama
pengujian
3. Pasang sondir tegak lurus di tempat yang akan
diselidiki yang diperkuat dengan angker yang ditanam di
dalam tanah
4. Rantai konus dan bikonus dengan stang luar dan stang
dalam serta kepala stang
5. Letakan rangkaian tersebut tepat dibawah pompa hidrolis
dengan keadaan vertical serta dengan pengguna hidrolis
dalam keadaan tertutup
6. Lakukan pengecekan terhadap manometer
7. Beri tanda pada batang stang untuk menunjukan penurunan
sedalam 20 cm
8. Putar engkol sehingga stang luar terdorong kedalam
tanah sedalam 20 cm kemudian buka pengunci pompa
hidrolis dan tempatkan stang pada piston pompa hidrolis
9. Manometer akan menunjukkan 2 nilai yaitu nilai utama
adalah nilai perlawanan konus (PK) ditandai dengan
adanya bunyi sentakan atau dapat dilihat dengan gerakan
jarum pada manometer. Sedangkan nilai kedua adalah
nilai jumlah perlawanan (IP) dengan tanda – tanda yang
sama
10. Ulangi langkah diatas dan lanjutkan untuk setiap
penurunan 20 cm
11. Pengujian dihentikan apabila
a. Jika bacaan pada manometer tiap kali berturut –

kg
turut menunjukan nilai > 150
cm2
b. Jika alat sondir terangkat keatas sedangkan bacaan
manometer belum menunjukan angka maksimal.
9
MEKANIKA TANAH II

2.1 Gambar Pelaksanaan

Pemasangan alat Sondir


9
MEKANIKA TANAH II

Pembacaan Manometer

3.1 Contoh Grafik Test Uji

a. Data Pengujian Sondir

Dari pengujian diperoleh data sebagai berikut :

Kedalaman Perlawanan Konus Jml. Perlawanan


(m) PK (kg/cm²) JP (kg/cm²)
0.0 0 0
0.2 24 31
0.4 21 28
0.6 22 28
0.8 24 30
1.0 28 34
1.2 17 28
1.4 15 26
1.6 90 110
1.8 110 125
2.0 40 50
2.2 100 115
2.4 90 105
2.6 110 125
2.8 110 125
3.0 120 135
3.2 150 185
3.4 120 135
3.6 150 185
3.8 165 210
4.0 185 230
4.2 165 210
9
MEKANIKA TANAH II

4.4 185 230


4.6 230 260
4.8 250 300

b. Hasil Pengolahan Data dengan Microsoft Excel

Dari perhitungan diperoleh data sebagai berikut :

UJI PENETRASI KONUS (ASTM D 3441 - 86)


Rasio
Kedalama Perlawanan Jml. Hambatan
HLx20 JHL Geseka
n Konus Perlawanan Lekat
n
FR =
HL=(JP-PK)/10 (kg/cm
(m) PK (kg/cm²) JP (kg/cm²)
(kg/cm²)
(kg/cm) HL/PK
) (%)
0.0 0 0 0.0 0.0 0.0 0.00
0.2 24 31 0.7 14 14 2.92
0.4 21 28 0.7 14 28 3.33
0.6 22 28 0.6 12 40 2.73
0.8 24 30 0.6 12 52 2.50
1.0 28 34 0.6 12 64 2.14
1.2 17 28 1.1 22 86 6.47
1.4 15 26 1.1 22 108 7.33
1.6 90 110 2.0 40 148 2.22
1.8 110 125 1.5 30 178 1.36
2.0 40 50 1.0 20 198 2.50
2.2 100 115 1.5 30 228 1.50
2.4 90 105 1.5 30 258 1.67
2.6 110 125 1.5 30 288 1.36
2.8 110 125 1.5 30 318 1.36
3.0 120 135 1.5 30 348 1.25
3.2 150 185 3.5 70 418 2.33
3.4 120 135 1.5 30 448 1.25
3.6 150 185 3.5 70 518 2.33
3.8 165 210 4.5 90 608 2.73
4.0 185 230 4.5 90 698 2.43
4.2 165 210 4.5 90 788 2.73
4.4 185 230 4.5 90 878 2.43
4.6 230 260 3.0 60 938 1.30
4.8 250 300 5.0 100 1038 2.00
9
MEKANIKA TANAH II

c. Grafik Perlawanan Ujung Konus

Dari perhitungan diperoleh grafik perlawanan ujung


konus sebagai berikut :
9
MEKANIKA TANAH II

d. Grafik Rasio Gesekan

Dari perhitungan diperoleh grafik rasio gesekan sebagai


berikut :
9
MEKANIKA TANAH II

e. Penentuan Jenis Tanah Berdasarkan Grafik

Kedalama
(m)
n Pk FR Deskripsi

0.00 1.00 19.8 2.3 Clayey Silt to Silty Clay


1.00 1.40 20.0 5.3 Clay
1.40 2.60 79.3 2.6 Sandy Silt to Clayed Silt
2.60 3.60 126.7 1.6 Sand to Silty Sand
3.60 4.00 166.7 2.5 Sand to Clayey sand
4.00 4.80 203.0 2.2 Sand to Clayey sand
> 6.00 >200

Penentuan lapisan tanah pada table diatas yaitu


berdasarkan grafik perlawanan konus dan rasio
gesekan yang telah diplotkan pada grafik lapisan
tanah ( Robetson et al, 1986 ).

Sehingga berdasarkan data perhitungan dan


grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa lapisan
tanah keras berada pada kedalaman 2.6 m ke bawah
9
MEKANIKA TANAH II

dengan jenis lapisan tanah berupa sand to silty


sand.

Anda mungkin juga menyukai