Anda di halaman 1dari 32

TUGAS 3

(Mekanika Tanah II)

DISUSUN OLEH:

Nama : Maulid Al Azzis


Nim : 20083019
Kelas : B
Prodi : Teknik Sipil

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
TUGAS MAHASISWA :
1. Mencari tahu maksud pemeriksaan tiap tiap percobaan yang dilakukan mulai dari
pengujian sondir sampai pengujian triasial.
2. Mencari tahu spesifikasi peralatan yang digunakan tiap pengujian.
3. Mencari tahu prosodur percobaan tiap tiap pengujian

PENYELESAIAN :

PEMERIKSAAN LAPANGAN

1. SONDIR

a. Maksud dan tujuan


Yaitu cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji
laboratorium geser dengan cara uji langsung terkonsolidasi dengan drainase pada
benda uji tanah. Tujuannya adalah untuk memperoleh parameter-parameter
perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir (penetrasi quasi
statik). Parameter tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs),
angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf), yang dapat dipergunakan
untuk interpretasi perlapisan tanah dan bagian dari desain fondasi.
b. Spesifikasi alat

c. Prosodur pengujian
1. Persiapan pengujian
Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai
berikut:
• Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya
digali dengan linggis sedalam sekitar 5 cm; “ Copy standar ini dibuat
oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pekerjaan Umum dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan
Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi
Bangunan dan Rekayasa Sipil ” SNI 2827:2008 6 dari 17
• Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat
sesuai dengan letak rangka pembeban;
• Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
• Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa
untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5
MPa dan manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
• Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik
menggunakan kunci piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah
terjadinya gelembung udara dalam sistem;
• Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat
di atasnya;
• Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan
memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan
terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu
pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
• Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta
kepala pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol
keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang
panjang, bisa ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan
batang dalam.

2. Prosodur pengujian
Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
• Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada
kedudukan yang tepat;
• Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan
hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
• Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan
hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai
kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian;
• Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik
kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam
saja (kedudukan 1, lihat Gambar 5);
• Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus
berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang
pipa dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan
data.
3. Laporan uji
Hasil uji sondir dilaporkan dalam bentuk formulir seperti diperlihatkan
dalam Lampiran C, yang memuat hal-hal sebagai berikut:
• Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;
• Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji
dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;
• Jumlah pengujian, koordinat lokasi atau sketsa situasi letak, elevasi tanah
dan muka air tanah (bila memungkinkan);
• Tipe ujung alat penetrasi yang digunakan, tipe mesin bercabang, informasi
kalibrasi ujung alat dan cabang atau kedua-duanya;
• Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

2. BOR TANGAN

a. Maksud dan tujuan


Maksud dari praktikum hand boring adalah pengambilan contoh tanah dengan
cara pengeboran, dimana dilakukan d pengeboran, dimana dilakukan dengan
menggunakan ta engan menggunakan tangan (secara manual). ngan (secara
manual). Tujuan dari praktikum hand boring adalah:
• Untuk mendapatkan keterangan tentang struktur tanah secara visual (lanau
atau lempung), yaitu pada lapisan tanah dibaw lempung), yaitu pada lapisan
tanah dibawah yang aka ah yang akan menjadi pondasi. n menjadi pondasi.
• pengambilan pengambilan contoh tanah tidak terganggu terganggu
(undisturbed) (undisturbed) dan terganggu terganggu (disturbed)
(disturbed) untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut dilaboratorium

