Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KECIL MEKANIKA TANAH II

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Mekanika Tanah II
Dosen Pengampu Septi Adnan, S.T.,M.T

OLEH :

PUTRI HANDAYANI (210820167)


KELAS A

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2023
A. PEMERIKSAAN LAPANGAN
1. Sondir

Sondir adalah alat yang berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus . Pengujian
sondir merupakan salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan untuk mengetahui
daya dukung tanah pada setiap lapisan serta mengetahui kedalaman lapisan pendukung
yaitu lapisan tanah keras.
a. Spesifikasi Alat Percobaan
Peralatan yang digunakan adalah :
• Mesin Sondir kapasitas sedang (2,5 ton).
• Manometer 2 buah dengan kapasitas 60 kg/cm² dan 250 kg/cm². c) Konus atau
bikonus .
• Seperangkat pipa sondir, panjang masing - masing 1 meter, e) Dua atau
• empat buah angker dengan perlengkapannya termasuk besi kanal.
• Kunci pipa, linggis, rol.meter dan oli.
• Waterpass tukang.
b. Prosedur Percobaan
Dalam pelaksanaan uji sondir, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
• Tentukan titik sondir yang akan disondir.
• Buat lubang pertolongan dengan linggis untuk pemasukan bikonus pada
permukaan tanah.
• Pasang angker terlebih dahulu (tiap titik 2 buah angker), dengan jalan memutar
angker searah jarum jam dengan menggunakan batang pemutar sambil
menekan angker masuk kedalam tanah.
• Pasang dan aturlah mesin sondir diatas titik lokasi dalam posisi vertikal.
• Besi-besi kanal dipasang untuk menjepit kaki sondir dan amati apakah mesin
benar-benar dalam keadaan vertikal terhadap permukaan tanah (tegak lurus
bidang datar).
• Isikan minyak oli ke dalam ruang hidrolis sampai penuh, hingga bekerjanya
tekanan sempurna.
• Pasang bikonus pada ujung pipa pertama pada mesin sondir tepat pada lubang
yang telah dipersiapkan.
• Pasang rangkaian pipa pertama pada mesin sondir tepat pada lubang yang telah
dipersiapkan secara vertikal / tegak.
• Tekanlah pipa dengan jalan memutar stang pemutar pada alat sondir untuk
memasukkan alat bikonus ke dalam tanah. Setelah pipa masuk sedalam 20 cm,
hentikan pemutaran stang. Pemutaran dilanjutkan kembali untuk menekan besi
isi pipa. Pada penekanan akan bergerak ke bawah sedalam 4 cm, dan jarum
manometer bergerak. Catat tekanan yang ditunjuk oleh manometer tersebut.
Tekanan ini yang disebut perlawanan penetrasi konus (PK). Pada penekan
berikutnya, konus dan mantelnya bergerak ke bawah. Nilai manometer yang
terbaca adalah nilai perlawanan lekat (JP=PK+HL). Catat besarnya JP.
• Tekan kembali pipa sondir masuk ke dalam tanah untuk mencapai kedalaman
baru, hentikan setelah mencapai interval 20 cm, lakukan kembali seperti
pekerjaan tadi (untuk bacaan PK dan JP).
• Hentikan pengujian sondir ini apabila : Batang steak telah dipasang semua
(habis), Kedalaman telah mencapi kedalaman yang telah diinginkan
(disepakati), Jika bacaan manometer telah mencapai angka maksimal atau PK
> 175 kg/cm².
2. Bor Tangan (Hand Boring)

Pengujian ini merupakan cara kerja membuat lubang pada tanah dengan alat bor tangan
dengan ukuran tertentu, dan dengan tenaga manusia. Tujuan pengeboran ini adalah
untuk mendapatkan atau mendiskripsikan susunan lapisan tanah. Dari pengeboran ini
dapat dilakukan pengambilan tanah sebagai bahan untuk penelitian tanah selanjutnya
di laboratorium.
a. Spesifikasi Alat Percobaan
• Mata bor
• Stang bor
• Kunci T pemutar
• Stang Pemutar
• Tabung contoh
• Stick apparatus
• Kop penahan
• Palu 10 kg
• Kunci pipa
• Meteran
b. Prosedur Percobaan
• Sambung mata bor dengan stang bor dengan kuat
• Gunakan stang pemutar untuk mulai pengeboran tanah
• Lakukan pengangkatan setelah dirasa mata bor penuh kurang lebih 10 sampai
15 cm
• Catat kedalaman pengeboran dan lakukan diskripsi tanah secara visual
• Lakukan pekerjaan ini berulang kali
• Amati kedalaman setiap pengambilan tanah ini , jenis tanah, warna tanah dan
keadaannya serta muka air bila ada
• Lakukan pengambilan contoh sesuai dengan keperluan atau pada setiap
pergantian lapisan dengan cara :
• Ganti mata bor dengan stick apparatus
• Pasang tabung contoh dengan dongkrak yang dipasangkan pada angker dan
ambang, atau
• Pasang kop penahan dan lakukan pemukulan dengan palu untuk mengambil
contoh tanah sampai dengan tabung terisi penuh dengan tanah.
• Penekanan tabung harus lebih kecil atau sama panjangnya dengan tabung
• Buka stick apparatus dan buang sedikit tanah pada ujungnya dan segera ditutup
dengan parafin kedua ujung-ujungnya.
• Beri etiket atau label nama lokasi titik bor dan kedalaman contoh tanah yang
diambil.
• Lakukan pekerjaan ini sampai kedalaman yang diinginkan
3. Sand Cone Test

