Anda di halaman 1dari 127

I.

PENGUJIAN DI LAPANGAN
1. PENGAMBILAN CONTOH DENGAN BOR TANGAN
(HAND BORING)
ASTM D 1452-80

I. PENDAHULUAN
Pengambilan tanah merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam
pelaksanaan praktikum mekanika tanah, dikandung maksud agar didapatkan contoh tanah
yang asli (Undisturbed) atau tanah terganggu (Disturbed), yang selanjutnya akan dipakai
sebagai bahan pengujian di laboratorium.
Contoh tanah yang asli dapat diperoleh dengan menggunakan tabung contoh (tube
sampler), tabung belah (split spoon sampler) atau contoh tanah berbentuk kubus (block
sampler).
Terdapat dua macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu melalui pembuatan
Sumur Uji (test pit) dan pemboran dangkal/tangan (shallow/hand boring).
Tidak termasuk dalam kegiatan ini yaitu pengambilan contoh tanah melalui
pemboran dalam (deep boring) dengan menggunakan bor mesin (boring machine).
Selain itu kegiatan ini selanjutnya dapat pula dibuat deskripsi dari susunan lapisan
tanah, juga untuk mengetahui tinggi muka air tanah setempat.
Biasanya dilakukan disamping lubang sondir agar didapatkan korelasi antara
kekuatan tanah dan jenis tanah yang dikandungnya.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1. Praktikan dapat melaksanakan kegiatan pengambilan contoh tanah baik yang asli
maupun yang terganggu dengan prosedur yang benar.
2.2. Praktikan dapat mengumpulkan berbagai informasi dan menggambarkan dalam
grafik, macam/jenis tanah untuk berbagai kedalaman.

III. PERALATAN
A. Test Pit (Sumur Uji)
1. Peralatan untuk menggali (a.l. linggis, cangkul, sekop, ganco dll)
2. Sendok spesi, spatula besar, dan alat sejenisnya
3. Roll meter, palu (5 kg), dan balok kayu (4 x 6 x 60 cm)
4. Tabung contoh dengan tutup

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 1


5. Cawan (container) untuk penentuan kadar air
6. Tempat untuk contoh tanah terganggu

B. Hand Boring
1. Mata bor (Iwan besar/kecil, helical, spiral)
2. Pipa bor yang dapat disambung, panjang 1,0 m
3. Tangkai pemutar dan kunci pipa
4. Tabung contoh dengan tutup
5. Cawan (container) untuk penentuan kadar air
6. Sendok spesi, spatula besar, dan alat-alat yang sejenisnya
7. Roll meter, palu (5 kg), dan balok kayu (4 x 6 x 60 cm)
8. Tempat untuk contoh tanah terganggu

Gambar 1.1. Perlengkapan Bor Tangan


Keterangan Gambar
1. Stang engkol pemutar 5. Palu
2. T-stuck pemutar 6. Kepala penumbuk
3. Stang bor 7. Stick aparat
4. Iwan auger 8. Tabung contoh

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 2


Tipe Iwan Besar Tipe Iwan Kecil

Tipe Spiral Tipe Helical

Gambar 1.2. Jenis Mata Bor

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


A. Test Pit
1. Tentukan lokasi yang akan diambil contoh tanahnya, bersihkan permukaannya
dari rerumputan atau benda lainnya.
2. Buat lobang dengan ukuran 100 x 100 x 100 cm, atau sesuai dengan petunjuk
instruktur.
3. Pada dasar galian mulai kedalaman 100 cm, sisakan tanah berbentuk kubus
ukuran 20 x 20 x 20 cm atau ambil contoh tanah asli dengan menggunakan
tabung contoh minimal 3 (tiga) buah tiap kelompok.
4. Bungkus tanah asli tersebut dengan aluminium foil/plastic, bila
pengambilannya dengan tabung gunakan tutup tabung dari plastic atau gunakan
malam/paraffin, serta ambil kadar air aslinya pada tiap kedalaman 50 cm, atau
setiap terdapat perubahan lapisan.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 3


5. Kemudian beri label identifikasi agar tidak tertukar bila contoh tanah lebih dari
satu, dan simpan ditempat yang teduh.

B. Hand Boring
1. Tentukan lokasi yang akan diambil contoh tanahnya, bersihkan
permukaannya dari rerumputan atau benda lainnya.
2. Rangkaikan mata pengarah dengan pipa bor serta tangkai pemutar.
3. Tancapkan rangkaian tersebut di atas (2) pada lokasi (1) dan putar searah
jarum jam sampai kedalam 30 cm.
4. Cabut kemudian ganti dengan mata bor (lwan besar/kecil).
5. Tentukan galian sampai kedalaman yang ditentukan, catat setiap terjadi
perubahan warna dan jenis tanah, juga kedalamannya.
6. Hasil galian diletakkan memanjang di atas tanah untuk mengetahui perubahan
warna dan jenis tanah, serta ambil kadar air asli pada setiap 0,5 m.
7. Setelah kedalaman tertentu tercapai maka ganti mata bor dengan konektor +
tabung yang sudah diolesi dengan oli/vaselin.
8. Masukkan lagi alat bor ke dalam tanah dan ukur dari suatu datum setinggi 20
cm serta beri tanda.
9. Pada tangkai pemutar beri balok dan lakukan pemukulan dengan palu sampai
batas yang tersebut di atas (8) tepat pada datum.
10. Putar tangkai pemutarnya dan angkat, kemudian lepaskan tabung dari
konektornya, tutup dan beri label identifikasi, dan pasang tabung yang lain
kemudian lakukan langkah (7) - (8) - (9) - (10).

V. PELAPORAN
Semua data yang diperoleh selama kegiatan, harus dicatat langsung di lapangan
pada profil sumur uji maupun profil bor, yang terdiri atas:
5.1. Tanggal mulai dan selesainya kegiatan.
5.2. Identifikasi/kode dari sumur uji/pemboran dangkal.
5.3. Referensi lokasi dan ketinggian pengujian terhadap titik-titik tetap terdekat.
5.4. Ketinggian muka air tanah.
5.5. Keadaan cuaca pada saat melaksanakan.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 4


VI. PERAWATAN
6.1. Bersihkan mata bor dan stangnya setiap kali selesai, lalu lumuri dengan oli
secukupnya untuk menghindari karat.
6.2. Sebelum dipakai, tabung contoh harus dalam keadaan bersih dan bagian dalamnya
diberi pelumas sehingga tanah bisa masuk maupun keluar dengan mudah.

VII. REFERENSI
7.1. ASTM D 1452 – 80, D 1587 – 83.
7.2. Bowles, JE., “Engineering Properties of Solis and their Measurement”
Experiment No.2

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 5


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Tgl. Pengujian :


Lokasi : Dikerjakan :
Jenis tanah : Diperiksa :

LOG – BOR DANGKAL


(ASTM D 1452)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 6


2. PENGUJIAN DI LAPANGAN DENGAN SONDIR
(DEUTCH CONE PENETRATION)
SK SNI M-12-1991-03

I. PENDAHULUAN

Pengujian Penetrasi Konus (Cone Penetration Test – CPT) merupakan salah satu
jenis pengujian langsung di lapangan yang sudah sejak lama dikembangkan, dan sangat
luas kegunaannya.
Pengujian ini secara umum dikenal sebagai pengujian sondir, yaitu uji statis
berkaitan dengan cara memasukkan konus melalui penekanan dengan kecepatan tertentu.
Alat yang digunakan adalah Sondir mekanis tipe Begemann Friction Sleeve –
Cone (Bikonus), dengan luas proyeksi konus 10 cm2, dan luas bidang geser 100 cm2.
Pemberian gaya dengan system hidrolis dengan luas torak (piston) 10 cm2. Pembacaan
gaya (tegangan) pada setiap interval kedalaman 20 cm, menggunakan dua buah
manometer masing-masing berskala 0 – 60 kg/ cm2 dan 0 – 250 kg/ cm2.
Hasil dari pengujian ini dapat digunakan untuk merencanakan daya dukung
ujung (end bearing) dan perlawanan keliling permukaan tiang (friction/adhesion
resistence) dari pondasi tiang maupun daya dukung pondasi dangkal. Selain itu pengujian
ini sangat praktis untuk mengetahui dengan cepat letak kedalaman lapisan tanah keras,
bahkan dengan mengevaluasi nilai rasio gesekan (friction ratio), dapat pula dilakukan
deskripsi jenis lapisan tanah.
Percobaan ini dapat dilakukan pada semua jenis tanah berbutir halus maupun
kasar (pasir), namun tidak dapat dilaksanakan jika pada lapisan tanah tersebut terdapat
banyak kerikil.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1. Praktikan dapat melaksanakan pengujian penetrasi konus (sondir) dengan
prosedur yang benar.
2.2. Praktikan dapat menggambarkan grafik hubungan antara nilai konus, jumlah
hambatan pelekat, serta ratio gesekan.

III. PERALATAN
3.1 Mesin sondir kapasitas 2,5 ton
3.2 Stang sondir luar (push rods) dan stang sondir dalam (inner rods)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 7


3.3 Dua buah manometer kapasitas 0 – 60 kg/ cm2 dan 0 – 250 kg/ cm2
3.4 Mantle cone
3.5 Frictions cone
3.6 Jangkar spiral
3.7 Ambang penekan
3.8 Peralatan penunjang

Gambar 2.1. Alat Sondir dan Kelengkapannya

Keterangan Gambar

1. Gigi penekan 14. Kunci tiang


2. Gigi cepat 15. Kaki sondir
3. Gigi lambat 16. Jangkar spiral
4. Tiang pelurus 17. Stang dalam
5. Rantai 18. Paten konus
6. Stelan rantai 19. Lubang pengisi oli
7. Engkol pemutar 20. Piston
8. Ruang oli 21. Oli seal
9. Kunci tiang 22. Ring penahan seal
10. Trecker 23. Mur penjepit
11. Manometer 24. Kunci piston
12. Kaki ruang oli 25. Kop penarik
13. Stang sondir 26. Bikonus

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 8


Keterangan Gambar
Gambar 2.2. Cara Kerja Friction Cone

Posisi A
Stang Sondir menekan bikonus sampai kedalaman tertentu, stang dalam (pluge ) belum
ditekan (belum ada pengukuran).

Posisi B
Stang dalam ditekan masuk sedalam 4 cm, ujung bikonus menembus lapisan tanah.
Tahanan konus diukur oleh manometer.

Posisi C
Stang dalam ditekan terus, ujung bikonus dan dinding gesek bergerak bersama–sama
menembus lapisan tanah. Jumlah tahanan konus dan hambatan pelekat diukur oleh
manometer.

Posisi D

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 9


Stang Sondir ditekan kembali, ujung bikonus dan dinding gesek bergabung lagi. Bikonus
siap melakukan penetrasi untuk pengukuran pada kedalaman selanjutnya.

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


4.1. Bersihkan lokasi percobaan yang akan dilakukan,lalu pasangkan dua atau
empat spiral sesuai dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok
dengan kaki sondir.
4.2. Jepit rangka sondir dengan ambang pada jangkar tersebut, lalu atur posisi
sondir agak tegak lurus, dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu
gunakan waterpass untuk mengontrolnya.
4.3. Buka baut penutup lubang pengisian oli dan buka kedua kran manometer, lalu
pasang kunci piston pada ujung piston.
4.4. Tekan berkali–kali kunci piston keatas sampai oli keluar semua.
4.5. Setelah oli yang lama habis, tetap kunci, isi oli dari lubang pengisian sampai
penuh, gerakkan kunci piston naik turun secara perlahan untuk menghilangkan
gelembung udara. Setelah tidak ada gelembung udara tutup kembali lubang
pengisian tadi.
4.6. Tutup salah satu keran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka,
perhatikan kenaikan jarum manometer hentikan penekenan dan tahan (kunci),
stang pemutar apabila jarum akan mencapai 25% ke maksimal manometer.
Bila terjadi penurunan pada jarum manometer berarti ada kebocoran antara lain
pada sambungan–sambungan nepel, buat penutup oli atau pada seal pioston.
Lakukan hal yang sama untuk manometer yang lainnya.
4.7. Pasang friction conelmatle cone pada draad stang sondir berikut stang
dalamnya. Tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada rangka
sondir tepat di bawah ruang oli. Pasang kop pelekat.
4.8. Dorong tracker, pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar
sampai menyentuh ujung atas stang sondir. Pengujian dan pengukuran sudah
siap dilakukan.
4.9. Tiang sondir diberi tanda, diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan
spidol/kapur tulis, gunanya untuk mengetahui ke dalamannya pada saat
dilakukan pembacaan manometer.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 10


4.10. Engkol pemutar kembali diputar sehingga paten friction cone/mantle cone
masuk kedalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm (lihat tanda spidol),
engkol pemutar diputar sedikit dengan arah berlawanan. Tracker ditarik ke
depan dalam posisi lubang bulat.
4.11. Buka keran yang menuju manometer 60 kg/cm2
4.12. Engkol pemutar diputar kembali sehingga setang dalam tertekan ke dalam anah
dengan kecepatan 2 cm/detik. Stang dalam akan menekan piston dahulu akan
menekan oli di dalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada manometer.
Mantle cone hanya akan mengukur tahanan ujung konus (q c ) sedangkan
friction mantle cone akan mengukur tahanan dan gesekan dinding terhadap
tanah.
4.13. Tekan stang, catat angka penunjukan pertama pada jarum manometer, teruskan
penekanan sampai jarum manometer bergerak yang ke dua kalinya.
4.14. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer bila
diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup kran
manometer tersebut dan kran manometer yang berkapasitas besar dibuka.
Stang sondir jangan menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan
tekanan secara drastis dan merusak manometer.
4.15. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi tracker dipindahkan
kembali menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali dengan
jarak 20 cm berikutnya dan ulang prosedur 4.12 sampai dengan 4.14.
4.16. Setelah mencapai kedalaman -1 m, stang sondir perlu ditambah. Caranya
terlebih dahulu naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung.
Gunakan kunci pipa untuk mengencangkan. Ulangi prosedur 4.8 sampai
dengan 4.15.
4.17. Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari 250
kg/cm2) pembacaan dihentikan. Stang sondir yang sudah tertanam dicabut
kembali dengan cara sebagai berikut :
 Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat.
 Tarik trecker pada posisi lubang penuh.
 Dorong trecker pada posisi lubang terpotong.
 Putar engkol pemutar sehinggga stang sondir terangkat sampai stang sondir
berikutnya terlihat.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 11


 Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian di bawahnya
tidak jatuh.
 Lepaskan stang sondir atas dengan kunci pipa yang lain.
 Ulangi prosedur ini stang sondir berilutnya.
4.18. Percobaan prosedur ini stang sondir berikutnya

V. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


5.1 Data
1. Dimensi alat bikonus :
- Diameter ujung bikonus (Dc) cm.
- Diameter selimut geser (Dg) cm.
- Tinggi selimut geser (Hg) cm.
2. Hasil pengukuran
- Tekanan konus (qc) kg/cm2 ………….kolom 2
- Jumlah Perlawanan (JP) kg/cm2 ……….....kolom 3

5.2 Perhitungan
1. Luas potongan melintang bikonus (Ac) = ¼ π Dc2
Gaya geser yang bekerja (P) = Ac (JP – qc)
= Ac (kolom3 – kolom 2)
= Ac (kolom 4)
2. Luas selimut geser (Ag) = π Dg. Hg
𝑃
3. Hambatan pelekat (HP), kolom 5 = 20. 𝐴𝑔

= 20x(1/4xDc2(JP – qc)): π Dg. Hg


bila Dg = Dc, maka = 5Dc (JP – qc): Hg
2,68 = 5 Dc (2): (13,3)
Dc = 3,5644 cm
Jadi Hambatan pelekat (HP) = ( 5x3,5644) x (2) : 13,3
= 1,34 x 2 (kolom 4)
= 2,68. (lihat kolom 5)
faktor pembacaan (pembacaan penurunan setiap 20 cm)
Untuk harga Dc = Dg = D = 3,5644 cm
Hg = 13,3 cm
Hp = D/Hg (JP – qc)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 12


Vl. PERAWATAN
6.1 Stang sondir yang telah dipakai harus segera dibersihkan dari kotoran/tanah yang
melekat. Setelah dibersihkan lumuri dengan oli secukupnya agar tidak berkarat.
6.2 Friction cone/mantle cone yang telah dipakai juga harus segera dibersihkan.
Setelah bersih dicoba digerak-gerakkan, apabila terjadi kemacetan, buka rangkaian
alat tersebut dan rendam dalam minyak tanah lalu disikat dengan hati-hati. Lalu
lumuri dengan oli yang masih baru kemudian dirangkaian kembali dicoba lagi
gerakannya tidak ada yang terhambat, bisa disimpan pada ruang tertutup.
6.3 Tambahkan stempet pada gigi penggerak mesin sondir bagian atas bila kondisinya
sudah kering.
6.4 Lumasi dengan oli seluruh bagian yang bergerak/bergesekan secara berkala.
6.5 Bila terjadi kebocoran oli, buka ruang oli dan periksa di dalamnya. Bila oli seal
tersebut sobek ganti dengan yang baru.

V1I. REFERENSI
7.1 ASTM D 3441-86
7.2 Manual Penyelidikan Geoteknik untuk Perencanaan Jembatan No.
02/MN/B/1983 bagian 3.5
7.3 Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM/1976, PB-0101-76

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 13


TITIK
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
S1
PROYEK : Pelatihan Uji TANGGAL PENGUJIAN : 30 April 2015
LOKASI : Halaman Gedung D9-UM DIKERJALAN : Mhs
Kota Malang – Jawa Timur
ELEVASI : ………….. M DIPERIKSA : WJ

UJI PENETRASI KONUS


(ASTM D 3441 – 86)

Jumlah Perlawanan Hambatan Hambatan Friction


Kedalaman qc JHP
Perlawanan Gesek pelekat(HP) Setempat Ratio
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
(5)=
(1) (2) (3) (4)=(3)-(2) (1,34)x(4) (6) (7)=(5):20 (8) = (4) : (2)

0,00 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00


0,0+2,68
-0,20 3 5 2 2,68 =2,68 0,13 0,67
2,68+1,34
-0,40 4 5 1 1,34 =4,02 0,07 0,25
-0,60 5 10 5 6,69 10,71 0,33 1,00
-0,80 20 25 5 6,69 17,40 0,33 0,25
-1,00 30 40 10 13,38 30,78 0,67 0,33
-1,20 25 35 10 13,38 44,17 0,67 0,40
-1,40 25 37 12 16,06 60,23 0,80 0,48
-1,60 5 11 6 8,03 68,26 0,40 1,20
-1,80 5 10 5 6,69 74,95 0,33 1,00
-2,00 5 8 3 4,02 78,96 0,20 0,60
-2,20 5 10 5 6,69 85,65 0,33 1,00
-2,40 20 26 6 8,03 93,68 0,40 0,30
-2,60 15 20 5 6,69 100,38 0,33 0,33
-2,80 15 19 4 5,35 105,73 0,27 0,27
-3,00 5 8 3 4,02 109,74 0,20 0,60
-3,20 45 55 10 13,38 123,13 0,67 0,22
-3,40 50 55 5 6,09 129,82 0,33 0,10
-3,60 65 105 40 53,53 183,35 2,68 0,62
-3,80 50 66 16 21,41 204,77 1,07 0,32
-4,00 50 55 5 6,69 211,46 0,33 0,10
-4,20 40 51 11 14,72 226,18 0,74 0,28
-4,40 40 55 15 20,08 246,26 1,00 0,38
-4,60 40 53 13 17,40 263,65 0,87 0,33

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 14


0
0 50 100 150 200 250 300
-0.5

-1

-1.5

-2
Series1
-2.5
Series2
-3

-3.5

-4

-4.5

-5

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 15


Soal Latihan.
Jumlah Perlawanan Hambatan Hambatan Friction
Kedalaman qc Perlawanan Gesek pelekat JHP Setempat Ratio
(M) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (%)
(5)= (8) = (4) :
(1) (2) (3) (4) (1,34)x(4) (6) (7)= (6):20 (2)
0,00 0 0
-0,20 2 5
-0,40 3 7
-0,60 5 10
-0,80 12 20
-1,00 23 30
-1,20 25 35
-1,40 28 37
-1,60 8 11
-1,80 9 15
-2,00 12 17
-2,20 8 14
-2,40 12 21
-2,60 15 22
-2,80 16 29
-3,00 25 38
-3,20 45 55
-3,40 50 65
-3,60 65 85
-3,80 45 66
-4,00 50 65
-4,20 64 75
-4,40 70 85
-4,60 76 95
-4,80 80 110
-5,00 86 120
-5,20 88 132
-5,40 94 143
-5,60 98 152
-5,80 107 165
-6,00 120 170
-6,20 130 176
-6,40 140 198
-6,60 150 201