b. spesifikasi alat

• Mata bor
• Stang bor
• Kunci T pemutar
• Stang pemutar
• Stick Apparatus
• Tabung contoh
• Angker Spiral
• Kanal / ambang
• Kop penahan
• Palu 10 kg1
1. Prosedur Pengujian
Sebelum melaksanakan percobaan hand boring ini, terlebih dahulu harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Tentukan lokasi yang akan dibor.
• Alat yang diperlukan disiapkan untuk dibawa ketempat lokasi praktikum.
• Tanah disekitar lokasi dibersihkan terhadap batu- batuan, batuan, rumput-
rumputan dan humus.
• Jalannya Percobaan Auger Iwan dipasang pada ujung sebuah batang bor dan
pada ujung lainnya dipasang stang pemutar.
• Auger Iwan diletakkan pada lokasi yang digali 10 cm sebagai titik
pengeboran.
• Stang pemutar diberi beban berat (dengan dinaiki para praktikan), pada saat
auger iwan masuk kedalam tanah diusahakan agar selalu tegak lurus
kemudian stang pemutar dan pemutar dan batang pemutar diputar batang
pemutar diputar searah dengan j searah dengan jarun jam, hal arun jam, hal
ini agar ini agar "atang bor "atang bor tidak lepas dari kuncinya.
• Bila auger iwan telah terisi penuh dengan tanah dengan tanah, maka auger
iwan diangkat, tanah dikeluarkan dan tanah tersebut diidentifikasikan
secara visual mengenai mengenai jenis dan warnanya. Setelah jenis dan
warnanya. Setelah auger iwan dibersihkan auger iwan dibersihkan dari sisa
tanah (tanah dari sisa tanah (tanah dalam auger iwan pada pengeboran
pertama dibuang begitu juga pada pengeboran ke2 dan ke-3)
• Auger iwan dimasukkan kembali kedalam lubang dan ulangi pekerjaan
sampai kedalaman yang diinginkan. Tanah tersebut diambil dan masukkan
ke dalam plastik untuk contoh tanah disturbed pada kedalaman 1 m.
• Jika kedalaman untuk pengeboran sampai undisturbed telah tercapai maka
auger iwan diganti dengan tabung contoh yang sebelumnya diolesi oli agar
tanah tidak melekat sehingga memperkecil kerusakan.
• Tabung contoh dan batang bor dimasukkan kedalam lubang secara
perlahan-lahan dan usahakan masuk tegak lurus. ada batang bor diberi tanda
kedalaman tabung yang akan dicapai sehingga waktu pemukulan tidak
melebihi tinggi tabung (dapat mengakibatkan compaction) ataupun kurang.
• Cabut batang bor perlahan-lahan dengan bantuan kunci pipa, contoh tanah
diambil kemudian kedua ujung tabung contoh ditutup dengan lilin cair agar
kadar air tanah tidak berubah. Tempelkan berubah. Tempelkan label
kedalaman dari label kedalaman dari contoh tanah. contoh tanah.
• Tabung diganti dengan auger iwan kembali dan pengeboran dilanjutkan.
Contoh tanah diambil dan diidentif ikasikan. Demikian selanjutnya
dilakukan pengambilan contoh tanah, baik yang disturbed maupun yang
undisturbed pada kedalaman-kedalaman yang diinginkan.
• Selanjutnya Pengambilan contoh tanah disturbed pada kedalaman: 3 m baik
disturbed maupun undisturbed dapat dilakukan seperti pada pengeboran ke
dalaman 1 m
2. Cara penentuan hasil lapangan
Dari hasil percobaan dapat diketahui penggolongan tanah secara visual,
walaupun penggolongan ini termasuk yang kasar penggolongan ini termasuk yang
kasar dari sudut pa dari sudut pandang teknis. Tanah-tanah tersebut ndang teknis.
Tanah-tanah tersebut dapat digolongkan dalam beberapa macam, yaitu :
• Baru kerikil (gravel)
• Pasir (sand)
• Lanau (Silt)
• Lempung (Clay)
- Lempung : Lempung terdiri dari butiran yang sangat kecil dan
menunjukkan sifat-sifat plastisitas plastisitas dan kohesi. kohesi.
Kohesi menunjukkan menunjukkan kenyataan kenyataan bahwa
bagian- bagian dari butiran butiran tersebut melekat satu sama lain.
Sedangkan plastisitas adalah sif at yang memungkinkan
untuk butiran- butiran itu dapat berubah-ubah tanpa terjadi
retakan/pecahan.
- Batu Keriki dan Pasir : Golongan ini terdiri dari butiran/pecahan batu
dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butiran batu kerikil biasanya terdiri
dari pecahan batu, tetapi juga dapat terdiri dari suatu macam -at tertentu
misalnya flint dan kwartz.
- Lanau : Bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir
halus, dimana bahan tanah lanau kurang plastis dan lebih mudah
ditembus oleh air dibandingkan tanah lempung dan memiliki sifat
dilatasi yang tidak terdapat pada lempung. Dilatasi ini menunjukkan
gejala perubahan perubahan isi apabila apabila lanau itu diubah
bentuknya bentuknya serta akan menunjukkan menunjukkan gejala
untuk menjadi quick (hidup) apabila diguncangkan atau digetarkan.
-
3. SAND CONE TEKS

a. Maksud
Untuk memeriksa kepadatan di lapangan pada lapisan tanah atau lapisan perkerasan
yang telah dipadatkan. Pengujian yang di uraikan disini hanya berlaku terbatas pada
ukuran butiran tanah dan batuan tidak lebih dari 5 cm diameternya. Yang dimaksud
dengan kepadatan lapangan adalah berat kering persatuan isi.

b. Spesifikasi alat
Peralatan yang dipergunakan :

• botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter
• takaran yang telah diketahui isinya (± 2.019 ml) dengan diameter lubang 16,51
cm
• corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm dan pelat corong
• plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
berdiameter 16,51 cm
• peralatan kecil : mistar perata dari baja, meteran 2 m, palu, sendok, kuas,pahat
• peralatan untuk menentukan kadar air
• timbangan dengan kapasitas minimum 10 kg dengan ketelitian sampai 1,0 gram
• timbangan, kapasitas minimum 500 gr dengan ketelitian sampai 0,1 gram.

Persyaratan alat, bahan dan lokasi :


Pasir yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
• bersih, keras, kering dan bisa mengalir bebas, tidak mengandung bahan
pengikat
• gradasi 0,075 mm sampai 2 mm;
Penentuan lokasi titik uji harus memenuhi :

• pengujian kepadatan tidak boleh dilakukan pada saat titik uji tergenang;
• pengujian kepadatan dilakukan paling sedikit dua kali untuk setiap titik dengan
jarak 50 cm;
• pada saat pengujian, dihindari adanya getaran;
• hasil pengukuran yang berupa nilai kepadatan dihitung rata-rata dengan dua angka
dibelakang koma

Lapisan tanah atau lapis pondasi bawah berupa sirtu dan batu pecah yang akan diuji yang
mengandung butir berukuran tidak lebih dari 5 cm, harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
membuat lubang berdiameter sama dengan diameter corong dan plat dudukan corong, dengan
kedalaman 10 cm sampai 15 cm.
Lapisan tanah atau lapis pondasi bawah berupa sirtu dan batu pecah yang akan diuji yang mengandung butir
berukuran tidak lebih dari 5 cm, harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan membuat lubang berdiameter
sama dengan diameter corong dan plat dudukan corong, dengan kedalaman 10 cm sampai 15 cm.
Peralatan yang dipergunakan :

• botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter
• takaran yang telah diketahui isinya (± 2.019 ml) dengan diameter lubang 16,51 cm
• corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm dan pelat corong
• plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang berdiameter 16,51 cm
• peralatan kecil : mistar perata dari baja, meteran 2 m, palu, sendok, kuas,pahat
• peralatan untuk menentukan kadar air
• timbangan dengan kapasitas minimum 10 kg dengan ketelitian sampai 1,0 gram
• timbangan, kapasitas minimum 500 gr dengan ketelitian sampai 0,1 gram.
Alur langkah pengujian dan perhitungan, secara umum adalah sebagai berikut :
• penentuan volume/isi botol yang digunakan
• penentuan berat isi pasir yang digunakan
• penentuan berat isi tanah

Penentuan volume/isi botol yang digunakan :

Yang dimanfaatkan adalah air, yang sudah diketahui massa jenisnya adalah 1 kg/lt atau 1 kg/dm³ atau 1
g/cm³ atau 1 ton/m³
Untuk keperluan praktis dianggap berat isi air = massa jenis air, dengan mengabaikan faktor percepatan
gravitasi yang berbeda antar lokasi.