Sand cone sendiri merupakan alat yang dipakai untuk tes uji penentuan kepadatan
lapisan tanah pada lapangan dengan memakai pasir, baik lapisan tanah maupun
perkerasan lapisan tanah yang akan dipadatkan. Tes sand cone atau disebut dengan
percobaan kerucut pasir adalah salah satu jenis uji tanah yang dilaksanakan di lapangan
sebagai upaya untuk menentukan berat isi kering tanah asli maupun hasil dari suatu
pekerjaan pemadatan yang dilaksanakan pada tanah non kohesif ataupun tanah kohesif.
a. Spesifikasi Alat Percobaan
• Kerucut yang dilengkapi dengan kran pengunci
• Botol transparan dengan kapasitas 9 kg
• Alat perata (Scraper)
• Timbangan
• Wadah
• Oven
• Sekop kecil
• Paku
• Kuas
b. Prosedur Percobaan
Dalam tindakannya yang harus dijalankan dalam pelaksanaan pengujian ini
adalah menuruti rujukan yang ada agar selalu memperoleh hasil yang tepat,
dibawah ini merupakan serangkaian langkah–langkah dalam pengujian.
1. Menentukan Volume (isi botol)
• Persiapan semua peralatan serta bahan – bahan yang diperlukan dalam
pengujian
• Timbangan berat botol + corong dalam keadaan kosong (W1)
• Buka kranpada corong kemudian isi air kedalam corong sampai penuh
• Tutup kembali kran tersebut lalu balikkan botol agar air yang tersisa pada
corong keluar.
• Timbang berat botol beserta corong yang berisi air (W2)
• Tentukan volume botol tersebut dengan rumus:
• Vbotol = W2 - W1/Yair
2. Menentukan Berat Isi Pasir
• Keluarkan air dari dalam botol, lalu keringkan botol tersebut
• Masukkan pasir ke dalam botol sampai penuh kemudian timbang (W3)
• Berat isi pasir diperoleh dengan rumus:
• Ypasir = W3 – W1 / Vo. Botol
3. Menentukan Berat Pasir Dalam Corong
• Masukkan pasir secukupnya, minimal ½ botol kemudian timbang (W4)
• Balikkan botol pada tempat yang rata, buka kran pada corong sehingga pasir
mengalir melalui corong
• Corong atau kerucut yang telah berisi penuh dengan pasir, bila pasir dalam
corong tidak bergerak lagi kunci kembali kran pada corong / kerucut lalu
botol ditegakkan Kembali
• Tentukan berat botol beserta kerucut yang berisi sisa pasir (W5)
• Tentukan berat pasir dalam corong = W4 – W5
4. Menentukan berat isi tanah di lapangan
• Tentukan lokasi tempat pengujian tanah, bersihkan permukaan dari material
– material lain yang dapat menghambat selama pengujian
• Ratakan permukaan tanah tersebut, kemudian letakkan plat dasar di atasnya
• Buat lubang sesuai dengan diameter pada pelat dasaar dengan kedalaman
yang hamper sama dengan diameter lubang
• Tanah hasil galian dimasukkan kedalam plastik lalu timbang dan tentukan
kadar airnya.
• Siapkan botol yang telah berisi pasir ± 2/3 dari tinggi botl lalu timbang
(W6).
• Letakkan botol diatas lubang dengan posisi kerucut menghadap ke dalam
lubang, lalu buka kran kerucut sehingga pasir mengalir mengisi lubang
hingga penuh
• Timbang sisa pasir dalam lubang dan kerucut (W7)
• Hitung berat pasir dalam lubang dan kerucut (W8):W8 = W6 – W7
• Hitung berat pasir dalam lubang (W9):W9 = W8 – W6
• Hitung volume galian: Vol = Berat Pasir / Ypasir
5. Pengkalibrasian Cone Set
• Setelah dicari colume dari botol, air dalam botol dibuang dan botol
dikeringkan
• Isi botol dengan pasir otawa melalui corong sampai benuh
• Usahakan pasir dalam corong jangan sampai kurang dari ½ tinggi corong
• Apabila Botol sudah hamper penuh dan pasir dalam corong tidak mengalir
lagi, miringkan botol hingga pasir bisa memenuhi semua ruang di dalam
sand cone
• Tutup keran ketika botol sudah terisi penuh oleh pasir, dan buang pasir yang
masih tertinggal di corong
• Timbang botol berisi pasir (W2)
• Kemudian botol dibalik untuk mencari berat pasir yang ada di corong
• Buka kearn dan tunggu hingga pasir berhenti mengalir
• Tutup keran ketika pasir sudah berhenti dan timbang botol (W5)
• Cari berat pasir dalam kerucut (Wc = W5 – W2)
• Kemudian cari berat isi pasir (γ sand) = (W2 - W1) / (W3 - W1)
6. Pengujian di lapangan
• Sebelum ke lapangan, hendaknya botol sand cone disii penuh tanpa
menggunakan corong dan timbang (W12)
• Timbang nampan (W9)
• Letakkan pelat dasar berlubang (bagian dari peralatan sand cone) pada
daerah yang akan diuji
• Buat lubang galian pada lubang pelat setinggi kira-kira 15 cm
• Tanah pada lubang diletakkan pada nampan dan ditimbang (W10)
• Kemudian balik botol sand cone di atas pelat berlubang dan buka keran
penutupnya
• Tunggu hingga lubang terpenuhi
• Setelah penuh tutup keran pada corong dan timbang botol berisi pasir sisa
pengujian (W13)
• Kemudian hitung volume lubang (V hole) = (W12 - W13 - Wc)/γ sand
7. Pengujian Kadar Air (di laboratorium)
• Timbang dahulu cawan kosong (W6)
• Ambil sedikit tanah pada nampan dan letakkan di cawan dan timbang (W7)
• Oven tanah tersebut selama kurang lebih 24 jam
• Timbang lagi cawan setelah di oven (W8)
• Hitung kadar air (w) = (W7 – W8) / (W8 – W6) x 100%.
4. Dynamic Cone Penetration Test

Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) adalah pengujian untuk


menentukan nilai kepadatan tanah, yang hasil akhirnya berupa nilai CBR (California
Bearing Ratio). Untuk mendapatkan nilai CBR, hasil uji DCP ini dikorelasikan dengan
suatu rumusan Korelasi Nilai DCP-CBR. Uji penyelidikan tanah merupakan kegiatan
untuk mengetahui karakteristik tanah dan daya dukung serta kondisi geologi, misalnya
mengetahui sifat tanah/susunan lapisan tanah, kepadatan serta daya dukung tanah,
mengetahui sifat korosivitas tanah ataupun mengetahui kekuatan lapisan tanah sebagai
penyelidikan tanah dasar dalam keperluan pondasi bangunan maupun jalan. Salah satu
penyelidikan tanah di lapangan yang bisa dilakukan yakni uji DCP (Dynamic Cone
Penetrometer).
1. Spesifikasi Alat Percobaan
• Penumbuk seberat 9,07 kg (20 lb) yang dapat dijatuhkan bebas setinggi 50,8
cm (20 inch), melalui sebuah batang peluncur bergaris tengah 16 mm (5 /8
inch), yang dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil).
• Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16 mm (5/8 inch)
sepanjang 90 cm, yang dilengkapi dengan kerucut pada ujungnya.
• Kerucut (conus), yang terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 30 serta
diameter terbesarnya adalah 2 cm (atau luasnya = 1,61 cm2).
• Alat ukur berupa penggaris dan rol meter dengan panjang 100 cm, dan skala
0,50 cm.
2. Prosedur Percobaan
• Gali permukaan tanah pada lokasi pengujian sampai pada kedalaman dimana
pengukuran awal nilai CBR akan dievaluasi. Jika pengujian dilakukan pada
badan jalan dengan perkerasan, singkirkan semua bahan perkerasan yang ada.
• Letakkan alat DCP secara vertikal, berikan tumbukan awal secukupnya
(seating blows), untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis tengahnya
yang terbesar terletak pada permukaan tanah yang akan diuji.
• Pasang alat ukur dalam posisi vertikal, bersebelahan dengan batang penetrasi
di permukaan tanah. Gunakan batas landasan pemukul sebagai datum
pengukuran.
• Lakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, ukur dan catat
kedalaman penetrasi untuk setiap tumbukan. Pekerjaan dilakukan oleh minimal
dua orang.
• Apabila jenis tanah yang diuji sangat keras (penetrasi kurang dari kira-kira 0,2
cm/tumbukan), berikan serangkaian tumbukan sebanyak 5 atau 10 kali,
kemudian ukur kedalaman penetrasi yang terjadi.
• Percobaan dihentikan apabila telah tercapai keadaan seperti berikut ini:
a. Tidak terdapat penurunan berarti untuk 10 tumbukan terakhir berturut-turut.
b. Kedalaman penetrasi telah mencapai kedalaman/ketebalan lapisan yang
hendak dievaluasi.
c. Batang penetrometer telah masuk seluruhnya ke dalam tanah.
Keluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan palu dengan arah
ke atas pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut).
• Keluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan palu dengan arah
ke atas pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut).
• Akibat dari langkah pada point (7) yang dilakukan secara berulang-ulang,
dapat menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur, sehingga
diperlukan.

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan
massa jenis air murni. Berat jenis suatu benda adalah suatu gaya yang bekerja
pada benda tersebut yang di pengaruhi gaya gravitasi bumi dan massa benda
tersebut. Massa dan berat sebenarnya adalah dua besaran yang berbeda. Berat
suatu benda dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi dimana benda tersebut berada.
Rumus untuk menentukan berat jenis adalah
a. Spesifikasi Alat Percobaan
• Neraca teknis
• Neraca Mohr
• Piknometer
• Anak timbangan
• Air suling
• Zat padat dan zat cair yang akan ditentukan
• Gelas dan bangku
• Jangka sorong
b. Prosedur Percobaan
• Menentukan berat jenis zat padat berbentuk balok Pertama – tama, tebal benda
diukur dengan jangka sorong. Lanjutkan dengan panjang dan lebar benda,
diukur dengan jangka sorong. Terakhir, benda ditimbang dengan neraca teknis.
Kemudian, pengukuran diulangi sampai 5 kali.
• Menentukan berat jenis zat cair dengan gelas ukur dan neraca Pertama – tama
gelas ukur ditimbang dalam keadaan kosong. Lalu gelas ukur diisi dengan air
sebanyak 300 ml kemudian gelas ukur ditimbang seetelah diisi zat cair.
• Menentukan berat jenis zat padat berbentuk tidak beraturan Pertama – tama,
benda ditimbang pada neraca teknis. Kemudian benda dimasukkan ke dalam
gelas ukur yang berisi air suling dan kenaikan air dalam gelas ukur dicatat.
2. Kadar Air dan Berat Isi
a. Kadar Air
Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antar berat air
(Ww)dengan berat butiran (Ws) dalam tanah tersebut dan dinyatakan dalam
persen.Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
yangdikeringkan dalam oven dengan suhu 100 C - 110 C untuk waktu tertentu.
Airyang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung
dalamtanah tersebut
• Spesifikasi Alat Percobaan
1. Silinder ring pencetak tanah.
2. Extruder.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
4. Jangka Sorong.
5. Oven Pengering.
6. Desikator.
7. Gergaji besi.
• Prosedur Percobaan
1. Timbang dan ukur diameter serta tinggi silinder ring pencetak
dalamkeadaan kering dan bersih.
2. Tempatkan silinder ring didepan tabung contoh tanah, kemudian
contohtanah dikeluarkan dengan extruder dan silinder ring ditahan
sehinggatanah masuk kedalam silinder ring.
3. Permukaan contoh tanah yang berada pada silinder ring diratakan,
danbagian luar ring dibersihkan dari tanah melekat.
4. Letakkan ring pada wadah lalu timbang, kemudian masukkan
kedalamoven selama 24 jam dengan temperatur 105-110°C.
5. Setelah 24 jam tanah yang sudah mengering dikeluarkan dari oven
danmasukkan ke dalam desikator, kemudian timbang untuk mendapatkan
nilaitanah kering.
b. Berat Isi
Berat isi merupakan suatu sifat tanah yang menggambarkan
tarafkemampatan tanah. Tanah dengan kemampatan tinggi dapat
mempersulitperkembangan perakaran tanaman, pori makro terbatas dan
penetrasi airterhambat (Darmawijaya, 1997).
• Spesifikasi Alat Percobaan
1. Cincin uji dengan diameter 50 mm dan tinggi 30 mm.
2. Pisau pemotong contoh
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
• Prosedur Percobaan
1. Cincin dalam keadaan bersih ditimbang (W1).
2. Benda uji disiapkan dengan menekan cincin pada tabung contoh
sampaicincin terisi penuh.
3. Ratakan kedua permukaan dan bersihkan cincin sebelah luar.
4. Timbang cincin dan contoh dengan ketelitian 0,01 gram (W2).
5. Hitung volume tanah dengan mengukur ukuran dalam cincin
denganketelitian 0,01 cm.
6. Berat tanah W = W2−W1
3. Batas-Batas Atterberg.