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 16


3. PENGUJIAN PENETRASI STANDAR
(STANDARD PENETRATION TEST)
ASTM D 1586-84

I. PENDAHULUAN
Seperti pada halnya pada pengujian Penetrasi Konus (Sondir/CPT), pengujian
Penetrasi Standar (SPT) juga merupakan salah satu jenis pengujian langsung di lapangan
yang luas penggunaannya, dimana pengujian ini selalu dilakukan bersamaan/didahului
dengan pekerjaan pemboran.
Pengujian ini dilakukan dengan cara menumbuk (dinamis) tabung contoh belah
(split barrel) dan mencatat jumlah tumbukan yang diperlukan untuk mencapai kedalaman
penetrasi tertentu. Melalui pengujian ini dapat dilakukan evaluasi secara kasar kepadatan
tanah relative dari tanah berbutir, atau konsistensi tanah-tanah kohensif (Tabel 1.1).
Kedalaman penetrasi total yang disyaratkan adalah 0,45 m, terdiri atas 3 bagian
masing-masing bagian 0,15 m, dimana kedalaman penetrasi 0,15 m yang pertama disebut
dengan tumbukan awal (seating drive), dan jumlah tumbukan yang diperlukan tidak
termasuk dalam perhitungan nilai N.
Nilai “N” dalam SPT adalah jumlah tumbukan yang diperlukan untuk memasukkan
tabung contoh belah sedalam 0,30 m (0,15 m kedua dan ketiga).
Apabila dijumpai lapisan tanah atau batuan yang keras, sehingga kedalaman
penetrasi tidak mencapai seperti yang disyaratkan, penumbuakan dapat dihentikan.
Contoh tanah yang diperoleh dari tabung belah, pada dasarnya telah banyak
mengalami gangguan sehingga merupakan contoh tanah yang terganggu oleh sebab itu
hanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan penentuan klasifikasi jenis tanah.
Tabel 3.1.
Tanah non-kohesif Tanah -kohesif Tanah
Nilai N Kepadatan relative Nilai N Konsistensi
0-4 Sangat lepas 0-1 Sangat lunak
5-10 Lepas 2-4 Lunak
10-24 Sedang 5-8 Teguh
25-50 Padat 9-15 Kenyal
>50 Sangat padat 16-30 Sangat kenyal
31-60 Keras
>60 Sangat keras

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 17


II. TUJUAN PENGUJIAN
2.1 Praktikan dapat melaksanakan pengujian penetrasi standar dengan prosedur yang
benar.
2.2 Praktikan dapat menghitung nilai “N” SPT berdasarkan catatan data hasil
tumbukan.
2.3 Praktikan dapat melakukan evaluasi terhadap kekuatan tanah berdasarkan nilai “N”
SPT.
III. PERALATAN
3.1 Stang SPT (drill rod)
3.2 Split barrel, ᴓ luar ± 50 mm, ᴓ dalam ± 38 mm, panjang 46-76 mm
3.3 Penumbuk (hammer) dengan berat 63,5 kg
3.4 Landasan penumbuk (anvil/drive head) dengan tinggi jatuh bebas 75cm
3.5 Tripod (kaki tiga),katrol dan tambang/tali.
Gambar 3.1 Skema Alat Uji SPT

Gambar 3.1 Skema Alat Uji SPT


Keterangan Gambar
1. Tripod 5. Split Barrel
2. Katrol 6. Batang SPT
3. Tambang/ Tali 7. Batang Penghantar
4. Penumbuk (Drive Weight) 8. Kop Penarik

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 18


IV. PROSEDUR PENGUJIAN
4.1. Buat lubang pada permukaan tanah yang akan diuji dengan bor. Ambil contoh
tanah setiap ke dalaman tertentu yang akan diuji, catat kedalamannya setiap
pengambilan contoh tanah.
4.2. Pasang split barrel yang sudah bersih dengan stang.
4.3. Pasang tripod dengan kedudukan yang stabil. Pada bagian atas dipasang katrol
berikut tambang penariknya.
4.4. Masukkan stang yang sudah dipasang split barrel tadi ke dasar lubang.
4.5. Pasang plat penutup lubang lalu pasang kepala penumbuk pada bagian atas stang
dan sambung dengan batang penghantar.
4.6. Tempatkan beban penumbuk pada stang penghantar dengan bantuan tambang
dan katrol secara perlahan.
4.7. Beri tanda pada stang yang sudah terpasang mulai dari permukaan tanah sampai
45 cm di atasnya. Setiap 15 cm diberi tanda dengan kapur/spidol, pemberian
tanda tersebut dimaksudkan untuk mengkontrol masuknya tanah dalam split
barrel.
4.8. Jatuhkan beban secara jatuh bebas, dengantinggi jatuh 75 cm.
4.9. Catat jumlah pukulan yang menekan split barrel hingga masuk ke dalam tanah,
setiap kedalaman 15 cm pertama (N-1), 15 cm kedua (N-3), dan seterusnya
sampai ke dalaman yang diinginkan.
4.10. Putar stang SPT satu kali untuk melepaskan/memotong contoh tanah pada dasar
split barrel, kemudian angkat dengan bantuan tambang dan katrol atau dengan
kunci pipa.
4.11. Buka dengan hati-hati split barrel tersebut, deskripsikan jenis contoh tanah
tersebut seperti komposisi, struktur, konsistensi warna dan kondisinya.
4.12. Bila diperlukan, masukkan contoh tanah tersebut ke dalam tabung atau plastik
dan lindungi agar tidak terjadi penguapan.
4.13. Beri tanda keterangan nomor boring, lokasi, tanggal pengambilan dan
kedalaman contoh.

Catatan:
1. Berat penumbuk (drive weight) standar adalah 63,50 kg.
Jangan tambahkan beban lain pada penumbuk tersebut, sehingga beratnya
menyimpang dari standar.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 19


2. Pembacaan penetrasi seharusnya dilakukan setiap setengah foot (0,5 x 1 foot)
atau 15,24 cm.dalam hal ini dibulatkan untuk penyederhanaan.
3. Pada waktu melepas penumbuk dari ketinggian 75 cm, tambang harus dilepas
dengan bebas supaya energi tumbukan tidak berkurang.

V. PELAPORAN
5.1. Jenis bor yang dipakai (tangan/mesin), jika bor mesin cantumkan merk dan
tahun keluarannya.
5.2. Keadaan cuaca pada saat itu.
5.3. Jika menggunakan pipa pelindung (casing), cantumkan panjang yang digunakan.
5.4. Ketinggian muka air tanah.
5.5. Gambarkan profil bor yang menunjukkan setiap perubahan jenis tanah.
5.6 Penjelasan (deskripsi) jenis lapis tanah.
5.7. Kedalaman dimana pengujian tengah dilakukan.
5.8. Kedalaman penetrasi tabung contoh belah dan panjang contoh tanah yang
didapat.
5.9. Jumlah pukulan untuk kedalaman penetrasi 0,15 m pertama.
5.10. Jumlah pukulan dan penetrasi kedalaman penetrasi, apabila penumbukan
dihentikan unyuk kedalaman penetrasi lebih kecil dari 0,30 m.

VI. PERAWATAN
6.1. Bersihkan split barrel setelah dipergunakan, lumasi bagian dalam/luar supaya
tidak berkarat, rendam dalam oli bila tidak dipergunakan.
6.2. Pada waktu menyambung stang SPT, kencangkan sambungan tersebut dengan
ba ikuntuk mencegah kerusakan draad pada saat menumbuk.
6.3. Bersihkan dan lumasi stang SPT, bila ada kotoran pada draadnya, bersihkan
terlebih dahulu dengan sikat baja, simpan dalam rak.
6.4. Lumasi katrol agar dapat berputar dengan bebas.

VII. REFERENSI
7.1. ASTM D 1586-84
7.2. Brithish Standart BS Test 19
7.3. Manual Penyelidikan Geoteknik untuk Perencanaan Jembatan No.
02/MN/B/1983 bagian 3.8.1

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 20


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : TOL WARU – TANUNG PERAK Tanggal Pengujian : 12-18 Oktober 2001
Lokasi : TANJUNG PERAK Dikerjakan : AR
Bore Hole : No. BH 01 Diperiksa : ESN

BORING LOG
(ASTM D 1452)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 21


4. PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN KONUS PASIR
(SAND CONE TEST)
SK SNI M-13-1991-03

I. PENDAHULUAN
Percobaan Kerucut Pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan di
lapangan, untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli atau pada hasil suatu
pekerjaan pemadatan, yang dapat dilakukan baik pada tanah kohesif maupun non
kohesif.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk tujuan yang sama, yaitu:
- Metoda Silider (Drive Silinder Method), khusus untuk tanah kohesif.
- Metoda Balon Karet (Rubber Ballon Method), untuk semua jenis tanah.
Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 22
- Metoda Nuclear (Nuclear Method), untuk semua jenis tanah
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh melalui pengujian ini, biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan di lapangan yang dinyatakan dalam
derajat pemadatan (degree of compaction), yaitu perbandingan antara d (kerucut pasir) dengan
dmaks. Hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam (%).

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1. Praktikan dapat melaksanakan pengujian Kerucut Pasir dengan prosedur yang
benar.
2.2. Praktikan dapat menghitung nilai kepadatan (berat isi kering) tanah di lapangan

III. PERALATAN
3.1. Peralatan utama terdiri dari
- Tabung kalibrasi pasir uji
- Botol/silinder tempat pasir uji
- Kerucut yang dilengkapi dengan kran
- Plat dasar yang berlubang
3.2. Sekop kecil, palu, linggis, perata dll
3.3. Timbangan dengan ketelitian 1,00 gram (di bawa kelapangan)
3.4. Pasir uji (Ottawa/Kwarsa)
3.5. Kantung plastik, cawan untuk penentuan kadar air

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 23


Gambar 4.1. Alat Sand Cone
Keterangan gambar
1. Botol sand cone 6. Plat sand cone
2. Pasir standar 7. Pahat
3. Kran corong 8. Sendok
4. Kaleng lapangan 9. Palu karet
5. Corong sand cone 10. Cawan

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


4.1. Isilah botol sand cone dengan pasir standar.
4.2. Timbang botol dan corong, berikut pasir gradasi yang telah diisi secukupnya.
4.3. Bersihkan permukaan tanah yang akan digali dan ratakan permukaannya.
4.4. Letakkan plat lapangan di permukaan tanah dalam posisi yang kokoh.
4.5. Galilah lubang sesuai dengan diameter lubang di lapangan. Gunakan pahat, palu,
dan sendok tanah.
4.6. Timbang kaleng lapangan yang telah dibersihkan dalam keadaan kosong (W9).
4.7. Masukkan semua tanah hasil galian tersebut ke dalam kaleng lapangan lalu
timbang beratnya (W8).
4.8. Letakkan corong sand cone berikut botol yang telah berisi pasir di atas plat
lapangan tadi dalam posisi terbalik.
4.9. Buka kran corong sehingga pasir dalam botol turun melalui corong mengisi
lubang tadi.
4.10. Setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran corong.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 24


4.11. Ambil sebagian tanah dari lubang yang sudah dimasukkan ke dalam kaleng.
4.12. Timbang corong berikut botol yang berisi sisa pasir didalamnya.
4.13. Hitung berat jenis pasir yang keluar dari dalam botol.
4.14. Ambil kembali pasir yang mengisi lubang tadi untuk dipergunakan pada
pengujian selanjutnya.

V. KALIBRASI
5.1. Timbang berat corong dan botol kosong (W1).
5.2. Masukkan pasir ke dalam botol melalui corong lalu timbang (W4).
5.3. Letakkan plat lapangan pada permukaan kaca yang bersih kemudian pasang
corong berikut botol tadi di atasnya dalam posisi terbalik.
5.4. Buka kran corong sehingga pasir akan mengisi corong bawah.
5.5. Setelah pasir berhenti mengalir, kran corong ditutup kembali.
5.6. Timbang corong berikut botol yang berisi pasir di dalamnya (W5), setelah uji.
5.7. Hitung berat pasir yang mengisi corong bawah.
5.8. Ulangi prosedur ini 3 kali lalu hasilnya dirata-ratakan. Perbedaan hasil antara
masing-masing percobaan tidak boleh melebihi 1%.
5.9. Masukkan pasir ke dalam botol melalui corong sampai penuh (biarkan pasir
turun dengan bebas), kemudian timbang berikut corong (W2), ulangi 3 kali
berturut-turut. Ambil rata-ratanya, perbedaan antara berat masing-masing
dengan harga rata-rata tidak boleh lebih dari 1%.
5.10. Ukur volume botol dengan cara mengisinya dengan air sampai penuh.
5.11. Timbang berat corong dan botol yang berisi penuh dengan air (W3). Ulangi
prosedur 5.10 s/d 5.11 sebanyak 2 kali.

VI. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


Data yang didapat di laboratorium dari proses kalibrasi terdiri dari:
6.1. Berat isi pasir uji sand = (W2 - W1)/(W3 - W1) = berat pasir/berat air(Vw . γw)
6.2. Berat pasir dalam kerucut (W6) = (W4 - W5)
Data yang didapat dari pekerjaan di lapangan terdiri dari:
6.3. Berat tanah hasil galian (W7)
6.4. Berat tabung/silinder + pasir uji sebelum pengujian (W8)
6.5. Berat tabung/silinder + pasir uji setelah pengujian (W9)
6.6. Kadar air tanah hasil galian melalui pengujian di laboratorium (w)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 25


Pengolahan data:
6.7. Berat pasir dalam lubang dan kerucut (W10) = (W8 - W9)
6.8. Berat pasir dalam lubang (W11) = W10 – W6(pasir dlm kerucut)
6.9. Volume lubang, Vlub. = (W11/sand)
6.10. Berat isi tanah basah wet = W7/Vlub
6.11. Berat isi tanah kering dry = wet/(1 + w)

VII. PERAWATAN
7.1. Lumasi kran corong secara berkala dengan minyak untuk mencegah karat/
macet.
7.2. Jemur pasir bila sudah lembab.

VIII. REFERENSI
8.1 ASTM D 1556-82
8.2 AASHTO T191 – 82
8.3 Bowles, J.E., “Engineering Properties of Soils and Their Measurement”
Experiment No. 10
8.4 British Standart BS Test 15 Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.
01/MN/BM/1976, PB-0103-76

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 26


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Gedung Telkom Tanggal Pengujian : 03 Juni 1997


Lokasi : Blimbing Malang Dikerjakan : ESN
Jenis Tanah : -- Diperiksa :P

UJI KEPADATAN LAPANGAN


(ASTM D 1556 - 82)

No. titik uji I II


Berat tabung + kerucut + pasir sebelum pengujian (W8) gr 6935 6915
Berat tabung + kerucut + pasir setelah pengujian (W9) gr 5420 5335
Berat pasir dalam lubang dan kerucut (W8 - W9) gr 1515 1580
Berat pasir dalam kerucut (W6) gr 490 490
Berat pasir dalam lubang (W11) = (W8 - W9) - W6 gr 1025 1090

Berat isi pasir (sand)= (W2 - W1)/(W3 - W1) gr/cmᵌ 1,44 1,44
Volume lubang Vh = (W11)/ sand cmᵌ 711,76 756,89

Berat tanah basah (W7) gr/cmᵌ 1048 1039

Berat isi tanah basah wet = (W7)/Vh gr/cmᵌ 1,47 1,37


Kadar air (w) % 23,68 14,26

berat isi tanah kering dry  wet/(1+w) gr/cmᵌ 1,19 1,2


Derajat kepadatan di lapangan DR = d lap/d Lab 89,50% 90,30%
Kalibrasi alat
Berat tabung + kerucut +
pasir awal (W4) = 9180 (gr)
Berat tabung + kerucut +
pasir akhir (W5) = 5690 (gr)
Berat pasir dalam kerucut W6 = (W4 - W5) = 490 (gr)
Kalibrasi pasir uji
Berat tabung kalibrasi + air (W3) = 2442 (gr)
Berat tabung kalibrasi + pasir (W2) = 2960 (gr)
Berat tabung kalibrasi (W1) = 1265 (gr)
Berat air = volume tabung (W3 - W1) = 1177 (cm3)
Berat pasir (W2 - W1) = 1695 (gr)
berat isi pasir uji sand= (1695)/(1177) = 1,44 (gr/cm3)
Catatan: Berat isi tanah kering lab. didapat dari uji Proctor = 1,33 gr/cm3

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 27


II. PENGUJIAN DI LABORATORIUM
1. PENGUJIAN BERAT JENIS
(SPECIFIC GRAFITY)
SK SNI 04-1989-F

I. PENDAHULUAN
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah dengan ukuran
butiran tanah yang lolos ayakan No. 4 (4,75 mm), menggunakan piknometer.
Apabila nilai Gs akan digunakan dalam perhitungan pada percobaan hidrometer,
maka benda uji yang dipakai adalah yang lolos ayakan No. 10 (2,00 mm).
Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat volume butir tanah padat dengan
volume berat air pada suhu tertentu. Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitung indeks
propertis tanah (misalnya: angka pori, berat isi tanah, derajat kejenuhan, karakteristik
pemampatan), dan sifat-sifat penting tanah lainnya.
Selain itu dari nilai berat jenis tanah (Gs) dapat pula ditentukan sifat tanah secara umum
misalnya, tanah organis mempunyai berat jenis yang kecil, sedangkan adanya kandungan
mineral berat lainnya (misal: besi) ditunjukkan dari berat jenis tanahnya yang besar.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikan dapat menentukan nilai berat jenis tanah berbutir halus di
laboratorium dengan prosedur yang benar.
2.2 Praktikan dapat menggunakan nilai Gs yang diperoleh untuk menghitung
besaran-besaran sifat fisik tanah penting lainnya.