Untuk mendapatkan volume/isi botol yang digunakan, timbang berat :


botol + corong (kosong)
botol + corong + air
lalu hitung volume/isi botol dengan rumus :

Penentuan berat pasir dalam corong :

Untuk menentukan berat pasir dalam corong saja :

• isi pasir secukupnya pada botol


• tutup kran dan bersihkan sisa pasir di atas kran
• timbang botol + corong + pasir
• balikkan botol dan corong pada alas yang rata
• buka kran sampai pasir berhenti mengalir
(memenuhi corong)
• tutup kran kembali, timbang kembali botol +
corong + sisa pasir

Hitung berat pasir dalam corong dengan rumus di


samping

Pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji :

Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji adalah sebagai berikut :

• ratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji


• tempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
berdiameter 16,51 cm pada permukaan tanah
• kokohkan kedudukan plat dudukan corong dengan pasak atau paku pada keempat sisinya
• gali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada lubang plat corong
• pastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak ada yang tertinggal dalam lubang
• masukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi yang digali dalam wadah/kaleng tertutup
yang sudah diketahui beratnya, lalu ditimbang

Ambil contoh tanah atau material lapis dasar pondasi untuk dihitung kadar airnya

Pengukuran dengan pasir uji :


Pelaksanaan pengukuran dengan pasir uji yang sudah diketahui parameternya pada lubang yang telah
disiapkan di titik uji seperti di atas, adalah sebagai berikut :

• isi botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau secukupnya melebihi isi
lubang dan corong)
• timbang botol dengan corong dan pasir
• tempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang tepat pada corong
menghadap ke bawah dan botol di atas
• buka kran dan biarkan pasir mengalir mengisi lubang dan corong sampai
penuh
• setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang kembali botol +
corong + sisa pasir

Perhitungan volume lubang :


Perhitungan berat isi kering (kepadatan lapangan) tanah/lapis dasar pondasi

Hasil pengujian dengan sand cone adalah :


berat isi kering tanah atau material lapis dasar pondasi, yang merupakan kepadatan lapangan tanah atau
lapis dasar pondasi yang diperiksa
Untuk memenuhi persyaratan spesifikasi teknis, pada umumnya harus dilakukan pengujian kepadatan
laboratorium untuk material tanah atau lapis dasar pondasi yang digunakan dan kepadatan lapangan harus
memenuhi persentase tertentu (misal 95% atau 98% atau 100%) dari kepadatan laboratorium yang
disyaratkan dalam spesifikasi yang berlaku pada proyek yang bersangkutan

4. DYNAMIC CONE PENETRATOIN TEST

a. Tujuan pengujian dynamic cone penetratoin test

Maksud dan tujuan ini adalah untuk mengetahui daya dukung tanah dinyatakan dalam nilai
CBR ( california bearing ratio ) dengan satuan % (persen). Data CBR digunakan sebagai
salah satu masukan dalam proses perencanaan jalan yaitu untuk.
• Penentuan tebal perkerasan (full depth pavement) untuk bagian jalan yang
direncanakan akan mendapatkan penanganan “pelebaran jalan”
• Penentuan tebal lapis ulang (overlay) di atas jalan aspal apabila tidak dapat
disediakan/tidak terdapat data Benkelman Beam
• Penentuan tebal perekerasan untuk bagian jalan yang direkontruksi (seluruh
perkerasan lama dibongkar).
• Penentuan tebal perkerasan jalan baru
b. Spesifikasi alat dynamic cone penetratoin test
• Penumbuk seberat 9,07 kg (20 lb) yang dapat dijatuhkan bebas setinggi 50,8 cm
(20 inch), melalui sebuah batang peluncur bergaris tengah 16 mm (5 /8 inch), yang
dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil).
• Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16 mm (5/8 inch)
sepanjang 90 cm, yang dilengkapi dengan kerucut pada ujungnya.
• Kerucut (conus), yang terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 30 serta
diameter terbesarnya adalah 2 cm (atau luasnya = 1,61 cm2).
• Alat ukur berupa penggaris dan rol meter dengan panjang 100 cm, dan skala 0,50
cm.

c. Pengujian DCP
• Gali permukaan tanah pada lokasi pengujian sampai pada kedalaman dimana
pengukuran awal nilai CBR akan dievaluasi. Jika pengujian dilakukan pada badan
jalan dengan perkerasan, singkirkan semua bahan perkerasan yang ada.
• Letakkan alat DCP secara vertikal, berikan tumbukan awal secukupnya (seating
blows), untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis tengahnya yang terbesar
terletak pada permukaan tanah yang akan diuji.
• Pasang alat ukur dalam posisi vertikal, bersebelahan dengan batang penetrasi di
permukaan tanah. Gunakan batas landasan pemukul sebagai datum pengukuran.
• Lakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, ukur dan catat
kedalaman penetrasi untuk setiap tumbukan. Pekerjaan dilakukan oleh minimal
dua orang.
• Apabila jenis tanah yang diuji sangat keras (penetrasi kurang dari kira-kira 0,2
cm/tumbukan), berikan serangkaian tumbukan sebanyak 5 atau 10 kali, kemudian
ukur kedalaman penetrasi yang terjadi.
• Percobaan dihentikan apabila telah tercapai keadaan seperti berikut ini:
a. Tidak terdapat penurunan berarti untuk 10 tumbukan terakhir berturut-turut.
b. Kedalaman penetrasi telah mencapai kedalaman/ketebalan lapisan yang hendak
dievaluasi.
c. Batang penetrometer telah masuk seluruhnya ke dalam tanah.
• Keluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan palu dengan arah ke
atas pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut).
• Akibat dari langkah pada point (7) yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat
menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur, sehingga diperlukan
• pengecekan setiap kali akan melakukan percobaan, dengan mengatur baut
pembatas tinggi jatuh pada posisi yang tepat.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. BERAT JENIS
a. Maksud
• Untuk menentukan be ukan berat jenis zat pa s zat padat dan zat ca n zat cair
• ntuk memba uk membandingkan berat jenis lar at jenis larutan dengan menggu an
menggunakan piknometer