Menurut Atterberg (1911), cara untuk menggambarkan batas-bats konsistensi dari


tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air tanah. Batas-batas
tersebut adalah batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas susut
(shrinkage limit).
a. Spesifikasi Alat Percobaan
• Alat batas cair standard.
• 4 buah container.
• Timbangan atau neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
• Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai dengan
suhu (110  15) C.
• Air suling. f. Spatula dengan panjang 12,5 cm.
• Pelat kaca 45 cm × 45 cm × 0,9 cm.
• Sendok dempul.
• Alat pembuat alur.
b. Prosedur Percobaan
• Di atas kaca, aduk 100 gram benda uji dengan menambah air suling sedikit
demi sedikit sampai homogen.
• Setelah merata, ambil sebagian benda uji dan letakkan di atas mangkok alat
batas cair, ratakan permukaannya sejajar dengan dasar alat, bagian paling tebal
harus ± 1 cm.
• Buat alur dengan membagi dua benda uji di mangkok dengan alat pembuat alur,
tegak lurus permukaan mangkok.
• Putar mangkok hingga naik/jatuh dengan kecepatan 2 putaran per detik.
Pemutaran dilakukan hingga dasar alur benda uji bersinggungan sepanjang
1.25 cm dan catat jumlah ketukannya ketika bersinggungan.
• Ulangi langkah di atas hingga diperoleh jumlah ketukan yang sama guna
mengetahui apakah pengadukan sudah merata kadar airnya. Jika sudah sama
maka ambil benda ujinya lalu masukkan ke cawan dan periksa kadar airnya.
• Kembalikan benda uji ke atas plat kaca, bersihkan mangkok alat batas cair.
Benda uji diaduk kembali dengan merubah kadar airnya. Ulangi langkah
seperti menguji benda uji awal hingga diperoleh perbedaan jumlah ketukan
sebesar 8 – 10
4. Analisa Saringan dan Hidrometer

Analisa saringan atau analisa ayakan merupakan prosedur yang secara umum
digunakan untuk mengukur distribusi ukuran artikel dari suatu bahan. Sedangkan
analisa hidrometer merupakan metode yang digunakan untuk menghitung distribusi
ukuran butir tanah berdasarkan sedimentasi tanah dalam air. Dalam analisa saringan
dan hidrometer terdapat kurva distribusi ukuran-ukuran butiran dapat digunakan untuk
membandingkan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda.
a. Spesifikasi Alat Percobaan
• Hidrometer dengan skala konsentrasi (5– 60 gram per liter) atauuntuk
pembacaan berat jenis campuran (0,995–1,038) gr/cm
• Tabung gelas ukuran kapasitas 1000 ml, dengan diameter ± 6,5 cm.
• Termometer 0-50°C ketelitian 0,1°C.
• Pengaduk mekanis dan mangkuk dispresi (mechanical stire).
• Saringan no. 10; 20; 40; 60; 80;100; 140; dan 200.
• Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
• Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)
°C.
• Cawan porselen (mortar) dan pestel (penggerus) berkepala karet atau
dibungkuskaret.
• Stop watch.
b. Prosedur Percobaan

• Penyaringan butiran halus.