III. PERALATAN
3.1 Piknometer dengan kapasitas 50 ml dan 100 ml.
3.2 Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram dan 0,01 gram.
3.3 Desikator.
3.4 Oven dengan pengatur suhu (1105) ºC.
3.5 Thermometer ukuran 0 ºC – 50 ºC dengan ketelitian membaca 1 ºC.
3.6 Ayakan # 4, # 10, # 40.
3.7 Tungku listrik (hot plate).
3.8 Bak rendaman dengan pengatur suhu (Constant Themperature Bath).
3.9 Air suling.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 28


Gambar 1.1. Alat Vacum Pump

Gambar 1.1. Alat Vacum Pump


Keterangan Gambar
1. Manometer 5. On / Off
2. Kran Keseimbangan 6. Vacum Pump
3. Slang Botol 7. Labu Ukur
4. Botol 8. Cawan Peredam

IV. PERSIAPAN BENDA UJI


4.1 Ambillah contoh tanah beratnya antara 50–100 gram, kemudian keringkan
dalam oven dengan temperatur (1105) ºC.
4.2 Setelah kering, contoh tanah dikeluarkan dan dinginkan dalam dalam desikator.
4.3 Contoh tanah diayak melalui ayakan No. 4 (4,75 mm) dan atau No.10 (2,00
mm), siapkan benda uji sebanyak 10 gram apabila menggunakan piknometer 50
ml, atau  25 gram apabila menggunakan piknometer 100 ml, masing-masing
sebanyak 3 (tiga) buah.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 29


V. PROSEDUR PENGUJIAN
5.1 Ambil 3 (tiga) buah piknometer kapasitas 50 ml atau 100 ml, cuci dengan air
bersih kemudian keringkan dalam oven.
Setelah itu keluarkan dan dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang
beratnya + tutup (W1).
5.2 Masukkan contoh tanah yang sudah disiapkan  10 gram atau 25 gram untuk tiap-
tiap piknometer. Kemudian timbang beratnya + tutupnya (W2) dengan
ketelitian 0,001 dan 0,01 gram.
5.3 Tambahkan air suling sampai contoh tanah terendam, kemudian panaskan di atas
tungku pemanas (hot plate), dengan tujuan agar udara yang terkandung dalam tanah
bisa keluar. Untuk membantu pengeluaran udara dalam benda uji kocok piknometer
dengan hati-hati. Bila gelembung udara sudah tidak tampak, ambil piknometer
kemudian dinginkan dalam desikator.
5.4 Ambil piknometer dari desikator dan tambahkan dengan air suling sampai penuh
kemudian tempatkan pada bak pengatur suhu (constant temperature bath),
sehingga isi piknometer mempunyai suhu yang sama. Setelah suhu konstan,
tambahkan air suling sampai penuh, dan tutuplah piknometer tersebut.(W3)
5.5 Bersihkan piknometer, kemudian isi dengan air suling sampai penuh dan
masukan ke dalam bak pengatur suhu. Setelah suhu konstan, keringkan bagian luar
piknometer dan timbang beratnya ditambah tutup (W4).
5.6 W3 = berat piknometer + tanah + air

VI. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


6.1 Kalibrasi Piknometer
a. Piknometer dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang dengan tutupnya, catat
beratnya (W1)
Isi piknometer dengan air suling, dan masukkan ke dalam bak pengatur suhu
(constant temperature bath) 25 ºC.
Setelah isi botol (piknometer) mencapai suhu 25 ºC tutupnya dipasang,
kemudian bagian luar piknometer dikeringkan, dan piknometer + isinya + tutup
ditimbang (W25).
b. Dari nilai W5 yang ditentukan, susun tabel harga W4 untuk suatu urutan suhu
kira-kira antara 18 ºC sampai dengan 31 ºC.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 30


Harga W4 dihitung sebagai berikut:
W5 = W4 x K
dimana:
W4 = berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi, w
W5 = berat piknometer + air + tutup pada suhu 25 ºC
K = faktor koreksi terhadap suhu (Tabel 1.4)

TABEL KOREKSI

Tabel 1.1. Koreksi (a) terhadap Tabel 1.2. Koreksi (Ct) terhadap
Berat Jenis (Gs) Temperatur

Berat Jenis Tanah Faktor Koreksi Temperatur Faktor Koreksi

(Gs) (a) (C) (a)


2,85 0,96 15 - 1,10
2,80 0,97 16 - 0,90
2,75 0,98 17 - 0,70
2,70 0,99 18 - 0,50
2,65 1,00 19 - 0,30
2,60 1,01 20 0,00
2,55 1,02 21 0,20
2,50 1,04 22 0,40
23 0,70
24 1,00
25 1,30
26 1,65
27 2,00
28 2,50
29 3,05
30 3,80

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 31


Tabel 1.3. Nilai K (Koreksi terhadap Temperatur dan Gs)

Temp Berat jenis tanah (Gs)


C 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136
17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134
18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132
19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131
20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.0133 0.0131 0.0129
21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127
22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0128 0.0126
23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124
24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123
25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122
26 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120
27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119
28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117
29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.0120 0.0118 0.0116
30 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115

Tabel 1.4. Specific Gravity of Water

ºC 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 0.9999 0.9999 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 0.9999 0.9999 0.9998
10 0.9997 0.9996 0.9995 0.9994 0.9993 0.9991 0.9990 0.9988 0.9986 0.9984
20 0.9982 0.9980 0.9978 0.9976 0.9973 0.9971 0.9968 0.9965 0.9963 0.9960
30 0.9957 0.9954 0.9951 0.9947 0.9944 0.9941 0.9937 0.9934 0.9930 0.9926
40 0.9922 0.9919 0.9915 0.9911 0.9907 0.9902 0.9898 0.9894 0.9890 0.9885
50 0.9981 0.9876 0.9872 0.9867 0.9862 0.9857 0.9852 0.9840 0.9842 0.9838
60 0.9932 0.9827 0.9822 0.9817 0.9811 0.9806 0.9800 0.9795 0.9789 0.9784
70 0.9778 0.9772 0.9767 0.9761 0.9755 0.9749 0.9743 0.9737 0.9731 0.9724
80 0.9718 0.9712 0.9706 0.9699 0.9693 0.9686 0.9680 0.9673 0.9667 0.9660
90 0.9653 0.9646 0.9640 0.9633 0.9626 0.9619 0.9612 0.9605 0.9598 0.9591

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 32


6.2 Hitung berat jenis contoh dengan rumus di bawah ini:
G L ( W 2  W1)
Gs =
( W 4  W1)  ( W3  W 2)
dimana:
Gs = berat jenis tanah
GL = berat jenis cairan yang dipakai
W1 = berat piknometer + tutup
W2 = berat piknometer + contoh tanah + tutup
W3 = berat piknometer + contoh tanah + air + tutup
W4 = berat piknometer + air + tutup
W5 = W4 terkoreksi.

6.3 Ambil harga rata-rata dari hasil ketiga pemeriksaan tersebut, dalam 2 (dua)
angka dibelakang koma.

VII. PERAWATAN
7.1 Bersihkan labu ukur segera setelah selesai pengujian untuk menghindari kotoran
yang melekat.

VIII. REFERENSI
8.1 ASTM D 854 – 83
8.2 British standart BS 1377 – 1975
8.3 Bowles, J. E.,”Engineering Properties of Soils and their Measurement”
Experiment No. 7
8.4 Head, K.H,”Manual of Soil Laboratry Testing” Vol. I Section 3.6.2
8.5 Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, PB – 0105 – 76

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 33


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Sungai Tanggal Pengujian : 24-28 Oktober 2004


Lokasi : Kali Marengan, Madura Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)


(SK SNI–04–1989-F)

Nomor Contoh
Kedalaman Contoh
BT 01:2,50 M BT 01:5,00 M BT 01:7,50 M
Nomor piknometer 1 2 3 4 5 6
Berat piknometer + tanah (W2) gr 63,40 94,75 94,30 79,50 96,80 77,00
Berat piknometer (W1) gr 53,40 79,50 84,30 64,60 82,75 62,50
Berat tanah (Wt = W2 - W1) gr 10,00 15,25 10,00 14,90 14,05 14,50
Suhu ⁰C 28 28 28 28 28 28
Berat pikno + air + tanah (W3) gr 156,50 336,50 337,75 171,65 339,20 169,70
Berat pikno + air pada suhu ⁰C (W4) gr 150,70 327,39 332,00 163,10 331,05 161,45
Faktor koreksi suhu (K) 0,9965 0,9965 0,9965 0,9965 0,9965 0,9965
berat pikno + air terkoreksi (W5) gr 150,17 327,39 331,73 162,97 330,79 161,32
berat Jenis (Wt)/(W5-W1)-(W3-W2) (gr/cmᵌ) 2,45 2,48 2,51 2,40 2,49 2,37
Berat jenis rata-rata (Gs) 2,47 2,45 2,43

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 34


2. PENGUJIAN KADAR AIR
(MOISTURE CONTENT)
SNI 1965 – 1990 - F

I. PENDAHULUAN
Kadar air tanah merupakan salah satu parameter terpenting untuk menentukan
korelasi antara perilaku tanah dengan sifat fisik tanah, yang dilakukan secara rutin
dalam pelaksanaan pengujian di laboratorium.
Yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam masa tanah, terhadap berat butiran padat (tanah kering) yang dinyatakan
dalam persen.
Percobaan ini dilakukan menggunakan metoda kering oven (oven drying method),
dimana benda uji dipanaskan pada suhu (1105) ºC, selama 16 s.d 24 jam.
Pada keadaan khusus dimana tanah yang diujikan berupa jenis lempung yang terdiri
dari mineral monmorilonite/holosite, gypsum, ataupun bahan-bahan organik (misalnya
tanah gambut), maka suhu pengeringan maksimum dibatasi sampai dengan 60 ºC, dengan
waktu pengeringan yang lebih lama.
Penentuan kadar air tanah sedapat mungkin dilakukan segera setelah penyiapan benda
uji, terutama bila cawan yang digunakan mudah berkarat.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikan dapat melaksanakan percobaan penentuan kadar air dengan prosedur yang
benar.
2.2 Praktikan dapat melakukan perhitungan serta menggunakan dalam perhitungan-
perhitungan untuk percobaan yang lain.

III. PERALATAN
3.1. Cawan kadar air (tin box)
3.2. Timbangan ketelitian 0,01 gram
3.3. Oven
3.4. Desicator

IV. PROSEDUR PENGUJIAN

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 35


4.1. Timbang tin box yang akan dipakai berikut tutupnya lalu beri nomor/tanda.
4.2. Masukkan benda uji yang akan diperiksa kedalam tin box tersebut lalu tutup.
4.3. Timbang tin box yang telah berisi benda uji tersebut.
4.4. Masukkan kedalam oven yang suhunya telah diatur 110 0C selama 24 jam
sehingga beratnya konstan (tutup tin box dibuka).
4.5. Setelah dikeringkan dalam oven, tin box tersebut lalu masukkan ke dalam
desicator agar cepat dingin.
4.6. Setelah dingin, timbang kembali tin box yang telah berisi tanah kering tersebut.

Catatan:
Berat benda uji dan neraca yang dipakai harus disesuaikan dengan butiran
tanah maksimum agar didapatkan hasil yang teliti.

Tabel 2.1. Ukuran Butir

Ukuran butir maksimum Berat benda uji Ketelitian


lolos ayakan (95-100%) yang disarankan timbangan
Lolos # 40 (0,420 mm) 10 s.d 50 gram 0,01 gram
Lolos # 4 (4,75 mm) 100 gram 0,01 gram
12,5 mm 300 gram 0,1 gram
50,0 mm 1000 gram 1 gram

1. Jika tidak tersedia oven pengering, maka pengeringan dapat dilakukan dengan cara
dijemur dibawah sinar matahari.
2. Masing–masing tin box dan tutupnya harus diberi tanda yang jelas agar tidak
tertukar.
3. Pada waktu menimbang, tutup tin box selalu terpasang.
4. Untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, setiap sampel tanah diuji
sebanyak 5 kali.

V. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN

Kadar air dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:

Ww ( W1  W 2)
Kadar air =  x100%
Ws ( W 2  W3)

dimana:

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 36


- Berat cawan + tanah basah = W1 gram
- Berat cawan + tanah kering = W2 gram
- Berat cawan = W3 gram
- Berat air (Ww) = (W1 - W2) gram
- Berat tanah kering (Ws) = (W2 - W3) gram

VI. PERAWATAN
6.1. Bersihkan tin box kedap air segera setelah pengujian selesai.
6.2. Jemur silica gel yang berada dalam desicator dalam secara berkala untuk
menghilangkan air yang diserapnya.

VII. REFERENSI
7.1. ASTM D 2216-80
7.2. British Standart BS 1377-1975
7.3. Bowles, J.E., “Engineering Properties of Soils and their Measurement”
Experiment No. 1
7.4. Head, K.H., “Manual of Soils Laboratori Testing” Vol 1 Section 2.5

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 37


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : jalan Tol Waru – Tanjung perak Tanggal Pengujian : 10-24 Maret 2002
Lokasi : Surabaya Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

KADAR AIR
(ASTM D 2216-80)

Nomor Cawan
Kedalaman Contoh
1,50 - 2,00 M 5,50 - 6,00 M 9,50 - 10,00 M
Nomor cawan (A) 17 21 55 64 94 97
Berat cawan (B) gr 15,74 16,17 15,69 16,11 16,22 16,32
berat cawan + tanah basah (C) gr 60,20 68,53 62,34 52,29 59,93 56,41
Berat cawan + tanah kering (D) gr 38,90 43,60 40,70 35,23 38,03 36,02
Berat air (E = C - D) gr 21,30 24,93 21,64 17,06 21,90 20,39
Berat contoh kering (F = D - B) gr 23,16 27,43 25,01 19,12 21,81 19,70
Kadar air (W) = E/F x 100% % 91,97 90,89 86,53 89,23 100,41 103,50
kadar air rata-rata % 91,43 87,88 101,96

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 38


3. PENGUJIAN BERAT ISI TANAH
(DENSITY TEST)
SNI

I. PENDAHULUAN
Seperti halnya kadar air tanah, berat isi tanah juga merupakan sifat fisik tanah yang
penting, dan dilakukan secara rutin bersama-sama dengan pengujian lainnya di
Laboratorium.
Pelaksanaan pengujian ini menggunakan metoda silinder tipis yang dimasukkan
dalam tanah (drive cylinder method), sehingga tidak dapat dilakukan pada jenis tanah
berpasir atau terdapat banyak kerikil
Berat isi dari suatu massa tanah perbandingan antara berat total tanah terhadap isi

total tanah, dan dinyatakan dalam notasi  wet (gram/cm3).Dalam pengujian pemadatan
tanah di laboratorium ataupun penentuan kepadatan tanah di lapangan, berat isi tanah
 dry
dinyatakan dalam berat isi tanah kering , yaitu perbandingan antara berat butir tanah
terhadap volume total tanah.
Bila tidak didapatkan benda uji yang asli, maka dapat diganti dengan benda uji
buatan (remoulded samples) dengan mempertahankan berat isi dan kadar air yang sesuai
dengan keadaan aslinya.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikan dapat melaksanakan salah satu pengujian penentuan berat isi dengan
prosedur yang benar.
2.2 Praktikan dapat menghitung besarnya nilai berat isi, serta dapat membuat benda uji
buatan (remoulded samples).
III. PERALATAN
3.1 Ring berat isi
3.2 Jangka sorong
3.3 Timbangan oven
3.4 Oven
3.5 Desicator
3.6 Pan

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 39


Gambar 3.1. Sampel Extruder

Keterangan gambar
1. Dudukan as depan 5. Klem penjepit
2. As pendorong 6. Tabung sampel
3. Dudukan as belakang 7. Handel pemutar
4. Plat pendorong 8. Landasan U

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


4.1 Bersihkan ring berat isi yang akan dipakai.
4.2 Ukur diameter dalam dan tingginya dengan menggunakan jangka sorong, hitung
volumenya.
4.3 Timbang ring tersebut dengan ketelitian 0,01gram.
4.4 Masukkan sampel tanah kedalam ring langsung dari tabung contoh dengan
menggunakan extruder.
4.5 Ratakan permukaan tanah dikedua permukaan timbang kembali berikut pan.
4.6 Bersihkan bagian luar ring kemudian timbang kembali berikut pan.
4.7 Masukkan ring yang berisi sampel tanah kedalam oven dengan suhu 110 0C
selama 24 jam.
4.8 Masukkan kedalam desicator sampai dingin lalu timbang kembali.

V. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


Berat isi dapat dihitung sebagai berikut:
( W 2  W1)
Berat isi tanah basah =  wet = gram / cm 3
V

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 40


 wet
Berat isi tanah kering =  dry = gram / cm 3
1 w
dimana:
- Berat ring = W1 gram
- Berat ring + tanah = W2 gram
- Volume ring =V cm3
- Kadar air =w %

VI. PERAWATAN
6.1 Bersihkan tabung sample dan extruder setelah pengujian selesai.

VII. REFERENSI
7.1 ASTM D 2937-83
7.2 AASHTO T 204-64 (1982)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 41


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Tanggal Pengujian :


Lokasi : Dikerjakan :
Jenis Tanah : Diperiksa :

PEMERIKSAAN
BERAT ISI – ISI PORI – DERAJAT KEJENUHAN

A Nomor ring/ cawan A 14


B Nomor contoh/ tabung A
C Kedalaman tanah 2,60 - 3,05 m m
D Berat ring 58,53 gr gr
E Berat cawan 61,05 gr gr
F Berat ring + cawan + tanah basah 221,55 gr gr
G Berat tanah basah (F - D - E) 101,97 gr gr
H Volume ring (volume tanah basah) 62,34 cm³ cm³
I Berat isi tanah basah (G)/(H) 1,64 gr/cm³ gr/cm³
J Berat ring + cawan + tanah kering 184,50 gr gr
K Berat tanah kering (J - D - E) 64,92 gr gr
L Berat air (G - K) 37,05 gr gr
M Kadar air (L/K) x 100% 57 % %
N Berat isi tanah kering (gama dry) (1/L + M) 1,04 gr/cm³ gr/cm³
O Berat jenis (Gs) 2,60
P Volume tanah kering (K/O) 23,97 cm³ cm³
Q Isi pori (H - P) 38,37
R Derjat kejenuhan (Sr) (L/Q) x 100% 97 % %
S Porositas (Q/H) x 100% 61 % %

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 42


4. PENGUJIAN BATAS CAIR DENGAN CASSAGRANDE
SK SNI M 07-1989-F

I. PENDAHULUAN
Tanah berbutir halus yang mengadung mineral lempung sangat peka terhadap
perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu berupa batas cair
(Liquid Limit), batas plastic (Plastic Limit) dan batas kerut/susut (Shrinkage Limit).
Batas cair adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan antara cair dan
plastis.
Dengan diketahui nilai konsistensi tanah maka sifat–sifat plastisitas dari tanah dapat
diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indeks plastisitas (Plasticty
Index) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis
(IP = LL - PL).
Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap kadar air, dan
mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar pengaruhnya terhadap daya
dukung atau kekuatan tanah.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikan dapat melaksanakan salah satu cara pengujian liquit limit dengan
prosedur yang benar.
2.2 Praktikan dapat menentukan harga–harga batas cair, serta menggambarkan grafik
untuk batas cair dengan benar.

III. PERSIAPAN BENDA UJI


3.1 Bila contoh tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari saringan No.
40 (0,425 mm), maka contoh tanah dapat digunakan langsung dalam pengujian.
3.2 Bila contoh tanah mempunyai butiran lebih besar dari saringan No. 40 (0,425 mm),
maka harus mengeringkan contoh tanah dan melakukan penyaringan.
3.3 Menggambil benda uji yang lolos saringan No. 40 (0,425 mm) sebanyak 200 gram.

IV. PERALATAN
4.1 Alat batas cair standar (Atterberg)
4.2 Alat pembuat alur
- Grooving tool (ASTM) untuk tanah kepasiran

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 43


- Grooving tool (Cassagrande) untuk tanah kohesif
4.3 Spatula
4.4 Botol berisi air suling (botol semprot)
4.5 Plat kaca
4.6 Tin box
4.7 Desikator
4.8 Oven
4.9 Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram

Gambar 4.1 Alat Pengujian Batas Konsistensi


Keterangan Gambar
1. Mangkok 8. Alur pembuat casagrande
2. Pen penggantung mangkok 9. Spatula
3. Baut penjepit 10. Botol air
4. Baut pengatur tinggi jatuh 11. Gelas ukur
5. Tuas pemutar 12. Alas gelas
6. Alas 13. Cawan
7. Alas pembuat alur ASTM

V. PROSEDUR PENGUJIAN
5.1 Menyiapkan mangkok batas cair, membersihkan dari lemak atau kotoran yang
menempel dengan menggunakan eather.
5.2 Mengatur ketinggian jatuh mangkok, dengan cara sebagai beikut:
 Kendurkan kedua baut penjepit, lalu memutar handel/tuas pemutar sampai posisi
mangkok mencapai tinggi jatuh setinggi 10 mm.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 44


 Untuk menentukan tinggi jatuh mangkok dapat mengendurkan baut belakang,
mengangkat mangkok, memasukan bagian ujung tungkai pemutar alur ASTM
tepat masuk di antara dasar mangkok dan alasnya, dan mengencangkan
kembali baut bagian belakang
5.3 mengambil sampel tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan No. 40 lalu
meletakkan di atas plat kaca pengaduk.
5.4 Menambahkan air suling sedikit demi sedikit, mengaduk sampel tanah tersebut
menggunakan spatula sampai homogen.
5.5 Setelah didapat campuran homogen, ambil sampel tanah tersebut, kemudian
masukkan ke dalam mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya sehingga
sejajar dengan dudukan alat bagian yang paling tebal harus ± 1 cm.
5.6 Membuat alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok tersebut,
menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkok
secara simetris dengan posisi tegak lurus permukaan mangkok.
5.7 Memutar tuas/ handel pemutar dengan kecepatan 2 putaran perdetik (dalam 1 detik
mangkok jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang ½”(12,50
mm). Mencatat jumlah pukulan yang terjadi pada saat mencapai kondisi
yang bersinggungan .
5.8 Mengambil sebagian benda uji dari mangkok tersebut dengan menggunakan
spatula, memasukan ke dalam tin box (cawan), menentukan kadar air tanah.
meletakkan kembali sisa benda uji di atas plat kaca.
5.9 mengulangi prosedur pengujian mulai prosedur No. 4 s.d No. 7 dengan variasi
penambahan air yang berbeda.(minimal dilakukan 3x pengujian).