b. Spesifikasi alat
1. Peralatan yeng digunakan
• Piknometer
• Neraca digital
• Gelas kimia 250 ml, 50 ml
• Pipet volume 10 ml
• Pipet ukur
• Pipet tetes
• Bulp
• Thermometer
• Botol semprot
2. Bahan yang digunakan
• Etanol
• Aquadest
• Pasir kuarsa

c. Prosedur kerja
1. Penentuan berat jenis
• Memipet 10 ml zat cair yang akan ditentukan berat jenisnya
• Menimbang zat cair yang terdapat dalam gelas kimia
• Menentukan berat jenis zat cair menggunakan rumus berat per volume
2. Penentuan berat jenis dengan piknometer
2.1. Menentukan volume piknometer
• Menimbang pignometer kosong yang kering dan bersih (a gram)
• Mengisi piknometer dengan aquadest temperatur 18oC yang telah diketahui berat
jenisnya (lihat table table)
• Menimbang piknometer yang berisi aquadest tepat pada temperature 20 oC (b
gram)
• Menghitung berat aquadest pada temperature (b-a gram)
• Menghitung volume aquadest

• Volume air sama dengan volume piknometer


• Melakukan percobaan ini secara duplo
2.2. Penentuan berat jenis zat cair dengan piknometer
• Menimbang piknometer kosong yang kering dan bersih yang telah
ditentukan volumennya (c gram)
• Mengisi piknometer etanol pada suhu 18oc
• Menimbang piknometer yang berisi etanol pada temperatur 20oc (d gram)
• Menghitung berat etanol (d-c) gram
• Menghitung berat etanol pada suhu 20oc
𝑑−𝑐
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
• Melakukan percobaan secara duplo
2.3. Penetuan berat jenis padatan (pasir kuarsa) dengan piknometer
• Menimbagn volume piknometer kosong kering dan bersih yang telah
ditentukan volumennya (e gram)
• Mengisi piknometer dengan zat padat setengah dari piknometer terisi zat
padat (pasir kuarsa)
• Menimbang piknometer yang berisi zat padat (f gram)

2. Kadar air dan berat isi


a. Tujuan
Mengukur kadar air suatu contoh tanah
kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara beat air yang tergantung dalam tanah
dengan berat butir tanah tersbut, dan dinyatakan dalam persen.
b. Spesifikasi alat
Krus kadar air
Timbangan dengan ketelitian 0.001 gram
Oven (kapasitas 105oc)
Dessikator

c. Prosedur kerja
Krus kosong dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang (w1)
Masukan contoh tanah secukupnya kedalam krus, kemudian ditimbang (w2)
Masukkan ke dalam oven selama 24 jam
Setelahdioven, didinginkan dalam dissikator sekurnag kurangnya satu jam,
maka kadar air tanah:
𝑤2−𝑤3
𝑤= x 100%
𝑤3−𝑤1
3. BATAS BATAS ATTERBERG

a. Tujuan
Tujuan dari pengujian batas-batas atterberg antara lain adalah:
• Menentukan harga batas cair (liquid limits) dari suatu contoh tanah.
• Menentukan harga batas plastis (plastis limits) dari suatu contoh tanah.
• Menentukan harga batas susut (shrinkage limits) dari suatu contoh tanah.

b. Spesifikasi alat

NO ALAT GAMBAR
1 Alat batas cair cassagrande

2 Alat pencoak (grooving tool)

3 Plat kaca

4 Krus kadar air

5 timbangan
6 Dessikator

7 Oven

8 Air suling

9 Batang pembanding dengan diameter 3,2 mm dengan


panjang 10 cm

10 Shrinkage disk

11 Spatula
c. Prosedur kerja

NO NAMA PERALATAN GAMBAR


1 Sampel tanah

2 Air raksa

Batas cair
• Siapkan peralatan dan bahan
• Contoh tanah yang lolos saringan No. 40 sebanyak ± 500 gram diaduk diatas pelat
kaca, sambil ditambah air suling hingga benar-benar homogen.

• Mengatur tinggi jatuh dari cawan batas cair 1 cm


• Memasukkan contoh ke dalam cawan, aduk lagi dengan spatula, kemudian ratakan
permukaannya sehingga diperoleh ketebalan bagian tengahnya ± 1 cm

• Tekan alat pencoak tegak lurus terhadap permukaan cawan dari belakang ke
muka, sehingga contoh tanah terbelah menjadi 2 bagian
▪ Melakukan pengetukan dengan memutar engkol dari alat Cassagrande, hingga
bagian tengah dari coakan menyatu sepanjang ½” (1,27 cm), hal ini dapat
dikontrol dengan tangkai alat pencoak, dan mencatat jumlah ketukannya. Pada
percobaan pertama ini, diusahakan untuk mendapatkan jumlah ketukan antara 40 –
50. Bila lebih dari 50 ketukan (yang diinginkan), coakannya belum menyatu
sepanjang 1,27 cm, maka contoh tanah diaduk lagi sambil menambahkan air
suling. Sebaliknya bila kurang dari jumlah ketukan yang diinginkan coakannya
sudah menyatu 1,27 cm atau lebih, maka contoh tanah didiamkansebentar hingga
kadar airnya berkurang, kemudian diaduk kembali dan percobaan diulangi

• Mengambil contoh pada bagian coakan yang menyatu tersebut, dan ukur kadar
airnya.