Penyaringan ini dilaksanakan pada analisa ukuran butiran tanah dengan
hidrometer. (Lihat analisa dengan hidrometer).
• Penyaringan butiran kasar.
1. Sampel disaring dengan saringan 3/4 inchi, kemudian semua bahan yang
melalui saringan dikumpulkan. Butiran yang tertahan diatas saringan
dibersihkan dengan menggunakan penyikat kawat.
2. Dalam keadaan kering, sampel yang tertinggal diatas saringan 3/4 inchi
disaring kembali dengan saringan yang lebih besar. Jumlah sampel diatas
masing-masing saringan ditimbang dan dicatat.
3. Secara teliti, sampel yang melalui saringan 3/4 inchi dicampur, dengan cara
quartering diperoleh fraksi dengan berat yang cukup banyak untuk analisa
butiran sedang.
• Penyaringan butiran sedang
1. Sampel disaring dengan ayakan No.10 dan semua bahan yang melalui
saringan ditabur dalam baki atau piring yang besar, lalu sambil diaduk-aduk
secara merata. Dibiarkan sekurang-kurangnya selama 1 jam.
2. Sampel diguncang kemudian dituangkan kedalam air melalui saringan
No.10 dengan mebiarkan air pencucinya mengalir terbuang. Pencucian
diteruskan hingga air pencucinya tidak lagi kotor. Sampel yang tertinggal
dalam saringan dikembalikan kedalam baki.
3. Seluruh sampel dalam baki dikeringkan dalam oven, setelah kering lalu
disaring dengan saringan 3/4 inchi, No.4, No.8, dan No.10 dalam keadaan
dingin.
4. Dari sampel yang melalui saringan No.10 diambil dan digunakan seluruhnya
pada analisa Hidrometer.
5. Konsolidasi

uji konsolidasi adalah memberikan beban secara bertahap kepada tanah dan
mengukur perubahan volume (atau perubahan tinggi) contoh tanah terhadap waktu.
Tujuan dari uji konsolidasi adalah untuk menentukan sifat kemampatan tanah dan
karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas tanah
uji konsolidasi adalah memberikan beban secara bertahap kepada tanah dan
mengukur perubahan volume (atau perubahan tinggi) contoh tanah terhadap waktu.
Tujuan dari uji konsolidasi adalah untuk menentukan sifat kemampatan tanah dan
karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas tanah.
a. Spesifikasi Alat Percobaan.
• Satu set alat konsolidasi ( Odometer ) yang terdiri dari alat-alat pembebanan
dan sel konsolidasi
• Arloji pengukur dengan ketelitian 0.01 dan panjang gerak tangkai minimal
1.0 cm
• Beban-beban ( 0.25 kg, 0.8 kg, 1.6 kg dan 3.2 kg )
• Alat pengeluar contoh dalam tabung ( extruder )
• Pemotong yaitu pisau yang tipis dan tajam serta pisau kawat
• Pemegang cicin kawat
• Neraca
• Oven listrik yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai
110ºC
• Stopwatch
b. Prosedur Percobaan
• Benda uji dan cincin ditimbang menggunakan neraca dengan ketelitian 0.1
gr.
• Menempatkan batu pori di bagian atas dan bawah dari cincin sehingga
benda uji yang sudah dilapisi kertas saring / filter terapit kedua buah batu
pori kemudian dimasukkan ke dalam sel konsolidasi
• Memasukkan plat penumpu di atas batu pori
• Meletakkan sel konsolidasi yang sudah terisi benda uji pada alat
konsolidasi sehingga bagian runcing dari plat penumpu menyentuh tepat
pada plat pembebanan
• Mengatur kedudukan arloji ( arloji harus menunjukkan angka nol)
kemudian membaca dan mencatatnya
• Memasang beban pertama sebesar 0.25 kg diikuti dengan pengaturan nivo
agar seimbang
• Pada saat memasang beban 0.25 kg diamati pembacaan arloji mulai ( 0,
0.25, 0.5, 1, ... 1440) menit
• Setelah langkah 7 selesai, maka beban ditambah sehingga menjadi 0.8 kg
• Demikian seterusnya untuk beban yang berbeda yaitu untuk pembebanan
1.6 dan 3.2 diamati pembacaan arloji mulai menit 0, 0.25, 0.5, 1, ... 1440
39 Prosedur Uji Konsolidasi
• Setelah sampai pada pembebanan 3.2 kg maka dilakukan unloading test
dengan pengurangan beban sehingga pembebanan menjadi 1.6 kg dan
diamati pembacaan arloji mulai menit 0, 0.25, 0.5, 1, ... , 1440
• Setelah percobaan berakhir maka dikeluarkan cincin dan benda uji dari sel
. konsolidasi, demikaian pula batu pori pada permukaan atas dan bawah
• Cincin dan benda uji dikeringkan dalam oven listrik selama 24 jam dengan
temperatur 110 C
• Setelah kering cincin dan benda uji ditimbang

6. Uji Kuat Tekan Bebas

Uji kuat tekan bebas atau UCT (Unconfined Compression Test) merupakan
cara yang dilakukan di laboratorium untuk mengukur seberapa besar kuat dukung
tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah tersebut terpisah dari
butiran-butirannya dan juga regangan tanah akibat tekanan tersebut.
a. Spesifikasi Alat percobaan
• Mesin penekan tanah.
• Alat pengeluar contoh tanah dari tabung contoh
• Arloji pembacaan regangan
• Tabung cetak belah
• Timbangan dengan ketelitian 0.10 gram.
• Stopwatch
• Alat bubut tanah
• Alat-alat pemeriksa kadar, pengukur diameter, tinggi dan sebagainya.
b. Prosedur Percobaan
• Tempatkan benda uji pada alat tekan, berdiri vertical dan sentris pada
dasar alat.
• Atur alat tekan, sehingga plat dasar menyentuh benda uji
• Atur arloji ukur pada cincin beban dan arloji pengukur regangan pada
pembacaan nol
• Kerjakan alat beban dengan kecepatan 0.5 – 2 % terhadap tinggi enda uji
per menitnya. Kecepatan ini diperkirakan, sedemikian sehingga
pecahnya benda uji tidak melampaui 10 menit.
• Hentikan pembebanan apabila tampak beban yang bekerja telah
mengalami penurunan. Jika beban tidak turun, kerjakan pembebanan
sampai regangan/pemendekan benda uji mencapai 20% dari tinggi benda
uji.
• Periksalah kadar air benda uji
7. Uji Geser Langsung