Catatan:
1. Proses bersinggungannya kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran dan bukan
karena geseran antara tanah dan mangkok.
2. Selama berlangsungnya percobaan, kadar air harus dijaga konstan
(pencampuran dilakukan dan kadar air terendah kemudian berurutan menuju yang
lebih tinggi).
3. Untuk memperoleh hasil yang teliti, jumlah pukulan diambil antara 10--20. 20--
30, 30--40 dengan 4 kali pengujian.
4. Alat pembuat alur Cassagrande digunakan untuk tanah berbutir halus
(lempung) sedangkan tipe ASTM untuk tanah lempung kepasiran.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 45


VI. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
Untuk menentukan batas cair dilakukan langkah-Iangkah sebagai berikut:
6.1 Menggambarkan dalam bentuk grafik hasil-hasil yang diperoleh dan
pengujian tersebut berupa nilai-nilai kadar air dan jumlah pukulan. Nilai kadar
air sebagai sumbu vertikal dan jumlah pukulan merupakan skala horizontal
dengan skala logaritma.
6.2 Membuat garis lurus melalui titik-titik tersebut, menentukan nilai batas cair
benda uji tersebut berdasarkan nilai kadar air pada jumlah pukulan/ketukan
ke 25. Apabila titik-titik yang diperoleh tidak satu garis lurus, maka membuat
garis yang melalui titik-titik berat dan titik-titik tersebut.
6.3 Mencatat hasil yang diperoleh pada formulir yang tersedia dan melengkapi dengan
kondisi tanah yang diuji dalam keadaan asli, kering udara baik disaring ataupun
tidak.Melaporkan hasil sebagai bilangan bulat.

VII. PERAWATAN
7.1 Membersihkan peralatan segera setelah pengujian selesai.
7.2 Melumasi pen penggantung mangkok supaya bisa bergerak dengan bebas.
7.3 Mengencangkan baut (borg) penjepit sentrik agar bisa berputar sesuai dengan
kecepatan putaran tuas (tidak slip).

VIII. REFERENSI
8.1 ASTM D 2216 – 80
8.2 British Standart BS 1377 – 1975
8.3 Bowles, J.E., “Engineering Properties of Soils and Their Measurement”
Experiment No. 3
8.4 Head, K. H., “Manual of Soil Laboratory Testing” Vol. I Section 2.5

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 46


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Tanggal Pengujian :


Lokasi : Dikerjakan :
Jenis Tanah : -- Diperiksa :

BATAS KONSISTENSI TANAH


(ASTM D 4318 - 84)

Batas Cair Batas Plastis

Nomor cawan 1 4 6 8 11 19
Berat cawan (A) gr 16,21 15,98 16,40 16,27 16,27 16,05
Berat cawan + tanah basah (B) gr 42,87 39,68 42,43 33,64 35,00 36,29
Berat cawan + tanah kering (C) gr 31,65 29,77 31,78 26,42 27,6 28,26
Berat air (D=B-C) gr 11,22 9,91 10,65 7,22 7,40 8,03
Berat tanah kering (E=C-A) gr 15,44 13,79 15,38 10,15 11,33 12,21
D/E x
Kadar air (w) 100% % 72,67 71,86 69,25 71,13 65,31 65,77
Kadar air rata-rata (w) % 72,27 70,19 65,54
Jumlah ketukan (N) 12 27 48

Batas Susut SL
Nomor cawan 17
Berat cawan (A) gr 10,10
Berat cawan + tanah basah (B) gr 35,82
Berat cawan + tanah kering (C) gr 27,32
Berat air (D=B-C) gr 8,50
Berat tanah kering (W0) gr 17,32
Kadar air (w) (w) % 49,08
Isi tanah basah (V) 15,43
Isi tanah kering (V0) 8,89
𝑉− 𝑉0
𝑆𝐿 = 𝑤 − [ 𝑊0
]x 100% 12,08
Rata-rata 12,08

LL % PL % PI % SL % CATATAN:
Contoh tanah dalam keadaan

32,56 17,14 11,55


49,7
asli/ kering udara
disaring/tidak

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 47


5. PENGUJIAN BATAS PLASTIS
(PLASTIC LIMIT)
SK SNI 06 – 1989 - F

I. PENDAHULUAN
Tanah berbutir halus yang mengadung mineral lempung sangat peka terhadap
perubahan kandungan air.
Batas plastis adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan antara plastis dan
semi padat.
Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indeks plastisitas (Plasticty Index) yang
merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikan dapat melaksanakan salah satu cara pengujian batas plastis dan semi
padat (batas plastis) dengan prosedur yang benar.
2.2 Praktikan dapat menentukan jenis, sifat serta klasifikasi tanah dengan benar.

III. PERALATAN
3.1 Plat kaca
3.2 Batang pembanding dengan diamater 3 mm
3.3 Spatula
3.4 Botol (berisi air suling)
3.5 Mangkok pengaduk
3.6 Tin box (cawan)
3.7 Oven

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 48


Gambar 5.1 Peralatan Pengujian Batas Plastis
Keterangan gambar
1. Prong plate 6. Mercury
2. Monel dish 7. Plat kaca
3. Cristalizing dish 8. Sendok pengaduk
4. Cawan petry 9. Spatula
5. Gelas ukur

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


4.1 Ambil benda uji yang lolos saringan No. 40 sebanyak 20 gram.
4.2 Letakan pada mangkok pengaduk atau plat kaca, melakukan pengadukan dengan
menambah air suling sedikit demi sedikit, atau mengaduk sehingga kadar air merata
(homogen).
4.3 Setelah didapat campuran yang homogen, membuat bola-bola tanah seberat ±
8gram, kemudian menggeleng-gelengkan bola-bola tanah tersebut di atas plat
kaca dengan ujung jari tangan dengan kecepatan penggelengan 80-90 giling/ menit,
sampai retak-retak pada diameter 3 mm dan membandingkan dengan batang
pembanding.
Apabila sebelum mencapai diameter 3 mm benda uji sudah retak, menyatukan
kembali benda uji, kemudian menambahkan air sedikit demi sedikit dan
mengaduk hingga homogen. Bila penggelengan sudah mencapai diameter
lebih kecil dan 3 mm tanpa menunjukkan keretakan, maka membiarkan benda
uji beberapa saat di udara.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 49


4.4 Ambil benda uji yang telah mencapai keretakan pada diameter 3 mm, memasukkan
ke dalam tin box (cawan), menentukan kadar aimya dengan menggunakan metoda
pengujian kadar air.

V. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


5.1 Menentukan batas plastis benda uji berdasarkan nilai kadar air benda uji tersebut.
5.2 Contoh tanah dinyatakan Non-Plastis (NP) apabila nilai batas cair dan batas plastis
tidak bisa dipadatkan.
5.3 Dari hasil nilai batas cair dan batas plastis dapat dihitung nilai indeks plastisitas
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ip = W1 – Wp
dimana:
Ip = indeks plastisitas
W1 = batas cair
Wp = batas plastis

VI. PERAWATAN
6.1 Membersihkan peralatan segera setelah pengujian selesai.
6.2 Mengeringkan spatula, tin box dan sendok pengaduk agar tidak berkarat.

VII. REFERENSI
7.1 ASTM D 2216 – 80
7.2 British Standart BS 1377 – 1975
7.3 Bowles, J.E., “Engineering Properties of Soils and Their Measurement”
Experiment No. 3
7.4 Head, K. H., “Manual of Soil Laboratory Testing” Vol. I Section 2.5

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 50


6. PENGUJIAN BATAS SUSUT
(SHRINKAGE LIMIT)
AASHTO T – 92 - 68

I. PENDAHULUAN
Tanah yang berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat peka terhadap
perubahan kandungan air. Batas susut/kerut adalah nilai kadar air pada tanah dalam
keadaan antara semi padat dan padat.
Dengan mengetahui nilai batas susut, maka dapat digunakan untuk menentukan sifat-
sifat dari tanah.

Gambar 6.1. Definisi dari Shrinkage Limit

II. TUJUAN PENELITIAN


2.1 Praktikan dapat melakukan salah satu cara pengujian batas susut dengan prosedur
yang benar.
2.2 Praktikan dapat menentukan harga kadar air pada batas semi padat ke keadaan
padat.

III. PERALATAN
3.1 Porong plate
- Cawan porselin
- Monel dish
- Cristalizing dish : dish (diameter 5 cm)
- Overflow dish (diameter 9 cm)
3.2 Spatula
3.3 Plat kaca
- Plat kaca tanpa jarum

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 51


- Plat kaca yang mempunyai tiga jarum/ kaki (porong plate)
3.4 Gelas ukur
3.5 Timbangan
3.6 Air raksa
3.7 Oven

Gambar 6.2. Peralatan Batas Susut

Katerangan Gambar
1. Plat kaca
2. Gelas ukur
3. Cawan porselein
4. Sepatula
5. Cawan kedap air
6. Batang pengaduk
7. Sendok pengaduk

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


4.1 Siapkan benda uji yang lolos saringan no 40 sebanyak 30 gram.
Letakkan tanah tersebut dalam porselin dish, tambahkan air suling sedikit demi
sedikit untuk mengisi pori-pori tanah.
Jumlah air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi agar mudah diaduk kira-
kira sedikit lebih tinggi di atas penambahan air untuk pengujian batas cair.
4.2 Olesi bagian dalam monel dish dengan vaseline/ grease secara merata untuk
mencegah lekatan benda uji dengan monel dish.
4.3 Isi ⅓ bagian monel dish dengan pasta tanah yang telah dipersiapkan lalu pinggir
monel dish diketuk-ketuk ringan sehingga pasta tanah mengisi rongga monel dish

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 52


secara merata dan memadat. lakukan hal yang sama untuk lapisan berikutnya
sehingga pasta tanah mengisi monel dish sampai penuh dan padat dan tidak ada
gelembung-gelembung udara yang terperangkap.
4.4 Ratakan permukaan benda uji yang mengisi monel dish dengan sepatula.
4.5 Timbang monel dish dan benda uji basah, keringkan di udara dengan temperatur
ruang hingga tampak perubahan warna dari warna gelap ke warna terang.
kamudian masukkan ke dalam oven dengan temperatur konstan, yaitu 110 ± 5 ⁰C
(230 ± 9 ⁰F) selama 24 jam.
4.6 Tentukan volume benda uji basah dengan cara sebagai berikut:
- Tentukan berat monel dish kosong
- Letakkan monel dish di atas cristalizing dish, isi monel dish dengan air raksa
sampai meluap, tekan permuka pada monel dish dengan plat kaca agar air raksa
dapat mengisi seluruh volume monel dish.
- Tentukan volume monel dish dengan menentukan berat air raksa yang terdapat
pada monel dish. volume monel dish merupakan volume benda uji basah (V).
4.7 Tentukan volume benda uji kering dengan cara sebagai berikut:
- Tentukann berat cristalizing dish pada keadaan kosong.
- Ulangi langkah prosedur 4.6 buang air raksa yang melimpah pada cristalizing
dish.
- Masukkan benda yang sudah kering ke dalam monel dish yang berisi air tekan
dengan menggunakan prong plate sampai benda uji tenggelam dan nampak
benda uji tertutup seluruhnya oleh air raksa.
- Catat berat air raksa yang melimpah pada cristalizing dish. berat ini
menunjukkan volume benda uji basah (V0).

V. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


5.1 Tentukan kadar air benda uji dengan menggunakan metode pengujian kadar air.
5.2 Tentukan volume benda uji basah maupun kering dengan cara sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎
Volume benda uji = 𝐵𝐽 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎

5.3 Penentuan nilai batas susut dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:
𝑉 − 𝑉𝑂
𝑆𝐿 = 𝑊 − ( 𝑋 100%)
𝑊𝑂
dimana:
SL = batas susut

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 53


w = kadar air benda uji
w0 = berat benda uji kering
v = volume benda uji basah
v0 = volume benda uji kering

VI. PERAWATAN
6.1 Bersihkan peralatan segera setelah pengujian selesai.
6.2 Keringkan spatula, tin box, dan sendok pengaduk agar tidak berkarat.

VII. REFERENSI
7.1 ASTM D 2216-80
7.2 British Standart BS 1377 -1975
7.3 Bowles, J.E., ”Engineering Properties of Soils and Their Measurement”
Experiment No. 3
7.4 Head, K. H., ”Manual of Soil Laboratory Testing” Vol. 1 Section 2.5

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 54


7. ANALISIS SARINGAN
(SLAVE ANALYSIS)
SNI 1968-1990-F

I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah mempunyai ukuran dan bentuk
yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif maupun tanah non-kohesif. Sifat suatu tanah
banyak ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya. Sehingga di dalam mekanika tanah,
analisa ukuran butir banyak dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan
tanah.
Pengujian analisa butiran ini dilakukan dengan dua cara:
- Analisa Ayakan (sieve analysis) : untuk kandungan tanah yang berbutir kasar
(pasir, kerikil).
- Analisa hidrometer (hydrometer analysis) : untuk kandungan tanah berbutir halus (lolos
ayakan No. 200).

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1. Praktikan dapat melaksanakan salah satu cara pengujian besar butiran tanah
dengan prosedur yang benar.
2.2. Praktikan dapat menentukan pembagian ukuran butir dan membuat grafik hasil
pengujian.

III. PERALATAN
3.1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari benda uji.
3.2. Satu set saringan dengan ukuran: ⅜%, No 4, No 10, No 20, No 40, No 100, No 200.
3.3. Oven dengan pengatur suhu sampai 110 0C.
3.4. Mesin penggetar saringan.
3.5. Talam.
3.6. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 55


7

6 8

5
9
4

2
10

11

12

14 16

13
15

Gambar 7.1. Sleve Shaker Elektrik


Keterangan gambar

1. Skakelar ON-OFF 9. Klem penjepit sieve


2. Pan 10. Dudukan sieve
3. Sieve (saringan) 11. Box mesin
4. Baud pengunci 12. Stecker
5. Tiang 13. Scoope
6. Tutup (cover) 14. Sikat halus
7. Bos penggantung 15. Kuas
8. Tiang penggantung 16. Cawan

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 56


IV. PROSEDUR PENGUJIAN
A. CARA KERING
4.1. Benda uji dikeringkan didalam oven.
4.2. Saring benda uji dengan susunan saringan ukuran saringan paling besar
ditempatkan di atas.
4.3. Saringan digetarkan kurang lebih 15 menit.
4.4. Timbang benda uji yang tertahan pada masing-masing saringan.

B. CARA BASAH
4.5. Contoh dari lapangan dikeringkan (di jemur) atau dengan menggunakan alat
pemanas lain dengan suhu tidak lebih dari 60 ºC. Tumbuk gumpalan tanah
dengan menggunakan palu karet agar butirnya terlepas.
4.6. Timbang sampel sebanyak 500 gram, masukkan kedalam ayakan No. 200
kemudian cuci sampai air kelihatan bersih/jernih. Keringkan sampel yang
tertahan pada ayakan No. 200 tersebut didalam oven selama 24 jam dengan
suhu 110 ºC.
4.7. Susun satu set ayakan sesuai dengan standar pengujian.
4.8. Timbang masing-masing ayakan tersebut yang sebelumnya sudah dibersihkan
dengan menggunakan sikat.
4.9. Masukkan sampel yang tertahan pada ayakan No. 200 kedalam saringan yang
sudah tersusun, goncangkan dengan menggunakan alat pengguncang (sieve
shaker) selama 10-15 menit. Diamkan selama 5 menit agar sampel
mengendap.
4.10 Timbang masing-masing sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan.
4.11 Hitung hasil keseluruhan.

V. PERHITUNGAN
5.1. Jumlah berat tertahan untuk masing-masing ukuran saringan secara kumulatif.
5.2. Jumlah persentase berat benda uji tertahan dihitung terhadap berat total secara
komulatif.
5.3. Jumlah persentase berat diuji yang melalui masing-masing saringan dihitung.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 57


VI. PERAWATAN
6.1. Setelah selesai dipakai, bersihkan saringan tersebut dengan menggunakan
sikat yang halus dan ditiup dengan compresor.
6.2. Lumasi oli bagian-bagian yang bergerak secara berkala.
6.3. Kencangkan semua baut yang kendur
6.4. Apabila goncangan terlalu keras dan berisik, putar sedikit tiang penggantung
agar posisinya segaris dengan sentrik. Atur ruang kosong antara sentrik dan
coakan alas pengguncang agar tidak terlalu rapat lalu oleskan stempet
secukupnya

VII. REFERENSI
7.1 British Standart BS 1377-1975
7.2 Bowles, J.E., “Engineering Properties of Soils and their Measurement”
Experiment No. 1
7.3 Head, K.H., “Manual of Soils Laboratori Testing” Vol 1 Section 2.5

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 58


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Sungai Tanggal Pengujian : 24 – 28 Oktober 2004


Lokasi : Kali Marengan Madura Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

ANALISA SARINGAN
(SNI 1968 – 1990 - F)

Berat
No. ∅ (mm) Berat Berat saringan + tanah ∑ Berat Persentase ∑
Saring Saringan Saringan tanah tertahan tertahan tertahan tertahan Lolos
(gr) (gr) (gr) (gr) % %
1 2 3 4 (5 = 4 - 3) 6 7 8
4 4,76 452,10 455,90 3,80 3,80 0,38 99,62
6 3,34 447,10 500,00 52,90 56,70 5,67 94,33
8 2,36 394,10 514,00 119,90 176,60 17,66 82,34
16 1,18 377,20 543,75 166,55 343,15 34,32 65,69
20 0,850 363,70 479,05 115,35 458,50 45,85 54,15
30 0,600 323,40 364,45 41,05 499,55 49,96 50,05
40 0,425 408,00 454,00 46,00 545,55 54,56 45,45
50 0,300 291,90 323,00 31,10 576,65 57,67 42,34
100 0,150 388,90 556,00 167,10 743,75 74,38 25,63
200 0,075 399,90 451,00 51,10 794,85 79,49 20,52
PAN 0,000 466,60 671,75 205,15 1000,00 100,00 0,00

Persentase yang lolos


60
Ke 60 : D60 = 100 𝑥 99,62 = 59,772 %
30
Ke 30 : D30 = 100 𝑥 99,62 = 29,886 %
10
Ke 10 : D10 = 100 𝑥 99,62 = 9,962 %

Menetukan diameter ( ) saringan


(65,690−59,772)
D60 = 1,18 – (65,690−54,150) 𝑥 (1,18 − 0,850) = 1,010 𝑚𝑚
(42,340−29,886)
D30 = 0,30 – (42,340−25,630) 𝑥 (0,30 − 0,150) = 1,188 𝑚𝑚

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 59


(20,520−9,962)
D10 = 0,075 – (20,520−0,000) 𝑥 (0,075 − 0,000) = 0,036 𝑚𝑚

𝐷
Cu = 𝐷60 = 27,757
10

𝐷30 2
Cc = 𝐷 = 0,962
60 𝑥 𝐷10

Catatan:
Tanah baik
Tanah kerikil : Cu = 4
Tanah pasir : Cu = 6
Tanah biasa : Cc = (1 – 3)
Soal:0
Berat
No. ∅ (mm) Berat Berat saringan + tanah ∑ Berat Persentase
Saring Saringan Saringan tanah tertahan tertahan tertahan tertahan Lolos
(gr) (gr) (gr) (gr) % %
1 2 3 4 (5 = 4 - 3) 6 7 8
4 4,76 450,10 452,90
6 3,34 447,10 495,00
8 2,36 394,10 507,00
16 1,18 377,20 563,75
20 0,850 363,70 489,05
30 0,600 323,40 354,45
40 0,425 408,00 445,00
50 0,300 291,90 312,00
100 0,150 388,90 576,00
200 0,075 399,90 451,00
PAN 0,000 466,60 571,75

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 60


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Embong Grogol Tanggal Pengujian : 10 Januari 2004


Lokasi : Kediri Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

GRAFIK ANALISA SARINGAN

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 61


8. ANALISA HIDROMETER
ASTM D 422 - 72

I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah mempunyai ukuran dan
bentuk yang beraneka ragam,baik pada tanah kohesif maupun non-kohesif.Sifat suatu
tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya.Sehingga didalam mekanika
tanah,analisa ukuran butir banyak dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk
mengklarifikasikan tanah.
Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimantasi(pengendapan) butir-butir
tanah dalam air.Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air,partikel-partikel tanah akan
mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk,ukuran,dan
beratnya.
Kecepatan mengendap dari partikel-partikel tersebut dapat dinyatakan dalam hukum
stokes,yaitu:
𝜏𝑠 − 𝜏 𝑤
𝑣= 𝑥 𝐷2
18𝑛
dimana:
v = kecepatan turun butir-butir tanah (gm/dt)
𝜏𝑠 = berat volume butir-butir tanah (gr/cm)
𝜏𝑤 = berat volume air (gr-dt/cm)
n = viscositas/ kekentalan air (gr-dt/cm)
D = diameter butiran tanah (cm)

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka digunakan hidrometer yang
berfungsi untuk mengetahui specific larutan setiap waktu pengamatan. Dari hasil tersebut
maka didapatkan data, yang setelsh diolah menjadi grafik distribusi butiran yang
merupakan hubungan antara diameter dan presentase lolos.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikum dapat melaksanakan salah satu cara pengujian besar butiran tanah lolos
ayakan No.200 dengan prosedur yang benar.
2.2 Praktikan dapat menentukan pembagian ukuran butir dan membuat grafik hasil
pengujian.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 62


III. PERALATAN
3.1 Ayakan # 10 (2 mm)
3.2 Hidrometer
3.3 Termotor 0-50
3.4 Mixer
3.5 Sodium hexamethaphospat
3.6 Oven
3.7 Evaporating dish
3.8 Stop watch
3.9 Timbangan
3.10 Gelas ukur 1000 ml
3.11 Air suling
3.12 Glass/string rood
3.13 Glass beaker

Gambar 8.1.Alat Hidrometer dan kelengkapan

Gambar 8.1.Alat Hidrometer dan kelengkapan

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 63


Keterangan gambar
1. Bak perendam 8. Cawan pengring
2. Gelas larutan standar 9. Hdrometer
3. Gelas larutan disperse 10. Tempat water glass
4. Thermometer 11. Batang penumbuk
5. Pengatur suhu 12. Cawan penumbuk
6. Cawan pengaduk 13. Gelas ukur
7. Alat pengaduk 14. Stop watch

IV. PERSIAPAN BENDA UJI


4.1 Pada jenis tanah yang mengandung batu dan butiran yang hampir sama dan lebih
halus dan lebih halus darisaringan #10 (2mm).
Dalam hal ini benda uji tidak perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan # 10
tetapi periksa kadar airnya.
4.2 Pada jenis tanah yang banyak mengandung butiran dan diayak pada ayakan #10
(2mm).maka keringkan dan ditumbuk kemudian diayak menggunakan saringan
#10.
4.3 Buat campuran antara Sodium hexamethaphospat dengan air suling dengan
komposisi 40 gram : 1 liter dipakai sebagai bahan difloculating agent
4.4 Ambil contoh tanah yang akan diuji baik kering maupun tidak,kemudian satukan
dengan larutan diatas dalam glass beaker dan diaduk sebentar serta simpan selama
24 jam.