• Melakukan lagi percobaan seperi diatas (langkah 4 sampai 7) sampai 4 kali,


sehingga diperoleh jumlah ketukan pada masing-masing percobaan sbb:
a. Percobaan II : antara 30 – 40 ketukan
b. Percobaan III : antara 20 -30 ketukan
c. Percobaan IV : antara 10 -20 ketukan
• Setelah kadar air dari masing-masing percobaan tersebut diketahui maka datanya
diplot pada grafik semi-logaritma dengan jumlah ketukan (N) sebagai absis dan
kadar air ( ω ) sebagai ordinat.
Bila contoh tanah berbutir kasar, maka keringkan contoh tersebut dan hancurkan
gumpalan-gumpalannya dengan palu karet kemudian saring dengan saringan No. 40.
Bagian yang lolos diberi air (air suling) sambil diaduk dan didiamkan selama ± 24
jam supaya kadar airnya merata. Bila contoh tanah mengandung sedikit butir kasar
dapat langsung dilakukan percobaan, tapi pada waktu pengadukan, butiran-butiran
yang kasar dikeluarkan percobaan, tapi pada waktu pengadukan, butiran-butiran
yang kasar
dikeluarkan

4. ANALISA SARINGAN DAN HIDROMETER

a. Tujuan
• Untuk menentukan distribusi tanah yang lolos saairngan no 200
• Untuk membedakan tanah lanau dan tanah lempung

b. Spesifikasi alat

c. Prosedur jaringan
Tanah yang lolos dari saringan no. 200 tadi
diabiarkan terlebih dahulu sehingga tanah tersebut mengendap
Endapan lumpur yang dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian dikocok secara
horizontal selama semenit
Sejalan dengan langkah sebelumnya, persiapkan alat hidrometer dan sopwatch.
Segera setelah gelas ukur selesai dikocok, gelas ukur diletakkan dan alat hidrometer
dimasukkan kedalam gelas ukur . tepat setelah 1 menit pertema, lakukan pembacaan
hidrometer. Selanjutnya pada menit ke 2, lakukan kembali pambacaan hidrometer, dan
alat hidrometer diangkat. Pada menit ke 25 alat hidrometer dimasukkan kembali ke
dalam gelas ukur, dan pada menit ke 3 dan menit ke 4 lakukan kembali pembacaan
kembali hidromenter.
Setelah 4 menit, pembacaan hidrometer dihentikan, alat hidrometer diangkat dari gelas
ukur gelas dan gelas ukur dikocok kembali.
Kemudian ulangi langkah ke 3 danke 4, hingga hasil pembacaan hidrometer mencapai
harga yang sama/mendekati (umumnya dilakukan 3 kali percobaan berturut-turut).
Jika hal tersebut telah tercapai, maka larutan sudah dapat dianggap homogen.
Setelah itu biarkan larutan didalam gelas ukur tenang , untuk membantu memudahkan
pembacaan alat hidrometer nantinya. Masukkan kembali alat hidometer kedalam gelas
ukur, seiring stopwatch sudah disiapkan. Lakukan pembacaan hidrometer untuk inrval
waktu 2 menit, 5, 8, 16, 30, 60, 120, 240, 480, 960, dan1440 menit.
Jika pembacaan untuk interval waktu yang ditentukan tekah selesai dilakukan,
percobaan di hentikan dan alat percobaan dapat dibersihkan.

5. Kosolidasi
a. Maksud dan Tujuan
▪ Maksud uji konsolidasi adalah memberikan beban secara bertahap kepada tanah dan
mengukur perubahan volume (atau perubahan tinggi) contoh tanah terhadap waktu.
▪ Tujuan dari uji konsolidasi adalah untuk menentukan siafat kemampatan tanah dan
karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas tanah.
(a) Sifat kemampatan tanah dinyatakan dengan koefisian kemampatan volume (m v) dengan
indeks komponen (cc)
(b) Karakteristik konsolidasi dinyatakan oleh koefisien konsolidasi (cv) yang menggambarkan
kecepatan kompresi tanah terhadap waktu.

b. Spesifikasi Alat
• Alat konsolidasi, terdiri dari 2 bagian : alat pembebanan dan alat konsolidasi.
• Arloji ukur
• Peralatan untuk meletakkan contoh tanah ke dalam ring konsolidasi.
• ˠ
Timbangan dengan ketelitian 0.01 dan 0.1 ˠ.
• Oven
• Desikator
• Stopwatch
• Alat pemotong yang merupakan pisau tipis dan tajam serta pisau kawat
• Penggaris (scale)
c. Prosedur uji
a) Ukur tinggi dan diameter dan berat ring konsolidasi (dengan ketelitian 0.1 gram)
b) ambil contoh tanah dengan diameter yang sama dengan diameter ring, disini dipake
diameter 6,5 cm dan tinggi 2 cm.
c) masukkan contoh tanah tadi kedalam ring dengan hati-hati, lapisan harus terletak
dibagian atas.
d) Contoh tanah dan ring ditimbang
e) Tempatkan batu pori pada bagian atas dan bawah ring sehingga contoh tanah yang
sudah dilapisi ketas pori terapit oleh kedua batu pori, kemudian masukkan kedalam
sel konsolidasi.
f) Pasang pelat penumpu di atas batu pori
g) Letakkan sel konsolidasi yang sudah berisi contoh tanah pada alat konsolidasi, bagian
yang runcing dari pelat penumpu tepat menyentuh alat pembebanan.
h) Aturlah kedudukan arloji pengukuran penurunan, kemudian dibaca dan dicatat.
i) Pasanglah beban pertama sehingga tekanan pada contoh mencapai besar 0,25 k ˠ/cm2.
Lakukan percobaan pembacaan pada detik ke 6, 15, 30, dan pada menit ke 1, 2, 4, 8,
15, 30, 60, 90, 120, 180, 330, 420, 1140 setelah beban dipasang. Sesudah pembacaan
1 menit sel konsolidai di isi air.
j) Setelah beban bekerja 24 jam pembacaan arloji yang terakhir dicatat. Pasang beban
kedua sebesar beban pertama sehingga tekanan menjadi 2x semula. Kemudian baca
dan catat arloji seperti pada butir i.
k) Lakukan butir I dan j untuk beban-beban selanjutnya. Contoh tanah di beri beban-
beban ¼ k ˠ/cm2, ½ k ˠ/cm2, 1 k ˠ/cm2, 2 k ˠ/cm2, 4 k ˠ/cm2, 8 k ˠ/cm2 dan
seterusnya dengan LIR (load increment rato) = 1. Besarnya beban maksimum yang
diberikan tergantung pada tegangan yang akan bekerja pada lapisan tanah tersebut.
l) Setelah beban 8 k ˠ/cm2 dikerjakan selama 24 jam, beban dikurangi hingga mencapai
2k ˠ/cm . .
2
PEMERIKSAAN LABORATURIUM
1. Kuat tekan bebas
a. Maksud uji kuat tekan bebas
1. Menentukan kuat tekan bebas suatu contoh tanah
2. Menentukan sensitifitas tanah
b. Spesifikasi alat dan bahan
• Alat
NO NAMA PERALATAN GAMBAR