Maksud dari uji geser langsung adalah untuk memperoleh besarnya


Tahanan geser tanah pada tegangan normal tertentu. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan kuat geser tanah.
a. Spesifikasi Alat Percobaan
• Shearbox /kotak geser
• Terdiri dari 2 buah rangka untuk memegang contoh tanah dengan baik dan
dapat disatukan satu sama lain dengan sekrup pada waktu
konsolidasi.Kedua rangka diusahakan mempunyai bidang persentuhan
yang sekecil mungkin untuk mengurangi gesekan.Kedua rangka terletak di
dalam kotak yang dapat diisi air untuk merendam contoh tanah selama
percobaan berlangsung. Rangka bagian atas mempunyai dudukan yang
dihubungkan dengan piston yang berhubungan dengan proving ring.
Proving ring ini dipergunakan untuk mengukur gaya geser horisontal
yangdigunakan untuk menggeser contoh tanah.Bagian untuk menngeser
shearbox.
• Dilengkapi dengan sistem transmisi yang memungkinkan diganti-gantinya
kecepatan gigi transmisinya.
• Penggeseran horisontal ini dapat dilakukan secara manual atau dengan
menggunakan motor listrik.
• Provingring
• Dial untuk mengukur deformasi vertikal dan horizontal
• Beban konsolidasi
• Batu pori dari bahan yang tidak berkarat(k=0.1cm/det)
• Pelat untuk menjepit contoh tanah
• Ring untuk mengambil/mencetak contoh tanah dari tabung sampel
• Dolly,untuk memindahkan contoh tanah dariring ke shearbox
• Timbangan dengan ketelitian 0.01gr
• Kertasfilter
• Oven
• Stopwatch
• Pisau dan palet penggeseran yaitu dengan mengganti susunan
b. Prosedur Percobaan
• Siapkan semua peralatan yang diperlukan
• Keluarkan shear box dari tempat airnya.Jadikan satu shear box bagian
atas dan bawah dengan memasang baut penguncinya.Masukkan pelat
dasar pada bagian paling bawah dari shear box dan diatasnya dipasang
batu pori yang sebelumnya telah dicelupkan dalam aquades atau
direbus dahulu untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam
poriporinya. Diatas batu pori diberi kertas filter yang sebelumnya juga
telah dicelupkan dalam aquades. Dan diatas kertas
• filter ini dimasukkan pelat berlubang yang beralur, alur ini harus
menghadap keatas dan arah alurnya harus tegak lurus arah
penggeseran, hal inidimaksudkan agar contoh tanah benar-benar
terjepit secara kuat pada waktu dilakukan penggeseran.
• Masukkan kembali shear box ke dalam tempat airnya. Dan tempatkan
kedudukannya dengan mengencangkan dua buah baut penjepit yang
ada.
• Masukkan contoh tanah ke dalam shear box
• dengan susunan sebagaimana ditunjukkan
• Gbr. 2.
• Atur agar pelat pendorong tepat menempel pada shear box bagian
bawah.
Cara menggerakkannya ialah:
• Lepaskan kunci penggerak manual dengan menarik clutch, sekarang
penggeser dapat digerakkan dengan memutar handwheel. Memutar
handwheel searah jarum jam akan menyebabkan pergeseran ke
kanan/maju dan sebaliknya.Setelah penggeser tepat bersinggungan
dengan shear box bagian bawah, maka kembalikan lagi clutch pada
kedudukan terkunci, yaitu dengan jalan menarik dan memutarnya
• Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box bagian
atas, ini berarti
• proving ring belum menerima beban. Jadi dial proving ring juga harus
diatur tepat pada nol, demikan juga dial pengukur deformasi
horisontal.
• Atur kedudukan loading yoke dalam posisi kerja, tempatkan juga
kedudukan dial untuk mengukur deformasi vertikal. Atur kedudukan
dial ini pada posisi tertentu.
• Siapkan beban konsolidasinya. Lengan pembebanan ini mempunyai
perbandingan panjang 1:10, jadi beban yang bekerja juga mempunyai
perbandingan 1 : 10.
• Contoh tanah siap digeser, dengan lebih dahulu menentukan kecepatan
• penggeserannya.
• Atur susunan gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan yan
diinginkan.
• Kecepatan penggeseran yang umumnya dipakai ialah : 0,30 mm/menit
• Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial deformasi
horisontal tepat pada posisi normal. Sekarang penggeseran dapat
dimulai, tapi jangan lupa melepaskan kedua baut yang menyatukan
shear box bagian atas dan bawah. Periksa juga clutch, apakah sudah
terkunci.Hidupkan tombol POWER, lampu indikator akan menyala.
Penggeseran dapat dimulai dengan menekan tombol B D, karena posisi
• gigi pada D.
Lakukan pencatatan waktu pada saat penggeseran dimulai dan amati
bahwa jarum dial proving ring dan dial deformasi horisontal mulai
bergerak, apabila kedua jarum dial tersebut tidak bergerak berarti ujung dial
tersebut belum menyentuh, hentikan dengan mematikan tombol B D, dan
atur ujung dial pada kedudukan yang tepat.Lakukan pembacaan dan
pencatatan dial proving ring, dial deformasi vertikal atau dial settlement,
tiap dial deformasi horisontal bergerak 20 divisi.Lakukan pembacaan
sampai contoh tanah runtuh, yang dapat diketahui dari dial proving ring
yang mulai turun. Setelah mencapai maksimum lakukan pembacaan terus
sebanyak 4 kali.Atau hentikan penggeseran kalau dial proving ring sudah
mencapai 670 divisi.
• Setelah penggeseran selesai, maka kembalikan shear box pada posisi
sebelum digeser, dengan menggerak mundur secara manual.
Lepaskan beban konsolidasi dan keluarkan shear box dari tempatnya.
• Keluarkan contoh tanah dari shear box, timbang berat contoh tanah ini
dan masukkan oven selama 24 jam dalam suhu 105 C, untuk
mengetahui kadar air akhirnya.
• Ulangi semua prosedur di atas dengan dua buah contoh tanah lagi,
tetapi dengan menggunakan tegangan normal yang lain.