V. PROSEDUR PENGUJIAN
5.1 Setelah direndam pindahkan semua campuran kedaalam mangkok mixer serta
tambahkan air suling dari hasil pencucian glass beker,dan aduk selama 15 menit.
5.2 Setelah diaduk pindahkan semua campuran kedalam tabung gelas ukur(1000 ml)
serta tambahkan air suling dari hasil pencucian mangkok mixer,hati-hati jangan
sampai jumlah larutan terakhir ini melebihi 1000 ml bila kurang boleh
ditambahkan air suling hingga 1000 ml.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 64


5.3 Tutup gelas ukur dan kocoklah berulang-ulang sampai ± 1 menit perhatikan
sewaktu mengocok dengan sampai ada campuran yang tumpah atau melekat pada
dasar tabung.
5.4 Selesai pengocokan letakkanlah tabung diatas meja serta masukkan hidrometer
perlahan-lahan kemudian siapkan stopwatch
5.5 Lakukan pembacaan hidrometer pada ± 1,2 menit tanpa memindahkan hidrometer.
Lakukan empat kali pembacaan,dimana sebelum dibaca harus dikocok dulu. Bila
dua hasil pembacaan yang sama lanjutkan langkah selanjutnya.
5.6 Setelah pembacaan dua mmenit selesai,pindahkan hidrometer ke tabung berisi air
suling yang telah dipersiapkan.Kocok kembali campuran tersebut.setelah dikocok
hidrometer dan thermometer dimasukkan dalam larutan yang baru dikocok.
5.7 Lakukan bacaan hidrometer dan thermometer pada menit ke 5, 15, 30, 60, 120,
180 , 240, 300, 360, ... s/d 1440 jangan lupa mencatat tanggal bulan danwaktu.
5.8 Setelah selesai melakukan pembacaan terakhir pindahkan hidrumeter dan
thermomter ketabung berisi air suling.
5.9 Kocok terakhir kali dan sering dengan ayakan # 200 (0,075 mm)
5.10 Pindahkan benda uji dari ayakan kecawan 9 yang sudah diketahui beratnya dan
oven, setelah kering timbang cawan + benda uji,kemudian ayak dengan ayakan
No. 4, 10, 20, 40, 60, 100, 200.

VI. PERHITUNGAN
Rumus yang digunakaan
 Rc = Ra – Zc + Ct
dimana: Rc = bacaan hidrometer terkoreksi
Ra = bacaan hidrometer saat pengujian
Zc = koreksi terhadap nol hidrometer
Ct = koreksi terhadap temperatur
 % lolos = (Rc.a/Ws) x100%
dimana : Rc = bacaan hidrometer terkoreksi
a = koreksi terhadap Gs = 2,65
Ws = berat benda uji kering
 R = Ra + 1
dimana: R = bacaan hidrometer hany terkoreksi oleh meniskus
Ra = bacaan hidrometer saat pengujian

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 65


 L = Jarak yang ditempuh butiran
 v = L/t
dimana : v = kecepatan butiran mengendap
t = waktu pengamatan
 D = K
dimana : D = diameter butiran
K = koreksi terhadap temperatur dan Gs
L = Jarak yang ditempuh butiran
t = waktu pengamatan

TABEL KOREKSI

Tabel 8.1 Nilai L (Effective Depth)


Bacaan Bacaan Bacaan
hidrometer Effective hidrometer Effective hidrometer Effective
terkoreksi depth terkoreksi depth terkoreksi depth
Menikus Menikus Menikus
(R) (L) (R) (L) (R) (L)
0 16,3 21 12,9 42 9,4
1 16,1 22 12,7 43 9,2
2 16,0 23 12,5 44 9,1
3 15,8 24 12,4 45 8,9
4 15,6 25 12,2 46 8,8
5 15,5 26 12,0 47 8,6
6 15,3 27 11,9 48 8,4
7 15,2 28 11,7 49 8,3
8 15,0 29 11,5 50 8,1
9 14,8 30 11,4 51 7,9
10 14,7 31 11,2 52 7,8
11 14,5 32 11,1 53 7,6
12 14,3 33 10,9 54 7,4
13 14,2 34 10,7 55 7,3
14 14,0 35 10,5 56 7,1
15 13,8 36 10,4 57 7,0
16 13,7 37 10,2 58 6,8
17 13,5 38 10,1 59 6,6
18 13,3 39 9,9 60 6,5
19 13,2 40 9,7
20 13,0 41 9,6

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 66


Tabel 8.2 Nilai Faktor Koreksi K
untuk Bahan Dispersi Waterglass

Suhu 5 sampai +60 Berat Jenis


(Derajat Celcius) gram/liter 0,995 - 1,038
20 -0,5 -0,0003
21 -0,2 -0,0001
22 0,2 0,0001
23 0,5 0,0003
24 0,8 0,0005
25 1,2 0,0007
26 1,5 0,0009
27 2,0 0,0012
28 2,4 0,0015
29 2,8 0,0017
30 3,2 0,0020

Tabel 8.3 Nilai Faktor Koreksi K


untuk Bahan Dispersi Sodium Hexa Metha Posphate

Suhu 5 sampai +60 Berat Jenis


(Derajat Celcius) gram/liter 0,995 - 1,038
20 -3,0 -0,0018
21 -2,7 -0,0017
22 -2,3 0,0015
23 -2,0 0,0013
24 -1,7 0,0011
25 -1,3 0,0008
26 -1,0 0,0006
27 -0,5 0,0003
28 -0,1 0,0001
29 -0,3 0,0002
30 -0,7 0,0004

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 67


Tabel 8.4 Nilai Faktor Koreksi a

Berat Jenis a
2,90 0,95
2,85 0,96
2,80 0,97
2,75 0,98
2,70 0,99
2,65 1,00
2,60 1,10
2,55 1,02
2,50 1,04
2,45 1,05
2,40 1,07
2,30 1,03

VII. PERAWATAN
7.1 Bersihkan gelas ukur setelah percobaan selesai.bila terlalu lama dibiarkan timbul
kerak yang sulit dibersihkan
7.2 Cuci mangkok pengaduk dengan air sampai bersih lalu keringkan dan gosok
bagian dalamnya untuk menghilangkan sisa-sisa larutan dispersi.
7.3 Bila mechanical striter tidak bekerja denganbaik,buka plat penutup
atasnya.periksa kebel dan kool elektromotornya,ganti bila perlu.
7.4 Bersihkan hidrometer yang telah selesai dipakai dengan air suling,keringkan
dengan sangat hati-hati karena mudah patah.
7.5 Bila pemanas air tidak bekerja,buka boxnya dan periksa apakah kedua elemen
tersebut masih baik,bila perlu diganti.
7.6 Ganti thermostat bila suhu air dalam bak peredam tidak bisa diatur lagi.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 68


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Embong Grogol Tanggal Pengujian : 10 Januari 2004


Lokasi :Kediri Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

ANALISIS HYDROMETER
ASTM D 422 - 72

Data pengujian:
No. Hidrometer : Berat jenis tanah (Gs) : 2,65
Koreksi Meniscus :1 Berat contoh tanah : 50 gr
Koreksi thd. nol hydrometer : 4

Waktu Selang temp Bacaan Bacaan Terkoreksi Lihat Lihat Persen


pembc waktu hidrometer terkoreksi meniscus tabel L/t tabel butiran lolos
t' ⁰C Ra Rc R=Ra+1 6-5 6-4 D (mm) %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8.50' 0
0,25
0,50 26,0 32,0 29,9 33,0 10,89 21,78 0,0128 0,0595 59,84
1 26,0 29,0 26,9 30,0 11,38 11,38 0,0128 0,0430 53,83
2 26,0 26,8 24,7 27,8 11,74 5,87 0,0128 0,0309 49,43
5 26,0 24,0 21,9 25,0 12,20 2,44 0,0128 0,0199 43,82
10 26,5 22,0 20,0 23,0 12,53 1,25 0,0127 0,0142 40,12
15 27,0 20,6 28,8 21,6 12,76 0,85 0,1026 0,0116 37,61
30 27,0 15,6 13,8 16,6 13,58 0,45 0,1026 0,0085 27,60
60 27,0 12,5 10,7 13,5 14,08 0,23 0,1026 0,0061 21,39
120 27,0 10,6 8,8 11,6 14,40 0,12 0,1026 0,0044 17,58
180 27,0 8,9 7,1 9,9 14,67 0,08 0,1026 0,0036 14,18
240 27,0 8,5 6,7 9,5 14,74 0,06 0,1026 0,0031 13,38
300 27,0 8,2 6,4 9,2 14,79 0,05 0,1026 0,0028 12,78
360 27,0 7,1 5,3 8,1 14,97 0,04 0,1026 0,0026 10,57
1440 28,0 6,0 3,9 7,0 15,15 0,01 0,0128 0,0013 7,76

 Rc = Ra – Zc + Ct
 % lolos = (Rc.a/Ws) x100%

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 69


Catatan:
No. Berat ertahan Jumlah Berat % Kumulatif
Saringan (gr) tertahan (gr) Tertahan Lolos
10 0,00 0,00 0,00 100,00
20 0,90 0,90 1,80 98,20
40 2,50 3,40 6,80 93,20
60 3,90 6,40 12,80 87,20
100 6,50 10,40 20,80 79,20
200 10,50 17,00 34,00 66,00
HYDROMETER A

1. KETERANGAN:
Hydrometer bagian A skala 0 – 60
Berat eriometer 48,38 gram
Larutan waterglass 25 cc
Eriometer ditimbang untuk mencari harga HR

2. CONTOH TANAH
Tanah kering oven 50 gram
Contoh tanah lolos saringan No. 10
Waterglass dilarutkan selama 24 jam

3. RUMUS MENCARI HARGA


HR = H1 + 0,5 (h – Vh/A)
Glass Eriometer
Hydrometer

Ketarangan:
H = Panjang Badan Eriometer = 14,325 cm
H1 = Panjang Tangkai Eriometer = 10,225 cm
Vh = Berat Eriometer = 48,38 cm
= Diameter Glass Hydrometer =6
A = Luas Glass Hydrometer = 28,27
HR = H1 + 0,5 (h – Vh/A)
HR = 10,225 + 0,5 (14,325 – (48,38/28,37)) = 16,5325

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 70


Tabel 8.1 Skala eriometer
PANJANG SKALA SKALA PANJANG
SKALA ERIOMETER
ERIOMETER H1 ERIOMETER + 0,5 (h – Vh/A)
0 10,225 16,53
5 9,450 15,76
10 8,710 15,02
15 8,180 14,49
20 7,310 13,62
25 6,685 12,99
30 5,925 12,23
35 5,220 11,53
40 4,555 10,86
45 3,840 10,15
50 3,100 9,41
55 2,470 8,78
60 1,735 8,04

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 71


Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 72
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Embong Grogol Tanggal Pengujian : 10 Januari 2004


Lokasi :Kediri Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

ANALISIS HYDROMETER
ASTM D 422 - 72

Data pengujian:
No. Hidrometer : Berat jenis tanah (Gs) : 2,65
Koreksi Meniscus :1 Berat contoh tanah : 50 gr
Koreksi thd. nol hydrometer : 4

Waktu Selang temp Bacaan Bacaan Terkoreksi Lihat Lihat Persen


pembc waktu hidrometer terkoreksi meniscus tabel L/t tabel butiran lolos
t' ⁰C Ra Rc R 6-5 6-4 D (mm) %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8.50' 0
0,25
0,50 26,0 32,0 29,9 33,0 10,89 21,78 0,0128 0,0595 59,84
1 26,0 29,0 26,9 30,0 11,38 11,38 0,0128 0,0430 53,83
2 26,0 26,8 24,7 27,8 11,74 5,87 0,0128 0,0309 49,43
5 26,0 24,0 21,9 25,0 12,20 2,44 0,0128 0,0199 43,82
10 26,5 22,0 20,0 23,0 12,53 1,25 0,0127 0,0142 40,12
15 27,0 20,6 28,8 21,6 12,76 0,85 0,1026 0,0116 37,61
30 27,0 15,6 13,8 16,6 13,58 0,45 0,1026 0,0085 27,60
60 27,0 12,5 10,7 13,5 14,08 0,23 0,1026 0,0061 21,39
120 27,0 10,6 8,8 11,6 14,40 0,12 0,1026 0,0044 17,58
180 27,0 8,9 7,1 9,9 14,67 0,08 0,1026 0,0036 14,18
240 27,0 8,5 6,7 9,5 14,74 0,06 0,1026 0,0031 13,38
300 27,0 8,2 6,4 9,2 14,79 0,05 0,1026 0,0028 12,78
360 27,0 7,1 5,3 8,1 14,97 0,04 0,1026 0,0026 10,57
1440 28,0 6,0 3,9 7,0 15,15 0,01 0,0128 0,0013 7,76

Catatan:

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 73


Catatan:

No. Berat ertahan Jumlah Berat % Kumulatif


Saringan (gr) tertahan (gr) Tertahan Lolos
10 0,00 0,00 0,00 100,00
20 0,90 0,90 1,80 98,20
40 2,50 3,40 6,80 93,20
60 3,90 6,40 12,80 87,20
100 6,50 10,40 20,80 79,20
200 10,50 17,00 34,00 66,00

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Embong Grogol Tanggal Pengujian : 10 Januari 2004


Lokasi : Kediri Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

ANALISIS HYDROMETER
(HYDROMETER ANALYSIS)
ASTM D 422

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 74


Catatan:
Presentase lolos ayakan No. 200 (75 𝜇m) = 71,80 %
Presentase tertahan ayakan No. 4 (4,75 mm) = 0,00 %

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 75


a. Hydrometer Reading b. Hydrometer Reading
Gambar 8.6 Plot Pembacaan Hydrometer dengan Panjang L

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 76


Gambar 8.7 Variasi dari A dengan Berat Jenis (Gs) dan Temperatur

Gambar 8.9 Variasi a dengan Berat Jenis (Gs)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 77


9. PENGUJIAN KONSOLIDASI
SK SNI M 107 -1990 -03

VIII. PENDAHULUAN
Bila tanah jenuh dibebani, maka seluruh beban/tegangan terebut mula-mula akan
ditahan oleh masa air yang terperangkap dalam ruang pori tanah. Hal ini terjadi karena
sifat air bersifat tidak mudah dimampatkan (incompressible). Tegangan air yang timbul
akibat proses pembebanan disebut tegangan air pori lebih (excess pore pressure), dan jika
tegangan ini lebih besar dari tegangan hidrostatik, maka air akan mengalir keluar secara
perlahan-perlahan dari ruang pori tanah. Seiring dengan keluarnya air pori,
tegangan akibat pembebanan secara berangsur-angsur dialihkan dan pada akhirnya akan
ditahan seluruhnya oleh kerangka butiran tanah. Kejadian diatas diikuti dengan prose
merapatnya butiran-butiran tanah tersebut satu sama lain, yang mengakibatkan terjadinya
perubahan volume (deformasi), yang besarnya kurang lebih sama dengan volume air yang
keluar.
Dengan demikian, peristiwa konsolidasi dapat didifinisikan sebagai proses
mengalirnya air keluar dari ruang pori tanah jenuh dengan kemampuan lolos air
(permeabilitas) rendah, yang menyebabkan terjadinya perubahan volume, sebagai akibat
adanya tegangan vertical tambahan, yang disebabkan oleh dari beban luar.
Kecepatan perubahan volume pada roses konolidasi selain tergantung pada besar
tegang vertical tambahan, juga sangat ditentukan oleh kemampuan meloloskan air
(permeabilitas) tanah. Pada tanah pasir/berpasir yang biasanya mempunayai koefisien
permeabilitas tinggi, waktu yang diperlukan untukproe konolidasi terjdi relative cepat,
sehingga pada ummnya tidak perlu diperhatikan. Sebaliknya pada tanah-tanah lempung,
terutama yang nilaipermeabilitasnya sangat rendah, proses konolidasi akan berlangsung
dalam selang waktu yang lebih lama, sehingga perlu untuk diperhatikan.
Tujuan pengujian ini meliputi penentuan kecepatan dan besarnya laju penurunan
konsolidasi tanah (rate and magnitude of settlement consolidation) yang ditahan secara
lateral akibat proses pembebanan dan penagliran air secara vertical.
Laju keceptan penurunan dinyatakan dalam koefiien Konsolidasi (Consolidation
coefficient) Cv, sedangkan untuk menggambarkan besarnya penurunan, digunakan Indek
Pemampatan (Compresion index)Cc.
Kegunaan dair pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai besarnya
kecepatan dan penurunan pondasi bangunan yang didirikan di atas tanah.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 78


IX. TUJUAN PENGUJIAN
2.1 Praktikan dapat melakukan percobaan konsolidasi satu dimensi dengan prosedur
yang benar.
2.2 Praktikan dapat menggambarkan kurva konsolidasi dari masing-masing tahap
pembebanan, serta menghitung Koefisien Konsolidasi (Cv) berdasarkan cara
Cassagrande dan cara Taylor.
2.3 Praktikan dapat menghitung dan menggambarkan kurva hubungan antara
perubahan angka pori terhadap tegangan efektif (P’), dengan skala semi-long.
2.4 Praktikan dapat menggambarkan garis konsoidasi di laboratorium dan di
lapangan, serta menghitung Indeks Pemampatan tanah (Cc)
2.5 Praktikan dapat menggambarkan dan menetapkan tegangan prakonsolidasi (Pc)
III. PERALATAN
3.1 Alat Konsolidasi
3.2 Cetakkan benda uji
3.3 Alat pengeluar benda uji
3.4 Stop watch
3.5 Dial deformasi
3.6 Timbangan 3.7 Oven