1 Satu set mesin kuat tekan bebas

2 Ring pencetak benda uji

3 Extruder yang sesuai

4 Pisau dan spatula

5 Timbangan

6 Jangka Sorong
7 Stop Watch

• Bahan

NO NAMA BAHAN GAMBAR

1 Sampel Tanah

c. Langkah Kerja
1. Persiapan contoh tanah
• Contoh tanah dalam tabung dikeluarkan dengan extruder sepanjang 1-2 cm,
kemudian dipotong/diratakan.
• Pasang ring pracetak didepan tabung contoh, kemudian contoh tanah ditekan
kedalam ring sampai penuh dan dilebihi ± 1 cm.
• Contoh tanah yang dipotong kedua ujungnya diratakan, kemudian
dikeluarkan dari ring dan ditimbang
2. Pengujian
• Contoh tanah dipasang pada rangka beban dan diatur hingga sentris terhadap
dongkraknya
• Pasang proving ring dan dial pengukur regangan dan distel pada nol stand.
Tentukan kecepatan regangan.
• Biasanya kecepatan regangan diambil 0,5%-2% permenit
• Mulai diadakan penekanan hingga terjadi keruntuhan sambil dikontrol/
dicatat pembebanannya pada setiap interval regangan tertentu.
• Setelah runtuh contoh tanah dikeluarkan dan digambar bentuk
keruntuhannya
3. Hasil pengujian
a. Bacaan Ring : 2,5
b. Kalibrasi : 0,139 kg/div
c. Regangan (𝜀) : 0,5 % = 0,005
d. D (diameter) : 3,8 cm
e. H (Tinggi) : 7,6 cm
f. A0 : 11,34 cm2
2. Geser lansung
a. Maksud uji geser lansung
• Mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan cara menetukan
harga kohesi (c) dari sudut geser dalam (ϕ) dari suatu contoh tanah pad bidang
geser tertentu.
• Menganalisis masalah stabilitas tanah (stabilitas talud, tekanan tanah ke samping
pada turap atau tembok penahan)
b. Sfesifikasi alat
- Alat geser langsung yang terdiri dari :

• Stang penekan dan pemberi beban.

• Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving ring) dan 2 buah alroji geser
(Extensiometer)

• Cincin pemeriksaanyang terbagi dua dengan penguncinya terletak dalam kotak.


- Alat pengeluaran contoh tanah dan pisau pemotong.
- Cincin pencetak benda uji.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
- Stop Watch.
- Cawan/talam
c. LANGKAH KERJA
1) Persiapan pengujian
• . Benda uji tanah asli (undisturbed)
Contoh tanah asli dari tabung ujungnya diratakan dan cincin pencetak benda
uji ditekan pada ujung tanah tsb. Tanah dikeluarkan secukupnya untuk 3 benda uji.
Pakailah bagian yang rata sebagai alas dan ratakan bagian atasnya.
• Benda uji asli bukan dari tabung.
Contoh yang digunakan harus cukup besar untuk membuat 3 buah benda uji.
Persiapkan benda uji sehingga tidak terjadi kehilangan kadar air. Bentuklah benda uji
dengan cincin pencetak. Dalam mempersiapkan benda uji terutama untuk tanah
yang peka harus hati-hati guna menghindarkan terganggunya struktur asli dari tanah
tersebut.
• Benda uji buatan (dipadatkan
Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat isi yang dikehendaki.
Pemadatan dapat langsung dilakukan pada cincin pemeriksaan atau pada tabung
pemadatan.
• Tebal benda uji kira-kira 1,3 cm tapi tidak kurang dari 6 kali diameter butir
maksimum
• Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal 2 : 1. Untuk benda
uji yang berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar, perbandingan lebar
dan tebal minimal 2 : 1.

Catatan : Untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar tidak merusak benda uji

2) Pengujian
• Timbang benda uji.
• Masukkan benda uji ke dalam cincin pemeriksaan yang telah terkunci menjadi satu
dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.

• Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji dan
diatur sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban yang
diberikan pada batang tersebut

• Penggeser benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberikan beban
mendatar pada bagian atas cincin pemeriksaan. Atur pembacaan arloji geser
sehingga menunjukkan angka nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksaan.

• Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban diperlukan. Segera setelah
pembebanan pertama diberikan, isilah kotak cincin pemeriksaan dengan air sampai
penuh diatas permukaan benda uji., jagalah permukaan ini supaya tetap selama
pengujian berlangsung

• Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses konsolidasi tersebut
pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan cara pemeriksaan konsolidasi.
• Sesudah konsolidasi selesai dihitung t50 untuk menentukan kecepatan
penggeseran. Konsolidasi dibuat dalam tiga beban yang berlainan. Kecepatan
penggeseran dapat ditentukan dengan membagi deformasi geser maksimum
dengan t50. Deformasi geser maksimum kira-kira 10% diameter/panjang sisi asli
benda uji.
• Lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji geser
setiap 15 detik.