8. Uji Permeabilitas

Tujuan uji permeabilitas adalah untuk mendapatkan nilai koefisien. Karena


tanah yang dipakai adalah tanah lempung maka metode dalam uji permeabilitas
yang dipakai cara tinggi energi turun (falling head).
a. Spesifikasi Alat Percobaan
• Ring sampel berisi tanah
• Kertas saring
• Karet gelang
• Alat penetapan Permeabilitas (permeameter)
• Pipa U
• Bak (ember) berisi air
• Stopwatch
• Penggaris
b. Prosedur Percobaan
• Contoh tanah diambil dari lapangan dengan ring sampel.
• Contoh tanah dengan ring sampelnya direndam dalam air pada dasar bak
selama 24 jam. Maksud perendaman adalah untuk mengeluarkan semua
udara di dalam pori-pori tanah, sebab permeabilitas ini ditetapkan dalam
keadaan jenuh. Untuk membuat tanah berat (banyak mengandung liat)
jenuh diperlukan waktu lebih dari 24 jam.
• Setelah perendaman selesai, contoh tanah dengan tabungnya dipindahkan
ke alat penetapan permeabilitas, kemudian air dialirkan ke alat tersebut.
• Jika contoh tanah telah diletakkan pada alat penetapan permeabilitas,
pengukuran dilakukan sebanyak empat kali. Ambil rata-rata dari empat
kali pengukuran tadi.
9. Uji Kompaksi

Tujuan uji kompaksi adalah untuk mendapatkan kadar air optimum dan
berat isi kering maksimum pada suatu proses pemadatan. Kepadatan tanah
biasanya dinilai dengan menentukan berat isi keringnya (γdry). Kadar air optimum
ditentukan dengan melakukan percobaan pemadatan di laboratorium.
a. Spesifikasi Alat percobaan
• Alat kompaksi
• Mold dengan tinggi 4.6”, diameter 4”
• volume 1/30 cu-ft.
• Collar dengan tinggi 2.5”, diameter 4”.
• Hammer dengan berat 5.5 lb atau 10 lb,
• diameter 2”, tinggi jatuh 12” atau 18”.
• Sprayer untuk menyemprot air ke tanah
• Ayakan no 4.
• Pisau, scoop, palu karet.
• Timbangan ketelitian 0.1 g atau 0.01 g.
• Oven, desikator, container

b. Prosedur percobaan
• Siapkan contoh tanah yang akan diuji 25 kg dimana tanah sudah
dibersihkan dari akar-akar dan kotoran lain.
• Tanah dijemur sampai kering udara (air drained), atau dikeringkan dalam
oven dengan suhu 60 C.
• Gumpalan-gumpalan tanah dihancurkan dengan palu karet agar butir tanah
tidak ikut hancur.
• Contoh tanah kering dalam keadaan lepas diayak dengan ayakan no 4, hasil
ayakan dipergunakan.
• Tanah hasil ayakan sebanyak 3 kg disemprot air untuk mendapat hasil
contoh tanah dengan kebasahan merata sehingga bisa dikepal tapi masih
mudah lepas (hancur).
• Mold yang akan dipergunakan dibersihkan,ditimbang beratnya dan diukur
volumenya (biasanya volume mold = 1/30 cu-ft). Isikancontoh tanah ke
dalam mold setelah 1” – 2 (modified) atau 2” - 4” (standard).
• Tumbuk dengan hammer sebanyak 25 kali pada tempat yang berlainan.
Hammer yang dipergunakan disesuaikan dengan cara percobaan.
• Isikan lagi untuk lapis berikutnya dan tumbuk sebanyak 25 kali.
• Pengisian diteruskan sampai 5 lapisan untuk modified atau 3 lapisan untuk
standard. Pada penumbukan lapisan terakhir harus dipergunakan
sambungan tabung (collar) pada mold agar pada waktu penumbukan
hammer tidak meleset keluar.
• Buka sambungan tabung di atasnya dan ratakan permukaan tanahnya
dengan pisau.
• Mold dan contoh tanah ditimbang.Tanah dikeluarkan dengan bantuan
dongkrak dan diambil bagian atas (A), tengah (T), dan bawah (B) masing-
masing 30 gram kemudian dioven selama 24 jam.
• Setelah 24 jam dioven, container + tanah kering ditimbang.
• Dengan mengambil harga rata-rata dari kadar air ketiganya didapat nilai
kadar airnya.
• Percobaan dilakukan sebanyak minimum 5 kali dengan setiap kali
menambah kadar airnya sehingga dapat dibuat grafik berat isi kering
terhadap kadar air.
10. CBR Laboratorium