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 79


Keterangan gambar
1. Beban keseimbangan 7. Plat penekan
2. Plat beban 8. Batu pori
3. Tiang Penyangga 9. Benda uji
4. Dudukan dial 10. Ring contoh
5. Sel konsolidasi 11. Sel konsolidasi
6. Bola baja 12. Beban
Gambar 9.1. Alat Konsolidator dengan perlengkapannya

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


4.1. Bersihkan cetakkan benda uji dan keringkan, kemudian timbang
4.2. Siapkan benda uji :
 Keluarkan contoh tanah dari tabung sample sepanjang 1 cm dengan
menggunakan extruder tabung lalu dipotong dan diratakkan.
 Pasang cetakkan didepan tabung contoh lalu keluarkan contoh tanah dengan
extruder sehingga cetakkan terisi penuh dengan tanah
 Ratakan tanah yang menonjol dikedua ujung cetakkan benda uji dengan
pisau pemotong
 Potong kelebihan tanah dengan hati-hati dan tentukan kadar air, berat jenis
bagian yang terpotong terebut.
 Timbang cetakkan beserta contoh tanah tanah dan tentukkan berat tanahnya
sendiri.
 Keluarkan contoh tanah dari cetakkan dengan cara didorong dengan besi
pemotong
4.3. Masukkan benda uji tersebut ke dalam ring contoh dengan hati-hati, jangan
sampai terjadi pemampatan

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 80


4.4. Pasang kertas saringan dibagian atas dan bawah sample, kemudian pasang batu
pori pada bagian atas dan bawahnya
4.5. Masukkan dalam sel konsolidasi
4.6. Pasang pelat penekan diatas batu pori kemudian letakkan bola baja kecil coakan
pelat penekan di atas pelat penekan terebut bagian tengahnya
4.7. Letakkan pada alat konsolidasi
4.8. Atur posisi palang penekan sehingga horizontal, dengan cara memutar span
skrup dibagian belakang
4.9. Atur ketinggian baut penekan sehingga tepat menyentuh bola baja
4.10 Atur posisi dial deformasi dalam posisi tertekan, kemudian dial terebut di nol-
kan, tahan lengan beban dengan palang penahan
4.11. Pasang beban pertam yang menghasilkan tekanan pada benda uji sebesar 0,25
kg/cm2
4.12. Baca deformasi tanah pada detik ke 0, 6, 10, 15, 30 kemudian pada menit ke 1,
2, 4, 8, 12, 15, , 25, 30 dan pada jam ke 16, 20, 25, 30 setelah dibebani selama 1
menit, sel konsolidasi diisi air sampai penuh
4.13. Pasang beban kedua sebesar 2 kali beban pertama, lakukan pembacaan sesuai
prosedur ke 4.12.
4.14. Lakukan hal yang sama untuk beban-beban yang lebih besar (4x, 8x, 16x, 32x).
Beban maksimum disesuaikan dengan bahan yang akan bekerja pada lapisan
tanah tersebut.
4.15. Setelah dilakukan pembebanan maksimum, kurangi beban dalam dua tahap
sampai mencapai beban pertama. Baca dial deformasi 5 jam setelah
pengurangan beban lalu beban dikurangi lagi.
4.16. Segera setelah pembacaan terakhir dicatat, keluarkan ring contoh dan benda uji
dan sel konsolidasi
4.17. Keluarkan batu pori dan kertas saring
4.18. Keluarkan benda uji dan dalam ring contoh lalu timbang dan tentukan berat
keringnya

Catatan :
1. Untuk menjaga supaya tidak terjadi perubahan kadar air, Benda uji harus segera
diperika dan diberi beban pertama

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 81


2. Pada permulaan pengujian, batu pori harus benar-benar rapat serta baut penekan
benda uji dan pelat penekan, bola baja serta baut penekan benda uji rapat satu
sama lain.
Jika hal ini kurang diperhatikan, maka dapat saat pembebanan pertama
kemungkinan diperoleh pembacaan penurunan yang jauh lebih besar dari pada
harga yang sesungguhnya
3. Selama percobaan sel konsolidasi harus selalu terisi penuh dengan air
4. Untuk tanah tertentu yang memiliki factor swelling yang cukup besar,
kemungkinan pada saat pembebabanan pertama yang terjadi bukan penurunan
melainkan pengembangan.

V. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


5.1.Gambar kurva hubungan antara penurunan kumulatif terhadap waktu berdasarkan
Cassagrande (Long-Time methode) dan cara Taylor (Square root-time methode)
Cara Cassagrande
Tetapkan 2 (dua) buah titik pada awal kurva yang berbentuk parabola, misalnya
titik (a) dan (b) pada gambar 5.1 dengan rasio selang waktu 1:4. Sebagai contoh
titik (a) digambarkan pada waktu (t1) = 0,5 menit, maka titik (b) digambarkan pada
waktu (t2) =(4x0,5) = 2 menit
Tentukan letak titik (d), dengan mengukur jarak (ac) samadengan (cd) secara
vertical.
Ulangi langkah diatas dengan interval waktu (t) yang lain, misalnya 0,25 dan 1,00
menit, serta 0,75 dan 3,00 menit, tetapkan letak titik (d) dengan cara yang sama
Tetapkan letak titik (d) rata-rata dari dua atau tiga pembacaan diatas yang
merupakan teoritis derajat konsolidasi U=0%
Letak teoritis derajat konsolidasi U = 100% yaitu titik (E), dapat dicari dengan
menggambarkan garis-gari singgung (AB) dan (CD) melalui perubahan arah
lengkung pada akhir kurva
Dengan demikian waktu (t50) untuk U = 50% yang merupakan standar perhitungan
Cv dengan cara Cassagrande, dapat ditentukkan.
Cara Taylor
Perpanjang bagian garis yang lurus pada kurva sehingga memotong sumbu vertical
dan horizontal masing-masing titik A dan B.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 82


Titik A menunjukkan derajat konsolidasi teoriti U = 0%, yang dinyatakan dengan
D0. Dari titik A buatlah garis lurus AC sedemikian rupa, sehingga jarak OC = 1.15
x jarak OB. Garis AC akan memotong kurva pada titik D, yang merupakan posisi
derajat konsolidasi U = 90%, yang ditunjukkan dengan deformasi kumulatif d90,
dengan demikian waktu konsolidasi t90 sebagai dasar perhitungan Cv menggunakan
rumus Taylor dapat ditentukkan, yaitu pangkat dua dari t90. Letak teoritis derajat
konsolidasi U = 100% yang ditunjukkan dengan deformasi kumulatif d 100, dapat
dicari dengan cara interpolasi jarak d0 dan d90.

Gambar 9.2

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 83


5.2. Menghitung koefiien konsolidasi (Cv)
Cara Cassagrande

Cv =
0.197 H 2
t50

mm2 / menit 
Cara Taylor

Cv =
0.848H 2
t90

mm2 / menit 
Dimana :
H = panjang pengaliran (ketebalan benda uji rata-rata untuk
pengaliran tunggal) pada tahap pembebanan tertentu (mm)
t50 = waktu yang diperlukan untuk derajat konolidasi 50% (menit)
t90 = waktu yang diperlukan untuk derajat konolidasi 90% (menit)

5.3. Gambarkan kurva hubungan antara perubahan angka pori (e) terhadap
pembebanan/tegangan efektif (P’) menggunakan skala emi-long.
- Perhitungan tinggi butir tanah awal 2H0
𝑾𝒔
2H0 = (cm)
𝑮𝒔 𝒙 𝑨
dimana :
2H0 = tinggi butiran tanah awal
Ws = berat tanah kering

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 84


Gs = berat jenis tanah
A = Luas permukaan benda uji
Perhitungan Angka Pori (e)

𝟐𝑯−𝟐𝑯𝒐
e0 =
𝟐𝑯𝒐
dimana:
e0 = angka pori
2H = tinggi benda uji awal
2H0 = tinggi butir tanah awal
5.4. Perhitungan Indeks Pemampatan Tanah (Cc)

Gambar 9.3

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 85


Gambar 5.4
𝒆𝟏−𝒆𝟐 𝜟𝒆
Cc = = 𝒑𝟐
𝐥𝐨𝐠 𝒑𝟐−𝒍𝒐𝒈𝒑𝟏 𝐥𝐨𝐠( )
𝒑𝟏

dimana :
Cc = indeks pemampatan
e1 dan e2 = angka pori yang bersesuaian dengan tegangan P1 dan P2

5.5. Evaluasi terhadap riwayat pembebanan (sifat konsolidasi)


5.5.1. Hitung geostatic efektif (Insitu Effective Stress) P’0’
P’0’ = (γwet..d) – (γwet..dw)
Dimana :
γwet = berat isi tanah basah (gram/cm3)
γw = berat isi air (gram/cm3)
d = kedalaman lokasi pengambilan benda uji (cm)
dw = ketinggian muka air (cm)
5.5.2. Bandingkan P0 dengan tegangan prakonsolidasi (Precompression
pressure) Pc
- Jika P0 < Pc; termasuk tanah lempung yang sedang dalam proses
konsolidasi (Under Consolidated Clay)
- Jika P0 = Pc; termasuk tanah lempung berkosnolidasi normal (Normally
Consolidated Clay)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 86


- Jika P0 > Pc; termasuk tanah lempung berkonsolidasi lebih (Over
Consolidated Clay)

VI. PERAWATAN
6.1 Bersihkan ring contoh
6.2 Periksa dial deformasi
6.3 Bersihkan batu pori agar tidak terumbat

VII. REFERENSI
7.1 ASTM D 2435-80
7.2 AASTHO T216-81
7.3 Bowles, J.E.,”Engineering Properties of Soils and Their Meaurement”
Experiment No.13
7.4 British Standart BS Test 17
7.5 Head, K. H.”Manual os Soil Laboratory Testing”, Vol. 2- Chapter 14
7.6 Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/1976,PB-0116-76

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 87


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Tanggal Pengujian : 6 – 10 November 2004


Lokasi : Kali Marengan Madura Dikerjakan : ESN
Order : CV. Proyeksi Malang Diperiksa : SET

PEMERIKSAAN KONSOLIDASI
(SK SNI M 107 – 1990 - 03)

FORM A
Tanah Uji BT 1 - 2,50
1 Berat ring (gram) 18,50
2 Berat ring + tanah basah 68,5
3 Berat ring + tanah kering 54,50
4 Berat air (gram) (68,5 – 18,5) – (54,5 – 18,5) = 14
5 Kadar air (%) 14: (54,5-18,5) = 38,89
6 Volume ring / tanah (cc) 19,63x1,4 =27,48
7 Berat isi basah (gram/cc) 50 : 27,48 = 1,819
8 Berat isi kering (gram/cc) 36 : 27,48 = 1,31

FORM B
1 Berat jenis 2,47
2 Luas specimen / A (cm²) 19,63
3 Tinggi tanah solid / hs (mm) 7,242
4 Tinggi contoh tanah awal / h0 (mm) 14,00
5 Tinggi contoh tanah akhir/ ht (mm) 11,10
6 bacaan akhir (div) 296,00
7 Angka pori mula (e0) (14,0- 7,242)/7,242 =0,933
8 Angka pori akhir (et) (11,1- 7,242)/7,242 = 0,532

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 88


Pembacaan Dial VT 3 - 5,00 M
Beban (kg) 0,50 1,00 2,00 4,00 8,00 16,00 32,00 8,00 2,00
Waktu/Tekanan
(kg/cm²) 0,25 0,51 1,02 2,04 4,08 5,15 16,31 4,08 1,02
0 detik 0 34,00 76,00 119,00 189,00 292 369 - -
6 detik 7,00 35,00 78,00 120,00 205,00 300 373 - -
15 detik 9,00 36,00 82,00 122,00 211,00 306 380 - -
30 detik 11,00 39,00 87,00 127,00 216,00 312 390 - -
1 menit 13,00 45,00 92,00 138,00 221,00 324 397 - -
2 menit 16,00 54,00 96,00 156,00 228,00 335 403 - -
4 menit 20,00 57,00 99,00 160,00 234,00 342 408 - -
8 menit 25,00 60,00 101,00 164,00 250,00 349 412 - -
15 menit 27,00 63,00 104,00 168,00 265,00 355 416 - -
30 menit 29,50 67,00 107,00 173,00 274,00 363 419 - -
1 jam 30,00 70,00 111,00 179,00 278,00 364 422 - -
2 jam 31,00 72,00 114,00 183,00 281,00 365 424 - -
4 jam 32,00 74,00 117,00 185,00 286,00 366 425 - -
8 jam 33,60 75,00 118,00 187,00 291,00 367 426 - -
24 jam 34,00 76,00 119,00 189,00 292,00 369 427 - -

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Tanggal Pengujian : 6 – 10 November 2004


Lokasi : Kali Marengan Madura Dikerjakan : ESN
Order : CV. Proyeksi Malang Diperiksa : SET

PEMERIKSAAN KONSOLIDASI
(SK SNI M 107 – 1990 - 03)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 89


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Tanggal Pengujian : 6 – 10 November 2004


Lokasi : Kali Marengan Madura Dikerjakan : ESN
Order : CV. Proyeksi Malang Diperiksa : SET

PEMERIKSAAN KONSOLIDASI
(SK SNI M 107 – 1990 - 03)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 90


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Tanggal Pengujian : 6 – 10 November 2004


Lokasi : Kali Marengan Madura Dikerjakan : ESN
Order : CV. Proyeksi Malang Diperiksa : SET

PEMERIKSAAN KONSOLIDASI
(SK SNI M 107 – 1990 - 03)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 91


Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 92
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Tanggal Pengujian : 1 – 5 November 2004


Lokasi : Kali Marengan Madura Dikerjakan : ESN
Order : CV. Proyeksi Malang Diperiksa : SET

FORM A
Tanah Uji BT 1 - 2,50 BT 1 - 5,00 BT 2 - 2,50 BT 2 - 5,00 BT 3 - 2,50 BT 3 - 5,00
1 Barat ring (gram) 18,50 18,50 18,55 18,65 18,50 18,50
2 Barat ring + tanah basah 67,50 67,50 69,00 69,90 66,70 69,70
3 Berat ring + tanah kering 53,50 53,50 54,08 55,05 51,97 55,26
Berat tanah kerig (gram) 35,0
4 Berat air (gram) 14,00 14,15 14,92 14,85 14,73 14,44
5 Kadar air (%) 40,00 40,60 42,00 40,80 44,00 39,30
6 Volume ring / tanah (cc) 27,48 27,48 27,48 27,48 27,48 27,48
7 Berat isi basah (gram/cc) 1,78 1,78 1,84 1,87 1,75 1,86
8 Berat isi kering (gram/cc) 1,27 1,27 1,29 1,32 1,22 1,34

FORM B
1 Berat jenis 2,47 2,45 2,43 2,41 2,52 2,46
2 Luas specimen / A (cm²) 19,63 19,63 19,63 19,63 19,63 19,63
3 Tinggi tanah solid / hs (mm)=35/(2,47x19,63) 7,22 7,25 7,45 7,70 5,77 7,61
4 Tinggi contoh tanah awal / h0 (mm) 14,00 13,00 13,00 13,00 13,00 13,00
5 Tinggi contoh tanah akhir/ ht (mm) 11,19 10,31 10,06 10,34 10,28 10,04
6 bacaan akhir (div) 281,30 169,00 294,00 266,00 272,00 296,00
7 Angka pori mula (e0)= (14 – 7,22)/7,22 = 0,94 0,94 0,79 0,74 0,69 0,92 0,71
8 Angka pori akhir (et) 0,55 0,42 0,35 0,34 0,52 0,32

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 93


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Tanggal Pengujian : 1 – 5 November 2004


Lokasi : Kali Marengan Madura Dikerjakan : ESN
Order : CV. Proyeksi Malang Diperiksa : SET
FORM C

Berat jenis (Gs) : 2,47 AWAL AKHIR


Luas contoh (A) : 19,63 TINGGI CONTOH (mm) 13,00 10,19
Tinggi tanah kering (Ht) : 10,19 ANGKA PORI (e) 0,80 0,41
KADAR AIR (%) 40,00 40,00
DERAJAT KEJENUHAN (%) 123,41 240,42

Tinggi
Tekanan Pembacaan Penurunan Koreksi Penurunan ∆𝑯 Angka Penurunan contoh t90 Koefisien
∆𝒆 =
Dial kotor alat yang benar 𝑯𝒕 pori merata merata detik konsolidasi
(kg/cm²) (mm) (cm)(ΔH) e = e0 - e (cm) (cm) Cv
1,3-0,023
0,25 230,00 0,2300 - 0,0230 0,0023 0,7977 0,7977 =1,2770 264,60 0,0052
1,277-0,047=
0,51 470,00 0,4700 - 0,0470 0,0046 0,7954 0,7954 1,230 360,15 0,0036
1,23-0,094=
1,02 940,00 0,9400 - 0,0940 0,0092 0,7908 0,7908 1,136 3.840,0 0,0003
1,36-0,189=
2,04 1890,00 1,8900 - 0,1890 0,0185 0,7816 0,7816 0,947 6.120,6 0,0002
4,08 2813,00 2,8130 - 0,2813 0,0276 0,7724 0,7724 0,6657 8.640,0 0,0001

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 94


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Tanggal Pengujian : 6 – 10 November 2004


Lokasi : Kali Marengan Madura Dikerjakan : ESN
Order : CV. Proyeksi Malang Diperiksa : SET

PEMERIKSAAN KONSOLIDASI
(SK SNI M 107 – 1990 - 03)

Grafik Konsolidasi D

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 95


10. PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSION TEST)
AASHTO T 208 - 70

I. PENDAHULUAN
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemberian beban vertikal yang dinaikkan secara
bertahap terhadap benda uji berbentuk silinder yang didirikan bebas sampai terjadi
keruntuhan. Pembacaan beban dilakukan pada interval regangan aksial tetap tertentu, yang
dapat dicapai dengan cara mempertahankan kecepatan pembebanan dengan besaran tertentu
pula, selama pengujian berlangsung (Strain control). Oleh karena beban yang diberikan
hanya dalam arah vertikal saja, maka percobaan ini dikenal pula sebagai percobaan tekan
satu arah (Uniaxial test).
Metoda pengujian ini meliputi penentuan nilai kuat tekan bebas (Uncofined
compressive strength) – qu untuk tanah kohesif, dari benda uji asli (undisturbed) maupun luas
pada saat benda uji mengalami keruntuhan (beban maksimum), atau bila regangan aksial telah
mencapai 15%.
Nilai qu yang diperoleh dari pengujian ini dapat digunakan untuk menentukan
konsistensi dari tanah lempung, seperti ditunjukkan pada Tabel 10.1. Selain itu, melalui
pengujian ini dapat ditentukan nilai kepekaan (sensitivity) dari tanah kohesif, yaitu
perbandingan antara nilai qu tanah asli terhadap nilai qu tanah buatan.
Pengujian Kuat Tekan Bebas pada dasarnya merupakan keadaan yang khusus pada
percobaan Triaksial, dimana tegangan sel (confining pressure) - 3, besarnya sama dengan
nol. Dengan demikian dapat pula ditentukan nilai cohesi (c) dalam konsep tegangan total
(total pressure), yaitu sebesar ½ dari nilai qu.

Tabel 10.1 Konsistensi Tanah


Konsistensi tanah Kuat Geser Undrained (kg/cm2)
Sangat lunak < 2.0
Lunak 2.0 – 4.0
Lunak s/d kenyal 4.0 – 5.0
Kenyal 5.0 – 7.5
Sangat kenyal 7.5 – 10.0
Kaku 10.0 – 15.0
Sangat kaku s/d keras > 15.0

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 96


II. TUJUAN PENGUJIAN
2.1 Praktikan dapat melaksanakan percobaan Kuat Tekan Bebas (Unconfined
Compressive Strength Test) dengan prosedur yang benar.Praktikan dapat
melakukan perhitungan dan penggambaran grafik, serta dapat menentukan nilai
kuat tekan bebas (qu)
2.2 Praktikan dapat melakukan pengujian dengan benda uji buatan, untuk
menentukan nilai kepekaan (sensitivity) tanah.