• Berikan beban normal yang pertama dan lakukan langkah-langkah 6,7, dan 8
• 10. Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar 3 kali beban normal
pertama dan lakukan langkah-langkah 6,7, dan 8
3. Permeabelitas
a. Maksud
1. Mengetahui penetapan kemampuan kecepatan tanah dalam meloloskan air
(permeabilitas) dan metode pengujian permeabilitas laboratorium yang digunakan
pada praktikum kali ini
2. Mengetahui perbedaan laju permeabilitas tanah dalam keadaan jenuh dari contoh
tanah utuh yang berbeda.
3. Mengetahui faktor-faktor yang apa saja yang mempengaruhi dan dipengaruhi
permeabilitas terhadap suatu lahan.
b. Alat dan Bahan
1. Alat :
• Tabung dari paralon
• Alat permeabilitas
• Penggaris
• Wadah untuk menampung air
• Gelas ukur
2. Bahan :
• Air
• Sampel tanah utuh didalam ring
c. Cara Kerja
1. Disiapkannya alat dan bahan
2. Kemudian sampel tanah utuh yang ada didalam ring dipasang pada rangkaian
permeabilitas. Sampel tersebut direndam selama 24 jam. Setelah itu dilakukan
pengamatan pada jam dan hari yang telah ditentukan.
3. Pengamatan pertama dilakukan 6 jam setelah perendaman selama 24 jam pada hari
Kamis jam 17:30 – 18:30 WIB. Air yang keluar dari pengamatan ini ditampung di
wadah yang digunakan untuk menampung air selama 1 jam. Water head atau tinggi
air dari permukaan dihitung dengan penggaris. Kemudian air yang berada di wadah
tampungan diukur menggunakan gelas ukur. Setelah air diukur, air dibuang.
4. Pengamatan kedua dilakukan pada hari Kamis jam 18:30 – 19:30 WIB. Air yang
keluar dari pengamatan ini ditampung di wadah yang digunakan untuk menampung
air selama 1 jam. Water head atau tinggi air dari permukaan dihitung dengan
penggaris. Kemudian air yang berada di wadah tampungan diukur menggunakan
gelas ukur. Setelah air diukur, air dibuang.
5. Pengamatan ketiga dilakukan pada hari Jumat jam 11:30 – 12:30 WIB. Air yang
keluar dari pengamatan ini ditampung di wadah yang digunakan untuk menampung
air selama 1 jam. Water head atau tinggi air dari permukaan dihitung dengan
penggaris. Kemudian air yang berada di wadah tampungan diukur menggunakan
gelas ukur. Setelah air diukur, air dibuang.
6. Pengamatan keempat dilakukan pada hari Sabtu jam 11:30 – 12:30 WIB. Air yang
keluar dari pengamatan ini ditampung di wadah yang digunakan untuk menampung
air selama 1 jam. Water head atau tinggi air dari permukaan dihitung dengan
penggaris. Kemudian air yang berada di wadah tampungan diukur menggunakan
gelas ukur. Setelah air diukur, air dibuang.
7. Pengamatan kelima dilakukan pada hari Minggu jam 11:30 – 12:30 WIB. Air yang
keluar dari pengamatan ini ditampung di wadah yang digunakan untuk menampung
air selama 1 jam. Water head atau tinggi air dari permukaan dihitung dengan
penggaris. Kemudian air yang berada di wadah tampungan diukur menggunakan
gelas ukur. Setelah air diukur, air dibuang.
4. Kompaksi
a. Maksud dan Tujuan
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
• Untuk mengetahui besarnya beban dalam kN dan tegangan dalam kN/cm 2
yang diperlukan dalam uji kompaksi statik dengan menggunakan mold
yang sama dengan kompaksi dinamik standard proctor.
• Untuk mengetahui korelasi hasil uji kompaksi dengan energi dinamik dan
statik.
• Untuk mengetahui kesimpulan hasil uji kopaksi dengan energi dinamik
dan statik
b. Spesifikasi peralatan
Alat kompaksi
• Mold dengan tinggi 4,6 “, diameter 4” volume 1/30 cu-ft.
• Collar dengan tinggi 2,5”, diameter 4”
• Hammer dengan berat 5,5 lb atau 10 lb, diameter 2 “, tinggi jatuh 12” atau 18 “.
Sprayer untuk menyemprot air ke tanah
Ayakan
Pisau, scoop,palu karet.
Timbangan ketelitian 0,1 gr atau 0,01 gr.
Oven, desikator, container
c. Prosedur pengujian
1) Siapkan contoh tanah yang akan diuji kurang lebih 25 kg dimana tanah sudah
dibersihkan dari akar akar dan kotoran lain.
2) Tanah dijemur sampai kering udara (air drained), atau dikeringkan dengan
oven dengan suhu 60oC
3) Gumpalan gumpalan tanah dihancurkan dengan palu karet agaar butir tanah
tidak ikut hancur.
4) Contoh tanah kering dalam keadaan lepas diayak dengan ayakan, no 4, hasill
ayakan dipergunakan.
5) Tanah hasil ayakan sebanyak kurang lebih 3 kg disemprot air untuk mendapat
hasil contoh tanah dengan kebasahan merata sehingga bisa dikepal tapi masih
mudah lepas( hancur ).
6) Mold yang akan dipergunakan dibersihkan, ditimbang beratnya dan diukur
volumenya (biasanya volume mold = 1/30 cu-ft) isikan contoh tanah kedalam
mold setelah 1” sampai 2” (modified) atau 2”- 4 “ (satandar)
7) Tumbuk dengan hammer sebanyak 25 kali pada tempat yang berlainan.
Hammer yang dipergunakan disesuaikan dengan cara percobaan.
8) Isikan lagi untuk lapis berikutnya tumbuk sebanyak 25 kali.
9) Pengisian diteruskan sampai 5 lapisan untuk midified atau 3 lapisan untuk
standard. Pada penumbukan lapisan terkhir harus dipergunakan sambungan
tabung (collar) pada mold agar pada waktu penumbukan hammer tidak
meleset keluar.
10) Buka sambunga tabung diatasnya dan ratakan permukaan tanahnya dengan
pisau.
11) Mold dan contoh tanah di timbang.
12) Tanah dikeluarkan dengan bantuan dongkrak dan diambill bagia atas (A),
dengan (T), dan bawah (B) masing-masing 30 gr kemudian dioven selama 24
jam.
13) Setealah 24 jam dioven, kontainer + tanah kering ditimbang.
14) Dengan mengambil harga rata rata dari kadar air ketiganya didapat nilaikadar
airnya.
15) Percobaan dilakukan sebanyak minimum 5 kali dengan setiap kali menambah
kadar airnya sehinga dapat dibuat grafik berat isi kering terhadap kdar air.