Menentukan CBR (California Bearing Ratio) tanah agregat yang dipadatkan


di laboratorium pada keadaan tertentu. CBR adalah perbandingan antar beban
penetrasi suatu bahan dengan bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama, dinyatakan dalam persen.
a. Spesifikasi Alat percobaan
• Alat penetrasi ( Loading Machine ) berkapasitas minimal 4,45 ton dengan
kecepatan penetrasi 1,27 mm/menit.
• Cetakan logam berbentuk silinder dengan diameter 152,4 + 0,6609 mm
dengan tinggi 177,8 + 0,13 mm. Cetakan harus dilengkapi dengan leher
sambung dengan tinggi 50,8 mm dan keping alas logam yang berlubang-
lubang dengan tebal 9,58 mm dan diameter lubang tidak lebih dari 1,59
mm.
• Piringan pemisah dari logam ( spenser disk ) dengan diameter 150,8 mm
dan tebal 61,4 mm.
• Alat penumbuk.
• Keping beban dengan berat 2,27 kg diameter 194,2 mm dengan lubang
tengah diameter 54 mm.
• Torak penetrasi dari logam dengan diameter 49,5 mm dengan luas 1953
mm2 dan panjangnya tidak kurang dari 101,6 mm.
• Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi.
• Alat timbang.
• Peralatan lain seperti talam dan alat perata.
b. Prosedur percobaan
• Persiapan Benda Uji
- Menumbuk contoh tanah dari lapangan lalu menyaringnya dengan
saringan No.4.
- Mencampur contoh tanah dari lapangan dengan air sampel kadar air
optimum ( dari percobaan proctor ).
- Mengaduk campuran hingga homogen.
- Memasukkan tanah yang telah homogen ke dalam mould kira-kira 1/5
bagian lalu ditumbuk 56 kali.
- Menambah 1/5 bagian lalu ditumbuk 56 kali.
- Menambah 1/5 bagian lagi sampai mould terisi penuh dan ditumbuk 56
kali.
- Contoh tanah yang berada di mould diratakan permukaannya sesuai
dengan volume mould.
- Menimbang mould yang berisi tanah tersebut.
- Siap melakukan percobaan CBR.
• Pemeriksaan CBR
- Meletakkan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat
minimal 4,5 kg atau sesuai dengan beban perkerasan.
- Pertama, Keping pemberat 2,27 kg diletakkan untuk mencegah
mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keping
pemberat. Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan
pada benda uji.
- Kemudian torak penetrasi diatur pada permukaaan benda uji sehingga
arloji beean menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 kg.
Pembebanan permukaan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh
sempurna antara torak dengan permukaan benda uji, kemudian arloji
penunjuk beban dan arloji pengukur penetrsi dinolkan.
- Pembebanan diberikan dengan teratur, sehingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1,27 mm/menit.
- Mencatat pembebanan pada penetrasi 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 ; 3,0 ; 3,5
; 4,0 ; 5,0 ; 6,0 ; 7,0 ; 8,0 ; 9,0 ; 10,0 mm.
- Mencatat beban maksimum dan penetrasi bila pembebanan maksimum
terjadi sebelum penetrasi 2,5 mm.
- Mengeluarkan benda uji dari cetakan dan menentukan kadar air dari
lapisan atas benda uji setebal 25,4 mm.

11. Triakxial Compression Test

Mencari parameter-parameter kekuatan geser yaitu kohesi (c) dan sudut geser
dalam ( φ ) total dan efektif dengan alat triaxial pada kondisi unconsolidated
undrained (UU) tanpa pengukuran tekanan air pori.
a. Spesifikasi Alat percobaan
• Alat cetakan tanah
• Pisau / gergaji kawat
• Oli dan kuas
• Mistar
• Membran
• Contoh undisturbed soil
• Alat Triaxial
b. Prosedur Percobaan
• Menyiapkan sampel, ukur panjangnya (Lo), isi gas dan menancapkan
• stopkontak dan kemudian mencari luas penampangnya (A).
• Dari tiap percobaan , masing - masing : L = Lo x ε (%)
• Menghitung vertikal dial reading = L x 100 29
• Prosedur Uji Geser Langsung, Triaxial dan UCS
• Memasang membran T dan ratakan permukaan dengan pipet sedot.
• Memasang sampel dalam sel, siapkan ring pecah dan karet (2)
- membran dilepaskan T diangkat
- bagian bawah membran dikareti
- memasang bagian atas, usahakan karet melingkar sampel, membran
tarik ke bagian atas, karet lagi, ring pecah dilepas.
• Pasang bagian penutup sel triaksial, paskan bagian atas dan putar sampai
kencang.
• Isi sel triaksial dengan air, putar (D), buka (Z) agar bisa naik, setelah air
penuh tutup lagi (Z).
• Pasang proving ring dan manometer samping
- Untuk memasang proving ring, putar (6) agar bisa pas.
- Kaitkan manometer samping (Y), terus putar sekrup (0) atur agar O
(kecil) pas nol.
- Mengatur (X) dan (Y) untuk O (besar) dalam kondisi nol.
• Menghidupkan angka pori digital, mengatur kotak pori (8) agar bacaan
awal bisa nol.
• Memberi tekanan dengan memutar (D) sebesar 0,5; 1; 1,5 (C) dengan
memutar (B) ke posisi atas.
• Setelah itu mengunci (3) / arah kiri
• Alat siap dijalankan, posisi (6) pada mesin ditarik
- pembacaan load dial : hitam
- pembacaan vertikal : merah
• Menghidupkan triaxial test, menyamakan bacaan (Y) dengan
VerticalDial Reading pada tabel, baca load dial (X) dan angka pori
untukmengatur kecepatan putar (W)
• Setelah waktu habis mesin dimatikan.
• Mengeluarkan air dari sel konsolidasi dengan memposisikan (5) keatas
dan (6) pada posisi ditekan terus diputar (7) dibuka.
• Setelah air habis, melepas bagian luar dan ambil sampel serta gambar
keruntuhannya.
• Langkah pengosongan air dan udara (9) pada posisi bawah, (4) dalam
posisi atas, sampel (6) penuh, (12) pada posisi kanan, (7)dibuka, depan
terus kembalikan ke posisi atas.

Anda mungkin juga menyukai