III. PERALATAN
3.1 Mesin beban (Load frame), dengan ketelitian bacaan sampai 0.01 kg/cm2
3.2 Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter, tabung belah
3.3 Alat untuk mengeluarkan contoh tanah (Extruder)
3.4 Pengukur waktu (Stopwatch)
3.5 Timbangan dengan ketelitian 0.1gram
3.6 Pisau tipis, kawat serta talam, jangka sorong
3.7 Peralatan untuk keperluan penentuan kadar air.

2
3

Gambar 10.1. Alat Kuat Tekan Bebas

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 97


Keterangan gambar
1. Mur tiang
2. Proving ring
3. Dial beban
4. Plat penekan atas
5. Plat penekan bawah

IV. PERSIAPAN BENDA UJI


4.1 Benda uji yang digunakan berbentuk silinder, dengan diameter minimal 3,00 cm
dan tinggi diambil 2 s/d 3 kali diameter.
4.2 Untuk benda uji dengan diameter 3,00 cm, besar butir maksimum yang terkandung
dalam benda uji harus < 0,1 diameter benda uji.
4.3 Untuk benda uji dengan diameter > 6,80 cm besar butir maksimum yang
terkandung dalam benda uji harus < 1/6 diameter benda uji.
4.4 Pembuatan benda uji:
4.4.1 Benda uji asli dari tabung contoh tanah
- Keluarkan contoh tanah dari tabung sepanjang  1-2 cm dengan alat
pengeluar contoh (extruder), dan kemudian potong dengan pisau kawat.
- Pasang cetakan benda uji di atas tabung contoh, keluarkan contoh dengan
alat pengeluar contoh sepanjang cetakan dan potong dengan pisau kawat.
- Ratakan kedua sisi benda uji dengan pisau tipis dan keluarkan dari
cetakan.
4.4.2 Buatan (remoulded)
- Siapkan contoh tanah dari benda uji asli bekas pengujian, atau sisa-sisa
contoh tanah yang sejenis
- Siapkan data berat isi dan kadar air asli, serta volume cetakan.
- Sesuaikan kadar air dari contoh tanah agar sama atau mendekati nilai
kadar air asli.
- Cetak benda uji ke dalam tabung contoh yang telah diketahui volumenya
sehingga mempunyai berat isi yang sama atau mendekat berat isi tanah asli.
- Terhadap benda uji yang terdapat dalam tabung, ulangi langkah 4.4.1 di
atas.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 98


V. PROSEDUR PENGUJIAN
5.1 Timbang benda uji, kemudian tekan pada mesin tekan bebas secara sentris dimana
permukaan piston bagian bawah menyentuh permukaan benda uji bagian atas.
5.2 Atur arloji beban regangan pada angka nol.
5.3 Jalankan mesin beban, baca dan catat beban pada regangan 0,5%, 1,0%, 1,5%, 2,0%,
dan seterusnya
5.4 Kecepatan regangan sebesar 0,5%-2,0% permenit dari tinggi benda uji, biasanya
diambil sebesar 1% permenit dari tinggi benda uji.
5.5 Pelaksanaan pengujian dihentikan apabila telah tercapai salah satu dari keadaan
berikut ini:
- Pembacaan beban telah menurun, atau relatif tetap untuk 3 (tiga) pembacaan
terakhir berturut-turut.
- Jika regangan telah mencapai 15%.

VI. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


6.1 Besar regangan aksial dihitung dengan rumus:

L
=  100%
Lo

dimana:
 = regangan aksial (%)
L = perubahan panjang benda uji (cm)
Lo = panjang benda uji semula (cm)

6.2 Luas penampang benda uji rata-rata pada regangan tertentu:


Ao
A=
1 
dimana:
Ao = luas penampang benda uji mula-mula (cm2)
6.3 Nilai tegangan normal:

n =
P
A

kg / cm 2 

dimana:
P = N x  (kg)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 99


n = tegangan normal (kg/cm2)
P = gaya aksial (kg)
A = luas penampang rata-rata pada regangan tertentu (cm)2
N = bacaan arloji beban (div)
 = kalibrasi dari ring beban (kg/div)

qu
Benda uji asli

Benda uji buatan


Tegangan axial (kg/cm2)

Regangan axial (%)


Tegangan geser (kg/cm2)

Su = c
c
n

0 3 = 0 qu = 3
Tegangan axial (kg/cm2)

Gambar 10.2 Grafik Hubungan Regangan dengan Tegangan

VII. PERAWATAN
7.1. Bila engkol pemutar tidak bisa diputar dengan lancar, buka box bagian gigi-gigi
penggerak lalu tambahkan stempet secukupnya.
7.2. Mur penjepit plat penekan atas harus selalu dalam keadaan kencang untuk
mencegah rusaknya draad akibat aus.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 100


7.3. Untuk mesin penekan elektrik, periksa bagian dalamnya secara berkala. Periksa
dudukan motor, kencangkan baut-baut penjepitnya untuk mengurangi getaran
mesin.
- Tambahkan oli pelumas pada speed reducer melalui lubang pengisian oli.
- Ganti sabuk/ ban pemutar bila sudah aus/slip
- Bila terjadi kebocoran arus listrik, periksa kabel arde/ground atau balikkan
kedudukan steker input.

VIII. REFERENSI
8.1. ASTM D 2166-85
8.2. AASHTO
8.3. Bowles, J.E., “Engineering Properties of Soils and Their Measurement”
Experiment No. 14
8.4. Head, K. H. “Manual os Soil Laboratory Testing”, Vol.1 – Chapter 2.5.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 101


KUAT TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSION TEST)
(ASTM D 2166)

Regangan Beban Luas Tegangan (σ)= Macam tanah :


Waktu
P/A
(menit) Pemb. Regangan Pemb. Beban (P) Angka Luas Diameter contoh : 3,50 cm
Dial % Dial Kg koreksi Koreksi (A) Kg/cmᵌ Tinggi contoh : 7,00 cm
0'30 35 0,0 1,0 0,3782 1,000 9,668 0,039 Luas contoh : 9,668 cm²
1,1x0,3782= 0,4160: 9,716=
1'00 70 1,0 1,1 0,4160 1,010 9,716 0,043 isi contoh/Volume contoh (V) : 67,34 cm²
2'00 140 2,0 2,0 0,7560 1,020 9,812 0,377 Berat contoh (W) : 109,10 gr
Berat volume basah:
3'00 210 3,0 2,1 0,7940 1,031 9,918 0,080 ϒb = W/V : 1,62 gr/cm³
4'00 280 4,0 2,9 1,0970 1,042 10,024 0,109
5'00 350 5,0 3,0 1,1350 1,053 10,129 0,112
6'00 420 6,0 3,1 1,1720 1,064 10,236 0,114
7'00 490 7,0 3,8 1,4370 1,075 10,341 0,139
8'00 560 8,0 4,0 1,5130 1,087 10,437 0,145
9'00 630 9,0 4,1 1,5510 1,099 10,572 0,147
10'00 700 10,0 4,5 1,7020 1,111 10,688 0,159
11'00 770 11,0 4,9 1,8530 1,123 10,803 0,172
12'00 840 12,0 5,0 1,8910 1,137 10,938 0,173
13'00 910 13,0 5,4 2,042 1,149 11,053 0,185
14'00 980 14,0 5,5 2,0800 1,162 11,178 0,186
15'00 1050 15,0 5,9 2,2310 1,177 11,323 0,197
16'00 1120 16,0 6,0 2,2690 1,190 11,448 0,198
17'00 1190 17,0 6,9 2,6100 1,234 11,871 0,220
18'00 1260 18,0 6,2 2,3450 1,210 11,640 0,201
Catatan: angka kalibrasi proving ring : 0,3782

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 102


11. PENGUJIAN GESER LANGSUNG
(DIRECT SHEAR TEST)
SK SNI M 108 – 1990 - 03

I. PENDAHULUAN
Pengujian Geser Langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan sangat sederhana, untuk menentukan parameter kuat geser
tanah (shear strength parameter) c dan . Dalam pengujian ini dapat dilakukan pengukuran secara langsung dan cepat, nilai kekuatan geser tanah
dengan kondisi tanpa pengaliran (undrained) atau dalam konsep tegangan total (total stress). Pengujian ini pertama-tama diperuntukkan bagi jenis tanah
non-kohesif, namun dalam perkembangannya dapat pula diterapkan pada jenis tanah kohesif. Pengujian lain dengan tujuan yang sama, yakni: Kuat Tekan
Bebas, dan Triaksial, serta pengujian Geser Baling (Vane Test) yang dapat dilakukan di laboratorium, maupun di lapangan.
Nilai kekuatan geser tanah antara lain digunakan dalam merencanakan kestabilan lereng, serta daya dukung tanah pondasi, dan sebagainya.
Nilai kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dalam persamaan berikut ini:
S = c + ntan
dimana:
S = kekuatan geser maksimum [kg/cm2]
c = kohesi (kg/cm2]
n= tegangan normal (kg/cm2]
 = sudut geser dalam [o]
Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban secara horisontal terhadap benda uji melalui cincin/kotak geser yang terdiri dari dua
bagian dan dibebani vertikal dipertengahan tingginya, dimana kuat geser tanah adalah tegangan geser maksimum yang menyebabkan terjadinya
keruntuhan.
Selama pengujian pembacaan beban horisontal dilakukan pada interval regangan tetap tertentu (Strain controlled).

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 103


Umumnya diperlukan minimal 3 (tiga) buah benda uji yang identik, untuk melengkapi satu seri pengujian geser langsung.
Prosedur pembebanan vertikal dan kecepatan regangan geser akibat proses pembebanan horisontal, sangat menentukan parameter -
parameter kuat geser yang diperoleh.
Dalam pelaksanaannya, pengujian geser langsung dapat dilaksanakan dalam 3 (tiga) cara:
- Consolidated Drained Test: Pembebanan horisontal dalam pengujian ini dilaksanakan dengan lambat, yang memungkinkan terjadi
pengaliran air, sehingga tekanan air pori bernilai tetap selama pengujian berlangsung. Parameter c dan  yang diperoleh digunakan untuk
perhitungan stabilitas lereng.
- Consolidated Undrained Test: Dalam pengujian ini sebelum digeser, benda uji yang dibebani vertikal (beban normal), dibiarkan dulu hingga
proses konsolidasi selesai. Pembebanan horisontal dilakukan dengan cepat.
- Unconsolidated Undrained Test: Pembebanan horisontal dalam pengujian ini dilakukan dengan cepat, sesaat setelah beban vertikal dikenakan
pada benda uji. Melalui pengujian ini diperoleh parameter-parameter geser cu dan u.
Pada dasarnya pengujian Geser Langsung lebih sesuai untuk jenis pengujian Consolidated Drained Test, oleh karena panjang
pengaliran relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pengujian yang sama, pada pengujian Triaksial.

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikan dapat melaksanakan pengujian Geser Langsung (Direct Shear Test) dengan prosedur yang benar.
2.2 Praktikan dapat melakukan perhitungan serta penggambaran grafik untuk menentukan parameter-parameter geser c dan .

III. PERALATAN
3.1 Mesin geser langsung yang terdiri dari:
- Alat penggeser horisontal, dilengkapi dengan cincin beban (proving ring), arloji regangan horisontal, dan arloji deformasi vertikal.
- Kotak uji yang terbagi atas dua bagian dilengkapi baut pengunci

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 104


- Plat berpori 2 (dua) buah.
- Sistem pembebanan vertikal, terdiri dari penggantung dan keping beban.
3.2 Alat pengeluar contoh (extruder) dan pisau pemotong
3.3 Cetakan untuk membuat benda uji
3.4 Pengukur waktu (stop watch).
3.5 Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
3.6 Peralatan untuk penentuan kadar air
3.7 Peralatan untuk membuat benda uji buatan.

5
6
7
1
8
2
9

10
11

12

13

14

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 105


Gambar 11.1 Alat Kekuatan Geser Langsung

Keterangan gambar
1. Dial pergeseran 8. Box gigi penggerak
2. Bak prendam 9. Meja dudukan
3. Plat beban 10. Engkol pemutar
4. Lengan keseimbangan 11. Sekerup pendorong
5. Dial konsolidasi 12. Tiang penyangga
6. Dudukan proving ring 13. Beban
7. Proving ring 14. Landasan Bawah

IV. PENYIAPAN BENDA UJI


4.1 Benda uji yang digunakan berbentuk bujur sangkar
4.2 Benda uji mempunyai tebal minimum 1,25 cm, tapi tidak kurang dari 6 kali diameter butir tanah maksimum.
4.3 Perbandingan antara diamter/lebar terhadap tebal benda uji minimal 2:1
4.4 Untuk benda uji asli, contoh tanah yang digunakan harus cukup untuk membuat sebanyak minimal 3 (tiga) buah benda uji yang identik.
Persiapkan benda uji sehingga tidak terjadi kehilangan kadar air, dan hati-hati dalam melakukan pencetakan benda uji (terutama pada jenis
tanah dengan nilai kepekaan tinggi), agar struktur tanah asli tidak berubah
4.5 Untuk benda uji buatan (remoulded), contoh tanah yang digunakan diupayakan mempunyai kadar air dan berat isi tanah yang seusai dengan
yang dikehendaki. Khususnya untuk tanah pasir lepas, contoh tanah biasanya dicetak langsung ke dalam kotak geser dengan nilai kepadatan

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 106


relatif yang dikehendaki. Sedangkan untuk jenis tanah yang lain contoh dipadatkan terlebih dahulu dalam cetakan sesuai prosedur
percobaan pemadatan.

V. PROSEDUR PENGUJIAN
5.1 Ukur tinggi dan lebar, serta timbang berat benda uji
5.2 Pindahkan benda uji dari cetakan ke dalam kotak geser dalam sel pengujian yang terkunci oleh kedua baut, dengan bagian bawah dan atas
dipasang pelat/batu berpori.
5.3 Pasang penggantung beban vertikal guna memberi beban normal pada benda uji. Sebelumnya timbang dan catat lebih dahulu berat
penggantung beban tersebut. Atur arloji deformasi vertikal pada posisi nol pembacaan.
5.4 Pasang batang penggeser horisontal untuk memberi beban mendatar pada kotak penguji. Atur arloji regangan dan arloji beban sehingga
menunjukkan angka nol.
5.5 Beri beban normal yang pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Sebagai pedoman: besar beban normal pertama (termasuk berat
penggantung) yang diberikan, diusahakan agar menimbulkan tegangan pada benda uji minimal sebesar tegangan geostatik di lapangan. Pada
pengujian Consolidated drained/ undrained, segera beri air sampai di atas permukaan benda uji dan pertahankan selama pengujian.
5.6 Pada pengujian tanpa konsolidasi (unconsolidated), beban geser dapat segera diberikan setelah pemberian beban normal pada langkah (5.5).
Sedangkan pada pengujian dengan konsolidasi (consolidated), sebelum melakukan pergeseran, lakukan terlebih dahulu pencatatan proses
konsolidasi tersebut pada waktu-waktu tertentu, dan tunggu sampai konsolidasi selesai. Gunakan cara Taylor untuk menetapkan waktu
(t50), yaitu pada saat derajat konsolidasi U = 50%.
5.7 Kecepatan pergeseran horisontal dapat ditentukan berdasarkan jenis pengujian.
5.8 Lepaskan baut pengunci, kemudian pasangkan pada 2 (dua) lubang yang lain, berikan putaran secukupnya sehingga kotak geser atas dan
bawah terpisah  0,5 mm.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 107


5.9 Lakukan pergeseran sampai jarum pada arloji beban pada 3 (tiga) pembacaan terakhir berturut-turut menunjukkan nilai konstan. Baca arloji
geser dan arloji beban setiap 15 detik sampai terjadi keruntuhan.
5.10 Lepaskan benda uji ke mesin cari kadar air berat isi, dan lain sebagainya
5.11 Untuk benda uji kedua, beri beban normal 2 (dua) kali beban normal yang pertama kemudian ulangi langkah-langkah (5.6 s.d 5.10).
5.12 Untuk benda uji ketiga beri beban normal 3 (tiga) kali beban normal yang pertama, kemudian ulangi langkah-langkah (5.6 s.d 5.10).

VI. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


6.1 Hitung tegangan geser (terkalibrasi) -I, untuk setiap pergeseran horisontal ke-I dari ketiga benda uji, dengan rumus:

I =
Pi
A
kg/cm 2 
dimana:
i = tegangan geser untuk pergeseran horisontal ke-i (kg/cm2)
Pi = gaya geser untuk pergeseran horisontal ke-i
A = luas bidang geser (cm2)
6.2 Gambarkan grafik hubungan antara tegangan geser terhadap pergeseran horisontal untuk masing-masing tegangan normal (Gambar 6.1).
Dari grafik yang diperoleh tentukan nilai geser maksimum (maks).
6.3 Hitung tegangan normal (n) yang dikenakan pada masing-masing benda uji dengan rumus:

ni =
Wi
A

kg/cm 2 
dimana:
mi = tegangan normal dari benda uji ke-i
Wi = beban vertikal pada benda uji ke-i (termasuk berat

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 108


penggantung)
A = luas permukaan bidang geser
6.4 Buatlah grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan geser maksimum. Hubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga
membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertikal. Nilai kohesi (c) adalah jarak yang dihitung dari titik potong tersebut sampai sumbu
mendatar, dan sudut geser dalam () adalah sudut kemiringan garis tersebut terhadap sumbu horisontal, yang memenuhi persamaan:

S = c + ntan[kg/cm2]

3(maks)

Tegangan geser runtuh i (kg/cm2) i3


Tegangan geser  (kg/cm2)

2(maks)
S = c + n tan

i2
1(maks)

i1 

n1 n2 n3

Pergeseran horizontal (mm) Tegangan normal n (kg/cm2)

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 109


Gambar 11.2 Pergeseran Horisontal Gambar 11.3 Tegangan Normal

VII. PERAWATAN
7.1 Keringkan bak perendam setelah pegujian selesai.
7.2 Bersihkan cincin geser terutama pada bidang gesernya agar tidak terjadi hambatan bila diberikan beban horizontal.
7.3 Lumasi as pendorong yang menempel pada proving ring agar dapat bergerak bebas tanpa hambatan.
7.4 Bila engkol pemutar sulit digerakkan/berbunyi, buka box gigi penggeraknya. Hilangkan dempul yang menutup kepala baut L dikeempat
sisinya lalu buka. Periksa isi box tersebut, kencangkan baut (borg) penahan gigi dan tambahkan stempet/oli secukupnya. Putar engkol maju
mundur berulang-ulang sampai lancar.

VIII. REFERENSI
8.1 ASTM D 3080–82
8.2 Bowles, J. E., “Engineering Properties of Soils and Their Measurement” Experiment No.17
8.3 Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM/1976, PB-0116-76

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 110


0.35

0.3

0.25

0.2
Series1
0.15
Uji Geser Langsung
0.1

0.05

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Gambar. Grafik Hubungan antara Tegangan normal dengan tegangan geser.

tg ϕ = (0,2 -0,14)/0,2 = 0,3

τ = c + σtgϕ
0,14 + 0,1x0,3
0,17 kg/cm2
0,14 + 0,18x0,3
0,194 kg/cm2.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 111


Contoh tanah
DIRECT SHEAR
(SK SNI M 108 – 1990 – 03)

Gaya normal/ W1 = 5 kg W2 = 10 kg W3 = 15 kg
Tegangan normal 𝝈 = 0,16 kg/cm³ 𝝈 = 0,31 kg/cm³ 𝝈 = 0,47 kg/cm³
Perge- Pemb. Gaya Teg.geser Pemb. Gaya Teg.geser Pemb. Gaya Teg.geser
Waktu
seran dial geser t1 dial geser t2 dial geser t3
15 12,5 3,5 5,0 12,5

30 25,0 4,5 6,0 14,0


45 37,5 5,0 8,0 14,8
1'00 50,0 5,5 8,5 15,0
1'15 62,5 6,0 9,0 16,0
1'30 75,0 6,5 9,5 16,5
1'45 87,5 6,7 10,0 17,0
2'00 100,0 7,0 11,0 17,2
2'15 112,5 7,5 12,0 17,5
2'30 125,0 8,0 12,3 17,9
2'45 137,5 8,3 12,6 18,0
3'00 150,0 8,5 13,0 18,5
3'15 162,5 8,7 13,4 18,8
3'30 175,0 9,0 13,9 19,0
3'45 187,5 10,0 14,8 20,0
4'00 200,0 10,5 15,0 21,0 9,2 0,29
4'15 212,5 11,0 16,0 7,0 0,22 20,0
4'30 225,0 12,0 15,0 19,6
4'45 237,5 13,0 5,70 0,18 14,5
5'00 250,0 12,0

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 112


5,7/ 31,67 7,0/ 31,67 9,2/ 31,67

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 113


12. PENGUJIAN PERMEABILITAS
SK SNI M 108 – 1990 - 03

I. PENDAHULUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan permeabilitas (kemampuan tanah untuk
dilalui oleh air) baik tanah berbutir kasar maupun halus secara laboratoris.
Dua metoda yang dipergunakan yaitu "Constant Head" dan "Falling Head".

II. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikan dapat melaksanakan pengujian permeabilitas dengan prosedur yang benar.
2.2 Praktikan dapat melakukan perhitungan dengan Constant Head maupun dengan cara
Falling Head.

III. PERALATAN
3.1. Tabung permeability
3.2. Batu pori
3.3. Corong
3.4. Buret
3.5. Gelas ukur
3.6. Slang
3.7. Stop watch
3.8. Aquades
3.9. Jangka sorong
3.10. Ringcontoh

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 114


Garnbar 12.1 Alat Permeameter
Keterangan gambar
1. Gelas ukur 11. Mistar ukur
2. Bau", tiang 12. Mistar ukur
3. Sampel tanah 13. Jarum ukur
4. Batu pori 14. Corong
5. Pegangan penekan 15. Kran pembuangan
6. Slang pengeluaran 16. Slang pemasukan
7. Baut pengikat 17. Tabung sampel
8. Plat penutup 18. Slang pemasukan
9. Burevte 19. Alas
10.Frame

II. PROSEDUR PENGUJIAN CONSTANTHEAD (DISTURBED)


2.1 Ambil contoh tanah kering yang mengandung butiran tanah yang lolos saringan
No. 200tidak lebih dari 10 %.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 115


2.2 Campurkan air secukupnya untuk menghindari segregasi selama pengisian tabung
sehingga mudah dimasukkan.
2.3 campuran tersebut dapat mengalir bebas untuk membentuk lapisanlapisan dalam
tabung.
2.4 Lepaskan tutup tabung lalu masukan batu pori ke dalamnya lalu masukkan
campuran tanah tadi ke dalam tabung dengan menggunakan cara dengan gerakan
melingkar.
2.5 Pengisian diteruskan sampai didapat ketinggian tanah 6 cm.
2.6 Padatkan lapisan tanah tersebut dengan alat penumbuk. Ulangi prosedur 2.4 dan
2.5 sampai ketinggian yang diinginkan.
2.7 Letakkan batu pori diatasnya lalu masukkan pegas.Tutup kembali tabung tersebut,
catat kembali tinggi benda uji dalam tabung.
2.8 Hubungkan slang intake ke corong melalui buret lalu isi corong tersebut dengan
air terus menerus.
2.9 Hidupkan stop watch dan tampung air yang keluar dengan gelas ukur. Catat waktu
yang dibutuhkan untuk mendapatkan volume tertentu.

FALLING HEAD
2.1 Ambil contoh tanah kering udara yang mengandung butiran tanah yang lolos
saringan No.200
2.2 lebih besar dari 90% atau bisa juga menggunakan contoh tanah dari tabung contoh
dengan
2.3 kadar air asli.
2.4 Campurkan air secuk.upnya untuk menghindari segregasi selama pengisian
tabung sehingga campuran tersebut dapat mengalir bebas untuk membentuk
lapisanlapisan dalam tabung.
2.5 Lepaskan tutup tabung lalu masukkan batu pori ke dalamnya.
2.6 Masukkan campur:n tanah tadi ke dalam tabung dengan menggunakan corong
dengan gerakan melingkar.
2.7 Letakkan batu pori dan pegas di atasnya lalu tabung ditutup, catat tinggi benda uji
dalam tabung.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 116


2.8 Pasang buret pada tempatnya lalu atur ketingiannya. Tempatkan mistar panjang di
sampingj buret sehingga beda tinggi antara air dalam buret dengan lubang
pengeluaran pada tabung bisa diketahui.
2.9 Bila perlu gunakan vacuum pump untuk menghampakan tabung selama 30 menit.
Buka kran dari biarkan air mengisi seluruh tabung, tambahkan air ke dalam buret
terus menerus. Proses penjenuhan ini bisa juga dilakukan tanpa vacuum pump
2.10 Alirkan air melalui benda uji sampai debitnya konstan lalu tutup kembali kran
buretnya. Isi buret sampai skala teratas lalu catat ketinggian air di atas lubang
pengeluaran. Catat tanggal dan waktu mulai pengujian, buka kran buret dan
tampung air yang keluar ke dalam gelas ukur
2.11 Tutuplah ujung atas buret dan gelas ukur dengan kain katun lembab untuk
mencegah penguapan.
2.12 Hentikan pengujian bila volume air yang keluar telah mencapai 20 ml
(minimal). Catat posisi ketinggian air dalam buret, volume air dalam gelas ukur
dan waktu akhir pengujian.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 117


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Sungai Tanggal Pengujian : 24 – 28 Oktober 2004


Lokasi : Kali Marengan, Madura Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

PEMERIKSAAN PERMEABILITY
(SK SNI M.22 – 1990 - F)

FALLING HEAD

Diameter dalam buret 1,50 cm cm


Luas potongan dalam buret (a) 1,77 cm² cm²
Diameter contoh tanah 6,30 cm cm
Tinggi contoh tanah (L) 31,17 cm cm
Luas potongan contoh tanah (A) 2,00 cm² cm²
Waktu mulai (t1) 0,00 detik detik
Waktu akhir (t2) 13,00 detik detik
Tinggi air pada t1 (h1) 67 cm
Tinggi air pada t2 (h2) 50 cm
h1/h2 1,34
Log (h1/h2) 0,13
axL 3,54
a x L/A 0,11
2.3 / (t 2 – t 1) 0,18
𝑎𝑥𝐿 2.3 ℎ
KT = 𝐴
𝑥 (𝑡1 − 𝑡2 )
𝑥 log ℎ1 0,0026
2

T⁰C 25
𝜇𝑇/ 𝜇20 ⁰C 0,887
𝜇𝑇
K20 = KT x 𝜇 ° 0,0023
20 𝐶
Koefisien rembesan 0,0023 cm/detik

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 118


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Normalisasi Sungai Tanggal Pengujian : 24 – 28 Oktober 2004


Lokasi : Kali Marengan, Madura Dikerjakan : ES
Jenis Tanah : -- Diperiksa : SET

PEMERIKSAAN PERMEABILITY
(SK SNI M.22 – 1990 - F)

CONSTAND HEAD

Diameter dalam buret cm cm


Luas potongan dalam buret (a) cm² cm²
Diameter contoh tanah cm cm
Tinggi contoh tanah (L) cm cm
Luas potongan contoh tanah (A) cm² cm²
Waktu mulai (t1) detik detik
Waktu akhir (t2) detik detik
Tinggi air pada t1 : h1 (h1) cm
Tinggi air pada t2 : (t1 - t2) (h2) cm
L/H
Q
Q / (t1 - t2)
𝐿 𝑄
KT = 𝐻 𝑥 (𝑡1 − 𝑡2 )

T⁰C
𝜇𝑇/ 𝜇20 ⁰C
𝜇𝑇
K20 = KT x 𝜇
20 °𝐶
Koefisien rembesan cm/detik

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 119


13. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH
(SOIL COMPACTION)
ASTM D - 1556

I. PENDAHULUAN
Selain sebagai landasan pondasi struktur di atasnya, tanah dalam bidang Teknik Sipil,
digunakan pula sebagai bahan konstruksi/timbunan (construction/fill material).
Salah satu upaya untuk meningkatkan sifat fisik tanah tersebut adalah dengan cara
memadatkannya dengan tujuan agar:
- Meningkatkan kekuatan geser tanah  = f(c, φ)
- Memperkecil nilai permeabilitas tanah k = f(e)
- Memperkecil nilai pemampatan tanah S = f(e)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu proses pemadatqn antara lain:
besarnya enersi pemadatan, kandungan air dalam tanah, serta jenis tanah.
Beberapa istilah penting yang sering dijumpai dalam pengujian pemadatan di
laboratorium, yakni:
 Pemadatan (Compaction) adalah proses merapatnya butiran tanah secara mekanis, yang
menyebabkan keluarnya udara dari ruang pori, sehingga meningkatkan kepadatan tanah.
 Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content-OMC) adalah kadar air dari suatu contoh
tanah, yang jika dipadatkan dengan enersi pemadatan tertentu, akan menghasilkan nilai
kepadatan maksimum ( dry maks)
 Kepadatan Kering Maksimum ( Maximum Dry Density -  dry maks) adalah kepadatan kering
yang didapatkan, jika suatu contoh tanah dengan kadar air optimum dipadatkan dengan
energi tertentu.
 Pemadatan Relatif ( Relative Comparation ) adalah prosentase perbandingan antara ∂dry
maks yang didapat dari percobaan di laboratorium.
 Garis Kejenuhan (Saturation/Zero Air Voids Line-ZAVC) adalah garis yang menunjukkan
hubungan antara  dry dan kadar air (w) untuk tanah dalam keadaan jenuh.
Pelaksanaan pemadatan di lapangan umumnya dapat dilakukan melalui beberapa cara,
antara lain: dengan cara menggilas secara statis/dinamis, penggetaran (khususnya untuk tanah
berbutir), dan lain sebagainya.
Dalam Tabel 13.1 diberikan beberapa alternatif cara pengujian di laboratorium,
dimana cara yang digunakan harus disebutkan dalam pelaporan.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 120


Tabel 13.1 Soil Compaction
Percobaan Standart/Ringan Modified/Berat

Cara A B C D A B C D

Diameter cetakan (mm) 102 102 102 102 152 152 152 152

Tinggi cetakan (mm) 116 116 116 116 116 116 116 116

Volume cetakan (cm3) 943 943 943 943 2124 2124 2124 2124

Berat penumbuk (kg) 2,50 2,50 2,50 2,50 4,54 4,54 4,54 4,54

Tinggi jatuh (cm) 30,5 30,5 30,5 30,5 45,7 45,7 45,7 45,7

Jumlah lapisan 3 3 3 3 5 5 5 5

Jumlah tumbukan per lapis 25 25 25 25 56 56 56 56

Bahan lolos saringan (mm) 4,75 4,75 19,0 19,0 4,75 4,75 19,0 19,0

ll. TUJUAN PENGUJIAN


2.1 Praktikan dapat melaksanakan pemadatan tanah dengan prosedur yang benar.
2.2 Praktikan dapat menggambarkan grafik hubungan antara berat isi kering dan kadar
air untuk enersi pemadatan tertentu.
2.3 Praktikan dapat menentukan nilai berat isi kering maksimum (dry maks) dan nilai
kadar air optimum (OMC).

lll. PERALATAN
3.1 Cetakan (Mould) dengan diameter ±102 mm dan ±152 mm
3.2 Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5 kg dan 4,54 kg
3.3 Ayakan No. 4 (# 4,75 mm) atau 3 / 4 “ (# 19mm)
3.4 Timbangan dengan ketelitian 1,0 gram
3.5 Jangka sorong (caliper)
3.6 Extruder (alat pengeluar contoh tanah)
3.7 Oven dengan pengatur suhu, dan peralatan penentuan kadar air
3.8 Alat perata (straight edge), talam, mistar, palu karet, dan tempat contoh

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 121


Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 122
Gambar 13.1 Alat Pemadatan Tanah
Keterangan gambar
1. Palu pemadatan modified 7. Plat pendorong modified
2. Palu pemadatan standart 8. Plat pendorong standart
3. Mould Ø 6” 9. Handel dongkrak
4. Mould Ø 4” 10. Dongkrak
5. Tiang extruder 11. Collar Ø 6”
6. Pisau pemotong 12. Alas mould

lV. PERSIAPAN BENDA UJI


4.1. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan lembab,
maka keringkan dengan cara diangikan ( kering udara ) atau dioven dengan suhu
maksimum 60 °C . Kemudian pisahkan gumpalan – gumpalan tanah dengan cara
menumbuk dengan palu karet.
4.2. Tanah hasil tumbukan ( 4.1 ) diayak dengan ayakan no. 4 ( # 4,75 mm ) atau 3 /4”
( # 19 mm ).
4.3. Hasil ayakan ditimbang masing – masing sebanyak 2,5 kg atau 5 kg, masing –
masing sejumlah 6 buah , atau sesuai petunjuk instruktur.
4.4. Campuran tanah hasil timbangan ( 4.3) dengan air sedikit demi sedikit ,
kemudian diaduk sampai merata lalu diperam / disimpan selama 24 jam dalam
ember yang telah diberi label.

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 123


Penambahan air diusahakan agar didapatkan kadar air.
- 3 benda uji dengan kadar air di bawah kadar air optimum.
- 3 benda uji dengan kadar air di atas kadar air optimum.

V. PROSEDUR PENGUJIAN
5.1. Cetakan dalam keadaan bersih ditimbang dengan / tanpa alas W1 (gram), ukur tinggi
dan diameter cetakan, serta hitung volume cetakan V (cm).
5.2. Cetakan, alas dan leher penyambung diberi oli secukupnya pada bagian dalamnya,
untuk memudahkan proses pengeluaran contoh tanah.
5.3 Ambil salah satu benda uji, masukan sebagian kedalam cetakan yang di letakkan di
atas landasan yang kokoh, kemudian tumbuk sebanyak 25 kali (standart) atau 56 kali
(modified), dimana hasil tumbukan mendapatkan tinggi 1/3 atau 1/5 tinggi cetakan.
5.4 Toleransi ketebalan untuk masing – masing lapisan adalah ± 0,5 cm, terkecuali
untuk lapisan yang terakhir dengan toleransi ± 0,5 cm.
5.5. Sebelum menambahkan tanah untuk pemadatan lapis berikutnya, muka tanah hasil
pemadatan sebelumnya harus dikasarkan dengan pisau/ spatula.
5.6. Lepas leher penyambung dan potong kelebihan tanah dengan pisau perata (straight
edge).
5.7. Bersihkan bagian luar dan timbang dengan/ tanpa alas (W2).
5.8. Keluarkan tanah di dalam cetakan dengan alat pengeluar contoh tanah (extruder).
5.9. Belah benda uji ambil tanah secukupnya pada tiga bagian (atas, tengah, dan bawah)
untuk dicari kadar airnya.
5.10. Ulangi tahap ( 5.3 ) s/d ( 5.7 ) untuk keseluruhan benda uji yang disiapkan.

VI. PERHITUNGAN
Rumus – rumus yang digunakan :
6.1 Berat isi tanah basah
 wet = ( W2 – W1 ) [ gram/cm3 ]
V

6.2 Berat isi tanah kering


 dry =  wet gram / cm3

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 124


1+w
6.3 Berat isi kering ZAVC
dry = Gs .  w [ gram/cm2 ]
1 + w.Gs
Dimana :
- wet = berat isi basah
- dry = berat isi kering
- w = berat isi air
- Zavc = berat isi kering ZAVC
- Gs = berat jenis tanah
- V = volume cetakan
- w = kadar air benda uji
- W1 = berat cetakan dengan/tanpa alas
- W2 = berat cetakan dengan/tanpa alas + benda uji
6.4 Gambarkan grafik hubungan antara berat isi kering tanah (dry) dan kadar air (w)
kemudian dapatkan nilai berat isi kering tanah maksimum (dry maks) dan kadar air
optimum (OMC) dari grafik tersebut.
Catatan:
Untuk pembuatan grafik dari hasil compaction, perlu dicamtumkan juga batas Zero Air
Void Content (ZAVC), yang bisa dihitung dengan rumus.

VIl. PERAWATAN
7.1 Bersihkan dan keringkan mould dan palu yang telah selesai dipakai untuk mencegah
karat, demikian pula peralatan lainnya.
7.2 Jaga ujung piston penetrasi agar tidak terpukul benda keras yang bisa menyebabkan
cacat sehingga mengurangi luas permukaannya.
7.3 Kencangkan mur prisma mesin penetrasi untuk mencegah keausan draad tiang.
7.4 Lumasi draad pengatur ketinggian alat pengukur pengembangan supaya dapat diputar
dengan lancar dan tidak berkarat.
7.5 Kencangkan mur penutup palu penumbuk sebelum dipakai supaya tinggi jatuhnya
benar-benar standard dan draatnya tidak aus.
7.6 Bila saat jack diputar tidak lancer/berbunyi, buka piringan penekan tempat mould.
Hilangkan dempul penutup kepala baut I di keempat sisi penutup box jack. Buka baut
Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 125
L kemudian periksa gigi-gigi di dalamnya, kencangkan baut (borg) yang longgar
dengan kunci L kemudian tambahkan stempet/oil secukupnya.

VIll. REFERENSI
8.1 ASTM D 3441—86
8.2 AASHTO T99-81 & T180-74
8.3 Bowles, J.E., Engineering Properties of Soils and Their Measurement
Experiment No. 9
8.4 British Standart BS Test 12 & 13
8.5 Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM/1976, PB-0112-76

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Proyek : Tanggal Pengujian :


Lokasi : Dikerjakan :
Jenis Tanah : -- Diperiksa :

PEMADATAN TANAH
(ASTM D - 1556)

Standart pemadatan : Standar (Proctor)


Ø Cetakan : 10,16 cm Tinggi : 11,6 cm Volume : 943 cm3
Jumlah Lapis :3 Jumlah tumbukan : 25/ lapis Berat Penumbuk : 2,5 kg

Penentuan Kadar Air


Nomor cawan (A) 1 2 3 4 5 6
Berat cawan (B) gr 46,63 46,91 46,17 45,00 43,42 51,07
Berat cawan + tanah basah (C) gr 45,05 45,21 43,46 42,42 38,56 45,00
Berat cawan + tanah kering (D) gr 1,58 1,70 2,71 2,58 4,86 6,07
Berat air (E=C-D) gr 16,24 15,80 16,06 16,21 16,15 16,10
Berat tanah kering (F=D-B) gr 28,81 29,41 27,40 26,21 22,41 28,90
Kadar air (w) % 5,48 5,48 9,89 9,84 21,68 21,02

Penentuan Kepadatan

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 126


Nomor contoh 1,3 2,4 5,6
kadar air (w) gr 5,64 9,87 21,35
Berat cawan + tanah gr 6375 6485 6625
Berat cetakan gr 4591 4591 4591
Berat tanah basah gr 1784 1894 2034
Berat isi tanah basah gr 1,89 2,01 2,16
Berat isi tanah kering gr 1,79 1,83 1,78

Kadar air : 12,70 %


Kepadatan kering maksimum : 1,84 gr/cm³

Gambar. 13.2 Grafik Hasil Pemadatan Tanah


Pembacaan Dial VT 3 - 5,00 M
Beban (kg) 0,50 1,00 2,00 4,00 8,00 16,00 32,00 8,00 2,00
Tekanan (kg/cm²) 0,25 0,51 1,02 2,04 4,08 5,15 16,31 4,08 1,02
0 detik - 40,00 74,00 120,00 185,00 - - 385 -
6 detik 19,00 43,00 82,00 127,00 192,00 - - 330 -
15 detik 24,00 45,00 86,00 138,00 202,00 - - 312 -
30 detik 28,00 48,00 89,00 144,00 216,00 - - 300 -
1 menit 30,00 51,00 93,00 151,00 224,00 - - 286 -
2 menit 33,00 54,00 96,00 157,00 232,00 - - 279 -
4 menit 34,00 57,00 98,00 161,00 243,00 - - 268 -
8 menit 35,00 60,00 100,00 164,00 257,00 - - 260 -
15 menit 36,00 63,00 104,00 167,00 266,00 - - 256 -
30 menit 36,50 65,00 106,00 171,00 273,00 - - 250 -
1 jam 37,00 67,00 109,00 173,00 278,00 - - 245 -
2 jam 37,50 69,00 112,00 177,00 280,00 - - 240 -
4 jam 38,00 72,00 114,00 181,00 283,00 - - 235 -
8 jam 39,0 73,00 1180,00 183,00 284,00 - - 230 -
24 jam 40,00 74,00 120,00 185,00 385,00 - - 225 -

Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil - 127

Anda mungkin juga menyukai