5. CBR LABORATORIUM
a. Tujuan pengujian
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California
Bearing Ration) tanah dan campuran tanah agregat yang didapatkan di
laboratorium pada kadar air tertentu yang akan digunakan untuk perencanan
pembagunan jalan baru dan lapangan terbang dan juga untuk mendapatkan
nilai daya dukung tanah dalam keadaan padat maksimum.
b. Spesifikasi peralatan
• Mesin penetrasi
• Cbr mold (cetakan)
• Keping pemisah
• Palu penumbuk
• Alat pengukur pengembangan (swelling)
• Keping beban lubang bulat
• Keping beban lubang alur
• Piston penetrasi
• Talam
• Alat perata
• Bak perendam
• Alat pengeluar contoh (extruder mould)
• Timbangan 20 kg
• Oven pengering
• Cawan
• Kuas

c. Prosedur pengujian
• Siapkan perlaatan dan tempat.bersihkan ruangan dan semua perlatan
yang akan digunakan.
• Ambil contoh tanah kering udara sebanyak 4-5 kg
• Pasar CBR mold pada keping alas dan timbang
• Mengolesi mold dan leher sambungannya dengan vaseline
• Psang mold, masukkan keping pemisah (spacer disc), dan leher
sambungannya, serta letakkan kertas saring/filter.
• Tanah dimasukkan kedalam mold, kemudian padatkan contoh tanah
tersebut dengan ditumbuk sebanyak 25 kali tumbukkan,hal ini
dilakukan sebanyak 3 x 25 sesuai dengan pembagian tanah yang telah
dilakukan. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat penumbuk
modofied dengan tingii jatuh kurang lebih 45 cm.
• Bila contoh tanah yang digunakan tidak direndam, maka pemeriksaan
kadar air dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.
• Lalu lepaskan colar/leher mold dan ratakan permukaan contoh tanah
yang ada pada mold dengan menggunakan alat perata.
• Tambal lubang lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena
lepasnya butir butir kasar dengan bahan yang lebih halus.
• Keluarkan keping pemisah (spacer disc) dan kertas saring, balikkan
dan oasang kembali mold yang berisi contoh pada alas, kemudian
tiang, dan contoh ini siap untuk diperiksa.
• Letakkan mold diatas piringan penekan pada alat penetrasi CBR.
• Atur piston penetrasi supaya menyentuh permukaan benda uji.
Pembebanan permukaan ini dilakukan untuk menjamin bidang sentuh
yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian
arloji penunjuk beban dan alroji penetrasi dinolkan. Catat beben
maksimum dan ponetrasi bila pembabanan maksimum terjadi seblum
penetrasi 0,5.
• Keluarkan benda uji dari cetakan dan mengambil sebgian contoh
tanah untuk diperiksa kadar airnya.
6. TRIAXIAL
a. Tujuan Pengujian
Untuk menetukan kekuatan suatu batuan dibawah tekanan triaxial yang
menghasilkan kuat geser (shear stregth), nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam
(Ø)
b. Alat dan bahan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian triaxial diantaranya adalah:
1. Mesin kuat tekan.
2. Bearing plate.
3. Ruber jacket.
4. Sistem hidrolik untuk memberikan tegangan keliling pada contoh saat
pengujian.

c. Prosedur pengujian
Prosedur pengujian triaxial diantaranya sebagai berikut:
1. Contoh bantuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran
dimensi panjang minimal dua kali diameter percontohan
2. Masukkan batuan percontohan kedalam rubber jacket, setelah dimasukkan
keruber jacket kemudian contoh dimasukkan kedalam silinder besi yang
berfungsi untuk menahan pegangan keliling untuk diberikan kepada contoh
uji, contoh uji kemudian ditutup oleh flat dan dipasangkan dimesin uji kuat
tekan.
3. Spesimen ditempatkan diantara plat baja dan diatur agar tepat dengan palt
from, mesin dinyalakan sehingga spesimen tepat berada diantara plat baja.
4. Skala pengukuran beban harus ditetapkan pada keadaan netral.
5. Baca jarum penunjuk pembebanan pada axial dial gauge per 30 detik.
6. Pemberian pembebana dilakukan sedikit demi sedikit hingga specimen pecah.
7. Pembabanan dihentikan setelah specimen mengalami pecah dan hasilnya
dibuat sketsa bentuk pecah serta catat sudut pecahnya.
d. Pengujian triaxial batuan
Pengujian ini adalah salah satu pengujia yang terpenting didalam mekanika
batuan untuk menentukan tekanan batuan dibawah tekanan triaxial. Pencontoh
yang digunakan pada uji ini berbentuk silinder dengan syarat syarat contoh uji
sama dengan pengujian kuat tekan. Dari hasil pengujian triaxial yang dilakukan
dapat ditentukan parameter parameter yang menunjukan kekuatan batuan,
diantaranya adalah:
• Nilai tegangan puncak (σ1) yang didapatkan dari hasil uji bantuan dengan
nilai tegangan keliling (σ3) yang berbeda beda.
• Strength envelope curve (kurva selubung kekuatan batuan), dari kurva ini
dapat menentukan parameter kekuatan batuan yaitu :
i. Kuat geser batuan (shear Strength).
ii. Sudut geser dalam (Ø)
iii. Kohesi (c)

Anda mungkin juga menyukai